Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada perkembangan kehidupan manusia, banyak sekali ditemui berbagai
macam budaya dan kesenian. Untuk melestarikan seni tersebut banyak
dituangkan dalam bentuk cetakan atau grafi. Bentuk dari grafis bermacam-
macam, bisa berupa gambar, lukisan, patung, monumen, pahatan kayu, dan lain-
lain yang diletakkan diberbagai tempat disesuaikan dengan kebutuhan manusia.
Maka dari itu seni grafis muncul karena kebutuhan dari manusia itu sendiri.
Peninggalan seni grafis dimulai dari awal manusia ada, mulai dari zaman
prasejarah sudah ada cikal bakal seni grafis dan berkembang sesuai dengan
peradaban manusia. Banyak seni grafis tertaung dalam berbagai sendi kehidupan
manusia, dipengaruhi oleh keadaan alam, agama, budaya setempat, dan alat
bahan yang digunakan oleh seniman grafis itu. Setiap seniman mempunyai ciri
khas nya masing-masing dan membuahkan karya yang dilestarikan sampai
dengan sekarang. Sehingga anak-anak muda pada zamans sekarang dapat belajar
kembali tentang asal mula seni grafis sampai dengan seni grafis digital.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas, maka penulis membuat rumusan masalah yang
akan dibahas pada makalah ini yaitu :
1. Bagaimana sejarah seni grafis ?
2. Apakah pengertian, media, dan warna seni grafis ?
3. Bagaimana teknik seni grafis ?
4. Siapa saja seniman grafis dunia ?
5. Siapa seniman grafis Indonesia ?

1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui sejarah seni grafis
2. Untuk mengetahui pengertian, media, dan warna teknik seni grafis.
3. Untuk mengetahui teknik seni grafis
4. Untuk mengetahui seniman grafis dunia.
5. Untuk mengetahui seniman grafis Indonesia

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin diperoleh dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Sebagai sumber informasi bagi siswa dan kalangan lain di sekolah tentang
seni grafis

1
2. Menambah wawasan bagi penulis ataupun pembaca yang ingin mengetahui
tentang seni grafis
3. Sebagai bahan referensi untuk pembuatan makalah selanjutnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Seni Grafis


Terdapat dua pendapat mengenai berawalnya seni ini di dunia. Pendapat
pertama, Seni grafis telah muncul dari sejak zaman purba dengan ditemukannya
cap tangan di gua-gua prasejarah, termasuk di Sulawesi. Meskipun belum
menggunakan teknik cetak muktahir, namun esensi seni grafis tetap ada, yaitu
mentransfer gambar dari cetakan yang berupa tangan.
Pendapat kedua, merunut pada penemuan seni cetak grafis tertua yang ditemukan
di timur dunia, tepatnya negeri Tiongkok. Di negara tersebut seni grafis
digunakan untuk menggandakan tulisan-tulisan yang beraroma relijius.
Naskah-naskah keagamaan tersebut ditatah atau diukir di atas bidang kayu,
kemudian di cetak di atas kertas. Cina telah menemukan kertas dan
memproduksinya secara massal sejak tahun 105 di bawah kekuasaan Dinasti Yi.
Penemuan kertas adalah kunci dari pesatnya perkembangan seni ini.
Bangsa Romawi juga sudah mengenal teknik cetak, yang dipakai untuk menghias
jubah dengan cetak stempel. Tetapi, teknik cetak ini kurang berkembang karena
bangsa Eropa belum mengenal kertas.
Teknik grafis mulai berkembang di Eropa pada abad ke-13, dengan
ditemukannya mesin cetak oleh Gutterberg, yang juga mendirikan pabrik kertas
pertama di Italia. Sejak saat itulah, beragam teknik seni grafis berkembang di
Eropa.
Di Indonesia, seni grafis baru muncul pada 1950-an. Teknik cetak grafis juga
mulai banyak digunakan dalam seni terapan untuk membuat poster-poster
perjuangan.
Istilah seni grafis dikenal juga dengan seni mencetak, di mana kata grafis
berasal dari bahasa Yunani grafhein, yang berarti menulis atau menggambar.
Istilah grafis diserap dari bahasa Inggris, graf atau grafhic, yang berarti dapat
membuat tulisan, lukisan dengan cara ditoreh atau digores. Secara umum,
pengertian seni grafis adalah karya seni rupa dua dimensi atau disebut dengan
'dwimatra', yang menghasilkan produk-produk modern dalam berbagai media
menggunakan teknik cetak maupun printing.

2.2 Pengertian, Media, dan Warna Seni Grafis


2.2.1 Pengertian
Seni grafis adalah cabang seni rupa yang proses pembuatan karyanya
menggunakan teknik cetak, biasanya di atas kertas. Kecuali pada
teknik Monotype, prosesnya mampu menciptakan salinan karya yang sama
dalam jumlah banyak, ini yang disebut dengan proses cetak. Tiap salinan
karya dikenal sebagai 'impression'. Lukisan atau drawing, di sisi lain,

3
menciptakan karya seni orisinil yang unik. Cetakan diciptakan dari
permukaan sebuah bahan, yang umum digunakan adalah: plat logam,
biasanya tembaga atau seng untuk engraving atau etsa; batu digunakan
untuk litografi; papan kayu untuk woodcut/cukil kayu. Masih banyak lagi
bahan lain yang digunakan dalam karya seni ini. Tiap-tiap hasil cetakan
biasanya dianggap sebagai karya seni orisinil, bukan sebuah salinan.
Karya-karya yang dicetak dari sebuah plat menciptakan sebuah edisi, pada
masa seni rupa modern masing-masing karya ditandatangani dan diberi
nomor untuk menandai bahwa karya tersebut adalah edisi terbatas.

2.2.2 Media
Seniman grafis berkarya menggunakan berbagai macam media dari
yang tradisional sampai kontemporer, termasuk tinta ber-basis air, cat air,
tinta ber-basis minyak, pastel minyak, dan pigmen padat yang larut dalam
air seperti crayon Caran D'Ache. Karya seni grafis diciptakan di atas
permukaan yang disebut dengan plat. Teknik dengan menggunakan metode
digital menjadi semakin populer saat ini. Permukaan atau matrix yang
dipakai dalam menciptakan karya grafis meliputi papan kayu, plat logam,
lembaran kaca akrilik, lembaran linoleum atau batu litografi. Teknik lain
yang disebut dengan serigrafi atau cetak saring (screen-printing)
menggunakan lembaran kain berpori yang direntangkan pada sebuah
kerangka, disebut dengan screen. Cetakan kecil bahkan bisa dibuat dengan
menggunakan permukaan kentang atau ketela.

2.2.3 Warna
Pembuat karya grafis memberi warna pada cetakan mereka dengan
banyak cara. Seringkali pewarnaannya—dalam etsa, cetak saring, cukil
kayu serta linocut—diterapkan dengan menggunakan plat, papan atau
screen yang terpisah atau dengan menggunakan pendekatan reduksionis.
Dalam teknik pewarnaan multi-plat, terdapat sejumlah plat, screen atau
papan, yang masing-masing menghasilkan warna yang berbeda. Tiap plat,
screen atau papan yang terpisah akan diberi tinta dengan warna berbeda
kemudian diterapkan pada tahap tertentu untuk menghasilkan keseluruhan
gambar. Rata-rata digunakan 3 sampai 4 plat, tetapi adakalanya seorang
seniman grafis menggunakan sampai dengan tujuh plat. Tiap penerapan
warna akan berinteraksi dengan warna lain yang telah diterapkan pada
kertas, jadi sebelumnya perlu dipikirkan pemisahan warna. Biasanya warna
yang paling terang diterapkan lebih dulu kemudian ke warna yang lebih
gelap.

4
Pendekatan reduksionis untuk menghasilkan warna dimulai dengan papan
kayu atau lino yang kosong atau dengan goresan sederhana. Kemudian
seniman mencukilnya lebih lanjut, memberi warna lain dan mencetaknya
lagi. Bagian lino atau kayu yang dicukil akan mengekspos (tidak menimpa)
warna yang telah tercetak sebelumnya.
Pada teknik grafis seperti chine-collé atau monotype, pegrafis kadang-
kadang hanya mengecat warna seperti pelukis kemudian dicetak.
Konsep warna subtraktif yang juga digunakan dalam cetak offset atau cetak
digital, di dalam software vektorial misalnya Macromedia Freehand,
CorelDraw atau Adobe Ilustrator atau bitmap ditampilkan
dalam CMYK atau ruang warna lain

2.3 Teknik Seni Grafis


Teknik seni grafis dapat dibagi dalam kategori dasar sebagai berikut:
1. Cetak relief, di mana tinta berada pada permukaan asli dari matrix. teknik
relief meliputi: cukil kayu, engraving kayu, cukil linoleum/linocut, dan cukil
logam/metalcut.
2. Intaglio, tinta berada di bawah permukaan matrix. teknik ini
meliputi: engraving, etsa, mezzotint, aquatint, chine-collé dan drypoint; plano
grafi di mana matrix permukaannya tetap, hanya mendapat perlakuan khusus
pada bagian tertentu untuk menciptakan image/gambar. teknik ini
meliputi: litografi, monotype dan teknik digital stensil, termasuk cetak
saring dan pochoir.
3. Teknik lain dalam seni grafis yang tidak temasuk dalam kelompok ini adalah
'kolografi' (teknik cetak menggunakan kolase), proses digital termasuk giclée,
medium fotografi serta kombinasi proses digital dan konvensional.
Kebanyakan dari teknik di atas bisa juga dikombinasikan, khususnya yang berada
dalam kategori sama. Misalnya, karya cetak Rembrandt biasanya secara mudah
disebut dengan "etsa", tetapi sering kali dipakai juga teknik engraving dan
drypoint, dan bahkan kadang-kadang tidak ada etsa-nya sama sekali

2.3.1 Cukil kayu 


Cukil kayu atau xylografi adalah teknik cetak relief dalam seni grafis, di
mana gambar dipahat pada permukaan papan kayu, dengan bagian yang
akan dicetak tetap sejajar dengan permukaan sementara bagian yang tak
dicetak dicukil atau dipahat dengan tatah/alat cukil. Bagian yang dicukil
dengan pisau atau tatah hasilnya menjadi "putih" (warna kertas atau bahan
lain), bagian yang tidak dicukil tetap sejajar dengan permukaan aslinya,
hasilnya menjadi "hitam" (warna tinta). Seni cukil kayu disebut juga

5
dengan "xilografi" ("xylography") tetapi kata ini jarang digunakan dalam
bahasa Inggris.
Seniman membuat skets terlebih dulu pada sebidang papan kayu, atau di
kertas yang kemudian ditransfer ke papan kayu. Tradisionalnya, seniman
kemudian menyerahkan rancangannya ke ahli cukil khusus, yang
menggunakan peralatan tajam untuk mencukil bagian papan yang tidak
akan terkena tinta. Bagian permukaan tinggi dari papan kemudian diberi
tinta dengan menggunakan roller, lalu lembaran kertas, yang mungkin
sedikit lembap, ditaruh di bawah papan. Kemudian papan digosok
dengan baren (alat yang digunakan di Jepang) atau sendok, atau melalui
alat press. Jika memakai beberapa warna, papan yang terpisah dipakai
untuk tiap warna.Seniman yang menggunakan teknik ini: Albrecht
Dürer, Werner Drewes, Hiroshige, Hokusai.

Gambar 1. Contoh Seni Grafis Cukil Kayu


Cukil kayu ukiyo-e, Ishiyama Moon karya Tsukioka Yoshitoshi (1889)

2.3.2 Engraving / Gravir


Gravir  adalah kegiatan menatah pada permukaan suatu benda keras dan
rata berdasarkan rancangan tertentu. Hasilnya dapat berupa objek dekorasi,
seperti pada permukaan perak, emas, baja, atau gelas, atau menjadi pelat
printing intaglio, seperti pada tembaga atau logam yang dicetakkan pada
kertas atau kain. Gambar hasil cetakan ini disebut gambar gravir.
Proses ini dikembangkan di Jerman sekitar tahun 1430 dari engraving
(ukiran halus) yang digunakan oleh para tukang emas untuk mendekorasi
karya mereka. penggunaan alat yang disebut dengan burin merupakan
ketrampilan yang rumit.
Pembuat engraving memakai alat dari logam yang diperkeras yang disebut
dengan burin untuk mengukir desain ke permukaan logam, tradisionalnya
memakai plat tembaga. Alat ukir tersebut memiliki bermacam-macam
bentuk dan ukuran menghasilkan jenis garis yang berbeda-beda.
Seluruh permukaan plat diberi tinta, kemudian tinta dibersihkan dari
permukaan, yang tertinggal hanya tinta yang berada di garis yang diukir.

6
Kemudian plat ditaruh pada alat press bertekanan tinggi bersama dengan
lembaran kertas (sering kali dibasahi untuk melunakkan). Kertas kemudian
mengambil tinta dari garis engraving (bagian yang diukir), menghasilkan
karya cetak.

Gambar 2. Contoh Seni Gravis Gravir


"Melancholia I", engraving karya Albrecht Dürer, salah seorang
seniman grafis.

2.3.3 Etsa
Etsa adalah proses dengan menggunakan [asam] kuat untuk mengikis
bagian permukaan logam yang tak terlindungi untuk menciptakan desain
pada logam. Sebagai metode intaglio dalam seni grafis, bersama
dengan gravir, etsa merupakan teknik paling penting dalam sejarah karya
seni grafis Barat (old master prints) dan masih tetap banyak digunakan
sampai sekarang.
Etsa adalah bagian dari kelompok teknik intaglio bersama
dengan engraving, drypoint, mezzotint dan aquatint. Proses ini diyakini
bahwa penemunya adalah Daniel Hopfer (sekitar 1470-1536) dari
Augsburg, Jerman, yang mendekorasi baju besinya dengan teknik ini. Etsa
kemudian menjadi tandingan engraving sebagai medium seni grafis yang
populer. Kelebihannya adalah, tidak seperti engraving yang memerlukan
ketrampilan khusus dalam pertukangan logam, etsa relatif mudah dipelajari
oleh seniman yang terbiasa menggambar.
Hasil cetakan etsa umumnya bersifat linear dan sering kali memiliki detail
dan kontur halus. Garis bervariasi dari halus sampai kasar. Teknik etsa
berlawanan dengan teknik cukil kayu, pada etsa bagian permukaan tinggi
bebas tinta, bagian permukaan rendah menahan tinta. Mula-mula selembar
plat logam (biasanya tembaga, seng atau baja) ditutup dengan lapisan
semacam lilin. Kemudian seniman menggores lapisan tersebut dengan
jarum etsa yang runcing, sehingga bagian logamnya terbuka. Plat tersebut
lalu dicelupkan dalam larutan asam atau larutan asam disapukan di atasnya.

7
Asam akan mengikis bagian plat yang digores (bagian logam yang
terbuka/tak terlapisi). Setelah itu, lapisan yang tersisa dibersihkan dari plat,
dan proses pencetakan selanjutnya sama dengan proses pada engraving.
Seniman yang menggunakan teknik ini: Albrecht
Dürer, Rembrandt, Francisco Goya, Whistler, Jim Dine, Otto Dix, James
Ensor, Lucian Freud, Paul Klee, Einar Hakonarson, Edward Hopper, Horst
Janssen, Käthe Kollwitz, Mauricio Lasansky, Brice Marden, Henri
Matisse, Giorgio Morandi, Pablo Picasso, Peter Milton, Paula Rego and Cy
Twombly.

Gambar 3. Contoh Seni Grafis Etsa


"Tidurnya Pikiran menciptakan monster-monster" etsa dan aquatint
karya Francisco Goya
2.3.4 Mezzotint
Salah satu cara lain dalam teknik intaglio di mana plat logam terlebih
dahulu dibuat kasar permukaannya secara merata; gambar dihasilkan
dengan mengerok halus permukaan, menciptakan gambar yang dibuat dari
gelap ke terang. Mungkin juga menciptakan gambar hanya dengan
mengkasarkan bagian tertentu saja, bekerja dari warna terang ke gelap.
Mezzotint dikenal karena kualitas tone-nya yang kaya: pertama, karena
permukaan yang dikasarkan secara merata menahan banyak tinta,
menghasilkan warna cetak yang solid; kedua, karena proses penghalusan
tekstur dengan menggunakan burin, atau alat lain menghasilkan gradasi
halus untuk mengembangkan tone.
Metode mezzotint ditemukan oleh Ludwig von Siegen (1609-1680). Proses
ini dipakai secara luas di Inggris mulai pertengahan abad delapanbelas,
untuk mereproduksi foto dan lukisan.

8
2.3.4 Aquatint
Adalah variasi dari etsa. Seperti etsa, aquatint menggunakan asam untuk
membuat gambar cetakan pada plat logam. Pada teknik etsa digunakan
jarum untuk menciptakan garis yang akan menjadi warna tinta pekat,
aquatint menggunakan serbuk resin yang tahan asam untuk menciptakan
efek tonal.
Kebanyakan karya-karya grafis Goya menggunakan teknik aquatint.

2.3.5 Drypoint
Merupakan variasi dari engraving, dikerjakan dengan alat runcing, bukan
dengan alat burin berbentuk "v". Sementara garis pada engraving sangat
halus dan bertepi tajam, goresan drypoint meninggalkan kesan kasar pada
tepi garis. Kesan ini memberi ciri kualitas garis yang lunak, dan kadang-
kadang berkesan kabur, pada drypoint. Karena tekanan alat press dengan
cepat merusak kesan tersebut, drypoint hanya berguna untuk jumlah edisi
yang sangat kecil; sekitar sepuluh sampai duapuluh karya. Untuk mengatasi
ini, penggunaan electro-plating (pelapisan secara elektrik dengan bahan
logam lain) telah dilakukan sejak abad sembilanbelas untuk mengeraskan
permukaan plat.
Teknik ini kelihatannya ditemukan oleh seorang seniman Jerman selatan
abad limabelas yang memiliki julukan Housebook Master, di mana semua
karya-karyanya menggunakan drypoint. Di antara seniman old master
print yang menggunakan teknik ini: Albrecht Dürer memproduksi 3 karya
drypoint sebelum akhirnya berhenti menggunakannya; Rembrandt sering
menggunakannya, tetapi biasanya digabungkan etsa dan engraving.
2.3.6 Litografi
Litografi (dari Bahasa Yunani Kuno λίθος, lithos 'batu' dan
γράφειν, graphein 'menulis)[1] atau cetak batu adalah sebuah metode
untuk percetakan di atas permukaan licin, dan juga sebuah cara untuk
memproduksi semikonduktor dan peralatan MEMS. Pencetakannya dari
batu (batugamping litograf) atau pelat logam dengan permukaan halus. Itu
ditemukan pada 1796 oleh penulis dan aktor Jerman Alois
Senefelder sebagai metode murah untuk menerbitkan karya teater.[2]
[3]
 Litografi dapat digunakan untuk mencetak teks atau karya seni di atas
kertas atau bahan lain yang sesuai.
Litografi adalah teknik yang ditemukan pada tahun 1798 oleh Alois
Senefelder dan didasari pada sifat kimiawi minyak dan air yang tak bisa
bercampur. Digunakan permukaan berpori, biasanya sejenis batu yang
disebut limestone/batu kapur; gambar dibuat pada permukaan batu dengan

9
medium berminyak. Kemudian dilakukan pengasaman, untuk mentransfer
minyak ke batu, sehingga gambar 'terbakar' pada permukaan. Lalu dilapisi
gum arab, bahan yang larut air, menutupi permukaan batu yang tidak
tertutupi medium gambar (yang berbasis minyak). Batu lantas dibasahi, air
akan berada pada bagian permukaan yang tidak tertutup medium gambar
berbasis minyak tadi; selanjutnya batu di-roll dengan tinta berbasis minyak
ke seluruh permukaan; karena air menolak sifat minyak pada tinta maka
tinta hanya menempel pada bagian gambar yang berminyak. Kemudian
selembar kertas lembap diletakkan pada permukaan, image/gambar
ditransfer ke kertas dengan menggunakan alat press. Teknik litografi
dikenal dengan kemampuannya menangkap gradasi halus dan detail yang
sangat kecil.
Variasi dari teknik ini adalah foto-litografi, di mana gambar ditangkap
lewat proses fotografis pada plat logam; kemudian pencetakan dilakukan
dengan cara yang sama.
Seniman yang menggunakan teknik ini : George Bellows, Pierre
Bonnard, Honoré Daumier, M.C. Escher, Ellsworth Kelly, Willem de
Kooning, Joan Miró, Edvard Munch, Emil Nolde, Pablo Picasso, Odilon
Redon, Henri de Toulouse-Lautrec and Stow Wengenroth

Gambar 4. Contoh Seni Grafis Litografi


Litografi oleh Auguste van Pers yang menggambarkan
seorang pangeran dari pulau Madura dan pelayannya pada masa Hindia
Belanda

2.3.7 Cetak Saring


Cetak saring atau sablon adalah salah satu teknik proses cetak yang
menggunakan layar (screen) dengan kerapatan tertentu dan umumnya

10
barbahan dasar Nylon atau sutra (silk screen). Layar ini kemudian
diberi pola yang berasal dari negatif desain yang dibuat sebelumnya di
kertas HVS atau kalkir. Kain ini direntangkan dengan kuat agar
menghasilkan layar dan hasil cetakan yang datar. Setelah
diberi fotoresis dan disinari, maka harus disiram air agar pola terlihat lalu
akan terbentuk bagian-bagian yang bisa dilalui tinta dan tidak.
Proses pengerjaannya adalah dengan menuangkan tinta di atas layar dan
kemudian disapu menggunakan palet atau rakel yang terbuat dari karet.
Satu layar digunakan untuk satu warna. Sedangkan untuk membuat
beberapa warna dalam satu desain harus menggunakan suatu alat agar
presisi.
Cetak saring biasanya digunakan untuk mencetak gambar di dimensi datar
seperti kain. Teknik sablon sering digunakan di konveksi.
Cetak saring dikenal juga dengan sablon atau serigrafi menciptakan warna
padat dengan menggunakan teknik stensil. Mula-mula seniman
menggambar berkas pada selembar kertas atau plastik (kadang-kadang
dipakai juga film.) Gambar kemudian dilubangi untuk menciptakan stensil.
(Bagian yang berlubang adalah bagian yang akan diwarnai.)
Sebuah screen dibuat dari selembar kain (asalnya dulu menggunakan sutra)
yang direntangkan pada rangka kayu. Selanjutnya stensil ditempelkan pada
screen. Kemudian screen diletakkan di atas kertas kering atau kain. Tinta
dituangkan di sisi dalam screen. Sebuah rakel dari karet digunakan untuk
meratakan tinta melintasi screen, di atas stensil, dan menuju ke kertas atau
kain. Screen diangkat ketika gambar sudah ditransfer ke kertas/kain. Tiap
warna memerlukan stensil yang terpisah. Screen bisa dipakai lagi setelah
dibersihkan.
Seniman yang menggunakan teknik ini : Josef Albers, Chuck
Close, Ralston Crawford, Robert Indiana, Roy Lichtenstein, Julian
Opie, Robert Rauschenberg, Bridget Riley, Edward Ruscha, dan Andy
Warhol.

2.3.8 Cetak Digital


Cetak digital merujuk pada image/citra yang diciptakan dengan komputer
menggunakan gambar, teknik cetak lain, foto, light pen serta tablet, dan
sebagainya. Citra tersebut bisa dicetak pada bahan yang bervariasi
termasuk pada kertas, kain atau kanvas plastik. Reproduksi warna yang
akurat merupakan kunci yang membedakan antara digital print berkualitas
tinggi dengan yang berkualitas rendah. Warna metalik (emas, perak) sulit
untuk direproduksi secara akurat karena akan memantul-balikkan sinar
pada scanner digital. Cetak digital berkualitas tinggi biasanya direproduksi

11
dengan menggunakan file data ber-resolusi sangat tinggi dengan printer
ber-presisi tinggi.
Cetak digital bisa dicetak pada kertas printer desktop standar dan kemudian
ditransfer ke art paper tradisional (misalnya, Velin Arch atau Stonehenge
200gsm). Salah satu cara mentransfer berkas adalah dengan meletakkan
hasil cetakan menghadap permukaan, art paper kemudian diolesi
dengan Wintergreen oil di belakang cetakan, kemudian dipress.
Sosiolog Jean Baudrillard memiliki pengaruh besar dalam seni grafis
digital lewat teori yang diuraikannya dalam Simulacra and Simulation.
Seniman yang menggunakan teknik ini: Istvan Horkay,Zazie (seniman
surrealis)

2.4 Tokoh Seniman Grafis Dunia


2.4.1 Albrecht Dürer
Albrecht Dürer (diucapkan [ˈalbʀɛçt ˈdyʀɐ]) (lahir 21
Mei 1471 – meninggal 6 April 1528 pada umur 56 tahun)[1] adalah seorang
pelukis, pengukir dan matematikawan Jerman. Ia lahir dan meninggal
di Nuremberg, Jerman.Albrecht Dürer terkenal sebagai salah satu pembuat
cetakan lama terbesar, bersama dengan Rembrandt dan Goya.

Gambar 5. Albrecht Dürer

2.4.2 Edvard Munch


Edvard Munch (dibaca :ɛdvɒ:rt muŋk],  Lahir di Loten 12 Desember 1863
dan meninggal di Ekely 23 Januari 1944
adalah pelukis aliran ekspresionisme dan pencetak (printmaker)
berkebangsaan Norwegia. Gambarannya terhadap kesengsaraan atau
penderitaan sangat memengaruhi perkembangan ekspresionisme
di Jerman pada awal abad ke-20.The Scream (1893; awalnya

12
disebut Despair), lukisan paling terkenal Munch, dianggap sebagai ikon
penggambaran penderitaan dan merupakan salah satu bagian dari seri yang
disebut The Frieze of Life, di mana Munch mengeksplorasi tema
kehidupan, cinta, takut, kematian, dan kesedihan. Sebagaimana halnya
dengan banyak karya lainnya, Munch melukis beberapa versi lukisan ini.
Salah satu dicuri pada tahun 1994 dan lainnya pada tahun 2004. Kedua
lukisan yang dicuri ini akhirnya dapat ditemukan kembali.Tema The Frieze
of Life berulang pada karya-karya Munch selanjutnya, dalam lukisan
seperti The Sick Child (1886, lukisan saudara perempuannya yang telah
meninggal, Sophie), Vampire (1893–94), Ashes (1894), dan The Bridge.
Lukisan terakhir menggambarkan sosok pincang dengan wajah yang samar
yang dilatarbelakangi oleh bayangan pohon besar dan rumah yang
menakutkan. Munch selalu menggambarkan wanita sebagai sosok yang
rapuh, korban yang tak bersalah, atau vampir pencabut nyawa yang
mengerikan. Para analis mengatakan bahwa hal ini mencerminkan
kecemasan seksualnya.

Gambar 6. Edvard Munch

2.4.3 Rembrandt Harmenszoon van Rijn 


Rembrandt Harmenszoon van Rijn (lahir 15 Juli 1606 – meninggal 4
Oktober 1669 pada umur 63 tahun) adalah pelukis Belanda yang
merupakan salah satu pelukis terbesar dalam sejarah seni Eropa.
Rembrandt dikenal dengan keahliannya memanipulasi ekspos cahaya
terhadap objek sehingga memberikan efek tertentu di dalam lukisan.
Rembrandt juga sering membuat karya-karya grafis dan gambar.
Kontribusinya yang besar terhadap seni rupa terjadi pada era keemasan
Belanda (sekitar abad 17).

13
Gambar 7. Rembrandt Harmenszoon van Rijn 

2.5 Seniman Grafis Indonesia


2.5.1 Suromo
Suromo Darposawego (1919-2003) dikenang sebagai salah seorang perintis
seni grafis Indonesia bersama Abdul Salam, Mochtar Apin, dan
Baharuddin Marasutan. Lahir dan dibesarkan di kota Solo-Jawa tengah
pada 11 Oktober 1919. Pada pertengahan 1930-an, Suromo merantau ke
Jakarta dan sempat belajar melukis dibawah bimbingan Mas Pirngadie
sebelum akhirnya bergabung ke dalam Kelompok Persagi. Bersama
kelompok ini, Suromo terlibat dalam pameran di Toko Buku Kolff dan
Kunstkring. Kedua pameran ini menadai kebangkitan seni rupa modern
Indonesia. Di masa revolusi, Suromo bergerak ke Solo dan bergabung
dengan SIM (Seniman Indonesia Muda). Pada masa ini, Suromo turut
menggerakkan penerbitan majalah seniman, majalah yang banyak
mengulas permasalahan seni rupa, sastra, teater, dan memuat album-album
lukisan yang diciptakan semasa Revolusi. Tulisan Suromo tentang seni
grafis, seni keramik, dan seni rupa secara umum banyak tersebar di
berbagai majalah. Pada tahun 1951 dia mengajar di Akademi Seni Rupa
Indonesia-ASRI Jogjakarta. Ketika wafat 23 Januari 2003, Suromo
meninggalkan banyak karya-karya relief, cukilan kayu, lukisan, keramik,
patung.
Pameran tunggal Suromo pada tahun 2012 menghadirkan karya lukis dan
grafis rentang waktu 1950-2000 yang selama ini disimpans ebagai koleksi
keluarga dan jarang dilihat oelh publik umum. Pameran tersebut ditujukan
sebagai momentum untuk mengkaji kembali kedudukan Suromo di peta
seni rupa modern Indonesia.

14
Gambar 8. Suromo

2.5.2 Abdul Salam


Abdul Salam adalah seorang priyayi sekaligus pionir ilustrasi seni grafis
masa awal seni rupa Indonesia: Abdul Salam. Semasa hidupnya, Abdul
Salam pernah bekerja di Statistik Pasar Baru Batavia dan bergabung
dengan banyak seniman antara lain S. Soedjojono, S. Tutur, dan Agus
Djaya mendirikan kelompok seniman Persagi di Jakarta (1940). Sebagai
pionir bidang seni ilustrasi grafis di Indonesia, Abdul Salam melahirkan
karya awalnya berupa cukilan kayu, kemudian etsa sejak tahun 1945.
Selain itu, ia juga membuat komik dengan kisah perjuangan “Menudju
Kemerdekaan” jilid 1-3. ”Kisah Pendudukan Jogja” adalah kemungkinan
komik pertama di Indonesia karyanya yang terkenal pada tahun 1952.
Abdul Salam meninggal di Yogyakarta tahun 1987. Dia juga termasuk
salah seorang Delinafit atau pelukis uang pada masa awal kemerdekaan.
Sumber: jogjanews.com

Gambar 9. Abdul Salam

15
2.5.3 Mochtar Apin
Mochtar Apin (lahir di Padangpanjang, Sumatra Barat, 10 Februari
1923 – meninggal di Bandung, Jawa Barat, 1 Januari 1994 pada umur 70
tahun) adalah seorang pelukis dan pengajar Indonesia yang mengajar
senirupa di Institut Teknologi Bandung. Ia merupakan salah seorang
pendiri organisasi Gelanggang pada tahun 1946 bersama beberapa orang
lainnya, yakni Chairil Anwar, Asrul Sani, Rivai Apin dan Baharuddin
Marasutan. Gelanggang adalah suatu organisasi para seniman yang
mengusung atau memperjuangkan modernitas dan kebebasan dalam
berekspresi.

Gambar 10. Mochtar Apin

2.5.4 Kaboel Suadi


Kaboel Suadi (lahir di Cirebon, 7 November 1935 – meninggal
di Bandung, 27 September 2010 pada umur 74 tahun), adalah
seorang pelukis dan seniman grafis Indonesia.
Pada 1964 Kaboel mulai menempuh pendidikannya di Jurusan Arsitektur
dan Seni Rupa Institut Teknologi Bandung. Pada 1969 ia mendapat
kesempatan untuk memperdalam seni grafis di Hochschule für bildende
Künste di Berlin Barat, Jerman.
Kaboel mengajar di Institut Teknologi Bandung, dan pensiun pada 2000.
Pada 1990 ia memperoleh kesempatan mengajar di Hochschule für
bildende Künste (HBK) Braunschweig. Setelah pensiun dari ITB, sejak
tahun 2000 ia mengajar di Fakultas Seni Rupa dan Desain di Universitas
Trisakti, Jakarta. Beberapa karyanya yang layak dicatat adalah : Monumen
Perjuangan Rakyat di Indramayu, Patung Mahkamah Agung RI pertama di
Gedung Mahkamah Agung, Patung Menteri Kehakiman Pertama RI di
Gedung Kehakiman, 12 Patung Pahlawan Nasional di Graha
Pemuda Senayan Jakarta, Display Vitrin di Museum Artha Suaka, Bank
Indonesia, Patung di Museum Bank Rakyat Indonesia Purwokerto,

16
Display Museum Negeri Jawa Barat, Mural di Lapangan Tembak Senayan
Jakarta, Mural Gedung Djarum Kudus, Replika Kereta Paksi Naga Liman
untuk Expo Vancouver  Kanada, Piala Sporta (Anugerah Insan Terbaik
Olahraga Indonesia), Buku Sketsa Berlin Barat.

Gambar 11. Kaboel Suadi

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Dari hasil pembahsan makalah di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Seni grafis secara umum adalah karya seni rupa dua dimensi atau disebut
dengan 'dwimatra', yang menghasilkan produk-produk modern dalam berbagai
media menggunakan teknik cetak maupun printing. Seni grafis adalah cabang
seni rupa yang proses pembuatan karyanya menggunakan teknik cetak.
2. Media seni grafis menggunakan berbagai macam media dari
yang tradisional sampai kontemporer. Teknik dengan menggunakan metode
digital menjadi semakin populer saat ini.
3. Warna seni grafis pada seni grafis manual pemberian warna pada cetakan
dengan etsa, cetak saring, cukil kayu, linocut, menggunakan plat, papan atau
screen yang terpisah, dan menggunakan pendekatan reduksionis, teknik
pewarnaan multi-plat, teknik grafis seperti chine-collé atau monotype, pada
seni grafis modern, konsep warna subtraktif yang juga digunakan dalam
cetak offset atau cetak digital, di dalam software vektorial  misalnya
Macromedia Freehand, CorelDraw atau Adobe
Ilustrator atau bitmap ditampilkan dalam CMYK atau ruang warna lain
4. Teknik seni grafis dibagi dalam kategori dasar yaitu Cetak relief, Intaglio,
'kolografi' (teknik cetak menggunakan kolase), dan teknik dengan proses
digital, serta kombinasi proses digital dan konvensional
5. Seniman grafis dunia seperti Albrecht Dürer, Edvard Munch, dan Rembrandt
Harmenszoon van Rijn.
6. Seniman grafis Indonesia seperti Suromo Darposawego, Abdul Salam,
Mochtar Apin, dan Kaboel Suadi

18

Anda mungkin juga menyukai