Anda di halaman 1dari 2

Fungsi Bahasa Baku

Terdapat empat fungsi bahasa baku, yaitu (1) fungsi pemersatu, (4) fungsi
pemberi kekhasan, (3) fungsi pembawa kewibawaan, dan (4) fungsi sebagai
kerangka acuan. Tiga fungsi pertama disebut fungsi perlambangan atau
simbolik, sedangkan satu fungsi terakhir disebut fungsi objektif.
(1) Fungsi Pemersatu
Bahasa baku membentuk satu masyarakat bahasa yang mencukupi seluruh
penutur dialek bahasa tersebut. Selain mempermudah proses identifikasi
penutur dengan seluruh anggota kelompok masyarakat penutur bahasa baku
itu.
Fungsi pemersatu dapat dilihat ketika bahasa itu digunakan dalam media
massa, baik cetak maupun elektronik. Bahasa Indonesia ragam tulis dalam
media massa ini memainkan peranan yang sangat menentukan sebagai
pemersatu. Sementara ragam lisan, peranannya dapat terlihat dalam
penggunaan bahasa Indonesia di radio dan televisi.
(2) Fungsi Kekhasan
Fungsi ini akan terlihat ketika bahasa Indonesia dibandingkan dengan bahasa
Melayu yang digunakan  di Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam,
bahkan dengan bahasa Melayu Riau yang merupakan induknya, bahasa
Indonesia dianggap sudah jauh berbeda. Perbedaan ini menunjukkan nilai
positif terhadap makin mantapnya perasaan kepribadian nasional masyarakat
bahasa di Indonesia.
(3) Fungsi Pembawa Kewibawaan
Fungsi ini berkaitan dengan usaha seseorang untuk mencapai kesejahteraan
dengan peradaban lain yang dikagumi melalui pemerolehan bahasa baku
sendiri. Bahasa Indonesia dijadikan teladan bagi bangsa lain di Asia Tenggara
yang masih memerlukan bahasa modern. Fakta hari ini menunjukkan bahwa di
beberapa tempat penutur mahir berbahasa Indonesia dengan baik dan benar
memperoleh wibawa di mata orang lain.
(4) Fungsi Sebagai Kerangka Acuan
Fungsi terakhir ini adalah sebagai kerangka acuan dalam pemakaian bahasa
berdasarkan kodifikasi kaidah dan norma yang jelas. Kaidah dan norma ini
menjadi tolok ukur untuk menilai atau menentukan benar tidaknya pemakaian
bahasa seseorang.
Ciri-ciri Bahasa Baku

Bahasa baku bisa dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut:

1. Tidak dipengaruhi bahasa daerah

Baku: saya, merasa, ayah, dimantapkan

Tidak baku: gue, ngerasa, bokap, dimantapin

2. Tidak dipengaruhi bahasa asing

Baku: banyak guru, itu benar, kesempatan lain

Tidak baku: banyak guru-guru, itu adalah benar, lain kesempatan

3. Bukan merupakan ragam bahasa percakapan

Baku: bagaimana, begitu, tidak, menelepon

Tidak baku: gimana, gitu, nggak, nelpon

4. Pemakaian imbuhan secara eksplisit

Baku: ia mendengarkan radio, anak itu menangis, kami bermain bola di lapangan

Tidak baku: ia dengarkan radio, anak itu nangis, kami main bola di lapangan

5. Pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat

Baku: sehubungan dengan, terdiri atas/dari, seorang pasien

Tidak baku: sehubungan, terdiri, seseorang pasien

6. Tidak mengandung makna ganda atau tidak rancu

Baku: menghemat waktu, mengatasi berbagai ketertinggalan

Tidak baku: mempersingkat waktu, mengejar ketertinggalan

7. Tidak mengandung arti pleonasme (majas yang bermakna sama)

Baku: para juri, mundur, hadirin

Tidak baku: para juri-juri, mundur ke belakang, para hadirin

8. Tidak mengandung hiperkorek

Baku: khusus, sabtu, syah, masyarakat

Tidak baku: husus, saptu, sah, masarakat

Anda mungkin juga menyukai