Anda di halaman 1dari 6

NAMA : MAHMUD ZAINI MUSLIM

NIM : 043420595

PROGRAM STUDI : 71/ Ilmu Pemerintahan

UPBJJ : 50/ SAMARINDA

FAKULTAS : FHISIP (Fakultas Hukum, Ilmu Sosial, dan Ilmu Politik)

MATA KULIAH : Pengantar Ilmu Politik - ISIP4212.500005

SEMESTER :2

Tugas Tutorial 1

Soal-Soal :

1. Sebutkan dan jelaskan definisi-definisi ilmu politik ?


2. Apa peran birokrasi dalam sistem politik Indonesia ?
3. Upaya apa saja yang dilakukan indonesia untuk memajukan, menghormati dan menegakkan
hak asasi manusia ?
4. Menurut anda demokrasi yang berada di Indonesia saat ini apakah telah berjalan sesuai dengan
apa yang diharapkan oleh pendahulu kita dan telah berjalan dengan baik bilamana secara
pelaksanaan yang ada di masyarakat keadaannya sekarang dipersulit maupun ketika
melakukan pencegahan akan mendapatkan sebuah cegahan yang berasal dari pihak lainnya
sehingga ketika dilaksanakan sebuah pemilihan kepala pemerintahan yang dimana berasal dari
independen akan dipersulit ?

JAWABAN :

1. Ilmu politik adalah cabang ilmu sosial yang membahas teori dan praktik politik serta
deskripsi dan analisis sistem politik dan perilaku politik. Ilmu ini berorientasi akademis, teori,
dan riset.
Ilmuwan politik mempelajari alokasi dan transfer kekuasaan dalam pembuatan keputusan,
peran dan sistem pemerintahan termasuk pemerintah dan organisasi internasional, perilaku
politik dan kebijakan publik. Mereka mengukur keberhasilan pemerintahan dan kebijakan
khusus dengan memeriksa berbagai faktor, termasuk stabilitas, keadilan, kesejahteraan
material, dan kedamaian. Beberapa ilmuwan politik berupaya mengembangkan ilmu ini secara
positif dengan melakukan analisis politik. Sedangkan yang lain melakukan pengembangan
secara normatif dengan membuat saran kebijakan khusus. Studi tentang politik diperumit
dengan seringnya keterlibatan ilmuwan politik dalam proses politik, karena pengajaran
mereka biasanya memberikan kerangka pikir yang digunakan komentator lain, seperti jurnalis,
kelompok minat tertentu, politikus, dan peserta pemilihan umum untuk menganalisis
permasalahan dan melakukan pilihan. Ilmuwan politik dapat berperan sebagai penasihat untuk
politikus tertentu, atau bahkan berperan sebagai politikus itu sendiri. Ilmuwan politik dapat
terlihat bekerja di pemerintahan, di partai politik, atau memberikan pelayanan publik. Mereka
dapat bekerja di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau pergerakan politik. Dalam
berbagai kapasitas, orang yang dididik dan dilatih dalam ilmu politik dapat memberi nilai
tambah dan menyumbangkan keahliannya pada perusahaan. Perusahaan seperti wadah
pemikir (think-tank), institut riset, lembaga polling dan hubungan masyarakat sering
mempekerjakan ilmuwan politik.

2. Birokrasi adalah instrument penting bagi setiap Negara apalagi bagi masyarakat modern,
keberadaan birokrasi adalah sesuatu yang tidak dapat dihindarkan sebab dimana ada Negara
pasti ada birokrasi sebagai konsekuensi logis dari tugas utama Negara atau pemerintah untuk
memberikan pelayanan yang dapat memuaskankan masyarakat, karena dalam hal ini Negara
dituntut terlibat dalam memproduksi barang dan jasa yang diperlukan oleh rakyat. Birokrasi
bagi sebagian orang seringkali dimaknai sebagai prosedur yang berbelit-belit, menyulitkan
dan menjengkelkan. Meskipun begitu jika dimaknai dan dipahami dari prespektif positif
birokrasi adalah upaya untuk mengatur dan mengendalikan prilaku masyarakat agar lebih
tertib dalam hal mengelola berbagai sumber daya yang mendistribusikan sumber daya tersebut
kepada setiap anggota masyarakat. Maka dalam hal ini jelaslah bahwa birokrasi adalah suatu
usaha dalam mengorganisir berbagai pekerjaan agar terselenggara secara teratur.
Jika merujuk pada pandangan Weber (dalam Thoha, 2014: 19 – 20), Weber memperhitungkan
tiga elemen pokok dalam konsep birokrasinya. Pertama, birokrasi dipandang sebagai
isntrumen teknis (thenical instrument). Kedua, birokrasi dipandang sebagai kekuatan
independen dalam masyarakat, sepanjang birokrasi mempunyai kecendurangan melekat pada
penerapan fungsi sebagai instrument teknis tersebut. Ketiga, pengembangan dari sikap ini
karena para birokrat tidak mampu memisahkan prilaku mereka dari kepentingan sebagai suatu
kelompok masyarakat yang partikular. Elemen kedua dan ketiga yang dimaksudkan Weber
merupakan padangannya terhadap peranan politik dalam birokrasi. Adanya faktor politik yang
bisa mempengaruhi terhadap proses ideal birokrasi. Kehidupan birokrasi tampaknya sudah
diperhitungkan tidak bisa dipisahkan dari politik. Namun begitu birokrasi pemerintahan
adalah sistem yang mengatur jalannya sebuah pemerintahan yang didalamnya menyangkut
berbagai sub sistem yang saling berkaitan, dimana subsistem ini mencakup kewenangan, tugas
pokok, unsur manusia, tata kerja dan lain sebagainya. Hal ini lah yang menjadikan birokrasi
pemerintahan sebagai garis terdepan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat, oleh
karenanya birokrasi pemerintahan harus bersikap netral baik dari sisi politik yaitu bukan
merupakan kekuasaan politik maupun dari sisi administratif. Sebab jika birokrasi menjadi
kekuatan politik maka birokrasi akan menjadi tidak netral dan akan memihak kekuatan politik
tertentu. Hal ini akan mengkibatkan layanan yang dibutuhkan masyarakat tidak akan sesuai
dengan harapan masyarakat. Birokrasi pada hakikatnya merupakan sarana untuk
merealisasikan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, dimana proses penetapan tujuan tersebut
merupakan fungsi politik dan menjadi kewenangan dari pejabat politik. Dengan demikian
setiap pekerja atau pejabat dalam birokrasi pemerintah merupakan pemicu dan penggerak dari
sebuah mesin yang tidak mempunyai kepentingan pribadi. Hal ini akan membuat birokrasi
pemerintahan bertindak sebagai kekuatan yang netral dari pengaruh dari berbagai kelompok
ataupun golongan tertentu. Namun di banyak Negara berkembang dan salah satunya adalah
Indonesia birokrasi pemerintahnya belum mampu sepenuhnya besikap netral. Hal ini
didukung dengan adanya pendapat Thoha (2014: 7) bahwa di Indonesa hierarki kekuasaan
yang dipengaruhi budaya patrimonial, menjadikan hierarki kekuasaan tersebut semakin kental
praktek kekuasaan birokrasi.
Pejabat hierarki bawah tidak berani bertindak jika tidak memperoleh restu dari pejabat hierarki
atas. Hal ini tentunya akan menjadi penyebab inefisiensi dan penghambat pembangunan dan
pelayanan terhadap masyarakat. Birokrasi disetiap negara seyogyanya adalah instrument yang
sangat penting dalam masyarakat modern. Birokrasi adalah konsekuensi logis dari tugas
utama negara ataupun pemerintahan dalam menjamin kesejahteraan masyarakatnya. Dan
seharusnya birokrasi tidak dimaknai oleh segelintir masyarakat sebagai sesuatu yang berbeli-
belit, menyulitkan.
Birokrasi pemerintahan dan politik adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan namun
keduanya adalah dua hal yang berbeda. Birokrasi adalah instrument dari negara ataupun
pemerintahan yang melaksanakan tujuan-tujuan negara yang telah ditetapkan melalu proses
politik. Oleh karenanya kehadiran politik dan birokrasi tidak akan dapat dihindari. Karena
dalam birokrasi pemerintahan tidak mungkin hanya ada para birokrat tanpa hadirnya intitusi
politik Birokrasi pemerintahan tentunya diharapkan sebagai suatu konsep yang ideal bagi
organisasi pemerintah yang merupakan garis terdepan dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Oleh karenanya salah satu perubahan selain reformasi birokrasi yang sedang
digalak-galakkan pada saat ini, perlu juga dilakukan perbahan mindset yakni pandangan
birokrasi terhadap kekuasaan yang cenderung menjadikan birokrasi sebagai kekuatan yang
sacral. Kekuasaan birokrasi yang diwujudkan dalam jabatan pejabat bisa sangat menakitkan
dan hamper tidak bisa ditembus oleh masyarakat yang sangat lebah dihadapan birokrasi.

3. Upaya Pemerintah dalam Menegakkan HAM Kepada Masyarakat Indonesia


1. Pembentukan Komisi Hak Asasi Manusia
Komisi Hak Asasi Manusia atau Komnas HAM dibentuk pada 7 Juni 1993 melalui Kepres
Nomor 50 tahun 1993. Lembaga ini bertugas untuk meneliti, memberikan penyuluhan,
pemantauan, dan mediasi HAM. Seluruh masyarakat yang merasa hak asasinya dilanggar
diperkenankan untuk melakukan pengaduan kepada Komnas HAM. Wewenang Komnas
HAM meliputi:
❖ Melakukan pendidikan dan penyuluhan tentang HAM
❖ Melakukan pemantauan dan penyelidikan terhadap pelanggaran HAM
❖ Melakukan pengkajian dan penelitian tentang HAM
❖ Menyelesaikan masalah secara konsultasi maupun negosiasi
❖ Menyampaikan rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran hak asasi manusi kepada
pemerintah

2. Pembentukan Instrumen HAM


Instrumen HAM merupakan suatu alat untuk dapat menjamin proses perlindungan dan
penegakan hak asasi manusia. Instrumen HAM biasanya berupa peraturan perundang-
undangan dan lembaga-lembaga penegak, seperti Komnas HAM dan Pengadilan HAM.
Salah satu peraturan yang mengatur tentang HAM terkandung di dalam, UU No. 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

3. Pembentukan Pengadilan HAM


Pengadilan HAM dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 tahun 2000.
Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus terhadap pelanggaran hak asasi manusia
yang menjadi dasar dalam penegakan. Dalam pelaksanaannya, terdapat pula kepastian
hukum, keadilan dan perasaan aman untuk seluruh masyarakat Indonesia.

4. Sistem demokrasi yang berjalan di Indonesia saat ini dinilai berjalan dengan baik. Hal itu
tercermin dari hasil survei nasional Kinerja Satu Tahun Jokowi-Ma'ruf Amin dan Covid19
di Indonesia yang dilakukan lembaga survei Indo Barometer pada 10–17 Oktober 2020.
Dari survei yang dilakukan dengan metode multistage random sampling dengan 1.200
responden dan margin of error sebesar ± 2,83% dengan tingkat kepercayaan 95% tersebut
menunjukkan 56.4% publik merasakan puas dengan jalannya demokrasi di Indonesia saat
ini. Sedangkan yang merasa tidak puas sebesar 37,3% dan yang tidak tidak tahu/tidak
jawab 6.3%.
Ada lima alasan publik puas terhadap sistem demokrasi di Indonesia saat ini. Pertama,
kebebasn memiliki pemimpin (35.9%), melahirkan pemimpin sesuai keinginan masyarakat
(16.0%), sesuai dengan hati nurani (8%), sistem demokrasi terlaksana dengan aman
(5.8%), serta adanya perubahan yang lebih baik (5.3%). Sedangkan alasan ketidakpuasan
publik atas demokrasi yang berjalan saat ini adalah kebijakan pemimpin hanya untuk
golongan tertentu (30.6%), demokrasi berjalan belum sepenuhnya (16.1%), pelaksanaan
demokrasi kurang sehat (15.2%), keadaan ekonomi yang belum berubah (9.8%), dan
banyak yang korupsi (9.4%). Hasil survei juga menunjukkan 77,9% publik setuju bahwa
demokrasi walaupun tidak sempurna adalah sistem pemerintahan terbaik untuk Indonesia
saat ini dibandingkan sistem lainnya. Sistem demokrasi dinilai menjadi sistem
pemerintahan terbaik untuk Indonesia karena dengan sistem ini rakyat bebas mengeluarkan
pendapat, bebas memilih pemimpin, sesuai dengan hati nurani sistem demokrasi bersifat
terbuka, serta bebas memilih wakil rakyat. Hanya 11,1% respoden yang menyatakan tidak
setuju sistem demokrasi diterapkan di Indonesia. Terdapay lima alasan publik tidak setuju
bahwa demokrasi adalah sistem pemerintahan terbaik saat ini yaitu kurang berpihak ke
rakyat kecil, politik kurang sehat,demokrasi berjalan belum sepenuhnya, pelaksanaan
demokrasi belum maksimal, dan hanya menguntungkan golongan tertentu.
Menurut pribadi saya, secara umum mewakili orang awam, demokrasi yang sudah berjalan
di Indonesia ini sudah banyak berubah, masih jauh dikatakan bahwa Indonesia sudah jauh
lebih baik justru sebaliknya, Indonesia terus mengalami kemunduran dan masih jauh dari
sempurna dalam bidang politik, ekonomi dan sebagainya. Setelah Demokrasi Indonesia
pasca kolonial, kita mendapati peran demokrasi yang makin luas. Pada saat zaman
Soekarno, kita mengenal beberapa model demokrasi.

Partai-partai Nasionalis, Komunis hingga Islamis hampir semua mengatakan bahwa


demokrasi itu merupakan sesuatu yang ideal. Bahkan bagi mereka, demokrasi bukan hanya
sebagai sarana, tetapi demokrasi akan mencapai sesuatu yang ideal. Bebas dari penjajahan
serta mencapai kemerdekaan merupakan tujuan saat itu, yaitu mencapai sebuah demokrasi.
Oleh karena itu, orang makin menyukai demokrasi.

Adapun Demokrasi yang berjalan di Indonesia pada saat ini dapat dikatakan merupakan
Demokrasi Liberal. Dalam sistem Pemilu mengindikasi sistem demokrasi liberal di
Indonesia antara lain sebagai berikut:

1. Pemilu multi partai yang diikuti oleh banyak partai. Paling sedikit sejak reformasi,
Pemilu diikuti oleh sekitar 24 partai (Pemilu 2004), paling banyak ialah 48 Partai
(Pemilu 1999). Pemilu bebas berdiri sesuka hati, asal memenuhi beberapa syarat yang
ditetapkan KPU. Kalau semua partai diijinkan ikut Pemilu, bisa muncul ratusan hingga
ribuan partai.
2. Pemilu selain memilih anggota dewan (DPR/DPRD), memilih anggota DPD (senat).
Dan anggota DPD ini nyaris tidak ada guna dan kerjanya, hal itu juga mencontoh
sistem di Amerika yang mengenal kedudukan para anggota senat (senator).
3. Pemilihan Presiden secara langsung sejak tahun 2004. Bukan hanya sosok presiden,
tetapi juga wakil presidennya. Untuk Pilpres, mekanisme nyaris serupa dengan pemilu
partai, hanya saja obyek yang dipilih berupa pasangan calon. Kadang, kalau dalam
sekali Pilpres tidak diperoleh pemenang mutlak, dan dilakukan pemilu putaran kedua,
untuk mendapatkan legitimasi suara yang kuat.
4. Pemilihan pejabat-pejabat birokrasi secara langsung (Pilkada atau Pemilihan Kepala
Daerah), yaitu pilkada gubernur, walikota, dan bupati. Lagi-lagi polanya persis
semacam pemilu Partai atau pemilu Presiden. Hanya sosok yang dipilih & level
jabatannya berbeda. Disana ada penjaringan calon, kampanye, proses pemilihan, dan
sebagainya.
5. Adanya badan khusus penyelenggara Pemilu, yakni KPU (Komisi Pemilihan Umum)
sebagai panitia, dan Panwaslu (Penitia Pengawas Pemilu) sebagai pengawas proses
pemilu. Belum lagi tim pengamat independen yang dibentuk secara swadaya. Dan
disini dibutuhkan birokrasi tersendiri dalam menyelenggarakan Pemilu, meskipun
pada dasarnya birokrasi itu masih bergantung kepada Pemerintah juga.
6. Adanya lembaga survey, lembaga pooling, lembaga riset, dan lain-lain. yang aktif
melakukan riset seputar perilaku pemilih atau calon pemilih dalam Pemilu. Termasuk
adanya media-media yang aktif dalam melakukan pemantauan proses pemilu, pra
pelaksanaan, saat pelaksanaan, maupun paca pelaksanaan.
7. Demokrasi di Indonesia amat sangat membutuhkan modal (uang). Banyak sekali biaya
yang harus dibutuhkan untuk memenangkan Pemilu. Konsekuensinya, pihak-pihak
yang berkantong tebal, mereka lebih berpeluang memenangkan Pemilu, daripada
orang-orang yang idealis, tetapi miskin harta. Akhirnya, hitam-putihnya politik
tergantung dengan tebal-tipisnya kantong para politisi.
Oleh karena itu, sinkronisasi antara demokrasi dengan pembangunan nasional haruslah
sejalan bukan malah sebaliknya demokrasi yang ditegakkan hanya merupakan untuk
pemenuhan kepentingan partai dan kelompok tertentu saja. Jika pemerintah mau
memperdulikan rakyat dan memiliki visi dan misi yang jelas mengenai arah negara ini
dalam menjalankan tugasnya dengan benar untuk mensejahterakan rakyat dan bersikap adil
menindak para pejabat yang koruptor di hukum sesuai dengan UUD yang berlaku tanpa
ada sogokan lagi dari seorang koruptor untuk hakim pengadilan agar hukumanya
diringankan, mungkin kepercayaan rakyat kepada pemerintahan akan kembali lagi. Jadi,
demokrasi yang kita terapkan sekarang haruslah mengacu pada sendi-sendi bangsa
Indonesia yang berdasarkan filsafah bangsa yaitu Pancasila dan UUD 1945.

Anda mungkin juga menyukai