Anda di halaman 1dari 16

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/342975536

Strategi Membangun Kesejahteraan Masyarakat Perbatasan Studi pada


Masyarakat Indonesia-Malaysia di Kalimantan Utara dan Kalimantan Barat
dalam Rangka Pertahanan Negara

Conference Paper · July 2020

CITATIONS READS

0 191

2 authors:

Suhirwan Suhirwan Lukman Yudho Prakoso


Universitas Pertahanan Indonesia Universitas Pertahanan Indonesia
48 PUBLICATIONS   10 CITATIONS    43 PUBLICATIONS   16 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

DEFENSE STRATEGY IN SUNDA STRAIT WATERS IN FACING THE POTENTIAL OF ASYMMETRIC WARFARE THREATS View project

COMPOSITION ANALYSIS OF FISHERMAN CAPTURE AND FISHERMAN CAPTURE TOOLS, ECONOMIC SOCIAL ANALYSIS, IN PROVINCE NORTH KALIMANTAN View project

All content following this page was uploaded by Suhirwan Suhirwan on 16 July 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


STRATEGI PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT WILAYAH
PERBATASAN INDONESIA–MALAYSIA DI KALIMANTAN UTARA DAN
KALIMANTAN BARAT DALAM RANGKA PERTAHANAN NEGARA

¹Suhirwan, ²Lukman Yudho Prakoso


Prodi Peperangan Asismetris
Fak. Strategi Perthanan-Unhan
Email: ¹suhirwan@idu.ac.id, ²lukman.prakoso@idu.ac.id

Abstrak

Indonesia memiliki wilayah perbatasan laut dan darat dengan sepuluh negara
tetangga, salah satu diantaranya yang perlu mendapat prioritas perihatian
adalah perbatasan darat dengan Malaysia di Kalimantan Utara dan Kalimantan
Barat. Indonesia telah memiliki pengalaman buruk lepasnya pulau Sepadan
Ligitan yang berdampak hilangnya wilayah teritorial yang juga berarti juga kita
kehilangan sumber daya alam khususnya minyak bumi yang banyak
terkandung di wilayah tersebut. Kondisi faktual di wilayah perbatasan tersebut
juga menunjukkan angka kejahatan lintas negara dari tahun ketahu semakin
tinggi. Salah satu penyebab tingginya tingkat kejahatan tersebut terkait dengan
indikator yang ditemukan adalah bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
sebagai indikator internasional yang menunjukkan tingkat kesejahteraan
masyarakat di suatu wilayah, di kedua provinsi tersebut masih rendah, seiring
dengan kebijakan Presiden Joko Widodo dalam membangun dari pinggiran,
sangat penting untuk diteliti bagaimana strategi meningkatkan kesejahteraan di
wilayah perbatasan untuk dapat menekan tingkat ancaman baik yang faktual
maupun potensial agar pertahanan dapat ditingkatkan. Dalam penelitian ini
digunakan metode SWOT dan AHP. Hasil penelitian menunjukkan strategi yang
ditemukan memiliki perbedaan diantara Kalimantan Utara dan Kalimantan
Barat, hal ini disebabkan perbedaan kondisi kedua wilayah tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa strategi yang diterapkan di kedua willayah tersebut selain
kebijakan yang sifatnya generalis harus ada kebijakan spesifik yang sesuai
dengan kondisi wilayah setempat. Hal ini sebagai rekomendasi kepada K/L
yang membidangi bidang terkait dengan kesejahteraan wilayah perbatasan
khususnya di Kalimantan Utara dan Kalimantan Barat.

Kata Kunci: IPM, Kesejahteraan, Pertahanan.

1. Latar Belakang

Indonesia dan Malaysia memiliki perbatasan darat di Pulau Kalimantan


dengan panjang mencapai 2.004 km. Sebagian besar garis perbatasan ini
berada di Provinsi Kalimantan Barat yang berbatasan dengan Negara Bagian

1
Serawak (857 km) dan Provinsi Kalimantan Utara yang berbatasan dengan
Negara Bagian Serawak di barat dan Sabah di Timur (1.100 km). Adapun
sisanya, sepanjang 47 km, merupakan bagian dari Provinsi Kalimantan Timur.

Sejak lama terjadi ketimpangan ekonomi dan pembangunan antara


daerah perbatasan yang berada di sisi Indonesia dengan daerah perbatasan di
sisi Malaysia. Banyak kebutuhan dasar masyarakat Indonesia yang kemudian
terpenuhi oleh pasokan dari Malaysia, baik berupa barang-barang kebutuhan
sehari-hari, hingga listrik. Selain itu, banyak pula warga Indonesia yang bekerja
sebagai buruh di Malaysia, baik di sektor perkebunan, industri, maupun
domestik.

Selain laju pembangunan yang lambat, akses daerah perbatasan ke


berbagai daerah lain di Provinsi Kalimantan Utara dan Kalimantan Barat juga
sangat juga relatif sulit dan terbatas, karena minimnya infrastruktur jalan dan
telekomunikasi. Tidak mengherankan jika kemudian, dibandingkan dengan
pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di berbagai daerah,
tingkat kesejahteraan daerah-daerah perbatasan ini masih tertinggal. Tingkat
kesejahteraan ini dapat kita lihat dari angka Indeks Pembangunan Manusia
(IPM), sebagai indikator yang saat ini paling kerap digunakan.

Sejak tahun 2010 hingga 2016, nilai IPM Provinsi Kalimantan Barat selalu
berada di bawah nilai IPM nasional. Demikian halnya Provinsi Kalimantan
Utara, yang sejak dibentuk pada tahun 2012, nilai IPM-nya belum pernah di
atas IPM nasional. Meskipun nilai IPM keduanya termasuk kategori sedang
(60<IPM<70), namun hal ini juga menunjukkan bahwa pembangunan
manusia—dan dengan demikian, kesejahteraan masyarakat—di Kalimantan
Utara dan Kalimantan Barat masih tergolong tertinggal.

Penelitian ini akan berangkat dari asumsi dasar bahwa tinggi–rendahnya


tingkat kesejahteraan masyarakat dapat memengaruhi kuat–lemahnya
pertahanan negara. Kesenjangan ekonomi dengan daerah lain dan lambatnya
pembangunan dan menyebabkan munculnya rasa tidak diperhatikan oleh
negara, sehingga dapat berpotensi melemahkan nasionalisme atau cinta tanah
air. Oleh karena itu, penting untuk melakukan penelaahan lebih jauh terhadap

2
kondisi kesejahteraan masyarakat di wilayah perbatasan Indonesia–Malaysia di
Kalimantan Utara dan Kalimantan Barat, melalui penelaahan tersebut,
penelitian ini akan mencoba merumuskan suatu strategi peningkatan
kesejahteraan masyarakat di wilayah perbatasan Indonesia–Malaysia di Pulau
Kalimantan dalam rangka mendukung pertahanan negara.

2. Rumusan Permasalahan

Permasalahan yang coba didekati dalam penelitian ini dapat dirumuskan


sebagai berikut: bagaimanakah strategi untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat wilayah perbatasan Indonesia–Malaysia di Kalimantan Utara dan
Kalimantan Barat dalam rangka pertahanan negara?

3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan


penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mendeskripsikan kondisi kesejahteraan masyarakat di ketujuh


kabupaten di perbatasan terkait tiga dimensi IPM.

b. Menganalisis korelasi antara IPM dan indeks tiap-tiap dimensinya


(indeks kesehatan, indeks pendidikan, dan indeks ekonomi) dengan
statistik yang relevan pada masing-masing kabupaten di perbatasan.

c. Menentukan strategi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan


kesejahteraan masyarakat di ketujuh kabupaten di daerah perbatasan.

d. Menganalisis bagaimana strategi peningkatan kesejahteraan yang


dipilih dapat mendukung pertahanan negara di wilayah perbatasan
Indonesia–Malaysia di Kalimantan Utara dan Kalimantan Barat

4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan untuk kebijakan


dan alternatif strategi peningkatan kesejahteraan masyarakat wilayah

3
perbatasan Indonesia–Malaysia di Kalimantan Utara dan Kalimantan
Baratdalam rangka pertahanan negara.

5. Metodologi

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan perpaduan


antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif (mixed method). Data yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data
sekunder diperoleh dari berbagai publikasi yang menguraikan statistik
kabupaten-kabupaten di Kalimantan Utara dan Kalimantan Barat yang
berbatasan langsung dengan Malaysia, khususnya yang dikeluarkan oleh BPS
setempat. Selain itu, data sekunder juga diperoleh dari literatur lain yang
relevan, seperti buku, artikel jurnal ilmiah, dan berita surat kabar.

Adapun data primer dihimpun melalui wawancara terstruktur dan focused


group discussion (FGD). Dalam mengumpulkan data primer ini, juga digunakan
instrumen penelitian berupa kuesioner SWOT dan AHP. Kuesioner SWOT
digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang
dihadapi pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Adapun kuesioner AHP disusun
berdasarkan hasil analisis SWOT dan digunakan untuk mengetahui prioritas
strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
daerah perbatasan Kalimantan Utara dan Kalimantan Barat.

Para informan di dalam penelitian ini terdiri atas perwakilan satuan kerja-
satuan kerja di lingkungan pemerintahan daerah kabupaten-kabupaten yang
berada di perbatasan, yaitu Kabupaten Sambas, Bengkayang, Sanggau,
Sintang, dan Kapuas Hulu di Kalimantan Barat, serta Kabupaten Malinau dan
Nunukan di Kalimantan Utara, maupun satuan kerja di tataran provinsi.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis


SWOT dan analisis AHP. Hasil dari kedua analisis ini cenderung bersifat
kuantitatif, sehingga perlu dilengkapi dengan analisis kualitatif agar dapat
menggambarkan dengan lebih jelas dan rinci situasi riil di daerah perbatasan

4
dalam kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat setempat dan pengaruhnya
ke pertahanan negara.

Provinsi Kalimantan Utara memiliki dua kabupaten yang berbatasan


langsung dengan Sabah dan Sarawak, yakni Kabupaten Malinau dan Nunukan,
sementara Kalimantan Barat memiliki lima kabupaten yang berbatasan
langsung dengan Sarawak, yakni Kabupaten Sambas, Bengkayang, Sanggau,
Sintang, dan Kapuas Hulu. Kondisi riil di tiap-tiap daerah ini tentu berbeda satu
sama lain. Demikian halnya faktor-faktor yang memengaruhi pembangunan dan
upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah-daerah tersebut.
Namun demikian, di dalam analisis penelitian ini, pembedaan akan dilakukan di
tingkat provinsi. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan untuk memudahkan
analisis dan membuatnya lebih sederhana. Oleh karena itu, analisis dan
pembahasan difokuskan kepada analisis SWOT dan AHP untuk Provinsi
Kalimantan Utara dan Kalimantan Barat. Selanjutnya, dilakukan komparasi di
antara kedua provinsi ini.

6. Analisis dan Pembahasan untuk Kalimantan Utara

Untuk Provinsi Kalimantan Utara, dengan menggunakan analisis SWOT,


Tim telah berhasil mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang
memengaruhi pembangunan dan upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat di provinsi tersebut. Selanjutnya, faktor-faktor internal ini
digolongkan ke dalam kekuatan dan kelemahan, sementara faktor-faktor
eksternal ke dalam peluang dan ancaman.

Berdasarkan hasil analisis SWOT, didapati enam faktor internal di


Kalimantan Utara yang dapat dikategorikan sebagai kekuatan, yaitu:

a. Posisi geografis yang strategis, di mana pesisir timur Kalimantan


Utara menghadap Selat Makassar dan Laut Sulawesi yang merupakan
bagian dari jalur pelayaran internasional (Alur Laut Kepulauan
Indonesia/ALKI II).

5
b. Kondisi topografis yang sangat baik untuk pengembangan berbagai
sektor ekonomi, seperti pertanian, perkebunan, dan perikanan.

c. Sektor pertambangan, khususnya minyak bumi dan batu bara.

d. Sektor agrobisnis.

e. Keberadaan bangunan sekolah di semua kecamatan, baik di


Kabupaten Malinau maupun Nunukan.

f. Pembangunan rumah sakit baru di beberapa kecamatan di daerah


perbatasan.

Adapun faktor-faktor internal yang dapat dikategorikan sebagai kelemahan


meliputi delapan faktor, yaitu:

a. Luas wilayah yang tidak diimbangi infrastruktur yang memadai untuk


membangun konektivitas antarwilayah.

b. Ketergantungan pada Malaysia sebagai pemasok barang kebutuhan


dan daerah pemasaran beberapa komoditas utama.

c. Ketergantungan pada sektor tambang sebagai penyumbang


perekonomian utama.

d. Pasokan sembako dari dalam negeri yang sangat terbatas dan tidak
terjangkau masyarakat luas.

e. Keberadaan infrastruktur dasar listrik dan air bersih yang masih


sangat minim.

f. Akses transportasi yang sulit ke beberapa daerah di kawasan


perbatasan.

g. Keberadaan guru dan murid yang terkonsentrasi di titik tertentu,


sehingga di banyak daerah terjadi kekurangan guru dan murid.

h. Ketersediaan peralatan dan tenaga kesehatan yang sangat terbatas.

Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis SWOT terhadap faktor-faktor


eksternal, diperoleh lima faktor yang dapat dikategorikan sebagai peluang,
yaitu:

6
a. Penetapan lokasi prioritas BNPP tahun 2015–2019 yang mencakup
pula beberapa daerah di perbatasan Kalimantan Utara.

b. Kebijakan pemerintah untuk membangun dari pinggiran.

c. Keberadaan tol laut untuk meningkatkan konektivitas kepulauan


Indonesia secara nasional yang menjangkau sampai ke Sebatik di
Kabupaten Nunukan.

d. Syarat Ijazah sekolah untuk mendapatkan beberapa macam


pekerjaan, sehingga memicu tumbuhnya kesadaran akan pentingnya
pendidikan.

e. Dukungan anggaran BOS daerah dan nasional di bidang pendidikan

Adapun faktor-faktor eksternal yang dapat dikategorikan sebagai ancaman


meliputi delapan faktor, yaitu:

a. Perpres No. 131 Tahun 2015 tentang Penetapan Daerah Tertinggal


2015–2019 yang dipandang dapat menjadi disinsentif bagi masuknya
investor.

b. Program transmigrasi yang masih membawa berbagai masalah


sosial.

c. Persoalan menyangkut lahan, termasuk sengketa agraria dan


peruntukan daerah tertentu sebagai kawasan hutan lindung sehingga
menghambat pembangunan ekonomi.

d. Kesenjangan ekonomi antara pendatang (Bugis) dan masyarakat asli


(Dayak).

e. Konflik buruh dan perusahaan perkebunan.

f. Persebaran penduduk yang tidak merata.

g. Kurangnya pemahaman masyarakat akan pentingnya pendidikan.

h. Bencana alam banjir yang masih kerap terjadi di beberapa daerah.

7
Setelah diidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal di atas, analisis
lebih lanjut dilakukan untuk merumuskan pilihan-pilihan strategi yang dapat
diterapkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di perbatasan
Kalimantan Utara. Berdasarkan hasil analisis SWOT, strategi yang dipilih
adalah Strategi W–O (Weakness–Opportunity), yang dapat dijelaskan sebagai
upaya-upaya untuk mereduksi kelemahan guna mengambil manfaat dari
peluang yang ada.

Pilihan strategi di atas kemudian dikenai analisis AHP, sehingga diperoleh


prioritas strategi untuk diterapkan di Kalimantan Utara, yang secara berurutan
terdiri atas:

a. Mereduksi beban luasan wilayah dengan membangun infrastruktur


jalan dan meningkatkan konektivitas antarwilayah. --------------- (Prioritas I)

b. Mereduksi ketergantungan pada Malaysia sebagai pemasok barang-


barang kebutuhan dengan memperbaiki jalur pasok barang dari dalam
negeri. ---------------------------------------------------------------------- (Prioritas II)

c. Mereduksi penumpukan jumlah guru di lokasi tertentu dengan


meningkatkan aksesibilitas sekolah-sekolah di berbagai kecamatan.

d. Mereduksi kelangkaan peralatan dan tenaga kesehatan melalui


program-program pengadaan ---------------------------------------- (Prioritas IV)

e. Mereduksi ketergantungan pada sektor pertambangan melalui


pengembangan sektor-sektor perekonomian lain --------------- (Prioritas V)

7. Analisis dan Pembahasan untuk Kalimantan Barat

Untuk Provinsi Kalimantan Barat, dengan menggunakan analisis SWOT,


Tim telah berhasil mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang
memengaruhi pembangunan dan upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat di provinsi tersebut. Selanjutnya, faktor-faktor internal ini
digolongkan ke dalam kekuatan dan kelemahan, sementara faktor-faktor
eksternal ke dalam peluang dan ancaman.

8
Berdasarkan hasil analisis SWOT, didapati tujuh faktor internal di
Kalimantan Utara yang dapat dikategorikan sebagai kekuatan, yaitu:

a. Posisi geografis yang strategis, di mana pesisir barat Provinsi Kalbar


menghadap Selat Karimata yang merupakan bagian dari jalur pelayaran
internasional (Alur Laut Kepulauan Indonesia I/ALKI I), serta berhadapan
langsung dengan Laut Cina Selatan.

b. Luas wilayah.

c. Kondisi topografis yang sangat baik untuk pengembangan sektor


pertanian dan perkebunan.

d. Sektor perkebunan.

e. Sektor pertanian.

f. Ketersediaan bangunan rumah sakit dan puskesmas hingga ke


daerah-daerah perbatasan.

g. Sektor jasa/pariwisata.

Adapun faktor-faktor internal yang dapat dikategorikan sebagai kelemahan


di Kalimantan Barat terdiri atas delapan faktor sebagai berikut:

a. Ketersediaan bangunan sekolah di semua kecamatan yang belum


dapat digunakan secara efektif dan efisien untuk meningkatkan kualitas
pendidikan.

b. Pemasaran komoditas dalam bentuk barang mentah/setengah jadi.

c. Ketersediaan peralatan dan tenaga kesehatan yang sangat minim.

d. Sektor pertambangan yang belum termanfaatkan secara optimal.

e. Ketergantungan pada Malaysia sebagai pemasok barang dan daerah


pemasaran.

f. Akses transportasi dan prasarana jalan yang belum menjangkau


semua daerah.

g. Keberadaan guru dan murid yang terkonsentrasi di titik tertentu.

h. Ketersediaan infrastruktur dasar yang masih kurang.

9
Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis SWOT terhadap faktor-faktor
eksternal, diperoleh lima faktor yang dapat dikategorikan sebagai peluang,
yaitu:

a. Kebijakan pemerintah untuk membangun dari pinggiran.

b. Dukungan anggaran BOS daerah dan nasional di bidang pendidikan.

c. Penetapan lokasi prioritas BNPP tahun 2015–2019, yang


memasukkan pula beberapa daerah di perbatasan Kalimantan Barat.

d. Syarat Ijazah sekolah untuk mendapatkan beberapa macam


pekerjaan, sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya pendidikan.

e. Perpres No. 131 Tahun 2015 tentang Penetapan Daerah Tertinggal


2015–2019.

Adapun faktor-faktor eksternal yang dapat dikategorikan sebagai ancaman


meliputi enam faktor, yaitu:

a. Program transmigrasi yang masih membawa berbagai permasalahan


sosial.

b. Bencana alam banjir yang kerap terjadi di beberapa daerah.

c. Permasalahan konflik agraria.

d. Konflik buruh dan perusahaan perkebunan.

e. Kesenjangan ekonomi di masyarakat, termasuk kesenjangan


ekonomi antarwilayah.

f. Persebaran penduduk yang tidak merata.

Setelah diidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal di atas, analisis


lebih lanjut dilakukan untuk merumuskan pilihan-pilihan strategi yang dapat
diterapkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di perbatasan
Kalimantan Barat. Berdasarkan hasil analisis SWOT, strategi yang dipilih
adalah Strategi W–O (Weakness–Opportunity), yang dapat dijelaskan sebagai
upaya-upaya untuk mereduksi kelemahan guna mengambil manfaat dari
peluang yang ada.

10
Pilihan strategi di atas kemudian dikenai analisis AHP, sehingga diperoleh
prioritas strategi untuk diterapkan di Kalimantan Barat, yang secara berurutan
terdiri atas:

a. Mereduksi beban luasan wilayah dengan membangun infrastruktur


jalan dan meningkatkan konektivitas antarwilayah. --------------- (Prioritas I)

b. Mereduksi penumpukan jumlah guru di lokasi tertentu dengan


meningkatkan aksesibilitas sekolah-sekolah di berbagai kecamatan.

c. Mereduksi kelangkaan peralatan dan tenaga kesehatan melalui


program-program pengadaan ---------------------------------------- (Prioritas III)

d. Mereduksi ketergantungan pada Malaysia sebagai pemasok barang-


barang kebutuhan dengan memperbaiki jalur pasok barang dari dalam
negeri. ---------------------------------------------------------------------- (Prioritas IV)

e. Mereduksi ketergantungan pada sektor pertambangan melalui


pengembangan sektor-sektor perekonomian lain --------------- (Prioritas V)

8. Kesimpulan

Pembahasan di dalam penelitian ini didasarkan pada pemahaman bahwa


upaya membangun pertahanan negara di daerah perbatasan harus didekati
dengan menyeimbangkan antara pendekatan keamanan dan pendekatan
kesejahteraan. Jika kesejahteraan masyarakat di kawasan perbatasan tinggi,
maka pertahanan negara pun akan kokoh. Sebaliknya, jika kesejahteraan
masyarakat tersebut rendah, maka pertahanan negara akan mudah terancam.
Oleh karena itu, dalam rangka membangun pertahanan negara yang kokoh,
diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
kawasan perbatasan.

Di bagian pembahasan telah dilakukan identifikasi terhadap faktor-faktor


internal dan eksternal yang memengaruhi pembangunan dan upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kalimantan Utara dan Kalimantan
Barat. Jika diperbandingkan, hasil analisis SWOT terhadap faktor-faktor internal
memperlihatkan adanya perbedaan antara Kaltara dan Kalbar. Di Kaltara,

11
ketersediaan bangunan sekolah di semua kecamatan dan sektor pertambangan
dipandang sebagai kekuatan, sementara di Kalbar kedua faktor ini dipandang
sebagai kelemahan. Adapun luas wilayah, di Kaltara dipandang sebagai
kelemahan sementara di Kalbar kekuatan.

Demikian halnya dengan faktor-faktor eksternal. Ketika diperbandingkan


hasil identifikasi di kedua provinsi, terdapat perbedaan dalam memersepsikan
faktor-faktor eksternal sebagai peluang atau ancaman. Di Kaltara, salah satu
peluang yang muncul adalah pembangunan tol laut. Sementara itu, di Kalbar
pembangunan tol laut tidak dipandang signifikan dalam memengaruhi
pembangunan manusia dan peningkatan kesejahteraan masyarakat
perbatasan. Selain itu, di Kalbar, penetapan daerah tertinggal tahun 2015–2019
dipandang sebagai peluang. Adapun di Kaltara penetapan daerah tertinggal
tahun 2015–2019 dipandang sebagai ancaman, bukan peluang. Hal ini karena
penetapan tersebut dinilai dapat menjadi disinsentif bagi investor untuk
menanamkan modal di Kaltara.

Selanjutnya, perbedaan juga muncul ketika prioritas strategi hasil analisis


AHP di Kaltara dan Kalbar diperbandingkan. Di tataran skenario, kedua provinsi
masih menunjukkan kesamaan prioritas, yaitu sama-sama memprioritaskan
skenario optimis, diikuti dengan skenario status quo, kemudian pesimis. Di level
sasaran, sasaran pertumbuhan ekonomi menjadi prioritas pertama di Kaltara,
sementara di Kalbar prioritas pertamanya adalah sasaran penciptaan
konektivitas. Adapun di level strategi, prioritas strategi di Kaltara berturut-turut
adalah mereduksi beban luasan wilayah, mereduksi ketergantungan pada
Malaysia, mereduksi penumpukan guru di daerah tertentu, mereduksi
kelangkaan sarana kesehatan, dan mereduksi ketergantungan pada tamban g.
Sementara itu, prioritas strategi di Kalbar hampir sama dengan di Kaltara
kecuali untuk satu alternatif. Jika di Kaltara mereduksi ketergantungan pada
Malaysia menjadi prioritas strategi kedua, maka di Kalbar strategi ini menempati
urutan keempat.

12
9. Rekomendasi

Hasil penelitian ini dikaitkan dengan manfaat penelitian diharapkan dapat


dijadikan masukan untuk kebijakan dan alternatif strategi peningkatan
kesejahteraan masyarakat wilayah perbatasan Indonesia–Malaysia di
Kalimantan Utara dan Kalimantan Baratdalam rangka pertahanan negara.

Terkait dengan masalah kesejahteraan bukan menjadi tugas pokok


Kementerian Pertahanan, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi
masukan kepada Menteri Pertahanan untuk dapat mendorong
Kementerian/Lembaga terkait untuk dapatnya mengimplementasikan temuan
strategi yang dihasilkan dari penelitian ini.

13
Daftar Pustaka

BPS Kabupaten Bengkayang. 2017. Kabupaten Bengkayang dalam Angka


2017. Bengkayang: BPS Kabupaten Bengkayang.
BPS Kabupaten Kapuas Hulu. 2017. Kabupaten Kapuas Hulu dalam Angka
2017. Kapuas Hulu: BPS Kabupaten Kapuas Hulu.
BPS Kabupaten Malinau. 2017. Kabupaten Malinau dalam Angka 2017.
Malinau: BPS Kabupaten Malinau.
BPS Kabupaten Nunukan. 2017. Kabupaten Nunukan dalam Angka 2017.
Nunukan: BPS Kabupaten Nunukan.
BPS Kabupaten Sambas. 2017. Kabupaten Sambas dalam Angka 2017.
Sambas: BPS Kabupaten Sambas.
BPS Kabupaten Sanggau. 2017. Kabupaten Sanggau dalam Angka 2017.
Sanggau: BPS Kabupaten Sanggau.
BPS Kabupaten Sintang. 2017. Kabupaten Sintang dalam Angka 2017.
Sintang: BPS Kabupaten Sintang.
BPS Provinsi Kalimantan Barat. 2017. Provinsi Kalimantan Barat dalam Angka
2017. Pontianak: BPS Provinsi Kalimantan Barat.
BPS Provinsi Kalimantan Utara. 2017. Provinsi Kalimantan Utara dalam Angka
2017. Tanjung Selor: BPS Provinsi Kalimantan Utara.
Faisyal Rani, Jurnal Transnasional, Vol. 4, No. 1, Juli 2012.
Mufizar, Arkanudin, M. Sabran Achyar (Jurnal PMIS-Universitas Tanjungpura
Kalimantan Barat-PSS 2012).
Mufizar, Arkanudin, Achyar, M. S. 2012. “Pembangunan Sosial Masyarakat
Perbatasan di Kecamatan Sajingan Besar, Kabupaten Sambas, Provinsi
Kalimantan Barat,” Jurnal PMIS-UNTAN-PSS 2012.
Rangkuti, Freddy, Analisis SWOT Teknik membedah Kasus Bisnis Reorientasi
Konsep Perencanaan Strategis untuk menghadapi Abad 21, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2006.
Saaty Thomas, Decision Making Under Certainly. The Analytic Hierarchy
Process for Decisions in Complex World,3Ed,RWS Publications,
Pittsburgh,2001.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat. 2013. Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2013–2018.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara. 2016. Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016–2021.

14
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 131 Tahun 2015 tentang
Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015–2019.
Peraturan Badan Nasional Pengelola Perbatasan Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Rencana Induk Pengelolaan Perbatasan Negara Tahun 2015–2019.

15

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai