net/publication/342975536
CITATIONS READS
0 191
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
DEFENSE STRATEGY IN SUNDA STRAIT WATERS IN FACING THE POTENTIAL OF ASYMMETRIC WARFARE THREATS View project
COMPOSITION ANALYSIS OF FISHERMAN CAPTURE AND FISHERMAN CAPTURE TOOLS, ECONOMIC SOCIAL ANALYSIS, IN PROVINCE NORTH KALIMANTAN View project
All content following this page was uploaded by Suhirwan Suhirwan on 16 July 2020.
Abstrak
Indonesia memiliki wilayah perbatasan laut dan darat dengan sepuluh negara
tetangga, salah satu diantaranya yang perlu mendapat prioritas perihatian
adalah perbatasan darat dengan Malaysia di Kalimantan Utara dan Kalimantan
Barat. Indonesia telah memiliki pengalaman buruk lepasnya pulau Sepadan
Ligitan yang berdampak hilangnya wilayah teritorial yang juga berarti juga kita
kehilangan sumber daya alam khususnya minyak bumi yang banyak
terkandung di wilayah tersebut. Kondisi faktual di wilayah perbatasan tersebut
juga menunjukkan angka kejahatan lintas negara dari tahun ketahu semakin
tinggi. Salah satu penyebab tingginya tingkat kejahatan tersebut terkait dengan
indikator yang ditemukan adalah bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
sebagai indikator internasional yang menunjukkan tingkat kesejahteraan
masyarakat di suatu wilayah, di kedua provinsi tersebut masih rendah, seiring
dengan kebijakan Presiden Joko Widodo dalam membangun dari pinggiran,
sangat penting untuk diteliti bagaimana strategi meningkatkan kesejahteraan di
wilayah perbatasan untuk dapat menekan tingkat ancaman baik yang faktual
maupun potensial agar pertahanan dapat ditingkatkan. Dalam penelitian ini
digunakan metode SWOT dan AHP. Hasil penelitian menunjukkan strategi yang
ditemukan memiliki perbedaan diantara Kalimantan Utara dan Kalimantan
Barat, hal ini disebabkan perbedaan kondisi kedua wilayah tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa strategi yang diterapkan di kedua willayah tersebut selain
kebijakan yang sifatnya generalis harus ada kebijakan spesifik yang sesuai
dengan kondisi wilayah setempat. Hal ini sebagai rekomendasi kepada K/L
yang membidangi bidang terkait dengan kesejahteraan wilayah perbatasan
khususnya di Kalimantan Utara dan Kalimantan Barat.
1. Latar Belakang
1
Serawak (857 km) dan Provinsi Kalimantan Utara yang berbatasan dengan
Negara Bagian Serawak di barat dan Sabah di Timur (1.100 km). Adapun
sisanya, sepanjang 47 km, merupakan bagian dari Provinsi Kalimantan Timur.
Sejak tahun 2010 hingga 2016, nilai IPM Provinsi Kalimantan Barat selalu
berada di bawah nilai IPM nasional. Demikian halnya Provinsi Kalimantan
Utara, yang sejak dibentuk pada tahun 2012, nilai IPM-nya belum pernah di
atas IPM nasional. Meskipun nilai IPM keduanya termasuk kategori sedang
(60<IPM<70), namun hal ini juga menunjukkan bahwa pembangunan
manusia—dan dengan demikian, kesejahteraan masyarakat—di Kalimantan
Utara dan Kalimantan Barat masih tergolong tertinggal.
2
kondisi kesejahteraan masyarakat di wilayah perbatasan Indonesia–Malaysia di
Kalimantan Utara dan Kalimantan Barat, melalui penelaahan tersebut,
penelitian ini akan mencoba merumuskan suatu strategi peningkatan
kesejahteraan masyarakat di wilayah perbatasan Indonesia–Malaysia di Pulau
Kalimantan dalam rangka mendukung pertahanan negara.
2. Rumusan Permasalahan
3. Tujuan Penelitian
4. Manfaat Penelitian
3
perbatasan Indonesia–Malaysia di Kalimantan Utara dan Kalimantan
Baratdalam rangka pertahanan negara.
5. Metodologi
Para informan di dalam penelitian ini terdiri atas perwakilan satuan kerja-
satuan kerja di lingkungan pemerintahan daerah kabupaten-kabupaten yang
berada di perbatasan, yaitu Kabupaten Sambas, Bengkayang, Sanggau,
Sintang, dan Kapuas Hulu di Kalimantan Barat, serta Kabupaten Malinau dan
Nunukan di Kalimantan Utara, maupun satuan kerja di tataran provinsi.
4
dalam kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat setempat dan pengaruhnya
ke pertahanan negara.
5
b. Kondisi topografis yang sangat baik untuk pengembangan berbagai
sektor ekonomi, seperti pertanian, perkebunan, dan perikanan.
d. Sektor agrobisnis.
d. Pasokan sembako dari dalam negeri yang sangat terbatas dan tidak
terjangkau masyarakat luas.
6
a. Penetapan lokasi prioritas BNPP tahun 2015–2019 yang mencakup
pula beberapa daerah di perbatasan Kalimantan Utara.
7
Setelah diidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal di atas, analisis
lebih lanjut dilakukan untuk merumuskan pilihan-pilihan strategi yang dapat
diterapkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di perbatasan
Kalimantan Utara. Berdasarkan hasil analisis SWOT, strategi yang dipilih
adalah Strategi W–O (Weakness–Opportunity), yang dapat dijelaskan sebagai
upaya-upaya untuk mereduksi kelemahan guna mengambil manfaat dari
peluang yang ada.
8
Berdasarkan hasil analisis SWOT, didapati tujuh faktor internal di
Kalimantan Utara yang dapat dikategorikan sebagai kekuatan, yaitu:
b. Luas wilayah.
d. Sektor perkebunan.
e. Sektor pertanian.
g. Sektor jasa/pariwisata.
9
Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis SWOT terhadap faktor-faktor
eksternal, diperoleh lima faktor yang dapat dikategorikan sebagai peluang,
yaitu:
10
Pilihan strategi di atas kemudian dikenai analisis AHP, sehingga diperoleh
prioritas strategi untuk diterapkan di Kalimantan Barat, yang secara berurutan
terdiri atas:
8. Kesimpulan
11
ketersediaan bangunan sekolah di semua kecamatan dan sektor pertambangan
dipandang sebagai kekuatan, sementara di Kalbar kedua faktor ini dipandang
sebagai kelemahan. Adapun luas wilayah, di Kaltara dipandang sebagai
kelemahan sementara di Kalbar kekuatan.
12
9. Rekomendasi
13
Daftar Pustaka
14
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 131 Tahun 2015 tentang
Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015–2019.
Peraturan Badan Nasional Pengelola Perbatasan Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Rencana Induk Pengelolaan Perbatasan Negara Tahun 2015–2019.
15