Anda di halaman 1dari 35

PEMENUHAN KEBUTUHAN GANGGUAN KESEIMBANGAN

CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Disusun oleh :
Kelompok 9
1. Agung Prayogi 2021020141
2. Cindi Ayu Oktora 2021020155
3. Didik Aji Asmoro 2021020159
4. Fakhrunisa Masruroh 2021020169
5. Feri Subarji 2021020172
6. Nursyifa Kusuma Rahayu 2021020190
7. Okta Ayu Kolopaking 2021020191

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
TAHUN 2021
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan dasar manusia adalah suatu hal yang sangat dibutuhkan untuk
mencukupi, menjaga dan mempertahankan kelangsungan suatu kehidupan.
Dalam teori Abraham Maslow, Hirarki kebutuhan dasar manusia dapat
dikelompokkan menjadi lima tingkat kebutuhan utama (five hierarchy og
needs), yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan keamanan,
kebutuhan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan
aktualisasi diri. Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan bagian dari
kebutuhan fisiologi dan salah satu kebutuhan mendasar dan memiliki
prioritas tertinggi dalam kebutuhan Maslow (Budiono, 2016).
Cairan di dalam tubuh terdiri dari air dan zat pelarut seperti eletrolit, non
elektrolit dan koloid. Perubahan jumlah yang tidak seimbangnya cairan dan
konsentrasi elektrolit yang terkandung didalamnya akan memicu berbagai
masalah yang apabila tidak dapat ditangani dengan tepat dapat menyebabkan
kerusakan organ-organ ataupun kematian secara mendadak. Oleh sebab itu,
kebutuhan cairan dan elektrolit juga merupakan kebutuhan dasar manusia
yang utama yang sama pentingnya dengan kebutuhan oksigen (Kusnanto,
2016).
Sekitar 50-60% didalam tubuh manusia dewasa merupakan cairan.
Sedangkan persentase total komposisi cairan pada tubuh bayi dan anak-anak
lebih tinggi dibandingkan dengan orang dewasa yaitu mencapai 70-80%.
Oleh karena itu, tubuh manusia memerlukan keseimbangan input dan output
cairan. Di dalam tubuh manusia, sel- sel yang memiliki konsentrasi air paling
tinggi terdapat pada sel-sel otot dan organ-organ pada rongga badan seperti
paru-paru atau jantung sedangkan sel-sel yang memiliki konsentrasi air paling
rendah terdapat pada sel-sel jaringan seperti tulang atau gigi. Cairan dan
elektrolit sangat diperlukan agar menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh merupakan sebagian dari
fisiologi homeostatis yang melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai
cairan tubuh (Butterworth, Mackey dan Wasnick, 2013).
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung antara satu dengan
yang lainnya. Apabila terjadi gangguan keseimbangan, baik cairan atau
elektrolit yang ada didalam tubuh dapat mengakibatkan overhidrasi,
dehidrasi, hiponatremia, hipeanatremia, hipokalemia, hiperkalemia, dan
hipokalsemia. Dengan demikian, keseimbangan cairan dan elektrolit
merupakan komponen atau unsur yang sangat vital pada tubuh manusia.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Utama
Mengetahui konsep, prinsip dan keterampilan klinis keperawatan
untuk membantu memenuhi kebutuhan dasar manusia terutama pada
kebutuhan keseimbangan cairan dan elektrolit.

1.2.2 Tujuan Khusus


Diharapkan setelah mempelajari materi ini, mahasiswa/i dapat :
a. Memahami konsep keseimbangan cairan dan elektrolit
b. Memahami pergerakan cairan tubuh
c. Mengetahui Pengaturan cairan tubuh
d. Memahami Pengaturan Elektrolit
e. Memahami Gangguan-gangguan Keseimbangan Cairan tubuh
f. Memahami Gangguan-gangguan Keseimbangan elektrolit
g. Mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi Keseimbangan
Cairan dan Elektrolit
h. Memahami konsep asuhan keperawatan dengan pemenuhan
kebutuhan keseimbangan cairan dan elektrolit.
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Tubuh


Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh merupakan
suatu bagian dari fisiologi homeostasis. Keseimbangan cairan dan elektrolit
melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh
adalah larutan yang terdiri dari pelarut dan zat tertentu (zat terlarut) sedangkan
elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel- partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Tamsuri, 2009).
Cairan terdapat dibagian dua kompartemen utama, yaitu di dalam sel
(Cairan Intra Sel/CIS) presentase jumlah pada orang dewasa sekitar 40% dari
berat badan atau 70% dari jumlah keseluruhan cairan tubuh, sedangkan cairan
yang berada di luar sel (Cairan Ekstra Sel/CES) presentase sekitar 20% dari
berat badan atau 30% dari seluruh cairan tubuh. Cairan Interstitial (cairan
diantara sel) dan Cairan Intra Vaskuler merupakan bagian dari Cairan Ekstra
Sel (CES), Cairan Interstitial terdapat sekitar 15% dari berat tubuh, dan
Cairan Intra Vaskuler terdiri dari plasma (cairan limfe) dan darah menyusun
5% berat tubuh (Kusnanto, 2016).

2.2 Pergerakan Cairan Tubuh


Terdapat empat proses mekanisme pergerakan cairan tubuh (Kusnanto,
2016), yaitu:
1. Difusi

Perpindahan partikel melewati memberan permeabel dari daerah


berkonsentrasi tinggi ke daerah berkonsentrasi rendah.

2. Osmosis
Bila suatu larutan dipisahkan oleh suatu membran yang
semipermeabel dengan larutan yang volumenya sama namun berbeda
konsentrasi zat yang terlarut, maka terjadi perpindahan air/ zat pelarut dari
larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang rendah ke larutan dengan
konsentrasi zat terlarut lebih tinggi. Perpindahan seperti ini disebut dengan
osmosis.

3. Filtrasi

Merupakan perpindahan cairan melewati membran permeabel dari


tempat yang tekanan hidrostatiknya tinggi ke tempat yang tekanan
hidrostatiknya lebih rendah. Filtrasi dipengaruhi oleh adanya tekanan
hidrostatik arteri dan kapiler yang lebih tinggi dari ruang intertisial.

4. Transpor Aktif

Merupakan proses pemindahan molekul atau ion yang memiliki


gradien elektrokimia dari area berkonsentrasi rendah menuju konsentrasi
yang lebih tinggi. Pada proses ini memerlukan molekul ATP untuk
melintasi membran sel. Contoh: Pompa Na-K.

2.3 Pengaturan Cairan Tubuh


2.3.1 Asupan Cairan

Secara umum, asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada


orang dewasa adalah 2500 cc/hari. 2200 cc didapat melalui makanan
dan minuman dan 300 cc merupakan air metabolisme/oksidasi sel
yang ada didalam tubuh.

a. Pemasukan melalui ingesti


Jumlah kebutuhan cairan pada setiap orang memiliki suatu
perbedaan tergantung dari usia, berat badan, suhu tubuh,
lingkungan dan aktivitas seseorang.

Kebutuhan cairan berdasarkan usia dan berat badan:


Kebutuhan cairan dalam keadaan normal berdasarkan usia dan
berat badan seseorang dapat dilihat pada table dibawah ini.
Tabel 1

Kebutuhan cairan dalam keadaan normal berdasarkan usia

dan berat badan

Umur Jumlah Cairan Jumlah cairan


ml/24jam ml/kgBB

Hari 3 250-300 80-100

10 400-500 125-150

Bulan 3 750-850 140-160

6 950-1100 130-135

9 1100-1250 125-145

Tahun 1 1150-1300 120-135

2 1350-1500 115-125

4 1600-1800 100-110

6 1800-2000 90-100

10 2000-2500 70-85

14 2200-2700 50-60

18/> 2200-2700 40-50


b. Oksidasi Sel
Oksidasi sel merupakan sumber pemasukan airan, walaupun
jumlahnya kurang bermakna. Cairan ini merupakan sisa hasil
metabolism di dalam sel, di samping CO2 dan energy yang
jumlahnya diperkirakan 10 ml dari setiap 100 kalori zat makanan
yang dibakar. Jadi pada orang dewasa sekitar 250 ml saja.

2.3.2 Pengeluaran Cairan


Cairan keluar dari tubuh melalui ginjal dalam bentuk urine,
melalui system pencernaan dalam bentuk feses, dari kulit melalui
penguapan dan dalam bentuk keringat, serta melalui paru-paru saat
bernafas dalam bentuk uap air. Pengeluaran cairan melalui paru dan
penguapan dari kulit disebut insensible water loss atau kehilangan air
secara tidak disadari.
a. Urine
Jumlah urine yang dibentuk ginjal tergantung dari jumlah
cairan tubuh, tahap perkembangan, dan berat badan seseorang.
Dalam keadaan cairan tubuh yang normal ginjal orang dewasa
akan menghasilkan urine sekitar 1-2 ml/ kgBB/jam atau sekitar
1500 ml dalam 24 jam. Pada bayi jumlah urine yang dihasilkan
ginjal lebih banyak karena sampai dengan usia 2 tahun
kemampuan ginjal untuk mengonsentrasikan urine masih terbatas
dan jumlah urine yang dihasilkan menjadi sekitar 3-4 ml/kgBB.
b. Insensible water loss (IWL)
Kehilangan cairan melalui paru-paru tergantung dari
kecepatan respirasi, makin cepat pernafasan seseorang makin
banyak uap air yang dikeluarkan. Penguapan melalui kulit
tergantung dari luas permukaan tubuh, suhu tubuh, dan
kelembapan lingkungan (humidity). Diperkirakan kehilangan
cairan melalui mekanisme ini sekitar 10-15 ml/kgBB. Pada bayi
permukaan tubuhnya relative lebih luas dari orang dewasa, begitu
pula dengan frekuensi pernafasannya lebih cepat sehingga
penguapannya lebih banyak dari orang dewasa. Dengan demikian
diperkirakan IWL pada bayi lebih banyak yaitu sekitar 30
ml/kgBB.
c. Feses
Diperkirakan selama proses pencernaan makanan dalam 24
jam, disekresikan cairan dari saluran cerna sekitar 7000 ml,
ditambah dengan makanan dan minuman sekitar 2000 ml.
Selanjutnya di jejenum, ilium, dan colon, cairan ini diresorpsi
kembali sekitar 8800 ml, dan sisanya sekitar 200 ml di buang
dalam feses. Oleh karena itu sat terjadi gangguan absorpsi dan
menyebabkan diare, akan menimbulkan kehilangan cairan.
d. Keringat
Produksi keringat oleh kelenjar keringat merupakan salah
satu mekanisme pengeluaran cairan tubuh. Jumlah cairan yang
dikeluarkan melalui keringat dipengaruhi oleh suhu tubuh,
aktivitas fisik, dan kondisi atmosfir. Pada suhu lingkungan sekitar
20 derajat celcius akan dikeluarkan keringat sekitar 100 ml.

2.3.3 Hormon
Hormon utama yang memengaruhi keseimbangan cairan
dan elektrolit adalah ADH dan aldosteron. ADH menurunkan
produksi urine dengan cara meningkatkan reabsorbsi air oleh tubulus
ginjal dan air akan dikembalikan ke dalam volume darah sirkulasi.
Aldosteron mengatur keseimbangan natrium dan kalium,
menyebabkan tubulus ginjal mengekskresi kalium dan mengabsorbsi
natrium, akibatnya air akan direabsorbsi dan dikembalikan ke volume
darah. Glukokortikotiroid mempengaruhi keseimbangan cairan dan
elektrolit.
2.4 Pengaturan Elektrolit
1. Kation

Kation utama yaitu natrium (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca2+),


dan masgnesium (Mg2+), terdapat di dalam cairan ekstrasel dan intrasel.
Kerja ion ini memengaruhi transmisi neurokimia dan neuromuskular, yang
memengaruhi fungsi otot, irama dan kontraktilitas jantung, perasaan dan
perilaku,fungsi saluran pencernaan, dan proses lain.

2. Anion

Anion utama adalah klorida yang dapat ditemukan di dalam cairan


ekstrasel dan intrasel. Bikarbonat adalah bufer dasar kimia yang utama di
dalam tubuh, ditemukan dalam cairan ekstrasel dan intrasel. Fosfat
merupakan anion bufer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Konsentrasi
fosfat diatur oleh ginjal, hormonparatiroid dan vitamin D teraktivasi.

2.5 Gangguan Keseimbangan Cairan Tubuh


Bentuk gangguan yang paling sering terjadi adalah kelebihan atau
kekurangan cairan yang mengakibatkan perubahan volume.
a. Hipervolemik
Kelebihan atau intoksikasi cairan dalam tubuh, sering terjadi akibat
adanya kekeliruan dalam tindakan terapi cairan. Kejadian tersebut
seharusnya tidak perlu sampai terjadi. Penyebab hipervolemik meliputi,
adanya gangguan ekskresi air lewat ginjal (gagal ginjal akut), masukan
air yang berlebihan pada terapi cairan, masuknya cairan irigator pada
tindakan reseksi prostat transuretra, dan korban tenggelam. Gejala
Hipervolemik meliputi, sesak nafas, edema, peningkatan tekanan vena
jugular, edema paru akut dan gagal jantung. Dari pemeriksaan lab
dijumpai hiponatremi dalam plasma. Terapi terdiri dari pemberian
diuretic (bila fungsi ginjal baik), ultrafiltrasi atau dialysis (fungsi ginjal
menurun), dan flebotomi pada kondisi yang darurat.
Pada umumnya edema berarti meningkatnya volume cairan
ekstraseluler dan ekstravaskuler disertai dengan penimbunan cairan ini
dalam sela-sela jaringan dan rongga serosa. Edema biasanya lebih nyata
pada jaringan lunak atau jaringan ikat yang renggang, misalnya jaringan
subcutis dan paru-paru. Edema pada jaringan subcutis menimbulkan
pembengkakan dan tampak paling nyata pada jaringan lunak yang
tekanan jaringannya rendah, seperti sekitar mata dan alat kelamin luar
(genitalia sexterna). Kulit di atasnya biasanya menjadi renggang.

b. Hipovolemik (Dehidrasi)
Merupakan suatu kondisi defisit air dalam tubuh akibat masukan
yang kurang atau keluaran yang berlebihan. Kondisi dehidrasi bisa
terdiri dari 3 bentuk, yaitu: isotonic (bila air hilang bersama garam,
contoh: GE akut, overdosis diuretik), hipotonik (Secara garis besar
terjadi kehilangan natrium yang lebih banyak dibandingkan air yang
hilang. Karena kadar natrium serum rendah, air di kompartemen
intravascular berpindah ke ekstravaskular, sehingga menyebabkan
penurunan volume intravaskular), hipertonik (Secara garis besar terjadi
kehilangan air yang lebih banyak dibandingkan natrium yang hilang.
Karena kadar natrium tinggi, air di kompartemen ekstravaskular
berpindah ke kompartemen intravaskular, sehingga penurunan volume
intravaskular minimal).
Tabel 2.
Derajat Dehidrasi
DERAJAT % KEHILANGAN AIR GEJALA
Ringan 2-4% dari BB Rasa haus, mukosa kulit
kering, mata cowong
Sedang 4-8% dari BB Sda, disertai delirium,
oligouri, suhu tubuh
meningkat
Berat 8-14%dari BB Sda, disertai koma,
hipernatremi, viskositas
plasma meningkat

Pemeriksaan laboratorium menunjukkan hipernatremia dan


peningkatan hematokrit. Terapi dehidrasi adalah mengembalikan kondisi
air dan garam yang hilang. Jumlah dan jenis cairan yang diberikan
tergantung pada derajat dan jenis dehidrasi dan elektrolit yang hilang.
Pilihan cairan untuk koreksi dehidrasi adalah cairan jenis kristaloid RL
atau NaCl.

2.6 Gangguan Keseimbangan Elektrolit


a. Natrium
Natrium mempengaruhi distribusiair tubuh lebih kuat daripada
elektrolit lainnya.
Hipernatremia Hiponatremia
Konsentrasi natrium yang tinggi Melibatkan peningkatan
dalam plasma, akibat rasa haus proporsi air dan garam dalam
terganggu, hiperventilasi, darah akibat gangguan sekresi
demam, cidera kepala, ADH (cidera kepala, stress
penurunan sekresi ADH, fisiologis dan psikologis berat)
diabetes insipidus, diare,
ketidakmampuan ginjal
berespon terhadap ADH
Natrium serum > 145 mEq/L Natrium serum < 135 mEq/L
Hipotensi Hipertensi, TIK meningkat
Hipervolemia Hipovolemia
Membran mukosa kering Salivasi meningkat
Koma, meninggal Koma, meninggal
Rasa haus, demam, lidah kering, Tidak nafsu makan, mual,
halusinasi, disorientasi, letargi, muntah, twitching, lemah,
hiperaktif bila dirangsang bingung, edema pupil

b. Kalium
Kalium diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan osmotik
dan potensial listrik membran sel dan untuk memindahkan glukosa ke
dalam sel.
Hiperkalemia Hipokalemia
Kadar kalium serum yang tinggi Kadar kalium serum yang
rendah
Karena asidosis mendorong Karena alkalosis mendorong
kalium ke luar sel kalium masuk ke dalam sel
K+ serum > 5 mEq/L K+ serum < 3, 5 mEq/L
Gangguan konduksi jantung Aktivasi jantung ektopik
EKG: gelombang T memuncak, EKG: gelombang T mendatar,
QRS melebar, P-R memanjang depresi segmen ST
Diare, nyeri abdomen Bising usus menurun, ileus
Iritabilitas neuromuskuler Kelemahan otot, parestesia
Oliguria/anuria Poliuria
Gagal jantung Toksisitas digitalis

c. Klorida
Kadar klorida dalam darah secara pasif berhubungan dengan kadar
natrium, sehingga bila natrium serum meningkat, klorida juga meningkat.

Kelebihan klorida Kekurangan klorida


Karena dehidrasi, gagal ginjal, Akibat hilangnya cairan dalam
asidosis dan hiperventilasi saluran gastrointestinal (mual,
muntah, diare), demam
Cl- serum >110 mEq/L Cl- serum < 100 mEq/L
Keluaran urine < 30 ml/jam Terbuang melalui jaringan (luka
bakar)

d. Kalsium
Kadar kalsium mempunyai efek pada fungsi neuromuskuler, status
jantung dan pembentukan tulang. Gangguan keseimbangan kalsium akibat
dari perubahan metabolisme tulang, sekresi hormon parathyroid, disfungsi
ginjal, dan masukan diet yang berkurang.
Hiperkalsemia Hipokalsemia
++ ++
Ca serum > 10,5 mEq/L Ca serum < 8,5 mEq/L
Kewaspadaan mental menurun Iritabilitas neuromuskuler (baal,
parestesia, reflek hiperaktif,
kejang)
Nyeri abdomen, kelemahan otot, Nyeri tulang
mual, muntah, hipertensi

e. Magnesium
Magnesium diperoleh dari masukan diet. Ekskresi magnesium
melalui ginjal.
Kelebihan magnesium Kekurangan magnesium
Pada pasien gagal ginjal, Pada malnutrisi , alkoholisme,
ketoasidosis diabetik, pemakaian terapi IV jangka lama tanpa
antasid atau laksatif dalam suplemen Mg
jumlah berlebihan
Mg ++ serum > 3,4 mEq/L Mg ++ serum < 1,7 mEq/L
Letargi Disorientasi
Reflek tendon dalam tidak ada Reflek hiperaktif
Hipotensi Tremor, tetani
Depresi pernafasan

2.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


Perubahan volume dan osmolalitas cairan dapat terjadi pada beberapa
keadaan. Sebagai contoh faktor-faktor lain yang memengaruhi keseimbangan
cairan dan elektrolit diantaranya ialah umur, suhu lingkungan, diet, stress, dan
penyakit.
1. Umur
Kebutuhan asupan cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia
akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat
badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan
keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi
gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau
jantung.
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan
kelembapan udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan
tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang
beraktivitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai
dengan 5 L per hari.
3. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap asupan cairan dan elektrolit.
Ketika asupan nutrisi tidak adekuat, maka tubuh akan membakar protein
dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan
menurun padahal keduanya sangat dibutuhkan dalam proses keseimbangan
cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
4. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan
pemecahan glykogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium
dan retensi air sehingga apabila berkepanjangan dapat meningkatkan
volume darah.
5. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat mempengaruhi kondisi dari keseimbangan cairan
dan elektrolit tubuh. misalnya :
1) Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui
IWL.
2) Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat memengaruhi proses
regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
3) Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami
gangguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan
untuk memenuhinya secara mandiri.
6. Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang dapat mempengaruhi pada
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube
dan lain-lain.
7. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat mempengaruhi
kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
8. Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki risiko tinggi
mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh,
dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan

2.8 konsep asuhan keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan


keseimbangan cairan dan elektrolit.

2.8.1 Pengkajian Keperawatan

Untuk mengetahui kebutuhan cairan dan elektrolit pada klien perlu


diketahui keadaan cairan dan elektrolit dalam tubuhnya melalui
pengkajian yang seksama pada klien. Pengkajian tersebut meliputi:
Riwayat Keperawatan:
 Riwayat intake cairan dan makanan 24 jam yang lalu
 Berat badan sebelum sakit
 Riwayat kehilangan cairan: diare, muntah-muntah
 Keluhan yang berhubungan dengan </> caran, elektrolit
 Adanya penyakit kronis/ pengobatan yang mengganggu
keseimbangan cairan dan elektrolit.
Pemeriksaan Tanda-tanda Klinis:
 Berat badan saat ini; kenaikan/ penurunan BB 1 kg menggambarkan
kelebihan/ kehilangan cairan 1000 ml
 Tanda-tanda vital
 Jumlah intake dan output dalam 24 jam
Pemeriksaan fisik
 Kulit : suhu, kelembapan, warna dan turgor
 Rongga mulut : membrane mukosa, lidah, saliva
 Mata : penglihatan, edema pada kelopak mata,
tekanan bola mata
 Cardiovaskuler : vena jugularis, capillary refillingtime
 Paru-paru : suara nafas, perkusi paru, pengembangan
paru, kecepatan dan kedalaman nafas
 Neurologis : tingkat kesadaran, eksitabilitas
neuromuscular, tanda trousseau, tanda
chvostek

Test Laboratorium:
 Serum elektrolit
 Anion Gap; (Na+K–(Cl+HCO3) : normal 11–17mEq/l
 Hematocrit : laki-laki 40 – 54%
Wanita 37 – 47%
Anak-anak 34 – 47%
 Osmolalitas serum
Osmolalitas serum = 2 Na + Glukosa darah (18) + BUN (28)
Normal = 275 – 295 mOsm/kg air
 Analisis Gas darah arteri
 Pemeriksaan urine :
Osmolalitas urine : Laki-laki 390-1090 mOsm/kg air
Wanita 300-1090 mOsm/kg air
Bayi 213 mOsm/kg air
 pH normal = 6 (4.6 – 8)

2.8.2 Diagnosa Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


Kategori : Fisiologis
Sub Kategori :
Nutrisi dan Cairan
1. Hipervolemia Keseimbangan Manajemen
(D.0022) Cairan (l.03020) Hipervolemia l.03114)
Definisi : Peningkatan Definisi : Definisi
volume cairan Ekuilibrium antara Mengidentifikasi dan
intravaskuler, volume cairan mengelola kelebihan
interstisiel, dan diruang intraseluler volume cairan
intraseluler. dan ekstraseluler intravaskuler dan
Penyebab : tubuh ekstraseluler serta
- Gangguan Kriteria Hasil : mecegah terjadinya
mekanisme Setelah dilakukan komplikasi
regulasi tindakan keperawat Tindakan
- Kelebihan an Observasi
asupan cairan selama 3x24 jam 1. Periksa tanda dan
- Kelebihan masalah Keseimba gejala hypervolemia
asupan natrium ngan cairan mis. ortopnea, dispnea,
- Gangguan diharapakan menur edema, JVP/CVP
aliran balik un meningkat, reflex
vena dan teratasi dengan hepatojugular positif,
- Efek agen indikator: suara nafas tambahan
farmakologis Asupan cairan 2. Identifikasi penyebab
( mis. menurun dari skala hypervolemia
kortikosteroid, 5 (meningkat) 3. Monitor status
chlorpropamid menjadi skala 1 hemodinamik mialnya
e, tolbutamide, (menurun). frekuensi jantung,
vincristine, Output urine tekanan darah, MAP,
tryptilinescarb menurun dari skala CVP, PAP, PCWP, CO,
amazepine) 5 (meningkat) CI, Jika tersedia
menjadi skala 1 4. Monitor intake dan
Gejala dan Tanda (menurun) ouput cairan
Mayor Membrane mukosa 5. Monitor tanda hemo
DS : lembab menurun konsentrasi misalnya
1. Ortophnea dari skala 5 kadar natrium, BUN,
2. Dispnea (meningkat) Hematokrit, berat jenis
3. Paroxysmal menjadi skala 1 urine
nocturnal (menurun). 6. Monitor tanda
dyspnea Asupan makanan peningkatan tekanan
(PND) menurun dari skala onkotik plasma
DO : 5 (meningkat) misalnya kadar protein
1. Edema menjadi skala 1 dan albumin
anasarca (menurun) meningkat
dan/atau Edema menurun 7. Monitor kecepatan
edema perifer dari skala 2 (cukup infus secara ketat
2. Berat badan meningkat) menjadi 8. Monitor efek samping
meningkat skala 5 (menurun) diuretic misalnya
dalam waktu Dehidrasi menurun hipotensi ortortostatik,
singkat dari skala 2 (cukup hypovolemia,
3. Jugular venous meningkat) menjadi hipokalemia,
pressure (JVP) skala 5 (menurun) hyponatremia
dan/atau Asites menurun Terapeutik :
central venous dari skala 2 (cukup
1. Timbang berat badan
pressure meningkat) menjadi
setiap hari pada waktu
(CPV) skala 5 (menurun)
yang sama
meningkat Konfusi menurun
4. Refleks dari skala 2 (cukup 2. Baatsi asupan cairan

hepatojugular meningkat) menjadi dan garam


positif skala 5 (menurun) 3. Tinggikan kepala
TTV (Tekanan tempatbtidur 30-40
Gejala dan Tanda darah, frekuensi derajat
Minor nadi, kekuatan nadi,
Edukasi :
DS : tekanan arteri rata-
1. Anjurkan melapor jika
(tidak tersedia) rata) membaik dari
haluaraan urine <0,5
DO : skala 2 (cukup
ml/kg/ jam dalam 6
1. Distensi vena memburuk) menjadi
jam
jugularis skala 5 (membaik)
2. Anjurkan mlaporkan
2. Terdengar 10. Mata cekung
BB bertambah >1 kg
suara napas membaik dari skala
dalam sehari
tembahan 2 (cukup
3. Ajarkan cara
3. Hepatomegaly memburuk) menjadi
mengukur dan
4. Kadar Hp/Ht skala 5 (membaik)
mencatat asupan dan
turun 11. Turgor kulit
haluaran cairan
5. Oliguria membaik dari skala
4. Ajarkan cara
6. Intake lebih 2 (cukup
mengatasi cairan
banyak dari memburuk) menjadi
Kolaborasi
output (balans skala 5 (membaik)
1. Kolaborasi pemberian
cairan positif)12. Berat badan
diuretic
7. Kongesti paru membaik dari skala
2. Kolaborasi
2 (cukup
penggantian
Kondisi Klinis memburuk) menjadi
kehilangan kalium
Terkait : skala 5 (membaik)
akibat diuretic
1. Penyakit ginjal
3. Kolabortasi pemberian
: gagal ginjak
continuous renal
akut/kronis,
replacement therapy
sindrom
jika perlu
nefrotik
Pemantauan Cairan (I.
2. Hipoalbumine
03121)
mia
3. Gagal jantung Definisi : mengumpulkan
kongestive dan menganalisis data
4. Kelainan terkait pengaturan
hormone keseimbangan cauran
5. Penyakit hati
Tindakan Observasi :
(mis serosis,
asites, kanker 1. Monitor frekuensi dan

hati) kekuatan nadi

6. Penyakit vena 2. Monitor frekuensi


perifer (varises napas
vena,
3. Monitor tekanan darah
thrombus
vena, flebitis 4. Monitor berat badan
Imobilitas)
5. Monitor waktu
pengisian kapiler

6. Monitor elastisistas
atau turgor kulit

7. Monitor jumlah,
warna, dan berat jenis
urine

8. Monitor kadar albumin


dan protein total

9. Monitor hasil
periksaan serum mis
osmolaritas serum,
hemtokrit, natrium,
kalium, BUN

10. Monitor intake dan


output cairan

11. Identifikasi tanda-


tanda hypovolemia
mis. frekuensi nadi
meningkat, nadi etraba
lemah, tekanan darah
menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor
kulit mrnurun,
membrane mukosa
kering, volume urine
menurun, hematokrtit
meningkat, haus,
lemah, konsentrasi
urine meningkat, BB
menurun dalam waktu
singkat

12. Identifikais tanda-


tanda hypervolemia
mis. dispnea, edema
perifer, edema
anasarca, JPV CPV
meningkat, reflex
hepatojugular positif,
BB menurun dalam
aktu singkat

13. Identifikasi factor


resiko
ketidakseimbangan
cairan mis. prosedur
pembedahan mayor,
trauma pendarahan,
luka bakar, apheresis,
obstruksi intestinal,
peradangan pancreas,
penyakit ginjal dan
kelenjar, disfungsi
intestinal

Terapeutik :
1. Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan jika perlu
2. Hipovolemia Status cairan Manejemen Hipovolemia
(D.0023) Setelah (I.003116)
Definisi : dilakukan Definisi :
Penurunan volume tindakan Mengidentifikasi dan
cairan intravascular, keperawatan mengelola penurunan
interstisial, dan atau selama 3x24 volume cairan
intraselular. jam maka status intravaskuler
Penyebab : cairan pasien Tindakan
Kehilangan cairan membaik. Observasi :
aktif Dengan kriteria 1. Periksa tanda dan
hasil : gejala hipovolemia
Gejala dan tanda 1. Kekuatan (mis. Frekuensi nadi
mayor nadi meningkat, nadi teraba
Subjektif : - meningkat lemah, tekanan darah
Objektif : 2. Berat badan menurun, tekanan nadi
1. Nadi teraba cukup menyempit, turgor
lemah meningkat kulit menurun,
2. Tekanan darah 3. Perasaan membran mukosa
menurun lemah kering, volume urin
Gejala dan tanda menurun menurun, hematokrit
minor 4. Frekuensi meningkatkan, haus,
Subjektif : klien nadi normal lemah)
merasa lemah 5. Tekanan 2. Monitor intake dan
Objektif : darah normal ouput cairan
1. Berat badan Terapeutik :
turun tiba-tiba 1. Hitung kebutuhan
cairan
2. Berikan posisi
modified
trendelenbung
Edukasi :
1. Anjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
2. Anjurkan menghindari
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis (mis.
NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian
produk darah

Manejemen Syok
Hipovolemia (I.02050)
Definisi :
Mengidentifikasi dan
mengelola
ketidakmampuan tubuh
menyediakan oksigen dan
nutrien untuk mencukupi
kebutuhan jaringan akibat
kehilangan cairan/darah
berlebih
Tindakan
Observasi :
1. Monitor status cairan
(masukan dan
haluaran, turgor kulit,
CRT)
Terapeutik :
1. Lakukan penekanan
langsung pada
pendarahan eksternal
2. Berikan posisi syok
3. Ambil sampel darah
untuk pemeriksaan
darah lengkap dan
elektrolit
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
transfusi darah, jika
perlu

Manejemen pendarahan
pervaginam
pascapersalinan
(I.02045)
Definisi :
Mengidentifikasi dan
mengelola kehilangan
jumlah darah pervaginam
lebih dari 500 cc, dapat
terjadi pada proses
persalinan (24 jam) dan
lebih dari (24 jam) setelah
persalinan.
Tindakan
Observasi :
1. Identifikasi penyebab
kehilangan darah (mis.
Atonima uteri atau
robekan jalan lahir)
2. Identifikasi keluhan
ibu (mis. Keluar
banyak darah, pusing,
pandangan kabur)
3. Monitor resiko
terjadinya perdarahan
4. Monitor jumlah
kehilangan darah
Terapeutik :
1. Lakukan penekanan
pada area perdarahan,
jika perlu
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
transfusi darah, jika
perlu

Manejemen pendarahan
antepartum
dipertahankan (I.02042)
Definisi :
Mengidentifikasi dan
mengelola pendarahan
pada kehamilan yang
dapat dipertahankan
Tindakan
Observasi :
1. Identifikasi riwayat
kehilangan darah (mis.
Jumlah, nyeri, dan
adanya bekuan darah)
2. Identifikasi penyebab
perdarahan
3. Identifikasi riwayat
yang berhubungan
dengan perdarahan
kehamilan awal
4. Periksa vagina untuk
menilai jumlah,
konsisten, dan bau
perdarahan
5. Periksa kontraksi
uterus atau
peningkatan kekuatan
tonus otot uterus
6. Monitor tanda vital ibu
berdasarkan
kehilangan darah
7. Monitor intake dan
output cairan
Terapeutik :
1. Posisikan ekstremitas
bawah lebih tinggi
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
hingga perdarahan
berhenti
2. Anjurkan menurunkan
resiko perdarahan
(mis.pembatasan
merokok, tidak
berhubungan seksual,
tirah baring,
manajemen konstipasi)
3. Ajarkan cara
mengendali
pendarahan lama dan
baru
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
cairan, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian
transfusi darah, jika
perlu

Pemantauan Cairan
(I.03121)
Definisi :
Mengumpulkan dan
menganalisis data terkait
pengaturan keseimbangan
cairan
Tindakan
Observasi :
1. Monitor tekanan darah
2. Identifikasi tanda tanda
hipovolemia (mis.
Frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah
menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor
kulit menurun,
membran mukosa
kering, volume urine
menurun, hematokrit
meningkat, haus,
lemah, konsentrasi
urine meningkat, berat
badan menurun dalam
waktu singkat)
3. Identifikasi faktor
resiko
ketidakseimbangan
cairan (mis. Prosedur
pembedahan mayor,
trauma/ perdarahan,
luka bakar, aferasis,
obstruksi intestinal,
peradangan pankreas,
penyakit ginjal dan
kelenjar, disfungsi
intestinal)
Terapeutik :
1. Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
hingga perdarahan
berhenti
2. Anjurkan menurunkan
resiko perdarahan
(mis.pembatasan
merokok, tidak
berhubungan seksual,
tirah baring,
manajemen konstipasi)
3. Ajarkan cara
mengendali
pendarahan lama dan
baru
Kolaborasi :
1. Informasi hasil
pemantauan, jika perlu.

3. Resiko Keseimbangan Pemantauan Elektrolit


Ketidakseimbangan Elektrolit (L.03122)
Elektrolit (D.0037) (L.03021) Definisi
Definisi : Setelah dilakukan Mengumpulkan dan
Beresiko mengalami tindakan menganalisis data terkait
perubahan kadar keperawatan regulasi keseimbangan
serum elektrolit selama 3x24 jam elektrolit.
Faktor Resiko : masalah resiko Tindakan
1. Ketidakseimbanga ketidakseimbangan Observasi:
n cairan (mis. elektrolit tertasi 1) Identifikasi
dehidrasi dan dengan kriteria kemungkinan
intoksikasi air) hasil : penyebab
2. Kelebihan volume 1.Serum natrium ketidakseimbangan
cairan dari skala 1 elektrolit
3. Gangguan memburuk menjadi 2) Monitor kadar
mekanisme skala 5 membaik elektrolit serum
regulasi (mis. 1. Serum kalium 3) Monitor mual, muntah
diabetes) dari skala 1 dan diare
4. Efek samping memburuk menjadi 4) Monitor kehilangan
prosedur (mis. skala 5 membaik cairan, jika perlu
pembedahan) 2. Serum klorida Terapeutik
5. Diare dari skala 1 1) Atur interval waktu
6. Muntah memburuk menjadi pemantauan sesuai
7. Disfungsi ginjal skala 5 membaik dengan kondisi pasien
8. Disfungsi regulasi 2) Dokumentasi hasil
endokrin pemntauan
Kondisi Klinis Edukasi
Terkait 1) Jelaskan tujuan dan
1. Gagal ginjal prosedur pemantauan
2. Anoreksia nervosa 2) Informasikan hasil
3. Diabetes melitus pemantauan, jika
4. Penyakit Chron perlu
5. Gastrointeritis
6. Pankreatitis
7. Cedera kepala
8. Kanker
9. Trauma multiple
10. Luka bakar
11. Anemia sel sabit
1.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan 
Setelah membahas semua yang berhubungan dengan cairan dan elektrolit,
maka kita dapat menyimpulkan bahwa betapa pentingnya cairan dan elektrolit
untuk tubuh kita. Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan beberapa
hal yaitu volume cairan ekstrasel dan osmolaritas dari cairan tersebut. Ginjal
mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
garam dan mengontrol osmolalitas ekstrasel dengan mempertahankan
keseimbangan caiaran. Dalam hal ini ginjal merupakan osmoreseptor yang selalu
memantau osmolalitas dan mengaktifkan osmoreseptor yang ada pada
hipotalamus yang akan dilanjutkan penghantaran rangsangan ini ke neuron
hypothalamus yang mensintesis vasopressin yang akan dilepaskan oleh hipofisis
posterior kedalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya didalam duktus
koligen. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran
garam dan air dalam urine sesuai dengan kebutuhan untuk mengkompensasi
asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga berperan
dalam mempertahan kan keseimbangan asam basa dengan megatur keluaran ion
hydrogen dan ion bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan.Selain ginjal yang
turut berperan dalam keseimbangan asam basa adalah paru-paru.Dalam tubuh,
sering terjadi gangguan akibat kekurangan cairan dan elektrolit yang terjadi secara
bersamaan namun dapat juga terjadi gangguan akibat kekurangan atau ketidak
seimbangan dari salah satunya ataupun kekurangan air murni meskipun jarang
terjadi.Tubuh dapat kehilangan cairan bukan hanya dalam keadaan sakit tetapi
bisa kehilangan cairan dalam keadaan tubuh sehat, namun kehilangan cairan ini
dalam batas-batas normal dan masih dapat ditoleransi serta sesuai dengan jumlah
cairan yang masuk, cairan yang dibutuhkan dan cairan yang dikeluarkan oleh
tubuh. Kehilangan caiaran yang mengakibatkan kekurangan air dan elektrolit yang
biasa disebut dengan “Dehidrasi” tidak sama dengan hipovolemi yang berarti
berkurangnya cairan intravaskuler. Namun dehidrasi merupakan salah satu akibat
lanjutan dari hipovolemi.

3.2 Saran
Berdasarkan beberapa kesimpulan diatas maka,penulis mengajukan
beberapa saran yang ditujukan kepada diri saya sendiri dan mengajak kepada
teman-teman maupun pembaca lain untuk menjadi bahan pertimbangan dan
masukan demi meningkatkan mutu dan kualitas kita sebagai seorang perawat,
yaitu:
1) Perlunya mempelajari secara mendalam tentang materi cairan dan elektrolit
ini, untuk dapat memahami dan megerti tentang apa yang dimaksud dengan
cairan dan elektrolit serta pentingnya cairan dan elektrolit terhadap tubuh
manusia.
2) Pentingnya mengetahui mekanisme-mekanisme, proses dan semua yang
terjadi dalam tubuh yang berhubungan dengan cairan dan elektrolit serta
gangguan-gangguan yang dapat diakibatkan oleh cairan dan elektrolit
sehingga kita sebagai perawat dapat mengetahui sampai dimana dan mengapa
gangguan yang disebabkan oleh cairandan elektrolit ini sehingga kita dapat
menentukan dan merencanakan tindakan keperawatan apa yang akan kita
lakukan atau kita berikan kepada pasien dengan gangguan yang disebabkan
atau gangguan yang menyebabkan cairan dan elektolit tidak dalam keadaan
yang normal. Sehingga kita dapat menjadi seorang Perawat yang Profesioanal
dalam menangani pasien kita nantinya. Aamiin
Daftar Pustaka

Budiono. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Konsep Dasar


Keperawatan. Jakarta Selatan. 2016

Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD.Management of Patients with


Fluid and Electrolyte Disturbances. Dalam Morgan & Mikhail’s Clinical

Anesthesiology 5th ed. New York: Mc-Graw Hill. 2013

Kusnanto. Modul Pembelajaran : Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan


Elektrolit. Surabaya. 2016

Stoelting RK, Rathmell JP, Flood P, Shafer S. Intravenous Fluids and


Electrolytes. Dalam Handbook of Pharmacology and Physiology in
Anesthetic Practice 3rd ed. Philadelphia: Wolters Kluwer Health. 2015

Waterhouse BR, Famery AD. The Organization and Composition of Body


Fluids Anaesthesia & Intensive Care Medicine. 2012

Anda mungkin juga menyukai