Disusun oleh :
Kelompok 9
1. Agung Prayogi 2021020141
2. Cindi Ayu Oktora 2021020155
3. Didik Aji Asmoro 2021020159
4. Fakhrunisa Masruroh 2021020169
5. Feri Subarji 2021020172
6. Nursyifa Kusuma Rahayu 2021020190
7. Okta Ayu Kolopaking 2021020191
Kebutuhan dasar manusia adalah suatu hal yang sangat dibutuhkan untuk
mencukupi, menjaga dan mempertahankan kelangsungan suatu kehidupan.
Dalam teori Abraham Maslow, Hirarki kebutuhan dasar manusia dapat
dikelompokkan menjadi lima tingkat kebutuhan utama (five hierarchy og
needs), yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan keamanan,
kebutuhan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan
aktualisasi diri. Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan bagian dari
kebutuhan fisiologi dan salah satu kebutuhan mendasar dan memiliki
prioritas tertinggi dalam kebutuhan Maslow (Budiono, 2016).
Cairan di dalam tubuh terdiri dari air dan zat pelarut seperti eletrolit, non
elektrolit dan koloid. Perubahan jumlah yang tidak seimbangnya cairan dan
konsentrasi elektrolit yang terkandung didalamnya akan memicu berbagai
masalah yang apabila tidak dapat ditangani dengan tepat dapat menyebabkan
kerusakan organ-organ ataupun kematian secara mendadak. Oleh sebab itu,
kebutuhan cairan dan elektrolit juga merupakan kebutuhan dasar manusia
yang utama yang sama pentingnya dengan kebutuhan oksigen (Kusnanto,
2016).
Sekitar 50-60% didalam tubuh manusia dewasa merupakan cairan.
Sedangkan persentase total komposisi cairan pada tubuh bayi dan anak-anak
lebih tinggi dibandingkan dengan orang dewasa yaitu mencapai 70-80%.
Oleh karena itu, tubuh manusia memerlukan keseimbangan input dan output
cairan. Di dalam tubuh manusia, sel- sel yang memiliki konsentrasi air paling
tinggi terdapat pada sel-sel otot dan organ-organ pada rongga badan seperti
paru-paru atau jantung sedangkan sel-sel yang memiliki konsentrasi air paling
rendah terdapat pada sel-sel jaringan seperti tulang atau gigi. Cairan dan
elektrolit sangat diperlukan agar menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh merupakan sebagian dari
fisiologi homeostatis yang melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai
cairan tubuh (Butterworth, Mackey dan Wasnick, 2013).
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung antara satu dengan
yang lainnya. Apabila terjadi gangguan keseimbangan, baik cairan atau
elektrolit yang ada didalam tubuh dapat mengakibatkan overhidrasi,
dehidrasi, hiponatremia, hipeanatremia, hipokalemia, hiperkalemia, dan
hipokalsemia. Dengan demikian, keseimbangan cairan dan elektrolit
merupakan komponen atau unsur yang sangat vital pada tubuh manusia.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Utama
Mengetahui konsep, prinsip dan keterampilan klinis keperawatan
untuk membantu memenuhi kebutuhan dasar manusia terutama pada
kebutuhan keseimbangan cairan dan elektrolit.
TINJAUAN TEORI
2. Osmosis
Bila suatu larutan dipisahkan oleh suatu membran yang
semipermeabel dengan larutan yang volumenya sama namun berbeda
konsentrasi zat yang terlarut, maka terjadi perpindahan air/ zat pelarut dari
larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang rendah ke larutan dengan
konsentrasi zat terlarut lebih tinggi. Perpindahan seperti ini disebut dengan
osmosis.
3. Filtrasi
4. Transpor Aktif
10 400-500 125-150
6 950-1100 130-135
9 1100-1250 125-145
2 1350-1500 115-125
4 1600-1800 100-110
6 1800-2000 90-100
10 2000-2500 70-85
14 2200-2700 50-60
2.3.3 Hormon
Hormon utama yang memengaruhi keseimbangan cairan
dan elektrolit adalah ADH dan aldosteron. ADH menurunkan
produksi urine dengan cara meningkatkan reabsorbsi air oleh tubulus
ginjal dan air akan dikembalikan ke dalam volume darah sirkulasi.
Aldosteron mengatur keseimbangan natrium dan kalium,
menyebabkan tubulus ginjal mengekskresi kalium dan mengabsorbsi
natrium, akibatnya air akan direabsorbsi dan dikembalikan ke volume
darah. Glukokortikotiroid mempengaruhi keseimbangan cairan dan
elektrolit.
2.4 Pengaturan Elektrolit
1. Kation
2. Anion
b. Hipovolemik (Dehidrasi)
Merupakan suatu kondisi defisit air dalam tubuh akibat masukan
yang kurang atau keluaran yang berlebihan. Kondisi dehidrasi bisa
terdiri dari 3 bentuk, yaitu: isotonic (bila air hilang bersama garam,
contoh: GE akut, overdosis diuretik), hipotonik (Secara garis besar
terjadi kehilangan natrium yang lebih banyak dibandingkan air yang
hilang. Karena kadar natrium serum rendah, air di kompartemen
intravascular berpindah ke ekstravaskular, sehingga menyebabkan
penurunan volume intravaskular), hipertonik (Secara garis besar terjadi
kehilangan air yang lebih banyak dibandingkan natrium yang hilang.
Karena kadar natrium tinggi, air di kompartemen ekstravaskular
berpindah ke kompartemen intravaskular, sehingga penurunan volume
intravaskular minimal).
Tabel 2.
Derajat Dehidrasi
DERAJAT % KEHILANGAN AIR GEJALA
Ringan 2-4% dari BB Rasa haus, mukosa kulit
kering, mata cowong
Sedang 4-8% dari BB Sda, disertai delirium,
oligouri, suhu tubuh
meningkat
Berat 8-14%dari BB Sda, disertai koma,
hipernatremi, viskositas
plasma meningkat
b. Kalium
Kalium diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan osmotik
dan potensial listrik membran sel dan untuk memindahkan glukosa ke
dalam sel.
Hiperkalemia Hipokalemia
Kadar kalium serum yang tinggi Kadar kalium serum yang
rendah
Karena asidosis mendorong Karena alkalosis mendorong
kalium ke luar sel kalium masuk ke dalam sel
K+ serum > 5 mEq/L K+ serum < 3, 5 mEq/L
Gangguan konduksi jantung Aktivasi jantung ektopik
EKG: gelombang T memuncak, EKG: gelombang T mendatar,
QRS melebar, P-R memanjang depresi segmen ST
Diare, nyeri abdomen Bising usus menurun, ileus
Iritabilitas neuromuskuler Kelemahan otot, parestesia
Oliguria/anuria Poliuria
Gagal jantung Toksisitas digitalis
c. Klorida
Kadar klorida dalam darah secara pasif berhubungan dengan kadar
natrium, sehingga bila natrium serum meningkat, klorida juga meningkat.
d. Kalsium
Kadar kalsium mempunyai efek pada fungsi neuromuskuler, status
jantung dan pembentukan tulang. Gangguan keseimbangan kalsium akibat
dari perubahan metabolisme tulang, sekresi hormon parathyroid, disfungsi
ginjal, dan masukan diet yang berkurang.
Hiperkalsemia Hipokalsemia
++ ++
Ca serum > 10,5 mEq/L Ca serum < 8,5 mEq/L
Kewaspadaan mental menurun Iritabilitas neuromuskuler (baal,
parestesia, reflek hiperaktif,
kejang)
Nyeri abdomen, kelemahan otot, Nyeri tulang
mual, muntah, hipertensi
e. Magnesium
Magnesium diperoleh dari masukan diet. Ekskresi magnesium
melalui ginjal.
Kelebihan magnesium Kekurangan magnesium
Pada pasien gagal ginjal, Pada malnutrisi , alkoholisme,
ketoasidosis diabetik, pemakaian terapi IV jangka lama tanpa
antasid atau laksatif dalam suplemen Mg
jumlah berlebihan
Mg ++ serum > 3,4 mEq/L Mg ++ serum < 1,7 mEq/L
Letargi Disorientasi
Reflek tendon dalam tidak ada Reflek hiperaktif
Hipotensi Tremor, tetani
Depresi pernafasan
Test Laboratorium:
Serum elektrolit
Anion Gap; (Na+K–(Cl+HCO3) : normal 11–17mEq/l
Hematocrit : laki-laki 40 – 54%
Wanita 37 – 47%
Anak-anak 34 – 47%
Osmolalitas serum
Osmolalitas serum = 2 Na + Glukosa darah (18) + BUN (28)
Normal = 275 – 295 mOsm/kg air
Analisis Gas darah arteri
Pemeriksaan urine :
Osmolalitas urine : Laki-laki 390-1090 mOsm/kg air
Wanita 300-1090 mOsm/kg air
Bayi 213 mOsm/kg air
pH normal = 6 (4.6 – 8)
6. Monitor elastisistas
atau turgor kulit
7. Monitor jumlah,
warna, dan berat jenis
urine
9. Monitor hasil
periksaan serum mis
osmolaritas serum,
hemtokrit, natrium,
kalium, BUN
Terapeutik :
1. Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan jika perlu
2. Hipovolemia Status cairan Manejemen Hipovolemia
(D.0023) Setelah (I.003116)
Definisi : dilakukan Definisi :
Penurunan volume tindakan Mengidentifikasi dan
cairan intravascular, keperawatan mengelola penurunan
interstisial, dan atau selama 3x24 volume cairan
intraselular. jam maka status intravaskuler
Penyebab : cairan pasien Tindakan
Kehilangan cairan membaik. Observasi :
aktif Dengan kriteria 1. Periksa tanda dan
hasil : gejala hipovolemia
Gejala dan tanda 1. Kekuatan (mis. Frekuensi nadi
mayor nadi meningkat, nadi teraba
Subjektif : - meningkat lemah, tekanan darah
Objektif : 2. Berat badan menurun, tekanan nadi
1. Nadi teraba cukup menyempit, turgor
lemah meningkat kulit menurun,
2. Tekanan darah 3. Perasaan membran mukosa
menurun lemah kering, volume urin
Gejala dan tanda menurun menurun, hematokrit
minor 4. Frekuensi meningkatkan, haus,
Subjektif : klien nadi normal lemah)
merasa lemah 5. Tekanan 2. Monitor intake dan
Objektif : darah normal ouput cairan
1. Berat badan Terapeutik :
turun tiba-tiba 1. Hitung kebutuhan
cairan
2. Berikan posisi
modified
trendelenbung
Edukasi :
1. Anjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
2. Anjurkan menghindari
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis (mis.
NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian
produk darah
Manejemen Syok
Hipovolemia (I.02050)
Definisi :
Mengidentifikasi dan
mengelola
ketidakmampuan tubuh
menyediakan oksigen dan
nutrien untuk mencukupi
kebutuhan jaringan akibat
kehilangan cairan/darah
berlebih
Tindakan
Observasi :
1. Monitor status cairan
(masukan dan
haluaran, turgor kulit,
CRT)
Terapeutik :
1. Lakukan penekanan
langsung pada
pendarahan eksternal
2. Berikan posisi syok
3. Ambil sampel darah
untuk pemeriksaan
darah lengkap dan
elektrolit
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
transfusi darah, jika
perlu
Manejemen pendarahan
pervaginam
pascapersalinan
(I.02045)
Definisi :
Mengidentifikasi dan
mengelola kehilangan
jumlah darah pervaginam
lebih dari 500 cc, dapat
terjadi pada proses
persalinan (24 jam) dan
lebih dari (24 jam) setelah
persalinan.
Tindakan
Observasi :
1. Identifikasi penyebab
kehilangan darah (mis.
Atonima uteri atau
robekan jalan lahir)
2. Identifikasi keluhan
ibu (mis. Keluar
banyak darah, pusing,
pandangan kabur)
3. Monitor resiko
terjadinya perdarahan
4. Monitor jumlah
kehilangan darah
Terapeutik :
1. Lakukan penekanan
pada area perdarahan,
jika perlu
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
transfusi darah, jika
perlu
Manejemen pendarahan
antepartum
dipertahankan (I.02042)
Definisi :
Mengidentifikasi dan
mengelola pendarahan
pada kehamilan yang
dapat dipertahankan
Tindakan
Observasi :
1. Identifikasi riwayat
kehilangan darah (mis.
Jumlah, nyeri, dan
adanya bekuan darah)
2. Identifikasi penyebab
perdarahan
3. Identifikasi riwayat
yang berhubungan
dengan perdarahan
kehamilan awal
4. Periksa vagina untuk
menilai jumlah,
konsisten, dan bau
perdarahan
5. Periksa kontraksi
uterus atau
peningkatan kekuatan
tonus otot uterus
6. Monitor tanda vital ibu
berdasarkan
kehilangan darah
7. Monitor intake dan
output cairan
Terapeutik :
1. Posisikan ekstremitas
bawah lebih tinggi
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
hingga perdarahan
berhenti
2. Anjurkan menurunkan
resiko perdarahan
(mis.pembatasan
merokok, tidak
berhubungan seksual,
tirah baring,
manajemen konstipasi)
3. Ajarkan cara
mengendali
pendarahan lama dan
baru
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
cairan, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian
transfusi darah, jika
perlu
Pemantauan Cairan
(I.03121)
Definisi :
Mengumpulkan dan
menganalisis data terkait
pengaturan keseimbangan
cairan
Tindakan
Observasi :
1. Monitor tekanan darah
2. Identifikasi tanda tanda
hipovolemia (mis.
Frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah
menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor
kulit menurun,
membran mukosa
kering, volume urine
menurun, hematokrit
meningkat, haus,
lemah, konsentrasi
urine meningkat, berat
badan menurun dalam
waktu singkat)
3. Identifikasi faktor
resiko
ketidakseimbangan
cairan (mis. Prosedur
pembedahan mayor,
trauma/ perdarahan,
luka bakar, aferasis,
obstruksi intestinal,
peradangan pankreas,
penyakit ginjal dan
kelenjar, disfungsi
intestinal)
Terapeutik :
1. Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
hingga perdarahan
berhenti
2. Anjurkan menurunkan
resiko perdarahan
(mis.pembatasan
merokok, tidak
berhubungan seksual,
tirah baring,
manajemen konstipasi)
3. Ajarkan cara
mengendali
pendarahan lama dan
baru
Kolaborasi :
1. Informasi hasil
pemantauan, jika perlu.
3.1 Kesimpulan
Setelah membahas semua yang berhubungan dengan cairan dan elektrolit,
maka kita dapat menyimpulkan bahwa betapa pentingnya cairan dan elektrolit
untuk tubuh kita. Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan beberapa
hal yaitu volume cairan ekstrasel dan osmolaritas dari cairan tersebut. Ginjal
mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
garam dan mengontrol osmolalitas ekstrasel dengan mempertahankan
keseimbangan caiaran. Dalam hal ini ginjal merupakan osmoreseptor yang selalu
memantau osmolalitas dan mengaktifkan osmoreseptor yang ada pada
hipotalamus yang akan dilanjutkan penghantaran rangsangan ini ke neuron
hypothalamus yang mensintesis vasopressin yang akan dilepaskan oleh hipofisis
posterior kedalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya didalam duktus
koligen. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran
garam dan air dalam urine sesuai dengan kebutuhan untuk mengkompensasi
asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga berperan
dalam mempertahan kan keseimbangan asam basa dengan megatur keluaran ion
hydrogen dan ion bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan.Selain ginjal yang
turut berperan dalam keseimbangan asam basa adalah paru-paru.Dalam tubuh,
sering terjadi gangguan akibat kekurangan cairan dan elektrolit yang terjadi secara
bersamaan namun dapat juga terjadi gangguan akibat kekurangan atau ketidak
seimbangan dari salah satunya ataupun kekurangan air murni meskipun jarang
terjadi.Tubuh dapat kehilangan cairan bukan hanya dalam keadaan sakit tetapi
bisa kehilangan cairan dalam keadaan tubuh sehat, namun kehilangan cairan ini
dalam batas-batas normal dan masih dapat ditoleransi serta sesuai dengan jumlah
cairan yang masuk, cairan yang dibutuhkan dan cairan yang dikeluarkan oleh
tubuh. Kehilangan caiaran yang mengakibatkan kekurangan air dan elektrolit yang
biasa disebut dengan “Dehidrasi” tidak sama dengan hipovolemi yang berarti
berkurangnya cairan intravaskuler. Namun dehidrasi merupakan salah satu akibat
lanjutan dari hipovolemi.
3.2 Saran
Berdasarkan beberapa kesimpulan diatas maka,penulis mengajukan
beberapa saran yang ditujukan kepada diri saya sendiri dan mengajak kepada
teman-teman maupun pembaca lain untuk menjadi bahan pertimbangan dan
masukan demi meningkatkan mutu dan kualitas kita sebagai seorang perawat,
yaitu:
1) Perlunya mempelajari secara mendalam tentang materi cairan dan elektrolit
ini, untuk dapat memahami dan megerti tentang apa yang dimaksud dengan
cairan dan elektrolit serta pentingnya cairan dan elektrolit terhadap tubuh
manusia.
2) Pentingnya mengetahui mekanisme-mekanisme, proses dan semua yang
terjadi dalam tubuh yang berhubungan dengan cairan dan elektrolit serta
gangguan-gangguan yang dapat diakibatkan oleh cairan dan elektrolit
sehingga kita sebagai perawat dapat mengetahui sampai dimana dan mengapa
gangguan yang disebabkan oleh cairandan elektrolit ini sehingga kita dapat
menentukan dan merencanakan tindakan keperawatan apa yang akan kita
lakukan atau kita berikan kepada pasien dengan gangguan yang disebabkan
atau gangguan yang menyebabkan cairan dan elektolit tidak dalam keadaan
yang normal. Sehingga kita dapat menjadi seorang Perawat yang Profesioanal
dalam menangani pasien kita nantinya. Aamiin
Daftar Pustaka