ARBITRASE SYARIAH
“MEDIASI PERBANKAN”
Disusun Oleh:
NAMA : MARLINA
NIM : 180502221
KELAS : VI / B
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur selalu kita haturkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat limpahan
rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga pemakalah dapat menyelesaikan tugas
UAS penyusunan Makalah Arbitrase Syariah “Mediasi Perbankan”.
A. Latar Belakang
…………………………………………………………………............
B. Rumusan Masalah
……………………………………………………………………...
C. Tujuan
…………………………………………………………………………………..
A. Pengertian Mediasi
…………………………………………………………………......
B. Pengertian Mediator
……………………………………………………………………
E. Mediasi Perbankan
………………………………..........................................................
G. Hal Yang Harus Dipenuhi Nasabah Untuk Dapat Menyelesaikan Sengketa Melalui
Forum Mediasi Perbankan …………………………………………………………….
H. Kekuatan Mengikat Dari putusan Mediasi Perbankan
…………………………………
A. Kesimpulan ……………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan mediasi ?
2. Apa yang dimaksud dengan mediator?
3. Apa yang menjadi wewenang dari mediator sebagai pihak ketiga dalam proses
mediasi?
4. Apa yang menjadi dasar hukum mediasi dalam hukum positif di Indonesia ?
5. Apa yang dimaksud dengan mediasi perbankan?
6. Bagaimana peraturan prosedur (rule and procedure) dalam proses mediasi
perbankan?
7. Apa saja yang hars dipenuhi nasabah untuk dapat menyelesaikan sengketa
melalui forum mediasi perbankan?
8. Bagaimana kekuatan mengikat dari putusan mediasi perbankan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian mediasi
2. Untuk mengetahui pengertian mediator
3. Untuk mengetahui isi dari wewenang mediator sebagai pihak ketiga dalam proses
mediasi
4. Untuk mengetahui dasar hukum mediasi perbankan
5. Untuk dapat mengetahui mediasi perbankan
6. Untuk dapat memahami peraturan prosedur (rule and procedure) dalam proses
mediasi perbankan
7. Untuk dapat memahami hal yang harus dipenuhi nasabah untuk dapat
menyelesaikan sengketa melalui forum mediasi perbankan
8. Untuk mengetahui kekuatan yang mengikat dari putusan mediasi perbankan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mediasi
Kata mediasi berasal dari bahasa Inggris mediation, yang artinya penyelesaian
sengketa dengan menengahi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mediasi adalah
pengertian mediasi, namun hanya memberikan keterangan bahwa jika sengketa tidak
mencapai kesepakatan, maka sengketa bisa diselesaikan melalui penasehat ahli atau
mediator.1
memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator. Mediasi berasal
dari bahasa Inggris yang berarti menyelesaikan sengketa dengan menengahi. Mediasi
merupakan proses negosiasi pemecahan masalah, dimana pihak luar yang tidak
1
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, Cet. XIX,
1993), hlm. 377
memihak (impartial) bekerjasama dengan pihak yang bersengketa untuk mencari
dikuasakan kepadanya2
“Mediasi adalah proses negosiasi sebagai pemecahan masalah dimana pihak luar yang
tidak memihak (impartial) dan netral bekerja dengan pihak yang bersengketa untuk
dengan hakim atau arbiter, mediator tidak mempunyai wewenang untuk memutuskan
sengketa antara para pihak. Namun, dalam hal ini para pihak menguasakan kepada
mereka. Asumsinya para bahwa pihak ketiga akan mampu mengubah kekuatan dan
informasi, atau denganmenggunakan proses negosiasi yang lebih efektif. Dan dengan
dipersengketakan”.3
B. Pengertian Mediator
bersengketa itu atau mediator adalah seseorang yang independen dalam mediasi dan
Menurut PERMA No. 1 tahun 2008, pengertian mediator yaitu pihak netral
yang membantu para pihak dalam proses perundingan guna mencari berbagai
Keputusan akhir tetap berada di tangan para pihak yang bersengketa. Mediator
hanyalah membantu mencari jalan keluar, agar para pihak bersedia duduk bersama
Mediator yaitu sebagai penengah yang berperan untuk membantu para pihak
sebagai berikut:
c. Tidak memiliki hubungan kerja dengan salah satu pihak yang bersengketa
4
PERMA No. 1 tahun 2008 Pasal 1.
e. Tidak mempunyai kepentingan terhadap proses perundingan yang berlangsung
maupun hasilnya.5
Syarat umum di atas sangat penting agar hasil mediasi dapat memuaskan
pihak-pihak yang bersengketa. Dalam Perma, seorang mediator adalah pihak yang
bersifat netral dan tidak memihak, yang berfungsi membantu para pihak dalam
mencapai berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa (pasal 1 poin 6). Agar dapat
menjalankan tugasnya dengan baik, maka mediator adalah orang yang telah dilatih
definisinya bahwa mediator adalah seorang fasilitator yang menjadi penengah dalam
yaitu:
titik temu yang dapat dijadikan sebagai pangkal tolak pemecahan masalah.
masing.
e. Mengelola para pihak dalam bernegosiasi dengan suasana sejuk dan menjauhkan
5
Muhammad Saifullah, Mediasi Dalam Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia, Cet. 1,
(Semarang: Walisongo Press, 2009), hlm. 78
f. Mendorong para pihak dalam bernegosiasi dalam mewujudkan perdamaian
peran mediator sebagai sebuah garis rentan dari sisi peran yang terlemah hingga sisi
peran yang terkuat. Sisi peran terlemah apabila mediator hanya menjalankan peran-
a. Penyelenggara pertemuan
e. Pendorong pihak atau peserta perundingan yang kuirang mampu atau segan untuk
mengungkapkan pandangannya.
Adapun sisi peran kuat mediator jika ia melakukan hal-hal berikut dalam
perundingan:
c. Membantu para pihak agar menyadari bahwa sengketa bukan sebuah pertarungan
6
Rachmadi Utsman, Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003),
hlm. 90
e. Membantu para pihak untuk menganalisis berbagai pilihan pemecahan masalah.7
memiliki peran penting, yaitu melakukan diagnosis konflik, identifikasi masalah serta
penengah belaka penyelenggara dan atau pemimpin, tetapi ia juga harus membantu
Wewenang mediator dalam mediasi yudisial sebenarnya tidak diatur secara tersurat
dalam peraturan yang ada. Maksudnya adalah tidak ada aturan yang berbunyi secara
tegas mengenai apa saja kewenangan mediator dalam mediasi yudisial. Adapun
beberapa hal yang berkaitan dengan wewenang mediator yang tertuang dalam Perma
a. Ruang Lingkup materi dalam pertemuan mediasi Yudisial tidak terbatas pada
posita dan petitum yang tertuang dalam gugatan yang diajukan ke pengadilan.
Dalam hal ketika pada mediasi tersebut mencapai kesepakatan atas permasalahan
7
Ibid, hlm. 95
8
Gary Goodpaster, Op. Cit., hlm. 39
di luar posita dan petitum gugatan, maka penggugat mengubah gugatan dengan
yang kemudian akan ditandatangani oleh para pihak dan mediator. (Pasal 27 ayat
1).
apakah kesepakatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang ada terkait materi dari
kesepakatan perdamaian.
Dasar hukum positif dari mediasi terdapat pada Peraturan Mahkamah Agung
Nomor 1 Tahun 2016 tentang prosedur mediasi di pengadilan pada pasal 1 yang
ketentuan mediasi menurut hukum positif, telah diatur dalam Pasal 130 HIR,
hasil mediasi di luar pengadilan kedudukannya belum memiliki kekuatan hukum tetap
9
M. Yahya Harahap, hukum acara perdata, (Jakarta: Sinar Grafika), hlm.243
10
Vol 3. No 2 (2019), Mulyana
Dasar hukum dari mediasi terdapat pada hukum acara di Indonesia yang
terdapat dalam pasal 130 Herziene Inlandsch Reglement (HIR) pasal tersebut
menjelaskan penyelesaian sengketa melalu cara damai. Pasal 130 ayat (1) HIR
berbunyi “Jika pada hari yang ditentukan itu, kedua belah pihak datang, maka
mereka itu”. Selanjutnya ayat (2) HIR berbunyi: Jika perdamaian yang demikian itu
terjadi, maka tentang hal itu pada waktu bersidang, diperbuat sebuah akte, dengan
nama kedua belah pihak diwajibkan untuk mencukupi perjanjian yang telah diperbuat
itu; maka surat (akte) itu akan berkekuatan dan akan dilakukan sebagai putusan hakim
yang biasa.
disebutkan “Bila pada hari yang telaah ditentukan para pihak datang menghadap,
Selanjutnya pada ayat (2) berbunyi “Bila di capai perdamaian, maka di dalam sidang
itu juga dibuatkan suatu akta dan para pihak dihukum untuk menaati perjanjian yang
telah di buat, dan akta itu mempunyai kekuatan serta dilaksanakan seperti surat
keputusan biasa”.
E. Mediasi Perbankan
dan bank dalam upaya menyelesaikan sengketa transaksi keuangan setelah melalui
jalur penyelesaian pengaduan di bank tidak berhasil dilakukan. Oleh sebab itu dapat
sengketa nasabah dan bank. Mediasi selain untuk menyelesaikan sengketa juga
bertujuan untuk menjaga hubungan baik yang telah ada diantara para pihak, sehingga
walaupun terjadi sengketa saat ini hubungan baik dapat dijaga berkesinambungan.
Inilah yang sebenarnya menjadi alasan mengapa banyak pihak memilih mediasi untuk
menyelesaikan sengketa11
lembaga mediasi yang bersifat independen ini merupakan alternatif penyelesaian lain
pengadilan membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang tidak sedikit.
para pihak yang bersengketa, yaitu nasabah dan bank, dengan melibatkan mediator
dari Bank Indonesia, untuk membantu para pihak yang bersengketa guna mencapai
kesepakatan.
mediasi independen yang dibentuk oleh asosiasi perbankan titik kehadiran mediasi
dengan Bank yang disebabkan tidak terpenuhinya tuntutan finansial nasabah oleh
bank, semakin hari semakin meningkat. Penyelesaian pengaduan nasabah oleh bank
tidak selalu dapat memuaskan nasabah dan berpotensi menimbulkan sengketa antara
nasabah dengan Bank yang dapat merugikan nasabah dan mempengaruhi reputasi
bank. Penyelesaian pengaduan nasabah oleh bank juga dirasakan cukup berlarut-larut,
padahal penyelesaian sengketa tersebut dapat dilakukan secara sederhana, cepat dan
11
Peter Ambrumenil, Médiation And Arbitration (Cavendish Piblishing Limited), hal 41.
12
Syahrizal Abbas, Mediasi dalam hukum syariat, hukum adat dan hukum nasional, (Jakarta: Kencana), hlm.361
Mediasi perbankan merupakan langkah penting dalam usaha pemberdayaan
dapat menyelesaikan perselisihan antara bank dan nasabah bank jika perselisihan
jasa mediasi ini tak terlepas dari harapan dan tuntutan masyarakat, terutama kalangan
dunia usaha terhadap mekanisme penyelesaian sengketa yang efisien dan efektif.
Dengan alasan itulah, maka Bank Indonesia telah mengeluarkan Bank Indonesia No.
proses penyelesaian sengketa yang melibatkan mediator untuk membantu para pihak
terhadap sebagian ataupun seluruhnya masa lahan yang disengketakan ia biaya yang
telah dikeluarkan nasabah untuk menyelesaikan sengketa titik cakupan nilai tuntutan
Setelah itu Para penggugat/pemohon akan membayar panjar biaya perkara dan
diberikan nomor register perkara. Setelah itu panitera akan memberikan gugatan
tersebut kepada ketua pengadilan agama yang kemudian akan menunjuk majelis
hakim yang akan memerikasa perkara tersebut. Pada umumnya di pengadilan agama
13
Ibid, hal 42
hari sidang pertama (hakim mewajibkan para pihak menempuh mediasi sesuai dengan
para pihak sesuai dengan pasak 17 ayat 6 dan 7 dan berbentuk dalam tertulis serta
setelah itu akan ditandatangani oleh para pihak. Hakim pemeriksa perkara
mewajibkan para pihak untuk memilih mediator pada hari itu juga atau paling lama
dua hari pasal 20. Para pihak menyampaikan pilihan kepada hakim pemeriksa
perkara. Kemudian akan ditunjuk mediator oleh ketua majelis melalui surat penetapan
pemilihan mediator. Hakim pemeriksa perkara akan melakukan hal tersebut melalui
panitera pengganti.
sebagai proses yang lebih sederhana dari segi prosedur dan relatif lebih murah. Dalam
sengketa antara bank dan nasabah, nasabah sering kali menjadi tidak berdaya pada
saat harus berhadapan dengan Bank di Pengadilan dan hanya bisa pasrah apabila
nasabah atau Perwakilan nasabah, termasuk lembaga, badan hukum dana tau bank
lain yang menjadi nasabah bank tersebut. Sengeketa yang diajukan adalah sengketa
a. Fotocopi surat hasil penyelesaian pengaduan yang diberikan bank kepada nasabah.
c. Surat penyertaan yang ditanda tangani di atas materai yang cukup bahwa sengketa
yang diajukan tidak sedang dalam proses atau telah mendapatkan keputusan dari
lembaga mediasi lainya dan belum pernah diproses dalam mediasi perbankan yang
e. Fotokopi suarat kuasa , dalam hal ini pengajuan penyelesaian sengketa yang
dikuasakan.
seperti undang-undang. Hal ini terjadi karena penyelesaian sengketa melalui mediasi
merupakan kesepakatan dari para pihak, yakni bank dengan nasabah atau perwakilan
bank dan nasabah. Berdasarkan pada ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata
intinya menyatakan bahwa "semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
pihak sebagai hasil mediasi di samping harus memenuhi Pasal 1320 KUHPerdata juga
kesepakatan antara Nasabah atau Perwakilan Nasabah dengan Bank yang dihasilkan
dari proses Mediasi dituangkan dalam Akta Kesepakatan yang ditandatangani oleh
penyelesaian sengketa perbankan antara Nasabah dan Bank. Hal ini terlihat dalam
ketentuan Pasal 13 PBI No. 8/5/PBI/2006 yang menyebutkan bahwa Bank wajib
yang telah disepakati dan dituangkan dalam Akta Kesepakatan. Apabila pihak bank
yang bersangkutan, yaitu sanksi administratif, mulai dari berupa denda uang, teguran
tertulis, penurunan tingkat kesehatan bank, larangan untuk turut serta dalam kegiatan
kliring, pembekuan kegiatan usaha tertentu maupun untuk bank secara keseluruhan,
16
Mikhael N. K. Rambitan, analisa hukum terhadap penyelesaian sengketa antara nasabah bank melalui
mediasi bank indonesia, jurnal lex Administratum, Vol. V, No. 7, Sep, 2017, hlm.22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut PERMA No. 1 tahun 2008, pengertian mediator yaitu pihak netral
yang membantu para pihak dalam proses perundingan guna mencari berbagai
sebagai proses yang lebih sederhana dari segi prosedur dan relatif lebih murah. Dalam
sengketa antara bank dan nasabah, nasabah sering kali menjadi tidak berdaya pada
saat harus berhadapan dengan Bank di Pengadilan dan hanya bisa pasrah apabila
ketentuan mediasi menurut hukum positif, telah diatur dalam Pasal 130 HIR,
hasil mediasi di luar pengadilan kedudukannya belum memiliki kekuatan hukum tetap
dapat menyelesaikan perselisihan antara bank dan nasabah bank jika perselisihan
jasa mediasi ini tak terlepas dari harapan dan tuntutan masyarakat, terutama kalangan
dunia usaha terhadap mekanisme penyelesaian sengketa yang efisien dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Echols, M. John dan Shadily Hassan. 1993. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Pustaka Yustisia.
Goodpaste Gary. 1993. Negosiasi dan Mediasi: Sebuah Pedoman Negosiasi dan penyelesaian
Saifullah Muhammad. 2009. Mediasi Dalam Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif di
Abbas Syahrizal. 2009. Mediasi Dalam Hukum Syariat, Hukum Adat Dan Hukum Nasional,
Jakarta: Kencana
Sari Septi Wulan. 2017. Mediasi Dalam Peraturan Mahkamah Agung, Jurnal Ahkam. Vol. 5,
No.1, 1 Juli.
Paparan Fatmah. 2016. Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Bank Selaku Konsumen Di
Nasabah Bank Melalui Mediasi Bank Indonesia. Jurnal Lex Administratum. Vol. V. No. 7.
Sep.