Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ARBITRASE SYARIAH

“MEDIASI PERBANKAN”

Dosen Pengampu : Jaya Miharja, M.HI

Disusun Oleh:

NAMA : MARLINA

NIM : 180502221

KELAS : VI / B

PRODI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur selalu kita haturkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat limpahan
rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga pemakalah dapat menyelesaikan tugas
UAS penyusunan Makalah Arbitrase Syariah “Mediasi Perbankan”.

Pemakalah mengucapkan terimakasih kepada Bapak Jaya Miharja, M.HI Selaku


Dosen Pengampu Mata Kuliah Arbitrase Syariah yang telah memberikan arahan dan
bimbingan dalam penyusunan makalah ini. Dan saya berharap, semoga makalah ini bisa
memberikan manfaat bagi penyusun dan para pembaca serta referensi bagi penyusunan
makalah di waktu yang akan datang. Dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan,
oleh karena itu kepada para pembaca makalah ini saya sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah ini dan perbaikan dalam berbagai hal
untuk kedepannya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………….............

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………...............

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………...

A. Latar Belakang
…………………………………………………………………............

B. Rumusan Masalah
……………………………………………………………………...

C. Tujuan
…………………………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………………

A. Pengertian Mediasi
…………………………………………………………………......

B. Pengertian Mediator
……………………………………………………………………

C. Wewenang Dari Mediator Sebagai Pihak Ketiga Dalam Proses Mediasi


……………...

D. Dasar Hukum Mediasi Dalam Hukum Positif Di Indonesia


…………………………...

E. Mediasi Perbankan
………………………………..........................................................

F. Peraturan Prosedur (Rule and Procedure) Dalam Proses Mediasi Perbankan


…………

G. Hal Yang Harus Dipenuhi Nasabah Untuk Dapat Menyelesaikan Sengketa Melalui
Forum Mediasi Perbankan …………………………………………………………….
H. Kekuatan Mengikat Dari putusan Mediasi Perbankan
…………………………………

BAB III PENUTUP …………………………………………….………………………………

A. Kesimpulan ……………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mediasi sebagai salah satu metode penyelesaian konflik pada lembaga


peradilan merupakan salah satu cara dalam menekan jumlah penumpukan perkara di
pengadilan. Mediasi tumbuh dan berkembang sejalan dengan tumbuhnya keinginan
manusia dalam menyelesaikan sengketa secara cepat, dan memuaskan bagi kedua
belah pihak dan juga berkeadilan. Sebagai alternatif penyelesaian sengketa, mediasi
menjadi salah satu metode efektif penyelesaian sengketa yang memiliki banyak
manfaat dan keuntungan. Manfaat dan keuntungan menggunakan jalur mediasi antara
lain adalah bahwa sengketa dapat diselesaikan dengan win-win solution, waktu yang
digunakan tidak berkepanjangan, biaya lebih ringan, dan tetap terpeliharanya
hubungan antara para pihak secara baik.
Lebih lanjut terkait mengenai masalah penyelesaian sengketa di bidang
Perbankan ketika pihak yang bersengketa sepakat untuk menyelesaikan sengketa,
yang salah satunya melalui Mediasi di Perbankan sebagaimana Pasal 1338
KUHPerdata bahwa "Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku bagi undang-
undang bagi mereka yang membuatnya", berdasarkan peraturan tersebut maka dapat
diartikan bahwa ketika pihak yang bersengketa telah sepakat untuk mengakhiri
perselisihan maka dengan sendirinya perselisihan tersebut dinyatakan selesai dan
berakhir.
Mediasi perbankan adalah wadah untuk melakukan mediasi antara nasabah
dan bank dalam upaya menyelesaikan sengketa transaksi keuangan setelah melalui
jalur penyelesaian pengaduan di bank tidak berhasil dilakukan. oleh sebab itu dapat
dikatakan bahwa mediasi perbankan merupakan lembaga tingkat banding bagi
penyelesaian sengketa nasabah dan bank. Selain untuk menyelesaikan sengketa,
mediasi juga bertujuan untuk menjaga hubungan baik yang telah ada di antara para
pihak, sehingga jika terjadi sengketa saat ini hubungan baik dapat dijaga
berkesinambungan. Inilah yang sebenarnya menjadi alasan mengapa banyak pihak
memilih mediasi untuk menyelesaikan sengketa. Hasil mediasi yang merupakan
kesepakatan antara nasabah dan bank dipandang merupakan bentuk penyelesaian
permasalahan yang efektif karena kepentingan nasabah maupun reputasi bank dapat
dijaga.
Mediasi merupakan suatu proses damai dimana para pihak yang bersengketa
menyerahkan penyelesaiannya kepada seorang mediator untuk mencapai hasil akhir
yang adil, tanpa membuang biaya yang terlalu besar, akan tetapi efektif dan diterima
sepenuhnya oleh para pihak yang bersengketa secara sukarela.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan mediasi ?
2. Apa yang dimaksud dengan mediator?
3. Apa yang menjadi wewenang dari mediator sebagai pihak ketiga dalam proses
mediasi?
4. Apa yang menjadi dasar hukum mediasi dalam hukum positif di Indonesia ?
5. Apa yang dimaksud dengan mediasi perbankan?
6. Bagaimana peraturan prosedur (rule and procedure) dalam proses mediasi
perbankan?
7. Apa saja yang hars dipenuhi nasabah untuk dapat menyelesaikan sengketa
melalui forum mediasi perbankan?
8. Bagaimana kekuatan mengikat dari putusan mediasi perbankan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian mediasi
2. Untuk mengetahui pengertian mediator
3. Untuk mengetahui isi dari wewenang mediator sebagai pihak ketiga dalam proses
mediasi
4. Untuk mengetahui dasar hukum mediasi perbankan
5. Untuk dapat mengetahui mediasi perbankan
6. Untuk dapat memahami peraturan prosedur (rule and procedure) dalam proses
mediasi perbankan
7. Untuk dapat memahami hal yang harus dipenuhi nasabah untuk dapat
menyelesaikan sengketa melalui forum mediasi perbankan
8. Untuk mengetahui kekuatan yang mengikat dari putusan mediasi perbankan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Mediasi

Kata mediasi berasal dari bahasa Inggris mediation, yang artinya penyelesaian

sengketa dengan menengahi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mediasi adalah

proses mengikutsertakan pihak ketiga dalam penyelesaian suatu perselisihan sebagai

penasehat. Dalam UU No. 30 Tahun 1999 dan penjelasannya tidak ditemukan

pengertian mediasi, namun hanya memberikan keterangan bahwa jika sengketa tidak

mencapai kesepakatan, maka sengketa bisa diselesaikan melalui penasehat ahli atau

mediator.1

Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk

memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator. Mediasi berasal

dari bahasa Inggris yang berarti menyelesaikan sengketa dengan menengahi. Mediasi

merupakan proses negosiasi pemecahan masalah, dimana pihak luar yang tidak

1
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, Cet. XIX,
1993), hlm. 377
memihak (impartial) bekerjasama dengan pihak yang bersengketa untuk mencari

kesepakatan bersama. Mediator tidak berwenang untuk memutus sengketa, tetapi

hanya membantu para pihak untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang

dikuasakan kepadanya2

Pengertian cukup luas disampaikan oleh Gary Goodpaster sebagai berikut:

“Mediasi adalah proses negosiasi sebagai pemecahan masalah dimana pihak luar yang

tidak memihak (impartial) dan netral bekerja dengan pihak yang bersengketa untuk

membantu mereka memperoleh kesepakatan perjanjian dengan memuaskan. Berbeda

dengan hakim atau arbiter, mediator tidak mempunyai wewenang untuk memutuskan

sengketa antara para pihak. Namun, dalam hal ini para pihak menguasakan kepada

mediator untuk membantu mereka menyelesaikan persoalan-persoalan diantara

mereka. Asumsinya para bahwa pihak ketiga akan mampu mengubah kekuatan dan

dinamika sosial hubungan konflik dengan cara mempengaruhi pengetahuan dan

informasi, atau denganmenggunakan proses negosiasi yang lebih efektif. Dan dengan

demikian membantu para peserta untuk menyelesaikan persoalanpersoalan yang

dipersengketakan”.3

B. Pengertian Mediator

Mediator adalah Perantara (penghubung, penengah) bagi pihak-pihak yang

bersengketa itu atau mediator adalah seseorang yang independen dalam mediasi dan

bertugas membantu dan mendorong Para Pihak yang bersengketa.

Menurut PERMA No. 1 tahun 2008, pengertian mediator yaitu pihak netral

yang membantu para pihak dalam proses perundingan guna mencari berbagai

kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau


2
Khotibul Umam, Penyelesaian Sengketa diluar Pengadilan, (Yogyakarta: Penerbit Pustaka Yustisia, 2010), hlm.
10.
3
Gary Goodpaster, Negosiasi dan Mediasi: Sebuah Pedoman Negosiasi dan Penyelesaian Sengketa Melalui
Negosiasi, (Jakarta: Ellips: Project, 1993), hlm. 73
memaksakan sebuah penyelesaian.4 Atau mediator adalah pihak ketiga yang

membantu penyelesaian sengketa para pihak, yang mana ia tidak melakukan

intervensi terhadap pengambilan keputusan. Mediator menjembatani pertemuan para

pihak, melakukan negosiasi, menjaga dan mengontrol proses negosiasi, menawarkan

alternatif solusi dan secara bersama-sama para pihak merumuskan kesepakatan

penyelesaian sengketa. Meskipun mediator terlibat dalam menawarkan solusi dan

merumuskan kesepakatan, bukan berarti ia yang menentukan hasil kesepakatan.

Keputusan akhir tetap berada di tangan para pihak yang bersengketa. Mediator

hanyalah membantu mencari jalan keluar, agar para pihak bersedia duduk bersama

menyelesaikan sengketa yang mereka alami.

Mediator yaitu sebagai penengah yang berperan untuk membantu para pihak

yang bersengketa dalam penyelesaian suatu permasalahan, Mediator tidak memiliki

kewenangan apapun didalam menyelesaikan masalah, Mediator hanya sebagai

penghubung untuk mencari kesepakatan antara pihak yang bersengketa.

Dalam menyelesaikan sengketa, mediator harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut:

a. Disetujui oleh para pihak yang bersengketa

b. Tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah/ semenda sampai derajat kedua

dengan salah satu pihak yang bersengketa

c. Tidak memiliki hubungan kerja dengan salah satu pihak yang bersengketa

d. Tidak mempunyai kepentingan secara finansial atau kepentingan lain terhadap

kesepakatan para pihak

4
PERMA No. 1 tahun 2008 Pasal 1.
e. Tidak mempunyai kepentingan terhadap proses perundingan yang berlangsung

maupun hasilnya.5

Syarat umum di atas sangat penting agar hasil mediasi dapat memuaskan

pihak-pihak yang bersengketa. Dalam Perma, seorang mediator adalah pihak yang

bersifat netral dan tidak memihak, yang berfungsi membantu para pihak dalam

mencapai berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa (pasal 1 poin 6). Agar dapat

menjalankan tugasnya dengan baik, maka mediator adalah orang yang telah dilatih

dan memiliki sertifikat sebagai mediator.

Dalam melaksanakan profesinya, keberadaan mediator sangat penting dalam

proses mediasi. Ia memiliki peran dalam menciptakan kedamaian. Sesuai dengan

definisinya bahwa mediator adalah seorang fasilitator yang menjadi penengah dalam

sengketa. Dalam menjalankan fungsinya sebagai mediator, ia memiliki tugas utama,

yaitu:

a. Mempertemukan kepentingan-kepentingan yang saling berbeda agar mencapai

titik temu yang dapat dijadikan sebagai pangkal tolak pemecahan masalah.

b. Membantu para pihak yang bersengketa untuk memahami persepsi masing-

masing.

c. Mempermudah para pihak saling memberikan informasi.

d. Mendorong para pihak berdiskusi terhadap perbedaan kepentingan dan persepsi.

e. Mengelola para pihak dalam bernegosiasi dengan suasana sejuk dan menjauhkan

dari sikap emosi.

5
Muhammad Saifullah, Mediasi Dalam Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia, Cet. 1,
(Semarang: Walisongo Press, 2009), hlm. 78
f. Mendorong para pihak dalam bernegosiasi dalam mewujudkan perdamaian

dengan hasil win-win solution.6

Howard Raiffa sebagaimana dikutip oleh Rachmadi Utsman melihat bahwa

peran mediator sebagai sebuah garis rentan dari sisi peran yang terlemah hingga sisi

peran yang terkuat. Sisi peran terlemah apabila mediator hanya menjalankan peran-

peran sebagai berikut:

a. Penyelenggara pertemuan

b. Pemimpin diskusi yang netral

c. Pemelihara aturan-aturan perundingan agar perdebatan dalam proses perundingan

berlangsung secara beradab

d. Pengendali emosi para pihak

e. Pendorong pihak atau peserta perundingan yang kuirang mampu atau segan untuk

mengungkapkan pandangannya.

Adapun sisi peran kuat mediator jika ia melakukan hal-hal berikut dalam

perundingan:

a. Mempersiapkan dan notulasi perundingan;

b. Merumuskan dan mengartikulasikan kesepakatan para pihak;

c. Membantu para pihak agar menyadari bahwa sengketa bukan sebuah pertarungan

yang harus dimenangkan, melainkan untuk diselesaikan;

d. Menyusun dan mengusulkan berbagai pilihan pemecahan masalah; dan

6
Rachmadi Utsman, Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003),
hlm. 90
e. Membantu para pihak untuk menganalisis berbagai pilihan pemecahan masalah.7

Menurut Gary Goodpaster, mediator memiliki peran besar, seperti

menganalisa dan mendiagnosis sengketa. Oleh karenanya, menurutnya mediator

memiliki peran penting, yaitu melakukan diagnosis konflik, identifikasi masalah serta

kepentingan-kepentingan kritis, menyusun agenda, memperlancar dan mengendalikan

komunikasi, mengajar para pihak dalam proses dan ketrampilan bargaining,

membantu para pihak dalam mengumpulkan informasi penting, menyelesaikan

masalah dengan beberapa pilihan, dan mendiagnosis sengketa sehingga memudahkan

dalam problem solving.8

Dengan demikian, maka seorang mediator tidak hanya bertindak sebagai

penengah belaka penyelenggara dan atau pemimpin, tetapi ia juga harus membantu

para pihak untuk mendesain penyelesaian sengketanya, sehingga dapat menghasilkan

kesepakatan bersama. Melihat begitu besarnya peran mediator, maka pelatihan

mediator sangat penting.

C. Wewenang Dari Mediator Sebagai Pihak ketiga Dalam Proses Mediasi

Wewenang mediator dalam mediasi yudisial sebenarnya tidak diatur secara tersurat

dalam peraturan yang ada. Maksudnya adalah tidak ada aturan yang berbunyi secara

tegas mengenai apa saja kewenangan mediator dalam mediasi yudisial. Adapun

beberapa hal yang berkaitan dengan wewenang mediator yang tertuang dalam Perma

Nomor 1 Tahun 2016 diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Ruang Lingkup materi dalam pertemuan mediasi Yudisial tidak terbatas pada

posita dan petitum yang tertuang dalam gugatan yang diajukan ke pengadilan.

Dalam hal ketika pada mediasi tersebut mencapai kesepakatan atas permasalahan

7
Ibid, hlm. 95
8
Gary Goodpaster, Op. Cit., hlm. 39
di luar posita dan petitum gugatan, maka penggugat mengubah gugatan dengan

memasukkan kesepakatan tersebut di dalam gugatan. (Pasal 25 ayat 1 dan 2).

b. Membantu para pihak dalam menyusun / merumuskan kesepakatan secara tertulis

yang kemudian akan ditandatangani oleh para pihak dan mediator. (Pasal 27 ayat

1).

c. Mediator berwenang untuk meneliti materi kesepakatan perdamaian yang dibuat

apakah kesepakatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang ada terkait materi dari

kesepakatan perdamaian.

d. Dalam mediasi untuk perkara perceraian di Lingkungan Peradilan agama, apabila

tuntutan perceraiannya dikumulasikan dengan tuntutan lainnya, maka jika Para

Pihaktidak mencapai kesepakatan untuk hidup rukun kembali, Mediasi dilanjutkan

dengan tuntutan lainnya. (Pasal 31 ayat 1).9

D. Dasar Hukum Mediasi Dalam Hukum Positif Di Indonesia

Dasar hukum positif dari mediasi terdapat pada Peraturan Mahkamah Agung

Nomor 1 Tahun 2016 tentang prosedur mediasi di pengadilan pada pasal 1 yang

menyatakan bahwa mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses

perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dibantu oleh mediator.

ketentuan mediasi menurut hukum positif, telah diatur dalam Pasal 130 HIR,

KUHPerdata, UU Nomor 30 Tahun 1999, PERMA Nomor 1 Tahun 2016 serta

peraturan perundang-undangan lainnya. Ada pun, kekuatan hukum hasil mediasi

terdapat perbedaan, yaitu kesepakatan yang diperoleh dari mediasi di dalam

pengadilan berupa putusan yang berkekuatan hukum tetap, sedangkan kesepakatan

hasil mediasi di luar pengadilan kedudukannya belum memiliki kekuatan hukum tetap

melainkan hanya sebagai kontrak biasa bagi para pihak.10

9
M. Yahya Harahap, hukum acara perdata, (Jakarta: Sinar Grafika), hlm.243
10
Vol 3. No 2 (2019), Mulyana
Dasar hukum dari mediasi terdapat pada hukum acara di Indonesia yang

terdapat dalam pasal 130 Herziene Inlandsch Reglement (HIR) pasal tersebut

menjelaskan penyelesaian sengketa melalu cara damai. Pasal 130 ayat (1) HIR

berbunyi “Jika pada hari yang ditentukan itu, kedua belah pihak datang, maka

pengadilan negeri mencoba dengan perantara ketuanya akan memperdamaikan

mereka itu”. Selanjutnya ayat (2) HIR berbunyi: Jika perdamaian yang demikian itu

terjadi, maka tentang hal itu pada waktu bersidang, diperbuat sebuah akte, dengan

nama kedua belah pihak diwajibkan untuk mencukupi perjanjian yang telah diperbuat

itu; maka surat (akte) itu akan berkekuatan dan akan dilakukan sebagai putusan hakim

yang biasa.

Pada pasal 154 ayat (1) Rechtsreglement Voor De Buitengewesten (R.Bg)

disebutkan “Bila pada hari yang telaah ditentukan para pihak datang menghadap,

maka pengadilan negeri dengan perantara ketua berusaha mendamaikannya”.

Selanjutnya pada ayat (2) berbunyi “Bila di capai perdamaian, maka di dalam sidang

itu juga dibuatkan suatu akta dan para pihak dihukum untuk menaati perjanjian yang

telah di buat, dan akta itu mempunyai kekuatan serta dilaksanakan seperti surat

keputusan biasa”.

E. Mediasi Perbankan

Mediasi perbankan adalah wadah untuk melakukan mediasi antara nasabah

dan bank dalam upaya menyelesaikan sengketa transaksi keuangan setelah melalui

jalur penyelesaian pengaduan di bank tidak berhasil dilakukan. Oleh sebab itu dapat

dikatakan mediasi perbankan merupakan lembaga tingkat banding bagi penyelesaian

sengketa nasabah dan bank. Mediasi selain untuk menyelesaikan sengketa juga

bertujuan untuk menjaga hubungan baik yang telah ada diantara para pihak, sehingga

walaupun terjadi sengketa saat ini hubungan baik dapat dijaga berkesinambungan.
Inilah yang sebenarnya menjadi alasan mengapa banyak pihak memilih mediasi untuk

menyelesaikan sengketa11

Upaya penyelesaian permasalahan antara bank dan nasabah melalui jalur

lembaga mediasi yang bersifat independen ini merupakan alternatif penyelesaian lain

di luar jalur pengadilan. Alternatif penyelesaian di luar jalur pengadilan memiliki

beberapa kelebihan. Sebab penyelesaian sengketa atau perselisihan melalui jalur

pengadilan membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang tidak sedikit.

Mediasi Perbankan pada dasarnya merupakan suatu proses negosiasi di antara

para pihak yang bersengketa, yaitu nasabah dan bank, dengan melibatkan mediator

dari Bank Indonesia, untuk membantu para pihak yang bersengketa guna mencapai

penyelesaian dalam bentuk kesepakatan sukarela terhadap sebagian atau seluruh

permasalahan yang disengketakan. Melalui proses mediasi, mediator bertugas untuk

mengarahkan, mendorong, memotivasi dan menggugah para pihak untuk mencapai

kesepakatan.

Mediasi perbankan adalah mediasi yang diselenggarakan oleh lembaga

mediasi independen yang dibentuk oleh asosiasi perbankan titik kehadiran mediasi

perbankan merupakan suatu kebutuhan mendesak mengingat sengketa antara nasabah

dengan Bank yang disebabkan tidak terpenuhinya tuntutan finansial nasabah oleh

bank, semakin hari semakin meningkat. Penyelesaian pengaduan nasabah oleh bank

tidak selalu dapat memuaskan nasabah dan berpotensi menimbulkan sengketa antara

nasabah dengan Bank yang dapat merugikan nasabah dan mempengaruhi reputasi

bank. Penyelesaian pengaduan nasabah oleh bank juga dirasakan cukup berlarut-larut,

padahal penyelesaian sengketa tersebut dapat dilakukan secara sederhana, cepat dan

biaya murah melalui mediasi.12

11
Peter Ambrumenil, Médiation And Arbitration (Cavendish Piblishing Limited), hal 41.
12
Syahrizal Abbas, Mediasi dalam hukum syariat, hukum adat dan hukum nasional, (Jakarta: Kencana), hlm.361
Mediasi perbankan merupakan langkah penting dalam usaha pemberdayaan

dan peningkatan perlindungan nasabah perbankan. Mediasi perbankan diharapkan

dapat menyelesaikan perselisihan antara bank dan nasabah bank jika perselisihan

tersebut tidak dapat diselesaikan melalui mekanisme pengaduan nasabah. Kehadiran

jasa mediasi ini tak terlepas dari harapan dan tuntutan masyarakat, terutama kalangan

dunia usaha terhadap mekanisme penyelesaian sengketa yang efisien dan efektif.

Dengan alasan itulah, maka Bank Indonesia telah mengeluarkan Bank Indonesia No.

10/1/PBI/2008 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor

8/5/PBI/2006 Tentang Mediasi Perbankan serta Peraturan Bank Indonesia Nomor

10/10/2008 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/7//PB1/2005

Tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah.13

F. Peraturan Prosedur (Rule and Procedure) Dalam Proses Mediasi Perbankan

Prosedur penyelesaian sengketa melalui mediasi perbankan Mediasi adalah

proses penyelesaian sengketa yang melibatkan mediator untuk membantu para pihak

yang bersengketa guna mencapai penyelesaian dalam bentuk kesepakatan sukarela

terhadap sebagian ataupun seluruhnya masa lahan yang disengketakan ia biaya yang

telah dikeluarkan nasabah untuk menyelesaikan sengketa titik cakupan nilai tuntutan

finansial tidak termasuk nilai kerugian immaterial.

Prosedur Mediasi di Pengadilan Agama, para penggugat/pemohon awalnya

membuat surat gugatan yang kemudian didaftarkan di kepaniteraan pengadilan.

Setelah itu Para penggugat/pemohon akan membayar panjar biaya perkara dan

diberikan nomor register perkara. Setelah itu panitera akan memberikan gugatan

tersebut kepada ketua pengadilan agama yang kemudian akan menunjuk majelis

hakim yang akan memerikasa perkara tersebut. Pada umumnya di pengadilan agama

13
Ibid, hal 42
hari sidang pertama (hakim mewajibkan para pihak menempuh mediasi sesuai dengan

pasal 17 ayat 1).

Setelah itu hakim pemeriksa perkara menjelaskan prosedur mediasi kepada

para pihak sesuai dengan pasak 17 ayat 6 dan 7 dan berbentuk dalam tertulis serta

setelah itu akan ditandatangani oleh para pihak. Hakim pemeriksa perkara

mewajibkan para pihak untuk memilih mediator pada hari itu juga atau paling lama

dua hari pasal 20. Para pihak menyampaikan pilihan kepada hakim pemeriksa

perkara. Kemudian akan ditunjuk mediator oleh ketua majelis melalui surat penetapan

pemilihan mediator. Hakim pemeriksa perkara akan melakukan hal tersebut melalui

panitera pengganti.

Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2016 tentang

prosedur mediasi dipengadilan menentukan bahwa: “ Mediasi adalah cara

penyelesaian sengketa melakui perundingan untuk memperoleh kesepakatan para

pihak yang dibantu oleh mediator.”14

G. Yang Harus Dipenuhi Nasabah Untuk Dapat Menyelesaikan Sengketa Melalui

Forum Mediasi Perbankan

Mediasi sebagai alternatif penyelesaian sengketa bank dan nasabah, dipandang

sebagai proses yang lebih sederhana dari segi prosedur dan relatif lebih murah. Dalam

sengketa antara bank dan nasabah, nasabah sering kali menjadi tidak berdaya pada

saat harus berhadapan dengan Bank di Pengadilan dan hanya bisa pasrah apabila

bersengketa dengan Bank. Agar nasabah dapat terlindung hak-haknya, dibentuklah

mediasi perbankan yang berfungsi sebagai lembaga penyelesaian sengketa.

Penyelesaian sengketa perbankan melalui mediasi perbankan sangat menguntungkan

bagi nasabah kecil.15


14
Septi wulan sari, mediasi dalam peraturan mahkamah agung, jurnal ahkam Volume 5, No.1, 1 juli 2017, hlm.
9.
15
Fatmah paparan, perlindungan hukum bagi nasabah bank selaku konsumen di bidang perbankan, jurnal Lex
Pengajuan penyelesaian sengktea nasabah hanya dapat dilakuakan oleh

nasabah atau Perwakilan nasabah, termasuk lembaga, badan hukum dana tau bank

lain yang menjadi nasabah bank tersebut. Sengeketa yang diajukan adalah sengketa

kepardataan yang timbul dari trasaksi keuangan. Pengajuan penyelesaian sengketa

dilakukan secara tertulis dengan format sesiau laampiran 1 (SEBI) dengan

menyertakan dokumen berupa :

a. Fotocopi surat hasil penyelesaian pengaduan yang diberikan bank kepada nasabah.

b. Fotokopi bukti identitas nasabah yang msih berlaku.

c. Surat penyertaan yang ditanda tangani di atas materai yang cukup bahwa sengketa

yang diajukan tidak sedang dalam proses atau telah mendapatkan keputusan dari

lembaga mediasi lainya dan belum pernah diproses dalam mediasi perbankan yang

difaasilitasi oleh bank Indonesia.

d. Fotokopi dokumen pendukung terkait dengan sengketa yang dikuasakan.

e. Fotokopi suarat kuasa , dalam hal ini pengajuan penyelesaian sengketa yang

dikuasakan.

H. Kekuatan Mengikat Dari Putusan Mediasi Perbankan

Kekuatan mengikat hasil mediasi mediasi perbankan pada hakikatnya sama

seperti undang-undang. Hal ini terjadi karena penyelesaian sengketa melalui mediasi

merupakan kesepakatan dari para pihak, yakni bank dengan nasabah atau perwakilan

bank dan nasabah. Berdasarkan pada ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata

intinya menyatakan bahwa "semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai

undang-undang bagi mereka yang membuatnya". Khusus mengenai kesepakatan para

pihak sebagai hasil mediasi di samping harus memenuhi Pasal 1320 KUHPerdata juga

berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor : 8/5/PBI/2006, harus dituangkan

Et Societatis, Vol. IV, No. 9, Okt-Des, 2016, hlm.93


dalam bentuk Akta Kesepakatan yaitu dokumen tertulis yang memuat kesepakatan

bersifat final dan mengikat bagi nasabah dan Bank.

Kemudian berdasarkan Pasal 12 PBI No. 10/1/PBI/2008 tentang Perubahan

Atas PBI No. 8/5/PBI/2006 Tentang Mediasi Perbankan disebutkan bahwa

kesepakatan antara Nasabah atau Perwakilan Nasabah dengan Bank yang dihasilkan

dari proses Mediasi dituangkan dalam Akta Kesepakatan yang ditandatangani oleh

Nasabah atau Perwakilan Nasabah dan Bank. Konsekuensi hukum setelah

penandatangan Akta Kesepakatan, yaitu bahwa Bank wajib melaksanakan hasil

penyelesaian sengketa perbankan antara Nasabah dan Bank. Hal ini terlihat dalam

ketentuan Pasal 13 PBI No. 8/5/PBI/2006 yang menyebutkan bahwa Bank wajib

melaksanakan hasil penyelesaian sengketa perbankan antara Nasabah dengan Bank

yang telah disepakati dan dituangkan dalam Akta Kesepakatan. Apabila pihak bank

tidak melaksanakannya, Bank Indonesia akan menjatuhkan hukuman kepada bank

yang bersangkutan, yaitu sanksi administratif, mulai dari berupa denda uang, teguran

tertulis, penurunan tingkat kesehatan bank, larangan untuk turut serta dalam kegiatan

kliring, pembekuan kegiatan usaha tertentu maupun untuk bank secara keseluruhan,

pemberhentian pengurus bank dan pencantuman anggota pengurus, pegawai bank,

pemegang saham dalam daftar orang tercela di bidang perbankan.16

16
Mikhael N. K. Rambitan, analisa hukum terhadap penyelesaian sengketa antara nasabah bank melalui
mediasi bank indonesia, jurnal lex Administratum, Vol. V, No. 7, Sep, 2017, hlm.22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa, Mediasi adalah cara

penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan

para pihak dengan dibantu oleh mediator

Menurut PERMA No. 1 tahun 2008, pengertian mediator yaitu pihak netral

yang membantu para pihak dalam proses perundingan guna mencari berbagai

kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau

memaksakan sebuah penyelesaian.

Mediasi sebagai alternatif penyelesaian sengketa bank dan nasabah, dipandang

sebagai proses yang lebih sederhana dari segi prosedur dan relatif lebih murah. Dalam

sengketa antara bank dan nasabah, nasabah sering kali menjadi tidak berdaya pada

saat harus berhadapan dengan Bank di Pengadilan dan hanya bisa pasrah apabila

bersengketa dengan Bank. Agar nasabah dapat terlindung hak-haknya, dibentuklah

mediasi perbankan yang berfungsi sebagai lembaga penyelesaian sengketa.


Penyelesaian sengketa perbankan melalui mediasi perbankan sangat menguntungkan

bagi nasabah kecil.

ketentuan mediasi menurut hukum positif, telah diatur dalam Pasal 130 HIR,

KUHPerdata, UU Nomor 30 Tahun 1999, PERMA Nomor 1 Tahun 2016 serta

peraturan perundang-undangan lainnya. Ada pun, kekuatan hukum hasil mediasi

terdapat perbedaan, yaitu kesepakatan yang diperoleh dari mediasi di dalam

pengadilan berupa putusan yang berkekuatan hukum tetap, sedangkan kesepakatan

hasil mediasi di luar pengadilan kedudukannya belum memiliki kekuatan hukum tetap

melainkan hanya sebagai kontrak biasa bagi para pihak

Mediasi perbankan merupakan langkah penting dalam usaha pemberdayaan

dan peningkatan perlindungan nasabah perbankan. Mediasi perbankan diharapkan

dapat menyelesaikan perselisihan antara bank dan nasabah bank jika perselisihan

tersebut tidak dapat diselesaikan melalui mekanisme pengaduan nasabah. Kehadiran

jasa mediasi ini tak terlepas dari harapan dan tuntutan masyarakat, terutama kalangan

dunia usaha terhadap mekanisme penyelesaian sengketa yang efisien dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Echols, M. John dan Shadily Hassan. 1993. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.

Umam Khotibul. 2010. Penyelesaian Sengketa diluar Pengadilan. Yogyakarta: Penerbit

Pustaka Yustisia.

Goodpaste Gary. 1993. Negosiasi dan Mediasi: Sebuah Pedoman Negosiasi dan penyelesaian

Sengketa Melalui Negosiasi. Jakart: Ellips Project.

PERMA No. 1 tahun 2008 Pasal 1

Saifullah Muhammad. 2009. Mediasi Dalam Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif di

Indonesia. Semarang: Walisongo Press

Utsman Rachmadi. 2003. Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, Bandung: PT

Citra Aditya Bakti.

Ambrumenil Peter. Mediation And Arbitration. Cavendish Piblishing Limited

Abbas Syahrizal. 2009. Mediasi Dalam Hukum Syariat, Hukum Adat Dan Hukum Nasional,

Jakarta: Kencana

Sari Septi Wulan. 2017. Mediasi Dalam Peraturan Mahkamah Agung, Jurnal Ahkam. Vol. 5,

No.1, 1 Juli.
Paparan Fatmah. 2016. Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Bank Selaku Konsumen Di

Bidang Perbankan. Jurnal Lex Et Societatis. Vol. IV. No. 9. Okt-Des.

Mikhael N. K. Rambitan. 2017. Analisa Hukum Terhadap Penyelesaian Sengketa Antara

Nasabah Bank Melalui Mediasi Bank Indonesia. Jurnal Lex Administratum. Vol. V. No. 7.

Sep.

Anda mungkin juga menyukai