Anda di halaman 1dari 30

MINI RISET

MK. FILSAFAT PENDIDIKAN


PRODI S1 PTM - FT

MK
Skor Nilai:

MINI RISET FILSAFAT PENDIDIKAN

PENGAMATAN PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS X IPA MADRASAH


ALIYAH SWASTA NAHDAHTUL ISLAM MANDAU

Disusun Oleh Kelompok 2:

No Nama Mahasiswa NIM


1 Andhika Jaka Fahrizal 5203121037
2 Bayu Pratama 5203121018
3 Dodi Sevent Situmorang 5203121030
4 Maulana Alif Al-Hafiz 5203121029
5 Reza Andreas Tamba 5203121020
6 Thifal Ulaya 5203121035

DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr. Julaga Situmorang, M.Pd

MATA KULIAH : Filsafat Pendidikan

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

JANUARI 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan tugas Mini Riset yang berjudul “Pengamatan Proses Pembelajaran Siswa X IPA
Madrasah Aliyah Swasta Nahdahtul Islam Mandau” sebagai tugas dari mata kuliah Filsafat
Pendidikan. Penulis berterima kasih kepada seluruh pihak yang banyak membantu dalam proses penyusunan
dan penyelesaian makalah ini dari awal hingga akhir. Dan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis
sampaikan kepada dosen mata kuliah Filsafat Pendidikan Prof. Dr. Julaga Situmorang, M. Pd. yang telah
membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini kiranya masih jauh dari kesempurnaan. oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis sendiri tentunya.

Duri , 16 Januari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………….....................…………….. i

DAFTAR ISI ……………………………………………………….........………….. ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………….........…….……………. 1

A. Latar Belakang…………………………….............…………….…………. 1
B. Tujuan Penelitian………………………….............………………….…….. 2
C. Manfaat Penelitian....................................................................................... ... 2

BAB II LANDASAN TEORITIS…………….........…….........……………………. 3

A. Tinjauan Pustaka………………………………………….........….……..…. 3

BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………………….........…………....... 13

A. Lokasi Penelitian……………………………………..............…………….... 13
B. Metode Penelitian…………………………………..............………………... 13
C. Subjek Penelitian……………………………..............…………………….... 13

BAB IV PEMBAHASAN…………………………..............………………………... 14

BAB V PENUTUP…………………………………………………..............……….. 24

A. Kesimpulan………………………………………………………..............….. 24
B. Saran………………………………………………………….……................. 24

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian


pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik yang berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara
guru dan siswa ini merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Pada
kenyataan yang kita lihat di sekolah-sekolah, seringkali guru terlalu aktif di dalam proses
pembelajaran, sementara siswa dibuat pasif, sehingga interaksi antara guru dengan siswa
dalam proses pembelajaran tidak efektif. Jika proses pembelajaran lebih didominasi oleh
guru, maka efektifitas pembelajaran tidak akan dapat dicapai. Untuk menciptakan kondisi
pembelajaran yang efektif, guru dituntut agar mampu mengelola proses pembelajaran yang
memberikan rangsangan kepada siswa sehingga ia mau dan mampu belajar. Untuk bisa
belajar efektif setiap orang perlu mengetahui apa arti belajar sesungguhnya. Belajar adalah
sebuah tindakan aktif untuk memahami dan mengalami sesuatu. Belajar merupakan akibat
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Jadi, proses belajar terjadi jika anak merespon
stimulus (rangsangan) yang diberikan guru, selain itu untuk meraih pembelajaran yang
efektif peserta didik juga dapat dibimbing oleh guru dari pengetahuan sebelumnya yang
mereka miliki yang tersimpan dalam ingatan dan pemikiran mereka (kognitif) dengan
menggunakan teori dan metode pembelajaran dengan tepat. Jika hal itu belum terjadi maka
proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan efektif dan optimal tanpa menyiapkan
sejumlah perangkat pembelajaran yang tepat. Disini para guru juga bisa mempelajari aliran-
aliran dari filsafat pendidikan yang bisa diterapkan dalam proses pembelajaran yang sesuai
dengan keadaan siswa dan keefektifan dari penerapan aliran filsafat pendidikan tersebut
dalam praktek nyata di sekolah.

1
B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran di kelas X IPA Madrasah


Aliyah Swasta Nahdahtul Islam Mandau.
2. Untuk mengetahui metode, model, dan strategi dalam proses pembelajaran di
kelas X IPA Madrasah Aliyah Swasta Nahdahtul Islam Mandau.
3. Untuk mengetahui aliran filsafat pendidikan apa yang diterapkan oleh guru
dalam proses pembelajaran di kelas X IPA Madrasah Aliyah Swasta Nahdahtul
Islam Mandau.
4. Untuk mengetahui kendala yang muncul dalam proses pembelajaran di kelas X
IPA Madrasah Aliyah Swasta Nahdahtul Islam Mandau.

C. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut .

1. Dapat mengetahui bagaimana proses pembelajaran, metode, model, dan strategi


proses pembelajaran yang digunakan oleh guru, serta untuk mengetahui apa saja
kendala yang muncul dalam proses pembelajaran di kelas X IPA Madrasah
Aliyah Swasta Nahdahtul Islam Mandau.
2. Laporan penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber literasi bagi para
pembaca.
3. Sebagai evaluasi dan pembelajaran bagi mahasiswa sebagai calon guru di masa
depan bagaimana proses pembelajaran yang baik dan efektif serta menerapkan
aliran filsafat pendidikan dalam proses pembelajaran.

2
BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Siswa (Peserta Didik)

Siswa sendiri merupakan seorang pelajar atau murid yang sedang duduk dibangku
SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), dan SMA (Sekolah
Menengah Atas). Seorang siswa belajar dalam mendapatkan ilmu pengetahuan agar
bisa mencapai cita-cita dan impiannya. Seorang siswa adalah seorang anak yang sedang
menempuh pendidikan dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas itulah yang
disebut dengan siswa dan siswi.

Siswa merupakan satu-satunya subjek yang menerima apa saja yang diberikan oleh
guru saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Siswa digambarakan sebagai sosok
yang membutuhkan bantuan orang lain untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Selain
memperoleh ilmu pengetahuan siswa juga mengalami perkembangan serta
pertumbuhan dari kegiatan pendidikan tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa siswa
merupakan salah satu anggota masyarakat yang memiliki potensi serta usaha untuk
mengembangkan dirinya. Peserta didik yang pada ummnya merupakan inidividu yang
memilki potensi yang dirasa perlu dikembangkan melalui pendidikan baik fisik maupun
psikis dari lingkungan keluarga maupun lingkunagn masyarakat dimanapun ia berada.

Seorang peserta didik akan diajarkan bagaimana cara bersikap yang baik serta etika
yang sopan untuk berinteraksi pada masyarakat lainnya. Tentu saja hal tersebut tidak
dapat melupakan peran pendidik sebagai sumber ilmu dan salah satu unsur terpenting
dari pendidikan. Seorang pendidik harus memahami dengan betul karakter yang ada
pada peserta didiknya. Pendidik juga harus mengerti bagaimana cara mengasah potensi
yang ada pada peserta didiknya. Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional “Peserta didik adalah anggota masyarakat yang

3
berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan
jenis pendidikan tertentu.”

Abu Achmadi, salah satu pemerhati pendidikan ia mengungkapkan bahwa peserta


didik atau siswa merupakan individu yang belum bisa dikatakan dewasa. Ia
memerlukan usaha, bantuan, serta bimbingan dari seseorang untuk mencapai tingkat
kedewasaannya. Ia juga mengungkapkan bahwa peserta didik juga membutuhkan
bimbingan untuk menjadi pribadi yang lebih baik didepan Tuhan Yang Maha Esa serta
didepan negara sebagai warga negara yang baik. Dengan demikian siswa atau peserta
didik dapat dikatakan orang yang mempunyai fitrah atau potensi dasar yang ada dalam
dirinya berupa fisik maupun psikis yang perlu dikembangakan melalui pendidikan.

UU RI No. 20 th 2003 telah mencantumkan bahwa peserta didik memilki kewajiban


sebagi berikut :

a. Menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan proses


dan keberhasilan pendidikan.
b. Ikut menanggung biaya pendidikan kecuali bagi yang dibebaskan dari
kewajiban tersebut.

2. Pengertian Guru

Guru dalam bahasa jawa adalah menunjuk pada seorang yang harus digugu dan
ditiru oleh semua murid dan bahkan masyarakat. Harus digugu artinya segala sesuatu
yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakkini sebagai kebenaran oleh
semua murid. Sedangkan ditiru artinya seorang guru harus menjadi suri teladan
(panutan) bagi semua muridnya. Secara tradisional guru adalah seorang yang berdiri
didepan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan. Guru sebagai pendidik dan
pengajar anak, guru diibaratkan seperti ibu kedua yang mengajarkan berbagai macam
hal yang baru dan sebagai fasilitator anak supaya dapat belajar dan mengembangkan
potensi dasar dan kemampuannya secara optimal,hanya saja ruang lingkupnya guru
berbeda, guru mendidik dan mengajar di sekolah negeri ataupun swasta.
Adapun pengertian guru menurut para ahli:
a. Menurut Noor Jamaluddin (1978: 1) Guru adalah pendidik, yaitu orang dewasa
yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik

4
dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya,
mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah
khalifah di muka bumi, sebagai makhluk sosial dan individu yang sanggup
berdiri sendiri.
b. Menurut Peraturan Pemerintah Guru adalah jabatan fungsional, yaitu
kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak
seorang PNS dalam suatu organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya
didasarkan keahlian atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri.
c. Menurut Keputusan Men.Pan Guru adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi
tugas, wewenang dan tanggung jawab oleh pejabat yang berwenang untuk
melaksanakan pendidikan di sekolah.
d. Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 Guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang peran guru yang
harus dilakoni. Peran guru yang beragam telah diidentifikasi dan dikaji oleh Pullias dan
Young (1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein (1997). Adapun peran-peran
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para
peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar
kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
Peran guru sebagai pendidik (nurturer) berkaitan dengan meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman
lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang
dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan
keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan
jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru
dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab
pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku
anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.

5
b. Guru Sebagai Pengajar
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam kegiatan belajar peserta
didik dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti motivasi, kematangan, hubungan
peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan
keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika factor-faktor di atas dipenuhi, maka
melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik. Guru harus berusaha
membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan terampil dalam memecahkan
masalah.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran,
yaitu: Membuat ilustrasi, Mendefinisikan, Menganalisis, Mensintesis, Bertanya,
Merespon, Mendengarkan, Menciptakan kepercayaan, Memberikan pandangan
yang bervariasi, Menyediakan media untuk mengkaji materi standar, Menyesuaikan
metode pembelajaran, Memberikan nada perasaan. Agar pembelajaran memiliki
kekuatan yang maksimal, guru-guru harus senantiasa berusaha untuk
mempertahankan dan meningkatkan semangat yang telah dimilikinya ketika
mempelajari materi standar.
c. Guru Sebagai Pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan
pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu.
Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan
mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks.
Sebagai pembimbing perjalanan guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk
melaksanakan empat hal berikut:
1) Guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang
hendak dicapai.
2) Guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan
yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu
tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara
psikologis.
3) Guru harus memaknai kegiatan belajar.
4) Guru harus melaksanakan penilaian.
e. Guru Sebagai Pemimpin.

6
Guru diharapkan mempunyai kepribadian dan ilmu pengetahuan. Guru
menjadi pemimpin bagi peserta didiknya. Ia akan menjadi imam.

f. Guru Sebagai Pengelola Pembelajaran.


Guru harus mampu menguasai berbagai metode pembelajaran. Selain itu, guru
juga dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar supaya
pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman.
g. Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang
yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk
menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak.
Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat
sorotan peserta didik serta orang disekitar lingkungannya yang menganggap atau
mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru:
sikap dasar, bicara dan gaya bicara, kebiasaan bekerja, sikap melalui pengalaman
dan kesalahan, pakaian, hubungan kemanusiaan, proses berfikir, perilaku neurotis,
selera, keputusan, kesehatan, gaya hidup secara umum. Perilaku guru sangat
mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta didik harus berani mengembangkan
gaya hidup pribadinya sendiri. Guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan
antara apa yang diinginkan dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian menyadari
kesalahan ketika memang bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa
dan berusaha untuk tidak mengulanginya.

3. Pengertian Belajar

Bila diperhatikan lebih jauh esensi dasar dari pengertian belajar adalah perubahan,
dengan berbagai karakteristiknya, dan latihan atau pengalaman, pertanyaannya
perubahan dalam hal apa, apakah perubahan perubahan tersebut terjadi hanya dalam
bentuknaya yang konkrit atau akan berlaku juga dalam bentuknya yang abstrak, untuk
menjawab masalah ini terdapat dua pandangan penting, yaitu pandangan behaviouristik
dan pandangan kognitif.

Menurut pandangan behavioristik, belajar adalah perubahan dalam tingkah laku,


cara seseorang berbuat pada situasi tertentu serta perubahan tersebut dapat diamati,
artinya berpikir dan emosi tidak menjadi perhatian dalam suatu aktivitas belajar karena
tidak bisa diamati. Sebaliknya menurut pandangan kognitif belajar adalah proses

7
internal yang tidak dapat diamati secara langsung. Perubahan terjadi dalam
kemampuan seseorang untuk bertingkah laku dan berbuat dalam situasi tertentu dan
perubahan tersebut hanyalah refleksi dari perubahan internal.

Dalam perkembangannya para behaviourist baru, neo-behaviourist telah berusaha


memperluas pandangannya tentang belajar dengan memasukan aspek-aspek yang tidak
dapat diamati secara langsung, seperti harapan-harapan, keinginan-keinginan,
keyakinan dan pikiran seperti terlihat dalam pandangan Albert Bandura yang terkenal
dengan teori kognitif sosialnya yang menganggap bahwa belajar itu lebih dari sekedar
perubahan dalam tingkah laku yang teramati, melainkan juga mencakup pencapaian
pengetahuan dan tingkah laku yang dapat diamati yang berdasar pada pengetahuan
tersebut.

Dengan memperhatikan berbagai pandangan tentang makna belajar, maka dapatlah


diartikan bahwa belajar merupakan suatu perubahan internal yang terjadi pada diri
seseorang, perubahan dalam potensi untuk bertingkah laku, serta perubahan tingkah
laku itu sendiri. Implikasi dari pengertian ini adalah bahwa seorang guru atau dosen
pasti dihadapkan pada tingkah laku siswa mahasiswa yang teramati seperti hasil
pekerjaan siswa mahasiswa dalam melaksanakan tugas tugas atau tingkah laku mereka
di dalam ruangan belajar, dan aspek yang kurang tidak teramati secara langsung seperti
berpikir abstrak serta sikap.

4. Pengertian Mengajar

Mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses mengorganisir lingkungan yang ada
di sekitar siswa sehingga pada diri siswa terjadi proses belajar. Dalam hal ini, S.
Nasution 1982:8 mengemukakan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisir
lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi
proses belajar.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa mengajar
adalah suatu proses kegiatan yang disengaja dan terencana untuk membimbing dan
mengawasi siswa dalam aktivitas belajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Seorang guru sebagai pengajar Slameto, 1991:40 harus memerhatikan
prinsip-prinsip sebagai berikut:

8
a. Konteks
Dalam belajar sebagian besar tergantung pada konteks belajar itu sendiri.Ciri-
ciri konteks yang baik adalah membuat pelajar menjadi lawan berinteraksi secara
dinamis dan kuat sekali, terdiri dari pengalaman yang aktual dan
konkret.Pengalaman yang konkret dan dinamis merupakan alat untuk menyatakan
pengertian yang sifatnya sederhana sehingga dapat ditiru untuk diulanginya.
b. Fokus
Pengajaran akan berhasil dengan penggunaan vokalisasi. Untuk mencapai
proses yang efektif, harus dipilih fokus yang memiliki ciri-ciri yang baik, seperti:
memobilisasi tujuan, memberi bentuk uniformitas pada belajar.
c. Sosialisasi
Kondisi sosial dalam suatu kelas banyak sekali pengaruhnya dalam proses
belajar pada kelas tersebut. Sehingga dalam hal ini sosialisasi harus dilakukan.
Sosialisasi yang baik akan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: adanya fasilitas sosial,
perangsang, dan kelompok demokratis.
d. Sequence
Dalam proses belajar mengajar dipandang sebagai suatu pertumbuhan mental,
siswa dapat mengalami kegagalan atau mungkin juga sukses. Ciri-ciri sequence
yang baik adalah pertumbuhan bersifat kontinyu, tergantung pada tujuan,
tergantung pada munculnya makna, merupakan perubahan dari yang abstrak ke arah
konkrit, sebagai gerakan dari kasar dan global ke arah yang membedakan, dan
pertumbuhan itu merupakan transformasi.
e. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk meneliti hasil dan perubahan siswa, untuk
mengetahui kesulitan-kesulitan yang melekat pada perubahan tersebut.
Kelima prinsip mengajar di atas haruslah diperhatikan oleh guru, agar guru dapat
membimbing dan mengarahkan siswa, sehingga dapat menumbuhkan minat belajar
siswa.Dan yang terpenting tujuan pengajaran dapat tercapai dengan baik.

5. Pengertian Pembelajaran

Secara umum pengertian pembelajaran adalah upaya yang dilakukan untuk


membantu seseorang atau sekelompok orang sedemikian rupa dengan maksud supaya
di samping tercipta proses belajar juga sekaligus supaya proses belajar menjadi lebih

9
efesien dan efektif. Itulah sebabnya Darsono, 2000: 24 mengemukakan bahwa
pengertian pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh
guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebih
baik.

Menurut Gagne, Briggs, dan wagner dalam Udin S. Winataputra (2008) pengertian
pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan
terjadinya proses belajar pada siswa. Sedangkan menurut Duffy dan Roehler (1989)
pengertian pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan
menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan
kurikulum. Adapun pengertian pembelajaran menurut UU Nomor 20 tahun 2003
tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkingan belajar. Berdasarkan beberapa pengertian
atau definisi pembelajaran di atas dapat diidentifikasi bahwa pembelajaran memiliki
ciri-ciri :
a. Merupakan upaya sadar dan disengaja; 2) Pembelajaran harus membuat siswa
belajar.
b. Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan.
c. Pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasil

6. Tujuan Belajar dan Pembelajaran

a. Tujuan Belajar
Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa
telah melakukan tugas belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan
dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa. tujuan belajar
adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa
setelah berlangsungnya proses belajar. Tujuan belajar terdiri dari tiga komponen
yaitu :
b. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran pada hakekatnya adalah rumusan tentang perilaku hasil
belajar ( kognitif, psikomotor, dan afektif ) yang diharapkan untuk dimiliki
(dikuasai) oleh si pelajar setelah si pelajar mengalami proses belajar dalam jangka
waktu tertentu. Yang menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuan

10
pembelajaran adalah kebutuhan siswa,mata ajaran, dan guru itu sendiri.
berdasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yan hendak dicapai dan
dikembangkan dan diapresiasikan. berdasarkan mata ajaran yang ada dalam
petunjuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. guru
sendiri adalah sumber utama tujuan bagi para siswa dan dia harus mampu menulis
dan memilih tujuan pendidikan yang bermakna dan dapat diukur. Suatu tujuan
pembelajaran sebaiknya memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar, misalnya:
dalam situasi bermain peran.
2) Tujuan mendefinisikan tingkah laku siswa dalam bentuk dapat diukur dan
dapat diamati.
3) Tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki, misalnya
pada peta pulau jawa, siswa dapat mewarnai dan memberi label pada
sekurang-kurangnya tiga gunung utama.

7. Penerapan Filsafat Pendidikan


Sesuai yang tercantum dalam UU RI No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, yaitu yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Usaha di sini
berarti kegiatan atau perbuatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk
mencapai suatu maksud. Sadar adalah insyaf, yakin, tahu, dan mengerti. Sedangkan
terencana adalah menyusun sistem dengan landasan tertentu untuk kemudian
dilaksanakan. Perencanaan pendidikan secara sengaja dan sungguh-sungguh ini
tentunya dilakukan oleh insan pendidikan yang mempunyai kewenangan dan tanggung
jawab menyeluruh terhadap keberhasilan pelaksanaan proses pendidikan, khususnya
pendidikan di sekolah dasar. Dan penerapan filsafat pendidikan di dalamnya
merupakan faktor yang ikut menentukan dan membantu para pelaku pendidikan
tersebut.
Filsafat sebagai teori umum pendidikan dapat diterapkan dalam penentuan
kurikulum, metode, tujuan, serta kedudukan dan peran guru atau pendidik juga anak
didiknya. Adanya berbagai mazhab dalam filsafat pendidikan juga menyebabkan

11
berbeda-bedanya kurikulum, metode, tujuan, serta kedudukan guru dan siswa tersebut
dalam struktur pendidikan. Semuanya tergantung pada mazhab apa yang diterapkan
atau dianut oleh para pelakunya. Hanya saja, dalam hal ini mereka dituntut untuk
memiliki kurikulum yang relevan dengan pendidikan ideal, juga disesuaikan dengan
perkembangan jaman dan menekankan pada aspek kognitif, afektif, dan pertumbuhan
yang normal. Metode pendidikan juga harus mengandung nilai-nilai instrinsik dan
ekstrinsik yang sejalan dengan mata pelajaran dan secara fungsional dapat
direalisasikan dalam kehidupan. Selain itu, tujuan pendidikan tidak hanya terpaku pada
salah satu pihak semata, melainkan untuk seluruh pihak yang terlibat dalam pendidikan.
Kedudukan guru dan siswa harus benar-benar dimengerti oleh keduanya sehingga dapat
menjalankan peranannya masing-masing dengan baik.

12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Obsevasi dilaksanakan di Madrasah Aliyah Swasta Nahdhatul Islam Mandau dengan


alamat Desa Harapan Baru, Kab. Bengkalis, Prov. Riau, Kelas yang diobservasi adalah
kelas X IPA, dengan jumlah siswa 25 anak.
Observasi dilaksanakan pada Sabtu, 16 Januari 2021, pada jam pelajaran 2 dan 3, yakni
pada pukul 08.25 – 09.15 WIB. Dalam satu kali tatap muka adalah dua jam pelajaran atau
2 x 45 menit, pada mata pelajaran kimia. Guru mata pelajaran pada saat observasi adalah
Ibu Asih, S.P

B. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui metode observasi langsung pada kelas X IPA
Madrasah Aliyah Swasta Nahdahtul Islam Mandau. Bagaimana proses pembelajaran serta
interaksi antara guru dan siswa dalam pembelajaran, serta aliran filsafat pendidikan apa
yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran tersebut. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan mengadakan wawancara kepada
siswa dan guru serta mengisi kuesioner dalam pembelajaran berlangsung.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah pihak-pihak yang dijadikan sebagai sampel dalam sebuah
penelitian. Subjek penelitian juga membahas karakteristik subjek yang digunakan dalam
penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah : siswa kelas X IPA Madrasah Aliyah Swasta
Nahdahtul Islam Mandau dan Guru mata pelajaran kimia Ibu Asih, S.P.

13
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Hasil dan Pembahasan

Dari hasil pengamatan proses pembelajaran di kelas X IPA Madrasah Aliyah Swasta
Nahdahtul Islam Mandau dengan mata pelajaran kimia, maka dilampirkanlah hasil
observasi dalam penyajian tabel berikut.

1. Lembar Observasi I

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA SELAMA PROSES PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : Kimia

Nama Guru : Asih, S.P.

Materi : Ikatan Kimia dan Bentuk Molekul

Hari, tanggal : Sabtu/16 Januari 2021

Petunjuk Pengisian:

Amatilah aktivitas siswa selama proses pembelajaran di kelas. Isilah lembar pengamatan
dengan prosedur sebagai berikut:

1. Pengamat dalam melakukan pengamatan duduk di tempat yang mungkin dapat melihat
semua aktivitas siswa
2. Setiap 150 detik, pengamat melakukan aktivitas pengamatan aktivitas siswa yang
dominan, dan 30 detik berikutnya pengamat menulis hasil pengamatan.

Hasil
No Aktivitas yang diamati Skor Ket
Baik Cukup Rendah

Memperhatikan dan Dimana saat


mendengarkan penjelasan oleh proses
1 guru. pembelajaran
10 √ berlangsung,
Skor maksimal : 10
seluruh

14
perhatian
siswa tertuju
kepada guru.
Hampir 95%
siswa tidak
melakukan
aktivitas lain
yangn tidak
berkaitan
dengan
pembelajaran

Dalam proses
pembelajaran
siswa tidak
berperan aktif
melainkan
berperan
pasif, tidak
Berperan aktif dalam sesi diskusi ada sesi tanya
2 pembelajaran (bertanya dan 6 √ jawab yang
menjawab pertanyaan guru) terlihat dalam
kelas. Siswa
hanya
mendengar
dan
mengikuti
arahan dari
guru saja.

15
Dalam proses
pembelajaran
siswa masih
terlihat pasif.
Dimana
siswa
menerima
secara
mentah-
mentah apa
yang
diberikan
oleh guru.
Perilaku siswa dalam
Sehingga
pembelajaran:
kegiatan
- Mengerjakan tugas yang diskusi tidak
diberikan oleh guru. berjalan
- Mengikuti kegiatan dengan
diskusi/presentasi secara aktif. lancar.
- Siswa berperilaku kondusif
3 Walaupun
dalam pembelajaran.
- Memberikan guru
pendapat/tanggapan yang memberikan
argumentative. kesempatan
- Menghargai saran dan 42 √ yang sama
pendapat sesama teman. kepada setiap
- Mengerjakan setiap tugas
siswa untuk
dengan jujur dan disiplin.
Skor maksimal : 80 berpendapat.
Masih ada
beberapa
siswa yang
tidak bekerja
secara
mandiri
dalam
pengerjaan
tugas atau
dengan kata
lain
menyontek.

Total 58

16
2. Lembar Observasi II

OBSERVASI KEGIATAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Mata pelajaran : Kimia

Guru : Asih, S.P.

Materi : Ikatan Kimia dan Bentuk Molekul

Hari/ tanggal : Sabtu/16 Januari 2021

A. Isilah kolom skor sesuai pedoman pensekoran berikut


Pedoman Penskoran Setiap Indikator

a. Skor 5 : Jika semua deskriptor muncul


b. Skor 4 : Jika tiga deskriptor muncul
c. Skor 3 : Jika dua deskriptor muncul
d. Skor 2 : Jika satu deskriptor muncul
e. Skor 1 : Jika tidak ada deskriptor yang muncul
B. Isilah kolom catatan dengan deskriptor-deskriptor yang muncul

Tahap Indikator Deskriptor Skor Catatan

1. Melakukan a. Mengucapkan salam Dalam proses


aktivitas rutin b. Mengabsen siswa pembelajaran
sehari-hari c. Menciptakan suasana guru berperan
belajar yang kondusif aktif dan dapat
d. Membangkitkan mengatur kondisi
5
keterlibatan siswa kelas, sehingga
proses
pembelajaran
Awal berlangsung
dengan teratur.

2. Menyampaika a. Tujuan pembelajaran Dalam


n tujuan disampaikan di awal penyampaian
pembelajaran materi, guru
b. Tujuan pembelajaran sesuai 5 sudah berperan
dengan materi dengan baik.
c. Tujuan sesuai dengan Dimana guru
lembar kerja memberikan

17
d. Tujuan diungkapkan pengantar materi
dengan bahasa yang mudah terlebih dulu
difahami siswa bahkan sedikit
mereview
pembelajaran
sebelumnya.

3. Menentukan a. Mempertegas materi yang Dalam hal ini


materi dan akan dipelajari guru kurang
pentingnya b. Menjelaskan pentingnya memberikan
materi materi dalam pembelajaran penjelasan materi
IPA berkaitan dengan
c. Menjelaskan pentingnya kehidupan sehari-
3
materi dalam kehidupan hari, walaupun
sehari-hari penyampaian
d. Meminta siswa bertanya materi sangat
baik, guru
bersikap sangat
demokratis.

4. Membangkitk a. Menanyakan pengetahuan Dalam hal ini


an atau pengalaman siswa guru cukup baik
pengetahuan tentang materi. untuk berusaha
persyaratan b. Memancing siswa untuk menghidupkan
siswa mengingat kembali materi suasan kelas
prasyarat yang dibutuhkan. menjadi
4
c. Mengaitkan pengetahuan interaktif. Guru
prasyarat dengan materi melontarkan
yang akan dipelajari. beberapa
d. Memberi kesempatan pertanyaan
siswa untuk bertanya. berkaitan dengan
materi.

18
5. kelompok ahli a. Kelompok terdiri dari 6 Pada saat
orang. melakukan
b. Kelompok terdiri dari dari observasi, tidak
siswa yang berkemampuan ada kegiatan
tinggi, sedang dan rendah. kelompok dalam
1
c. Kelompok terdiri dari laki- pembelajaran.
laki dan perempuan.
d. Kelompok memilih ketua
dan seketaris.

6. Membentuk a. Kelompok terdiri dari 5 Pada saat


kelompok orang. melakukan
ahli b. Kelompok terdiri dari dari observasi, tidak
siswa yang berkemampuan ada kegiatan
tinggi, sedang dan rendah. 1 kelompok dalam
c. Kelompok terdiri dari laki- pembelajaran.
laki dan perempuan.
d. Kelompok tidak memiliki
ketua dan seketaris.

7. Menjelaskan a. Menjelaskan bahwa semua Pada saat


tugas anggota kelompok harus melakukan
kelompok aktif. observasi, tidak
b. Menjelaskan bahwa semua ada kegiatan
anggota kelompok harus kelompok dalam
bekerja sama. pembelajaran.
1
c. Menjelaskan bahwa semua
anggota kelompok harus
saling membagi tugas.
d. Menjelaskan bahwa
anggota kelompok harus
memahami materi
8. Menyediakan a. Alat peraga dan lembar Pada saat
sarana yang kerja sesuai materi. melakukan
dibutuhkan b. Alat peraga dan lembar observasi, tidak
kerja sesuai tujuan. ada kegiatan
c. Alat peraga dan lembar kelompok dalam
kerja membantu kearah pembelajaran.
kerjas siswa
d. Alat peraga dan lembar 1 Dalam
kerja sesuai dengan jumlah pembelajaran
kelompok. guru tidak
menyediakan alat
peraga atau media
pembelajaran
yang berkaitan
dengan materi.

19
1. Meminta a. Meminta siswa memahami Pada saat
siswa lembar kerja. melakukan
memahami b. Meminta siswa membaca observasi, tidak
lembar kerja lembar kerja. ada kegiatan
c. Meminta siswa memahami kelompok dalam
maksud lembar kerja 1 pembelajaran.
dengan diskusi sesama
anggota kelompok.
d. Memancing dan
mendorong siswa untuk
bertannya.
2. Meminta a. Meminta siswa bekerja Pada saat
siswa masing- sesuai petunjuk lembar melakukan
masing kerja. observasi, tidak
kelompok ahli b. Meminta siswa menjawab ada kegiatan
bekerja sesuai setiap pertanyaan pada kelompok dalam
dengan materi lembar kerja. 1 pembelajaran.
yang c. Meminta siswa bekerja
diberikan dengan alat peraga yang
disediakan.
Inti d. Meminta siswa bekerja
sama dalam kelompok.
3. Membimbing a. Memantau kerja setiap Pada saat
dan kelompok dengan melakukan
mengarahkan berkeliling. observasi, tidak
kelompok b. Meminta siswa agar tidak ada kegiatan
dalam berkerja secara individual. kelompok dalam
berdiskusi c. Membantu kelompok yang pembelajaran.
mengalami kesulitan.
d. Memotivasi siswa yang Namun,
kurang aktif dalam dikarenakan tidak
kelompok. adanya kegiatan
5 kerja
berkelompok,
dalam kegiatan
individu guru
membimbing dan
mengawasi setiap
kegiatan siswa,
serta
memperhatikan
siswa.

20
4. Meminta a. Meminta siswa bekerja Pada saat
siswa masing- sesuai petunjuk lembar melakukan
sing kerja. observasi, tidak
kelompok b. Meminta siswa menjawab ada kegiatan
ahli kembali setiap pertanyaan pada kelompok dalam
ke kelompok lembar kerja. pembelajaran.
asal dan c. Meminta siswa bekerja 1
bekerja sesuai dengan alat peraga yang
dengan materi disediakan.
yang d. Meminta siswa bekerja
diberikan sama dalam kelompok.

5. Meminta a. Meminta giliran kelompok Pada saat


kelompok pelapor. melakukan
asal b. Memberi kesempatan observasi, tidak
melaporkan kepada pelapor untuk ada kegiatan
hasil kerjanya menuliskan laporannya di kelompok dalam
papan tulis. pembelajaran.
c. Meminta dan memberi 1

kesempatan kepada
kelompok lain untuk
menanggapi.
d. Meminta dan memberi
kesempatan kelompok lain
untuk merespon tanggapan.
1. Melakukan a. Melakukan tanya jawab Dalam hal ini
evaluasi secara lisan kepada siswa guru memberikan
secara acak. pertanyaan
b. Memberikan soal yang kepada siswa

Akhir sesuai dengan materi yang 5 secara acak, dan


dipelajari. memberikan
c. Memberikan soal yang siswa lainnya
sesuai dengan tujuan untuk menjawab
pembelajaran jika siswa yang
ditunjuk tidak

21
d. Memberi penguatan kepada mengetahui
siswa jawaban tersebut.
Guru juga
menjelaskan
secara singkat
kembali materi
pada bagian yang
susah dimengerti.
Serta guru
memberikan
beberapa soal
latihan di rumah
untuk
menguatkan
pemahaman
materi tersebut.

2. Mengakhiri a. Mengatur kelas dengan Guru dalam


pembelajaran kembali dalam posisi proses
semula pembelajaran
sangat teratur dan
b. Memotivasi siswa siswa
konsisten
untuk lebih giat belajar
5 sehingga suasan
c. Menginformasikan materi kelas sangat
pelajaran yang akan kondusif.
dipelajari pada pertemuan
berikutnya.

d. Menutup dengan salam

Dari Lembar Observasi I yaitu mengenai kegiatan siswa dalam proses pembelajaran, dapat
dilihat bahwasanya siswa kurang berperan aktif dalam pembelajaran walaupun suasana kelas
yang tercipta sangat kondusif. Siswa hanya menerima segala materi dari guru secara mentah-
mentah, dan tidak terlihat secara signifkan respon siswa terhadap suatu materi. Siswa tidak

22
memiliki sikap kritis didalam dirinya tidak terlihat siswa memberikan pertanyaan atau pun
menjawab pertanyaan dari guru, hal ini seharusnya tidak boleh tejadi pada siswa.

Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor kemungkinan, yaitu :

1. Siswa tidak memiliki semangat belajar yang tinggi.


2. Siswa tidak diberikan kesempatan untuk berpendapat oleh guru.
3. Siswa tidak memiliki rasa percaya diri.
4. Siswa belum memahami keseluruhan suatu materi.
5. Siswa tidak peduli dengan pembelajaran yang sudah berlangsung.
6. Siswa tidak diberikan arahan ataupun contoh dalam bersikap aktif dan kritis oleh orang
tua ataupun guru.

Dari Lembar Observasi II yaitu mengenai kegiatan guru dalam proses pembelajaran, dapat
dilihat bahwasanya guru menganut aliran filsafat pendidikan idealisme, dimana guru
memberikan seluruh kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses
pembelajaran. Dan guru berusaha untuk menjadikan dirinya lebih unggul (excellent) agar dapat
dijadikan teladan bagi para siswa, dapat dilihat dari penguasaan materi oleh guru yang sangat
baik, penjelasan materi yang sangat sederhana dan mudah dimengerti, dan sikap guru yang
komunikatif terhadap siswanya. Namun hal ini tidak disambut dengan baik oleh para siswa,
guru terlihat sangat aktif sementara siswa bersikap pasif. Hal ini sangat kontras terlihat dalam
proses pembelajaran. Sehingga terlihat guru mengambil metode dari aliran filsafat pendidikan
realisme yaitu tetap memberikan kebebasan terhadap siswa tapi memberikan beberapa
peraturan untuk dipenuhi oleh siswa, dapat dibuktikan dengan teraturnya kegiatan
pembelajaran dan terciptanya suasana kelas yang sangat kondusif.

23
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil observasi mengenai proses pembelajaran siswa di X IPA Madrasah Aliyah
Swasta Nahdahtul Islam Mandau, pada mata pelajaran Kimia dengan materi Ikatan Kimia
dan Bentuk Molekul dengan guru pengampu Asih, S.P. bahwasanya untuk mewujudkan
suasana kelas yang kondusif dan efektif diperlukan kerja sama yang baik antara guru dan
siswa. Dimana guru dan siswa harus sama-sama bersikap aktif dalam proses pembelajaran
berlangsung, siswa harus bersikap kritis dalam setiap hal yang baru diterimanya baik itu
berupa materi pembelajaran. Dan guru juga harus unggul dan menguasai materi dengan
baik dan memiliki metode pengajaran yang tepat sesuai dengan karakter siswa. Dan proses
pembelajaran yang efektif belum terlihat di kelas X IPA Madrasah Aliyah Swasta
Nahdahtul Islam Mandau, dikarenakan siswa yang tidak bersikap aktif dan kritis dalam
proses pembelajaran tersebut, padahal guru memiliki sikap aktif dan bersifat demokratis.

Aliran filsafat pendidikan menawarkan metode pengajaran dalam dunia pendidikan


yang dapat diterapkan oleh guru. Dalam hal ini guru harus bijaksana dalam menerapkan
metode pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa serta kondisi kelas tersebut. Guru
juga bisa menggabungkan metode pembelajaran dari beberapa yang ditawarkan oleh
alliran-aliran filsafat pendidikan, namun perlu ditekankan penerapan metode pembelajaran
harus sesuai dengan karakter siswa dan kondisi kelas.

B. Saran

Sebaiknya sebagai guru harus senantiasa berkreasi dan inovatif dalam kegiatan
mengajar, sehingga siswa tidak merasa jenuh atau bosan dalam kegiatan pembelajaran
tersebut. Dan guru harus menerapkan metode pembelajaran yang disesusaikan dengan
kondisi serta karakter siswa, dalam dunia pendidikan khususnya proses belajar mengajar
hendaknya selalu dilakukan pembaharuan menuju yang lebih baik.

24
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat


Pendidiakn Lanjutan Pertama. 2002. Pendekatan Konsektual ( Contextual Teaching and
Learning (CTL))

Dimyati, Mudjiono.2006. Belajar dan Pembelajaran.Jakarta:Rineka Cipta.

https://cancer55.wordpress.com/2013/09/07/fungsi-dan-peranan-guru-dalam-proses-belajar-
mengajar/ (diakses pada tanggal 12 November 2017)

http://infodanpengertian.blogspot.co.id/2016/02/pengertian-siswa-menurut-para-ahli.html
(diakses pada tanggal 12 November 2017)

http://chandcyberspace.blogspot.com/2017/04/apa-itu-guru-pengertian-guru-menurut.html
(diakses pada tanggal 12 November 2017)

http://www.wikipendidikan.com/2016/02/perbedaan-makna-belajar-mengajar.html (diakses
pada tanggal 12 November 2017)

http://dinaauliamn.blogspot.co.id/2016/10/penerapan-filsafat-pendidikan.html (diakses pada


tanggal 12 November 2017)

http://pedidikanmu.blogspot.co.id/2013/05/penerapan-filsafat-pendidikan-pancasila_8.html
(diakses pada tanggal 12 November 2017)
LAMPIRAN

Berikut ini adalah suasana dan kondisi kegiatan pembelajaran di kelas X IPA Madrasah
Aliyah Swasta Nahdahtul Islam Mandau dalam materi Ikatan Kimia dan Bentuk Molekul
dalam mata pelajaran Kimia dengan guru pengampu Asih, S.P.

Anda mungkin juga menyukai