Jurnal Tadulako

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

Volume 1. Nomor 2.

Oktober 2019

Journal of Public Administration and Government


Journal Homepage : http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/jpag

Manajemen Mitigasi Bencana Kota Palu


Palu City Disaster Mitigation Management
Widarti Gularsih Sukino; Muhammad Ahsan Samad*; Nasir Mangngasing; Abdul Rivai
Program Studi Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Tadulako Palu. Indonesia

ARTIKEL INFO ABSTRAK

∗ Corresponding author; Kota Palu merupakan salah satu kota dengan tingkat rawan bencana yang tinggi.
ahsansamad@untad.ac.id Tidak hanya menimbulkan gempa bumi, namun juga tsunami dan fenomena
likuifaksi. Salah satu cara untuk mengurangi dampak bencana adalah dengan
melakukan mitigasi bencana. Badan Penanggulangan Bencana Daerah kota Palu
Kata Kunci: merupakan badan yang bertanggung jawab untuk menangani bencana yang terjadi
di kota Palu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana manajemen
bencana; mitigasi bencana pada kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah kota Palu
kesiapsiagaan; serta faktor pendorong dan penghambat manajemen dalam mitigasi bencana.
manajemen; Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Indikator yang digunakan pada penelitian ini adalah fungsi
disaster; manajemen dari Luther Gulick yang di kenal POSDCORB (Planning, Organizing,
preparedness; Staffing, Directing, Coordinating, Reporting and Budgeting). Selain itu juga dilihat
management; dari faktor pendorong dan penghambat manajemen organisasi. Hasil penelitian
menunjukan bahwa Planning belum maksimal, karena masih terdapat program
atau kegiatan yang belum mencapai target. Directing belum sepenuhnya
memahami Garis komando, serta masih terdapat ego sektoral sehingga proses
penanganan bencana menjadi lambat. Budgeting masih kurang, dimana biaya di
padatkan dalam artian melakukan 2 kegiatan dengan satu dana. Faktor yang
menghambat manajemen adalah kurangnya SDM yang handal, kekurangan sarana
dan prasarana, keterbatasan dana, sedangkan banyaknya dukungan dari pihak luar
menjadi pendorong.

Palu City is a city with a high level of disaster prone. Not only caused an
earthquake, but also a tsunami and liquefaction phenomenon. One way to reduce
the impact of disasters is to do disaster mitigation. The Palu City Regional Disaster
Management Agency is the body responsible for handling disasters in the city of
Palu. The purpose of this study is to find out how disaster mitigation management
is at the Palu City Regional Disaster Management Agency office as well as
management driving and inhibiting factors in disaster mitigation. The research
method used is descriptive method with fenomenology aproach. The results of the
study show that Planning has not been maximized, because there are still programs
or activities that have not reached the target. Directing does not fully understand
the Command Line, and there are still sectoral egos so that the process of disaster
management is slow. Budgeting is still lacking, where costs are tightened in terms
of doing 2 activities with one fund. Factors that hamper management are the lack of
reliable human resources, lack of facilities and infrastructure, limited funds, while
the large amount of support from outside parties becomes a driver.

Page 1 of 8 ©JPAG Volume 1 Nomor 2. Oktober 2019. ISSN: 2684-8406 (print); 2685-1032 (online)
PENDAHULUAN Pada tanggal 28 September 2018 peristiwa
Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang gempa bumi berkekuatan 7,4 SR diikuti dengan
terletak di Garis Katulistiwa dan dikelilingi oleh tsunami yang melanda pantai barat Pulau Sulawesi.
Cincin Api. Cincin Api merupakan garis pertemuan Pusat gempa berada di 26 km utara Kabupaten
Lempeng Benua Asia dengan Lempeng Samudra Donggala dan 80 km barat laut Kota Palu dengan
India, yang terletak disepanjang garis Pantai Selatan kedalaman 10 km. Guncangan gempa bumi dirasakan
Indonesia. Juga garis pertemuan antara Lempeng di Kabupaten Donggala, Kota Palu, Kabupaten Parigi
Pasifik dan Lempeng Asia yang terletak disepanjang Moutong, Kabupaten Sigi, Kabupaten Poso,
Kepulauan Maluku. Akibat situasi geologis ini, di Kabupaten Tolitoli, Kabupaten Mamuju bahkan
Indonesia juga banyak terdapat sesar dan gunung hingga Kota Samarinda, Kota Balikpapan, dan Kota
berapi. Oleh karena itu di Indonesia banyak terdapat Makassar. Gempa bumi memicu tsunami hingga
Bencana Alam yang terkait dengan Gempa Tektonik ketinggian 5 meter di Kota Palu. Menurut BNPB,
dan Letusan Gunung Berapi. (Disaster, Management, dampak bencana gempa bumi dan tsunami tercatat
Suprayitno, Asih, & Soemitro, 2019) 2.256 orang meninggal dunia. Sebarannya di Kota
Undang-Undang Dasar Negara Republik Palu 1.703 orang, Donggala 171 orang, Sigi 366
Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa orang, Parigi Moutong 15 orang dan Pasangkayu 1
Negara Kesatuan Republik Indonesia bertanggung orang. Dari segi infrastruktur, banyak bangunan yang
jawab untuk memberikan perlindungan terhadap hancur akibat gempa bumi dan tsunami. Kerusakan
kehidupan dan penghidupan dalam rangka meliputi 68.451 unit rumah, 327 unit tempat ibadah,
mewujudkan kesejahteraan umum, salah satunya 265 unit sekolah, perkantoran 78 unit, toko 362 unit,
perlindungan terhadap bencana. Penanggulangan jalan 168 titik retak, jembatan 7 unit dan sebagainya.
dan pengurangan risiko bencana merupakan rencana Kerusakan dan kerugian dari bencana ini mencapai
pemerintah (Rencana Pembangunan Jangka Me- 13,82 trilyun rupiah.(Purnama, 2019)
nengah Nasional 2015-2019) yang dilandasi dari Bencana gempabumi Palu-Donggala pada tanggal
kenyataan bahwa Indonesia terpapar oleh berbagai 28 September 2018 telah memicu bencana lainnya
fenomena alam yang berpotensi menimbulkan resiko yaitu longsoran, tsunami dan liquifaksi di Sulawesi
bencana. Hal ini menjadikan Indonesia dikenal Tengah. Ada 4 kabupaten/kota yang terdampak
sebagai sebagai “supermarket bencana” meski langsung oleh bencana tersebut yaitu Kota Palu,
dianggap cukup baik. Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi dan Kabupaten
Kota Palu, ibukota Provinsi Sulawesi Tengah Parigi Moutong. Jumlah kerusakan dan korban jiwa
tercatat sebagai daerah rawan gempa karena yang paling besar di Kota Palu akibat gempabumi
memiliki aktivitas tektonik tertinggi di Indonesia. dan tsunami 28 September 2018, menunjukkan
Pasalnya, di Kota Palu terdapat patahan kerak Bumi bahwa mitigasi bencana di Kota Palu, merupakan hal
(sesar) berdimensi cukup besar yang dikenal dengan yang perlu serius untuk dikaji, karena Kota Palu
nama sesar Palu- Koro. Sesar Palu-Koro memanjang merupakan ibukota Propinsi Sulawesi Tengah
sekitar 500 kilometer mulai dari Selat Makassar dengan jumlah penduduk dan pembangunan paling
sampai Pantai Utara Teluk Bone. Di Kota Palu, sesar besar dibanding kota/kabupaten lainnya.(Kurniawan
melintas dari Teluk Palu masuk ke wilayah daratan, et al., 2019). Berdasarkan data-data tersebut dengan
memotong jantung kota sampai ke Sungai Lariang di tingginya jumlah korban jiwa dan kerugian harta
Lembah Pipikoro. (Rahman, 2018)(Purnama, 2019) benda menjadi indikasi bahwa masih lemahnya
Daerah Sulawesi adalah salah satu daerah yang manajeman bencana, baik sebelum bencana, ketika
rawan bencana gempa bumi. (Nursiah, L. terjadi bencana maupun setelah terjadinya bencana
2017)(Wati, Tawulo, Prasetya, & Rezal, 2019). Pada di Indonesia. Artinya kita perlu belajar lebih banyak
tahun 2018 silam, terjadi pergerakan lempeng di lagi tentang manajemen bencana berkaca dari
daerah yang berbeda di Indonesia, menyebabkan rentetan peristiwa bencana alam yang terjadi di
beberapa kota mengalami gempa bumi dengan Indonesia. (Hasrul Hadi, Sri Agustina, 2019)
kekuatan yang besar. Salah satunya terjadi di Kota Manajemen bencana (disaster managemen)
Palu, Sulawesi Tengah, yang juga merupakan salah dapat diartikan sebagai rangkaian fase atau tahapan
satu kota dengan tingkat rawan bencana yang tinggi. penanggulangan bencana yang meliputi 1) mitigasi
Tidak hanya menimbulkan gempa bumi, namun juga (mitigation) merupakan upaya yang dilakukan untuk
tsunami dan fenomena likuifaksi yang sangat jarang mengurangi dampak buruk dari suatu ancaman.
terjadi juga menimpa Kota Palu.(Handoyo & Misalnya penataan kembali lahan desa agar
Wonoseputro, 2019) terjadinya banjir tidak menimbulkan kerugian besar;

Page 2 of 8 ©JPAG Volume 1 Nomor 2. Oktober 2019. ISSN: 2684-8406 (print); 2685-1032 (online)
2) kesiap-siagaan (preparedness) yaitu persiapan dalam bentuk dokumen pendukung dan hasil
rencana untuk bertindak ketika terjadi wawancara lapangan.
(kemungkinan akan terjadi) bencana. Perencanaan Teknik pengumpulan data dilakukan dalam
terdiri dari perkiraan terhadap kebutuhan- beberapa tahap. Pertama dengan mengumpulkan
kebutuhan dalam keadaan darurat dan identifikasi data primer dalam bentuk survei awal tentang
atas sumber daya yang ada untuk memenuhi manajemen bencana alam di Palu. Kemudian pada
kebutuhan tersebut. Perencanaan ini dapat tahap selanjutnya dilakukan analisis dan
mengurangi dampak buruk dari suatu ancaman; pengumpulan dokumen terkait tata kelola serta
tanggap darurat (emergency respons) yaitu upaya kebijakan mitigasi bencana. Kemudian langkah
untuk menyelamatkan jiwa dan melindungi harta terakhir adalah menarik kesimpulan dari hasil
serta menangani gangguan kerusakan dan dampak analisis yang diperoleh.
lain suatu bencana.(Hasrul Hadi, Sri Agustina, 2019).
Kejadian bencana alam tahun 2018 di Palu, Sigi dan HASIL DAN DISKUSI
Donggala menjadi bukti bahwa ketiga kota tersebut Secara geografis, Kota Palu terletak antara 00,36”
harus mematangkan kegiatan mitigasi bencana di – 00,56” Lintang Selatan dan 1190,45”-1210,1” Bujur
segala aspek.(Kasman, 2019). Timur, tepat berada di bawah garis khatulistiwa
Carter membagi ke dalam dua metode, yakni dengan ketinggian 0 - 700 meter dari permukaan
mitigasi fisik dan mitigasi nonfisik. Mitigasi fisik laut. Kota Palu terdiri dari 8 Kecamatan, yaitu:
(Structure Mitigation) merupakan keseluruhan 1. Kecamatan Palu Barat: Kelurahan Ujuna, Baru,
upaya yang bertujuan meminimalisir risiko bencana Siranindi, Kamonji, Balaroa dan Lere.
dan dampaknya melalui pembangunan infrastruktur. 2. Kecamatan Tatanga: Kelurahan Duyu, Pengawu,
Mitigasi nonfisik (Non Structure Mitigation) Palupi, Tawanjuka, Boyaoge dan Nunu.
merupakan keseluruhan upaya yang bertujuan untuk 3. Kecamatan Ulujadi: Kelurahan Donggala Kodi,
mengurangi risiko bencana dan dampaknya dengan Kabonena, Silae, Tipo, Buluri dan Watusampu.
cara meningkatkan kemampuan baik fisik maupun 4. Kecamatan Palu Selatan: Kelurahan Birobuli
teknik melalui kegiatan yang dapat meningkatkan Selatan, Petobo, Birobuli Utara, Tatura utara,
kapasitas pemerintah dan masyarakat dalam dan Tatura Selatan.
menghadapi bencana.(Sosial, 2016). Berdasarkan 5. Kecamatan Palu Timur: Besusu Barat, Besusu
Undang-undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Tengah, Besusu Timur, Lolu Utara dan Lolu
Penanggulangan Bencana yang antara lain Selatan.
mengamanatkan pembentukan Badan Nasional 6. Kecamatan Mantikulore; Kelurahan Talise,
Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Tanamodidi, Lasoani, Kawatuna, Poboya, Tondo,
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Adapun Layana Indah dan Talise
Peraturan Daerah (Perda) No 02 Tahun 2009 tentang 7. Kecamatan Palu Utara; Kelurahan Mamboro,
tugas dan fungsi Badan Penanggulangan Bencana Taipa, Kayumaleo Pajeko, Kayumaleo Ngapa, dan
Daerah Kota Palu. BPBD, merupakan Mamboro Barat.
lembaga pemerintah non departemen yang 8. Kecamatan Tawaeli: Kelurahan Panau, Lambara,
melaksanakan tugas penanggulangan bencana di Baiya, Pantoloan dan Pantoloan Boya (BPS,
daerah baik provinsi maupun 2017), (Kurniawan et al., 2019)
Kabupaten /Kota dengan berpedoman pada
kebijakan yang ditetapkan oleh Badan Nasional Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,
Penanggulangan Bencana (BNPB). mengamanatkan bahwa Negara Republik Indonesia
berkewajiban melindungi segenap bangsa Indonesia
METODE dan seluruh tumpah darah Indonesia. Dalam hal ini
Metode penelitian kualitatif dengan pendekatan perlindungan terhadap kehidupan dan penghidupan
fenomenologi diterapkan melalui proses termasuk perlindungan atas bencana dalam rangka
menganalisis konsep dan wacana serta fakta otentik mewujudkan kesejahtraan umum yang berlandaskan
yang terkandung di lapangan. Konsep yang dimaksud pancasila telah dituangkan dalam Undang-Undang
adalah konsep manajemen mitigasi bencana pada Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
pemerintah kota Palu . Jenis data dalam penelitian Bencana. Dalam pasal 18 ayat (1) Undang-Undang
ini terdiri dari data primer strategi pemerintah Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
dalam menangani korban bencana, data digunakan Bencana disebutkan bahwa : pemerintah daerah
sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 membentuk

Page 3 of 8 ©JPAG Volume 1 Nomor 2. Oktober 2019. ISSN: 2684-8406 (print); 2685-1032 (online)
Badan Penanggulangan Bencana Daerah, maka ada beberapa kelurahan yang sudah dilaksanakan,
pemerintah Republik Indonesia malalui Mentri termasuk pemasangan rambu evakuasi kemudian
Dalam Negri menetapkan Peraturan Mentri Dalam titik kumpul. Adapun belum maksimalnya program
Negri Nomor 46 Tahun 2008 Tentang Pedoman disebabkan karena dalam hal rencana kontijensi
Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan bahwasanya terkendala di anggaran Faktor
Bencana Daerah. perencanaan salah satunya adalah anggaran.
Berdasarkan ketentuan tersebut, serta mengacu memperbaharui rencana kontijensi butuh biaya yang
Kepada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun mahal sampai pada masa akhir tidak ada
2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, maka keberlanjutan. Anggaran itu besar untuk pembuatan
Pemerintah daerah kota Palu melalui Walikota Palu atau pembaharuan kembali rencana kontijensi.
dengan persetujuan bersama Dewan Perwakilan Peringatan dini, di kota Palu sangat-sangat kurang
Rakyat daerah kota Palu menetapkan Peraturan terkait untuk tsunami. Serta mitigasi dalam hal
daerah kota Palu Nomor 2 Tahun 2009 Tentang infrastruktur masih perlu di tingkatkan.”
Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Perencanaan Peringatan dini Meteorologi melihat
Bencana Daerah Kota Palu, yang ditetapkan pada dari data satelit BMKG selanjutnya melihat dari
tanggal 24 April 2009, dan selanjutnya pada hari beberapa metode seperti angina, daerah bagaimana
Kamis tanggal 4 Juni 2009 Walikota Palu telah cuaca sebelumnya. Kendala di bagian metode, hanya
melantik pejabat Eselon II.b, Eselon III.b dan Eselon mengandalkan satelit dan program saja. Dan untuk
IV.a Badan Penanggulangan Bencana daerah kota peringatan dini bergantung pada radar.
Palu, yang mana Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Perencanaan peringatan dini geofisika untuk
Satuan Organisasi pada Badan Penanggulangan gempa maupun tsunami di kantor Badan Meteorologi
Bencana daerah kota Palu yang ditetapkan pada Klimatologi dan Geofisika kota Palu belum
tanggal 28 Juli 2009. sepenuhnya tepat sasaran maupun tujuan
Dengan demikian Nampak bahwa Badan dikarenakan masih adanya kendala seperti kendala
Penanggulangan Bencana daerah kota Palu yang terbesar adalah yang pertama yaitu dana, karena
merupakan bagian dari Satuan Kerja Perangkat peringatan dini itu adalah sebuah sistem dan
daerah kota Palu Memiliki peran strategis dan peralatan alat perekam misalnya dalam hal ini sensor
tanggung jawab dalam Penyelenggaraan pengamat gempanya lumayan mahal selected
Penanggulangan Bencana di daerah kota Palu. sensornya lalu sistim komunikasinya mahal. Sirine
Berdasarkan hasil dokumen dan studi lapangan Tsunami/INETWS Indonesia early tsunami warning
bahwa dalam melakukan mitigasi bencana di kota system hanya ada satu di kota Palu dikarenakan
Paludi perlukan suatu tindakan yang teratur dan harganya mencapai 1 Miliar per Unitnya.
sistematis dalam mitigasi bencana, maka untuk Pengorganisasian
menyelesaikan masalah tersebut di butuhkan suatu Pengorganisasian pada kantor BPBD kota Palu,
manajemen sehingga proses mitigasi bencana dapat tujuan dan sasaran ialah masyarakat pelaksanaan
terlaksana dengan baik dan benar. Dalam program kerja dari BPBD tidak jalan sendiri, banyak
melaksanakan manajemen mitigasi bencana hal-hal organisasi perangkat daerah (OPD) internal kota
yang perlu di perhatikan ialah : Perencanaan, Palu yang menjadi mitra. Yaitu, Badan pemerintah
Pengorganisasian, Penyusunan pegawai, Pengarahan, daerah (BAPEDA) mitra dalam
Koordinasi, pelaporan dan penganggaran. Untuk penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah
mengetahui penerapan indikator manajemen OPD yang teknis BPBD koordinasi yang lebih di
mitigasi bencana maka dilakukan penelitian dan tekankan eksekusi dan teknisnya dinas terkait.
wawancara sebagai berikut : Seperti dinas pekerjaan umum (PU), dinas kebakaran
Perencanaan (Damkar), serta Dinas Sosial dll. juga bermitra
Perencanaannya mengacu kepada rencana dengan lembaga swadaya masyarakat LSM-LSM lokal
pembangunan jangka panjang RPJMD karena lini terkait kebencanaan. selalu melakukan rapat
komando daerah masuklah namanya RPJMD. koordinasi lintas sektoral melibatkan OPD lain OPD
Turunan dari RPJPD, RPJMD itu 5 Tahun RPKP per teknis yang terkait tentang kebencanaan.
20-25 tahun. Perencanaan di kantor Badan Penyusunan Pegawai
Penanggulangan Bencana Daerah kota Palu, dibuat Penempatan pegawai pada kantor BPBD kota Palu
atas dasar tujuan dan sasaran yaitu masyarakat sudah sesuai dengan tupoksinya masing-masing dan
Pertama melaksanakan pelatihan-pelatihan simulasi, ada pembinaan sebelumnya dari BPBD baik untuk
kemudian membentuk kelurahan tanguh bencana BPBD maupun bagi relawan yang dibentuk di

Page 4 of 8 ©JPAG Volume 1 Nomor 2. Oktober 2019. ISSN: 2684-8406 (print); 2685-1032 (online)
kelurahan tangguh bencana. Dan sumber daya itu dibuatkan laporan per-kejadian. Kemudian terkait
manusia terbilang sumber dayanya tidak kuat. mingguan, membuat rekapitulasi mingguan. Segera
Karena PNS di kantor BPBD ini hanya 33, tenaga merilis namun belum di keluarkan ke publik masih di
honorer 27 total 60. Sedangkan harus menangani bagi ke pusat. Pusat yang justifikasi setiap 3 hari. Jika
90.000an masyarakat kota palu. Pegawai Harus di cuaca tiap-tiap jam melapor karena
terlatih semua, bagaimana terlatih menyelamatkan pengamatannya 1x24 jam dikali 365 jadi setiap jam
masyarakat. Sedangkan untuk desa tangguh bencana mengirim data dikirim ke Jakarta dan di pertukarkan
itu dari masyarakat yang nantinya menjadi relawan internasional, ke Badan Meteorologi Dunia.
di desanya. Dan dilakukan bimbingan oleh bidang
pencegahan dan kesiapsiagaan BPBD kota Palu.
Pengarahan
Aspek komando Badan Penanggulangan Bencana Penganggaran
daerah kota Palu yaitu, Departemen dalam negri Mekanismenya pertama mengusulkan rancangan
asasnya Undang-undang, komandonya BPBD maka tahunan ke tim anggaran pemerintah daerah (TAPB)
asasnya adalah keputusan presiden, karena badan lalu setalah itu, dimasukan RAPBD setelah itu ke DPR
setingkat mentri. Komando berada di sekertaris disahkan menjadi anggaran pendapatan belanja
daerah badan pelaksana melaksanakan komandonya. daerah (APBD). Dalam hal pembiayaannya, secara
Kepala pelaksana BPBD kota Palu eselon 2B, kepala APBD akan dimasukan ke rancangan APBD akan
Dinas PU 2B kepala dinas keuangan eselon 2B, disahkan DPR, ada yang 5 tahun ada yang 20 tahun
tataruang eselon 2B. Yang bisa memerintah itu yang ada yang tahunan itu di sebut dengan (RKPD)
setingkat diatasnya harus sekertaris daerah yang rencana kerja pemerintah daerah. Desa tangguh
memerintah. Sistem komando untuk peringatan dini bencana anggaran diajukan sekian tahun
dengan mengarahkan satu sama lain. mengajukan anggaran ke pemerintah kota.
Koordinasi Tergantung kemampuan daerah. BMKG kota Palu,
BPBD kota Palu melakukan koordinasi antar lintas sumber dananya adalah dari anggaran pendapatan
pemerintah dan non pemerintah yaitu, kepolisisian, belanja Negara (APBN) dari pusat. Kemudian dalam
TNI, Basarnas, Dinas sosial, Dinas kesehatan dll. OPD- penganggaranya setiap BMKG daerah mengusulkan
OPD semua mempunyai tugas dengan fungsi perwilayah. Disesuaikan dengan kearifan lokal
teknisnya. Ada NGO-NGO sifatnya koordinatif mitra disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang ada.
kerja antara pemerintah dan non pemerintah. Selalu Namun implementasinya anggaran untuk
koordinasi melalui rapat-rapat, bimbingan teknis pengurangan resiko bencana baik untuk mitigasi
melalui program dengan cara mengundang pihak bencana maupun peringatan dini masih terbilang
terkait baik secara formal maupun informal. BMKG kurang dalam pendaannnya.
kota Palu dengan melakukan koordinasi dengan Faktor Pendorong dalam Manajemen Mitigasi
jejaring publik, jejaring terkait kemanan seperti Bencana
tentara dan kepolisian serta gubernur dan walikota. Banyaknya dukungan yang diberikan oleh
Koordinasi tersebut dilakukan melaui saling berbagai pihak luar BPBD, seperti organisasi
menghubungi pihak terkait menggunakan media masyarakat, komunitas masyarakat, organisasi
yang ada telephon, sms, email, radio, tv, melalui perangkat daerah (OPD) terkait, hingga relawan-
jejaring media sosial. relawan yang terbentuk dari desa tangguh bencana.
Pelaporan Faktor Penghambat dalam Manajemen Mitigasi
Pelaporan yang ada pada kantor BPBD kota Palu Bencana
dalam kondisi normal, BPBD kota palu mempunyai 1. Minimnya Sumber Daya Manusia
laporan yang di sebut dengan tim evaluasi dan Secara kuantitas, jumlah pegawai BPBD kota
pengawasan realisasi anggaran (TEPRA) ada laporan Palu dan BMKG kota Palu yang bekerja masih
rutin setiap bulan ada evaluasi setiap bulan tetapi sangat kurang. Sehingga terjadi rangkap tugas dan
jika dalam kondisi bencana mempunyai laporan- pekerjaan. Untuk meningkatkan manajemen
laporan khusus kebencanaan. Sistem pelaporan ada mitigasi bencana yang baik harus memiliki SDM
di (pusdalops) pusat pengendalian operasi sistem yang memadai sebab seorang yang dipercayakan
kerjanya 1x24 jam. Pusdalops setiap bulan dibuatkan oleh atasanya harus melaksanakan tugasnya
laporannya, ada ataupun tidak ada bencana, dengan baik. Sumber daya manusia dari
dilaporkan setiap bulan rutin, cuaca, angin, curah keterampilan dan komitmen dalam mitigasi
hujan, kemarau, suhu. Untuk kejadian gempa bumi bencana di BPBD kota Palu belum maksimal di

Page 5 of 8 ©JPAG Volume 1 Nomor 2. Oktober 2019. ISSN: 2684-8406 (print); 2685-1032 (online)
lakukan, dimana keterampilan dan komitmen dari implementasi pengorganisasian, seorang pimpinan
petugas perlu di tingkatkan lagi agar bisa menentukan apa pekerjaan (jenis/sifat pekerjaan),
mendukung manajemen ke arah yang lebih baik. siapa yang akan melakukan apa, unit-unit kerjanya,
2. Pengadaan Sarana dan Prasarana bagaimana pekerjaan dilakukan, kapan dan dimana
Minimnya sarana prasarana evakuasi dan pekerjaan dilakukan, fasilitas serta biaya kegiatan.
pertolongan dalam penanggulangan bencana Ketiga bahwa Proses penyusunan pegawai telah
dalam rangka melakukan pencegahan, sesuai dengan tupoksinya masing-masing, karena
pengurangan resiko bencana, mitigasi bencana, telah mendapatkan pembinaan, namun dalam
pertolongan dan evakuasi dan pemulihan darurat perekrutan tenaga kerja terdapat keterbatasan
terjadi pada saat bencana serta rehabilitasi dan anggaran sehingga sumber daya manusia yang ada
rekonstruksi pada pasca bencana, diperlukan masih terbilang kurang, sedangkan beban kerjanya
peralatan yang memadai dan sesuai dengan lebih besar dari pada jumlah SDM. Oleh sebab itu,
kejadian bencananya. Selama ini BPBD memiliki pemilihan dan penempatan yang sesuai dengan
keterbatasan dalam sarana prasarana hingga saat kualifikasi akan berdampak baik dalam menentukan
ini masih memerlukan diantaranya vertical keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi.
rescue, water rescue, alat berat lainnya. Belum Keempat bahwa dalam pemberian komando
meratanya sistem peringatan dini early warning masih adanya kendala seperti belum sepenuhnya
system (EWS) wilayah kota Palu. memahami garis komando dan terdapat ego sektoral
3. Keterbatasan Anggaran dapat menjadi penghambat dalam berjalannya
Keterbatasan anggaran dalam mendukung sebuah program. Sehinga masih perlunya keseriusan
kegiatan atau program di setiap tahapan bencana. amanah dalam hal jabatan yang di emban dan jangan
Penganggaran khsusunya untuk pengurangan ada unsur ego sektoral saling membantu dapat
resiko bencana masih sangat minim, di karenakan mencapai tujuan yang maksimal. Karena kesamaran
bencana masih di anggap belum prioritas dan perintah dan saran yang diberikan oleh manajer
jangka panjang, Sedangkan dalam NAWACITA ke kepada bawahan akan memberikan dampak negatif
Tujuh bahwa penganggaran untuk bencana di dalam pelaksanaannya. Salah satunya adalah
utamakan. Namun implementasinya masih bawahan ragu melaksanakan kerja sehingga
kurang. Begitu pula untuk pendanaan peringatan penyelesaian pekerjaan akan mengalami
dini di BMKG kota Palu masih minim dana. keterlambatan.
Kelima bahwa koordinasi dalam melaksanakan
KESIMPULAN komitmennya beberapa dinas maupun OPD-OPD
Faktor utama dalam perencanaan kantor BPBD masih kurang serta ketersedian pihak tersebut dalam
dan BMKG dalam mitigasi bencana kota Palu yaitu, menjalankan program menjadi kendala dalam
terkait keselamatan manusia/masyarakat sedangkan berjalannya proses koordinasi. Berdasarkan hasil
kesulitan yang di hadapi dalam melaksanakan analisis peneliti, kejadian ini akibat dari kurang
perencanan yaitu, minimnya dana, sarana perhatian dari berbagai pihak pemerintah.
prasaranan masih kurang dan SDM yang belum Koordinasi sangat penting dalam suatu organisasi,
memadai, serta kurangnya respon masyarakat pada agar orang-orang dan pekerjaannya diselaraskan
saat simulasi bencana yang menjadi kendala dalam serta diarahkan untuk pencapaian tujuan. Serta
menerapkan perencanaan. Dimensi yang ikut untuk mencegah terjadinya kekacauan percekcokan
mempengaruhi proses perencanaan, yaitu: kebijakan, pekerjaan. Pelaporan 1x24 jam yang dilakukan oleh
pengambilan keputusan, kreatifitas, dan pengaruh pusdalops. BPBD kota Palu mempunyai laporan yang
eksternal. di sebut dengan (TEPRA) tim evaluasi dan
Kedua dalam pengelompokan pekerjaan sudah pengawasan realisasi anggaran, ada laporan rutin
sesuai dengan tupoksinya terhadap wewenang yang setiap bulan ada evaluasi setiap bulan tetapi jika
di berikan. Adapun yang menjadi kendala pada dalam kondisi bencana mempunyai laporan-laporan
ketersediaan organisasi tersebut dalam menyediakan khusus kebencanaan. Sedangkan kantor BMKG kota
hal yang di butuhkan serta sistem komando, maupun Palu terdapat 3 UPT dimana dalam kejadian
waktu dan koordinasi. Adapun kendala dalam proses kegempaan terdapat laporan per-kejadian,
penetapan yang akan dilakukan sebaiknya bisa sedangkan untuk masalah di cuaca tiap-tiap jam
menjadi alat pertimbangan dalam aktivitas yang akan melapor karena pengamatannya 1x24 jam. Peneliti
dilakukan nantinya sehingga dalam proses organisasi menganalisis bahwa data dan waktu menjadi kendala
berjalan dengan baik dan efektif. Oleh sebab itu dalam proses pelaporan sehingga akan
mengakibatkan laporan menjadi kurang maksimal.

Page 6 of 8 ©JPAG Volume 1 Nomor 2. Oktober 2019. ISSN: 2684-8406 (print); 2685-1032 (online)
Anggaran merupakan hal yang sangat penting a ‘ Collaborative Advantage ’
dalam suatu program, selanjutnya anggaran akan COLLABORATIVE DECISION-MAKING IN
berpengaruh juga terhadap keberhasilan dari SEARCH OF A ‘ COLLABORATIVE
program tesebut. Sama halnya dengan program ADVANTAGE .’ Public
mitigasi bencana maupun peringatan dini, anggaran Management Review, 18(6), 819–841.
yang di berikan di rasa belum mencukupi untuk https://doi.org/10.1080/14719037.2015.104
proses pengurangan resiko bencana. Pada 5 019
kenyataannya masih kurang, banyak fasilitas seperti Emerson, K., Nabatchi, T., & Balogh, S. (2011).
rambu-rambu evakuasi, jalur evakuasi serta An Integrative Framework for
perngatan dini di kota Palu masih minim di akibatkan Collaborative Governance, (June 2009),
anggaran untuk program tersebut masih terbilang 1–29.
sangat kurang. Faktor yang menjadi pendorong yaitu https://doi.org/10.1093/jopart/mur011
banyaknya dukungan yang diberikan oleh berbagai Frederickson, H. G. (n.d.). The Public Administration
pihak luar BPBD, seperti organisasi masyarakat, Theory Primer. (H. G. Frederickson;, K. B.
komunitas masyarakat, organisasi perangkat daerah Smith;,
(OPD) terkait, hingga relawan-relawan yang
terbentuk dari desa tangguh bencana. Adapun faktor
penghambat dalam pencapaian tujuan manajemen
mitigasi bencana

PENGAKUAN
Terimkasih kepada seluruh fihak yang telah
membantu dalam hal penyelesaian paper ini, kepada
aparatur pemerintah Kota Palu, Pemerintah Provinsi
Sulawesi Tengah serta Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik diucapkan banyak terima kasih. Juga
kepada para team peneliti, dosen dan mahasiswa,
terimakasih atas kerjasamanya.

REFERENSI
Aitsi-selmi, A., Egawa, S., & Sasaki, H. (2015). The
Sendai Framework for Disaster Risk Reduction
: Renewing the Global Commitment to People ’
s Resilience , Health , and Well-being.
International Journal of Disaster Risk
Science, 6(2), 164–176.
https://doi.org/10.1007/s13753-015-0050-
9 Cordero-reyes, A. M., Palacios, I., Ramia, D.,
West, R., Valencia, M., Ramia, N., … Grunauer, M.
(2016).
Natural disaster management : experience of
an academic institution after a 7 . 8 magnitude
earthquake in Ecuador. Public Health, 144,
134– 141.
https://doi.org/10.1016/j.puhe.2016.12.00
3 Daswati, D., Samad, M. A., & Wekke, I. S. (2019).
Collaborative Governance Dalam Pengelolaan
Integrated Community Shelter Pasca Bencana
Di Kota Palu Collaborative Governance in the
management of Integrated Community
Shelters post disaster ( ICS ) in the City of Palu.
Doberstein, C. (2017). Designing Collaborative
Governance Decision- Making in Search of

Page 7 of 8 ©JPAG Volume 1 Nomor 2. Oktober 2019. ISSN: 2684-8406 (print); 2685-1032 (online)
Ch ristopher W. Larimer;, & and Michael J. Rusydi, M., Efendi, R., Sandra, & Rahmawati.
Licari, Eds.) (second edi). University of (2018). Earthquake Hazard Analysis Use
Kansas: Library of Congress Cataloging. Vs30 Data in Palu. Journal of Physics:
Gempabumi Sulteng. (n.d.). Conference Series, 979(1).
K, A. C., & Elsevier, P. H. (2017). This is a https://doi.org/10.1088/1742-
repository copy of The 2015 Nepal 6596/979/1/012054
earthquake disaster : lessons learned one Samad, M. A., & Hardi, R. (2019). Kepemimpinan
year on . White Rose Research Online URL Transformasional Walikota Makassar (
for this paper : Version : 2014- 2019 ) pada Program Makassar Tidak
Accepted Version Proceedings Paper : authors Rantasa ( MTR ), 5(1), 46–50.
) ( 2017 ) The 2015 Nepal earthquake disaster Sendai Framework for Disaster Risk Reduction
: lessons learned one year on . In : Authors : 2015 - 2030 1. (2015).
The School of Health and Related Research , Summary, R. (2017). Collaborative environmental
the University of Sheffield , UK. governance: Achieving collective action in
Making local partnerships work for disaster social- ecological systems, 1114(August).
risk reduction - Humanitarian Practice https://doi.org/10.1126/science.aan1114
Network. (n.d.). Technical, E. E. A. (2010). Mapping the impacts
Newig, J., Challies, E., Jager, N. W., & of natural hazards and technological
Kochskaemper, E. (2018). The accidents in Europe An overview of the last
Environmental Performance of Participatory decade. https://doi.org/10.2800/62638
and Collaborative Governance : A Wekke, I. S., Rajindra, R., Pushpalal, D., Samad,
Framework of Causal Mechanisms, 46(2), M. A., Yani, A., Umam, R., & Presented, P.
269– (n.d.).
297. https://doi.org/10.1111/psj.12209 Educational Institution on Responding
Rajindra, R., Suardi, I., & Sabara, Z. (2019). Disasters in Palu of Indonesia.
Diversity ,
Resilience , and Tragedy : Three Disasters in
Palu of Indonesia, 5(2), 1592–1607.

Page 8 of 8 ©JPAG Volume 1 Nomor 2. Oktober 2019. ISSN: 2684-8406 (print); 2685-1032 (online)

Anda mungkin juga menyukai