Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Manajemen Resiko dan Hirarki Pengendalian Resiko

Disusun Oleh :
Kelompok 4 (D3 Keperawatan Tk.3)
1. Annisa Rizky Nurfauzi P07220119004
2. Achmad Ubaidillah Zein P07220119051
3. Aprillia Delita Dinanda P07220119056
4. Aulia Ambar P07220119063
5. Efvy Margarenda Isabel P07220119012
6. Friska Anggela Patanta P07220119072
7. Ika Juwita P07220119020
8. Muhammad Dhiva Pramana P07220119028
9. Riska Sofia Indriani P07220119036
10. Suciana Safadina P07220119044
11. Tazkia Nadifa P07220119090
12. Yudha Dharma Putra P07220119095

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur


Program Studi D-III Keperawatan Samarinda
Tahun 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat kesehatan dari-Nya, kami dapat
menyusun dan menyelesaikan makalah ini sesuai dengan yang diharapkan. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapak Ns. Lukman
Nulhakim, S.Kep.,M. Kep pada mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Manajemen Resiko dan Hirarki
Pengendalian Resiko bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Ns. Lukman Nulhakim, S.Kep., M. Kep, selaku
dosen mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Samarinda,4 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………….2
C. Tujuan……………………………………………………………………………...2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja........................................................3
B. Pengertian Metode Hirarki......................................................................................3
C. Pengertian Resiko....................................................................................................4
D. Pengertian Pengendalian Bahaya.............................................................................4
E. Hirarki Pengendalian Resiko...................................................................................5
F. Rambu K3................................................................................................................7

BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................................14
B. Saran........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kondisi  keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum
diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi yang buruk jauh di
bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi  tersebut mencerminkan kesiapan
daya saing perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit
menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja
(produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu
tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi
dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus
bersifat manusiawi atau bermartabat.
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak lama. 
Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan
pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja
semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Di era globalisasi dan pasar bebas
WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja
merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang
dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa
Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja
Indonesia; telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di
masa depan, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga
dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada
akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.Kecelakaan kerja tidak saja
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat
mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan
berdampak pada masyarakat luas.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan
dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka
kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa Negara maju (dari beberapa pengamatan)
menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi
karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang
memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat
pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992
tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan
upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat
1
dan lingkungan disekitarnya.Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan
hidupnya. Dalam bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat
penting untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam
bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat
meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai
kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan
kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2. Apa Pengertian Metode Hirarki
3. Apa pengertian Resiko
4. Apa pengertian Pengedalian Bahaya
5. Apa saja tahap Hirarki Pengedalian Resiko
6. Apa saja rambu K3

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian keselamatan dan kesehatan kerja
2. Untuk mengetahui pengertian metode hirarki
3. Untuk mengetahui pengertian resiko
4. Untuk mengetahui pengertian pengendalian bahaya
5. Untuk mengetahui apa saja tahap hirarki pengendalian resiko
6. Untuk mengetahui rambu K3

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Menurut Mondy (2008) keselamatan kerja adalah perlindungan karyawan dari luka-luka yang
disebabkan oleh kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan. Resiko keselamatan meru

pakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan
aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan
pendengaran.

Sedangkan kesehatan kerja menurut Mondy (2008) adalah kebebasan dari kekerasan fisik.
Resiko kesehatan merupakan faktor- faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi
periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stres emosi atau gangguan fisik.

B. Pengertian Metode Hirarki


Menurut Rositasari (2015) Metode HIRARC adalah metode yang digunakan dalam rangka
menurunkan tingkat risiko bahaya kerja, didalamnya terdiri dari tiga tahapan penelitian,
diantaranya tahap identifikasi bahaya (hazard identification), penilaian risiko (risk assessment),
dan pengendalian risiko (risk control).

1.) Identifikasi bahaya (hazard identification)


Bahaya merupakan segala sesuatu yang dapat menimbulkan cedera pada manusia atau
kerusakan pada alat dan lingkungan kerja. Terdapat berbagai macam jenis bahaya, diantaranya
bahaya fisik, bahaya kimia, bahaya mekanik, bahaya elektrik, bahaya ergonomic, bahaya
kebiasaan, bahaya lingkungan, bahaya biologi, dan bahaya psikologi. Untuk melihat dan
mengidentifikasi adanya bahaya tersebut dapat dilihat pada area berikut:

a. Hazard identification checklist.


b. Workplace inspection (observation and interview)
c. Task safety analysis or job hazard analysis.
d. Accident and incident investigations

3
C. Pengertian Resiko
Risiko merupakan kemungkinan situasi atau keadaan yang dapat mengancam
pencapaian tujuan serta sasaran sebuah organisasi atau individu. (Pramana, 2011).
Matriks tingkat resiko
Keterangan Tingkat Risiko:

1. Negligible (N), dengan Nilai Risiko 1


2. Low (L), dengan Nilai Risiko 2 – 4
3. Moderate (M), dengan Nilai Risiko 5 – 8
4. High (H), dengan Nilai Risiko 9 – 15
5. Extreme (E), dengan Nilai Risiko 16 – 25

D. Pengertian pengendalian bahaya


Pengertian bahaya (hazard) ialah semua sumber, situasi ataupun aktivitas
yang berpotensi menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) dan atau penyakit akibat
kerja (PAK) definisiberdasarkan OHSAS 18001:2007. Secara umum terdapat 5 (lima)
faktor bahaya K3 di tempatkerja, antara lain : faktor bahaya biologi(s), faktor
bahaya kimia, faktor bahaya fisik/mekanik, faktor bahaya biomekanik serta faktor
bahaya sosial-psikologis.Pengendalian merupakan salah satu bagian dari manajemen.
Pengendalian dilakukan dengan tujuan supaya apa yang telah direncanakan dapat
dilaksanakan dengan baik sehingga dapat mencapai target maupun tujuan yang ingin
dicapai. Pengendalian memang merupakan salah satu tugas dari manager. Satu hal
yang harus dipahami, bahwa pengendalian dan pengawasan adalah berbeda karena
pengawasan merupakan bagiandari pengendalian. Bila pengendalian dilakkan dengan
disertai pelurusan (tindakan korektif), maka pengawasan adalah pemeriksaan di
lapangan yang dilakukan pada periode tertentu secara berulang kali. Pengendalian
4
Bahaya Di Tempat Kerja adalah proses yang dilakukan oleh instansi atau
perusahaan dalam mencapai tujuan agar para pekerja di instansi atau perusahaan dapat
menghindari resiko aktivitas yang dapat berpotensi menimbulkan cedera dan
penyakit akibat kerja sebagai tujuan awal dari suatu perusahaan. (Minal,2014).

E. Hirarki Pengendalian Resiko


Menurut Rositasari (2015) Hirarki Pengendalian Risiko ini merupakan hal dasar
yang harus dipahami oleh seluruh praktisi keselamatan dan kesehatan kerja karena
akan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan terkait dengan pengendalian risiko.
Tujuan hirarki pengendalian risiko adalah untuk menyediakan pendekatan sistematik
guna peningkatan keselamatan dan kesehatan, mengeliminasi bahaya dan mengurangi
atau mengendalikan risiko keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam hirarki
pengendalian bahaya, pengendalian yang lebih atas disepakati lebih efektif daripada
pengendalian yang lebih bawah. Kita bisa mengkombinasikan beberapa pengendalian
risiko dengan tujuan agar berhasil dalam mengurangi risiko terkait dengan
keselamatan dan kesehatan kerja kepada level yang serendah mungkin yang dapat
dikerjakan dengan pertimbangan (as low as reasonably practicable).

Berikut adalah 5 tahap hirarki pengendalian risiko berdasarkan ISO 45001:

1. Eliminasi
Eliminasi berarti menghilangkan bahaya. Contoh tindakan eliminasi adalah berhenti
menggunakan zat kimia beracun, menerapkan pendekatan ergonomic ketika merencanakan
tempat kerja baru, mengeliminasi pekerjaan yang monoton yang bisa menghilangkan stress
negatif, dan menghilangkan aktifitas forklift dari sebuah area.

2. Substitusi
Substitusi berarti mengganti sesuatu yang berbahaya dengan sesuatu yang memiliki bahaya
lebih sedikit. Contoh tindakan substitusi adalah mengganti aduan konsumen dari telepon ke
on line, , menggnti cat dari berbasis solven ke berbasis air, mengganti lantai yang berbahan
licin ke yang tidak licin, dan menurunkan voltase dari sebuah peralatan.

3. Rekayasa Teknik, Reorganisasi dari Pekerjaan, atau Keduanya

Tahapan rekayasa teknik dan reorganisasi dari pekerjaan merupakan tahapan untuk
memberikan perlindungan pekerja secara kolektif. Contoh perlindungan dalam rekayasa
teknik dan reorganisasi pekerjaan adalah pemberian pelindung mesin, system ventilasi,
mengurangi bising, perlindungan melawan ketinggian, mengorganisasi pekerjaan untuk
5
melindungi pekerja dari bahaya bekerja sendiri, jam kerja dan beban kerja yang tidak sehat

4. Pengendalian Administrasi
Pengendalian administrasi merupakan pengendalian risiko dan bahaya dengan peraturan-
peraturan terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja yang dibuat. Contoh pengendalian
administrasi adalah melaksanakan inspeksi keselamatan terhadap peralatan secara periodik,
melaksanakan pelatihan, mengatur keselamatan dan kesehatan kerja pada aktivitas kontraktor,
melaksanakan safety induction, memastikan operator forklift sudah mendapatkan lisensi yang
diwajibkan, menyediakan instruksi kerja untuk melaporkan kecalakaan, mengganti shift kerja,
menempatkan pekerja sesuai dengan kemampuan dan risiko pekerjaan (missal terkait dengan
pendengaran, gangguan pernafasan, gangguan kulit), serta memberikan instruksi terkait
dengan akses kontrol pada sebuah area kerja.

5. Alat Pelindung Diri


Alat pelindung diri menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 8 Tahun 2010 adalah
suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya
mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. Contoh Alat
Pelindung Diri adalah baju, sepatu keselamatan, kacamata keselamatan, perlindungan
pendengaran dan sarung tangan.

Hierarki Pengendalian Resiko K3

Eliminasi Eliminasi Sumber Bahaya

Substitusi Substitusi Alat/Mesin/Bahan


Tempat Kerja/Pekerjaan
Aman Mengurangi Bahaya

Modifikasi/Perancangan
Perancangan Alat/Mesin/Tempat Kerja yang Lebih
Aman

Administrasi Prosedur, Aturan, Pelatihan, Durasi Tenaga Kerja Aman


Kerja, Tanda Bahaya, Rambu, Mengurangi Paparan
Poster, Label

6
Hierarki Pengendalian Resiko K3

APD Alat Perlindungan Diri Tenaga Kerja

Rambu K3
Rambu K3 Peringatan biasanya memiliki latar belakang warna kuning sebagaimana yang
telah menjadi panduan dalam standard internasional rambu K3. Pyrani dan Reynolds dalam
penelitiannya menyimpulkan bahwa pemberian rambu termasuk poster K3 memiliki
efektifitas 51% setelah 2 minggu dan turun menjadi 11% setelah 4 bulan.
Jenis-jenis rambu K3:
1. Warna Oranye (Warning/Awas/Peringatan)
2. Warna Kuning (Caution/Waspada)
3. Warna Biru (Notice/ Perhatian)
4. Warna Merah (Danger/ Bahaya)
5. Warna Hijau (Emergency/Safety)

Pada hierarki pengendalian risiko, memasang rambu K3 termasuk ke dalam upaya


pengendalian administratif yang bertujuan untuk menghilangkan atau meminimalkan
timbulnya risiko atau bahaya. Para ahli K3 pun menyadari bahwa perusahaan harus
menyampaikan komunikasi K3 secara efektif untuk menciptakan lingkungan kerja
yang aman. Rambu K3 memiliki peranan penting untuk mencapai tujuan tersebut.
7
Rambu K3 berguna untuk:

a. Mengingatkan pekerja atau penghuni gedung tentang potensi bahaya dan bagaimana
menghindari bahaya yang terdapat di area kerja.

b. Memberi petunjuk ke lokasi tempat penyimpanan peralatan darurat.

c. Membantu pekerja atau penghuni gedung lainnya saat proses evakuasi dalam keadaan darurat.

d. Poin plus saat audit K3, membantu perusahaan untuk mendapatkan sertifikasi Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), ISO, OHSAS, dll.

e. Memenuhi persyaratan peraturan keselamatan kerja.

Selain itu pula, pada umumnya berdasarkan bentuknya, rambu K3 tersebut dikelompokkan
(ISO 7010 & ISO 3864-1 edition 2002) menjadi seperti berikut:

8
Contoh rambu K3 yang umum digunakan:
Warning Sign : Bentuk umumnya yaitu Segitiga dengan Warna dasar kuning/ oranye dan
untuk warna gambar dengan garis hitam merupakan simbol untuk menunjukkan bahaya.

Mandatory Sign : Bentuk umumnya yaitu Lingkaran dengan Warna dasar biru, dan untuk
warna gambar dengan putih merupakan simbol instruksi keselamatan.

Prohibition Sign : Bentuk umumnya adalah lingkaran dengan warna dasar putih dan
dikelilingi dengan garis berwarna merah serta gambar utama dengan warna hitam.

9
Fire Sign : Bentuk umumnya adalah segiempat dengan warna dasar merah dan untuk
gambar utama berwarna putih.

Emergency & Direction Sign : Bentuk umumnya adalah segiempat dengan warna dasar
hijau dan untuk gambar utama adalah putih.

10
11
Rambu K3

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemilihan hirarki pengendalian memberikan manfaat secara efektifitas dan
efesiensi sehingga resiko menurun dan menjadi resiko yang bisa diterima (acceptable risk)
bagi suatu organisasi. Secara efektifitas, hirarki control pertama diyakini memberikan
efektifitas yang lebih tinggi dibandingkan hirarki yang kedua. Pengendalian risiko dapat
di lihat dari HIRARKI , antara lain : 1. Eliminasi 2. Subtitusi 3. Rekayasa teknik
reorganisasi dari perkerjaan atau keduanya 4. Pengendalian administrasi 5. Alat pelindung
diri Pengendalian secara Teknis yakni pengendalian yang ditunjukan terhadap sumber
bahaya atau lingkungan : 1. Subtitusi 2. Isolasi 3. Cara basah 4. Merubah proses 5.
Ventilasi keluar setempat ( lokal exhaust ventilation ) 6. Ventilasi umum 7.

13
Ketatarumahtanggaan 8. Mengatur jarak,dimaksudkan 9. Program pemeliharaan yang
cukup. keselamatan kerja adalah perlindungan karyawan dari luka-luka yang disebabkan
oleh kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan. Resiko keselamatan merupakan aspek-
aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik,
terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan
pendengaran. Metode HIRARC adalah metode yang digunakan dalam rangka
menurunkan tingkat risiko bahaya kerja, didalamnya terdiri dari tiga tahapan penelitian,
diantaranya tahap identifikasi bahaya (hazard identification), penilaian risiko (risk
assessment), dan pengendalian risiko (risk control). Risiko merupakan kemungkinan
situasi atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan serta sasaran sebuah
organisasi atau individu. Pengertian bahaya (hazard) ialah semua sumber, situasi
ataupun aktivitas yang berpotensi menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) dan atau
penyakit akibat kerja (PAK). 5 (lima) faktor bahaya K3 di tempatkerja, antara lain :
faktor bahaya biologi(s), faktor bahaya kimia, faktor bahaya fisik/mekanik, faktor
bahaya biomekanik serta faktor bahaya sosial-psikologis. Hirarki Pengendalian Risiko ini
merupakan hal dasar yang harus dipahami oleh seluruh praktisi keselamatan dan
kesehatan kerja karena akan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan terkait dengan
pengendalian risiko.

B. Saran
Untuk mengurangi potensi bahaya kecelakaan kerja, maka perlu diadakan manajemen
resiko lingkungan pada tahap perencanaan pekerjaan.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/436896106/MAKALAH-HIRARKI-PENGENDALIAN-
RESIKO-docx

https://pdfcoffee.com/makalah-k3-hirarki-pengendalian-resikokelompok-2-pdf-free.html

https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/pengendalian-
resikobahaya.html

15

Anda mungkin juga menyukai