Anda di halaman 1dari 5

PENGGUNAAN DAN PENERAPAN

MODUL PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)/


(FAMILY DEVELOPMENT SESSION/FDS)
(Oleh: Dr. Joyakin Tampubolon)

A. PENGANTAR
1. Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan program yang didisign oleh
pemerintah dalam rangka pengentasan kemiskinan dengan melakukan intervensi
terhadap Keluarga Sangat Miskin (KSM) melalui bantuan bidang pendidikan dan
kesehatan. Program ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga
(untuk jangka pendek) dan memutus rantai kemiskinan (untuk jangka panjang)
melalui pemberian kesempatan dalam peningkatan kualitas pendidikan dasar dan
bidang kesehatan. Aksesibilitas KSM untuk kedua bidang ini diharapakan akan
merubah status KSM yang ada selama ini sehingga keluaga tidak miksin terus. Anak
usia sekolah pendidikan dasar akan diberikan kesempatan yang seluar-luasnya
untuk dapat mengakses fasilitas dan layanan pendidikan hinggsa pendidikan dasar
9 tahun dan yang lebih tinggi dan demikian juga dengan ibu hamil dan anak balita
diberikan kesempatan yang sama untuk dapat mengakses fasilitas dan layan
kesehatan yang ada.
2. Dari hasil evaluasi program PKH yang dilakukan hingga saat ini bahwa tujuan
pendidikan dan kesehatan cukup memuaskan tingkat angka partisipasi sekolah
cukup meningkat demikian juga dengan kesehatan cukup berhasil. Namun disadari
bahwa bantuan PKH (pendidikan dan kesehatan) dirasa belum cukup tuntas untuk
mengantarkan para KSM keluar dari lingkaran miskin, perlu didukung dengan
program komplementaritas yang bersinergi dengan program PKH. Hal yang sangat
penting dan terkait dengan bantuan PKH salah satunya adalah perlunya sesi family
development session (penguatan keluarga) atau dalam pekerjaan sosial dikenal
dengan konsep parenthing skill melalui perubahan sikap dan perilaku keluarga
sehingga dapat merespon tuntutan dan perubahan yang ada. Komponen ini
dipandang menjadi sesuatu yang sangat penting dan menentukan dalam merubah
kondisi kehidupan KSM baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang
(memutus rantai kemiskinan). Dari proses yang ada selama ini, penguatan keluarga
melalui komponen perubahan sikap dan perilaku keluarga kurang mendapat
perhatian, masih belum menjadi titik perhatian. Program yang diberikan selama ini,
lebih menitikberatkan pada layanan pendidikan dan kesehatan yang menjadi
sasaran utama program PKH. Kondisi ini dirasakan menjadi kurang optimal dalam
mengantarkan kesejahteraan KSM keluar dari rantai kemiskinan tersebut.
Didasarkan pada pemikiran tersebut, maka dipandang perlu memberikan sesi
penguatan keluarga dalam mendukung program PKH sehingga peserta PKH dapat
lebih cepat dan memiliki daya untuk keluarga dari lingkaran kemiskinan tersebut.
3. Family development session (sesi penguatan keluarga) merupakan inisiasi dari
Bappenas dan Kementerian Sosial yang didasarkan dari hasil kajian dan evaluasi
program PKH selama ini serta hasil kunjungan studi banding dari berbagai negara,
yang kemudian dikembangkan bersama dengan World Bank, Unicef, TNP2K dan
GIZ-SPP. Disadari bahwa penguatan keluarga melalui pengubahan sikap dan
perilaku keluarga menjadi bagian yang penting dan integral dari bantuan PKH dan
harus dikuasai oleh para pendamping PKH, sehingga dipandang perlu menyusun
Modul Sesi Penguatan Keluarga yang diberi nama Modul Pertemuan Peningkatan
Keluarga yang disingkat dengan P2K2 atau dalam bahas Inggris dikenal dengan
Family Development Session atau disingkat dengan FDS. Ada 4 topik dalam modul
P2K2 yang dipandang perlu untuk diberikan pada keluarga, yaitu: (a) pengasuhan
dan pendidikan anak (4 sesi); (b) pengelolaan keuangan dan perencanaan usaha (3
sesi); (c) kesehatan dan gizi (3 sesi); dan (d) perlindungan anak (2 sesi). Jadi
seluruhnya terdiri dari 12 sesi.
4. Tujuan dari Mosul P2K2 ini adalah memberikan pengetahuan dan keterampilan,
sharing pengalaman bagi keluarga (penerima bantuan PKH) untuk dapat mencegah,
mengatasi persoalan-persoalan keluarga yang terjadi sehari-hari, mencari dan
menemukan solusi sehingga keluarga hidup harmonis, sejahtera, dinamis, mandiri,
berkembang, dan dapat mencegah dan keluar dari masalah bila terjadi
permasalahan keluarga. Agar tidak memiliki pemahan yang berbeda Modul P2K2
(FDS) ini ditujukan bagi keluarga dalam rangka penguatan keluarga (family
development) bukan pada anak. Modul ini dirancang agar keluarga memiliki
pengetahuan dan keterampailan dalam menjalankan dan mengembangkan fungsi,
peranan dan elemen-elemen keluarga dan lingkungannya berdasarkan kemampuan
dan kondisi keluarga sehingga keluarga menjadi kuat dan mampu mengatasi
permasalah-permasalah keluarga yang ada. Kenyataan selam ini banyak keluarga yg
tidak memiliki kemampuan dalam mengatasi masalah-masalah keluarganya.
Seringkali masalah keluarga yang sepele atau kecil berkembang menjadi masalah
besar yang bersampak pada tumbuh kembang anak. Akhirnya anak dan keluarga
menjadi gagal dalam perjalannya.
5. Pengetahuan dan keterampilan yang diberikan adalah ilmu-ilmu praktis yang sesuai
dengan bahasa, gaya, kemampuan dan pengalaman keluarga sehari-hari dalam
mengelola kehidupan keluarga, bukan ilmu konseptual dimana KSM harus
menghafal definisi atau pengertian tertentu. Ilmu praktis yang dimaksud di sini
adalah pengetahuan atau pengalaman sesuai dengan kemampuan peserta, apa
yang dialami, dirasakan, dilihat sendiri oleh KSM tersebut, apa yang terjadi dalam
keluarga dan lingkungannya. Praktis di sini bermakna bahwa proses belajar yang
dilaksanakan harus selalu merujuk dan mengaitkan dengan pengalaman, kejadian,
kasus-kasus dan contoh-contoh yang ada dalam kehidupan keluarga peserta. Jadi,
penerapan 4 materi di atas harus dikaitkan dengan pengalaman sehari-hari KSM,
sehingga yang menjadi sumber pengetahuan dalam proses belajar adalah KSM itu
sendiri.
6. Dalam proses pembelajarnya fasilitator menerapakan prinsip: (a) praktis; (b)
partisipatif; (c) sederhana/simpel; (d) terkait dengan pengalaman sehari; (e)
informal (santai); (f) sumber belajar adalah peserta. Metoda pembelajaran: (a)
brainstoming; (b) diskusi; (c) sharing pengalaman; (d) simulasi / roleplaying; (e)
pemberian contoh-contoh; (f) paparan slide; (g) pemutaran film; (h) refleksi; (i)
penugasan; (j) ceramah (5 %). Semua media belajar yang terkati dengan proses
pembelajaran sudah disiapkan dalam modul ini.
7. Pendamping yang sudah diangkat menjadi pendamping oleh Kementerian social
hingga tahun 2013 semuanya belum pernah mengikuti diklat P2K2/FDS ini.
Mengingat jumlah mereka yang cukup banyak, maka pelaksanaan diklat P2K2/FDS
akan diprioritaskan untuk pendamping PKH kohor 2007 dan 2008, yang jumlahnya
sekitar …… orang. Untuk diklat P2K2/FDS untuk pendampingan akan dilaksanakan
di Balai Diklat yang memiliki pendamping kohor 2007 dan 2008. Diklat
pendampingan akan diawali dengan TOT P2K2/FDS yang direncanakan akan
diadakan 2 angkatan bertempat di Kampus Pusdiklat Kesejahteraan Sosial .

B. TUJUAN
Adapun tujuan dari Modul P2K2/FDS adalah untuk memberikan pengetahuan dan
keterampilan praktis bagi pendamping agar mampu:
1. Memfasilitasi terlaksananya pertemuan bulanan peserta PKH secara efektif dan
efisien.
2. Memotivasi peserta sehingga peserta PKH terdorong untuk mengikuti pertemuan
bulanan yang diadakan secara rutin.
3. Menerapkan materi-materi FDS untuk diimplementasikan dan digunakan oleh
keluarga dalam mencegah dan mengatasi permasalahan-permasalahan keluarga
yang ada.
4. Mampu memandirikan keluarga dalam mengatasi mencegah dan mengatasi
masalah keluarga yang ada.

C. MANFAAT
Manfaat yang diharapakan dari pelatihan ini adalah:
1. Keluarga mampu menjalankan dan mengembangkan fungsi dan peranan keluarga
dalam mencegah dan mengatasi masalah serta menemukan solusi dalam
mengatasi permasalah-permasalah yang terjadi dalam keluarga.
2. Kehidupan keluarga semakin sejahteran.
3. Keluarga peserta PKH dapat keluarga dari lingkaran kemiskinan yang ada.
4. Keluarga memiliki kekuatan dalam merepon perubahan yang terjadi.

D. STRUKTUR MODUL
Struktur modul P2K2/FDS terdiri dari beberapa modul, sebagai berikut:
1. Modul 1: Kebijakan FDS dalam PKH, teridiri pokok bahasan:
a. Penanggulangan kemiskinan
b. Strategi Pelayanan PKH
c. Kebijakan FDS dalam PKH
2. Modul 2: Pengasuhan dan Pendidikan Anak, terdiri dari 4 sesi, meliputi:
a. Sesi 1: Menjadi Orangtua yang Lebih Baik
b. Sesi 2: Memahami Perilaku Anak
c. Sesi 3: Memahami Cara Anak Usia Dini Belajar
d. Sesi 4: Membantu Anak Sukses di Sekolah
3. Modul 3: Pengelolaan Keuangan dan Perencanaan Usaha, terdiri dari 3 sesi,
meliputi:
a. Sesi 8: Mengelola Keuangan Keluarga
b. Sesi 9: Cermat Meminjam dan Menabung
c. Sesi 10: Memulai Usaha
4. Modul 4: Kesehatan dan Gizi, terdiri dari 3 sesi, meliputi:
a. Sesi 5: Pentingnya 1000 hari Pertama Kehidupan
b. Sesi 6: Anak dan Balita
c. Sesi 7: Higinitas, Sanitasi dan Penyakit
5. Modul 5 : Perlindungan Anak, terdiri dari 4 sesi, meliputi:
a. Sesi 11 : Pencegahan Kekerasan terhadap Anak
b. Sesi 12 : Pencegahan Penelantaran dan Eksploitasi
6. Modul 6: Praktek Belajar Lapangan (PBL), terdiri dari 4 topik yang dilaksanakan
secara terpisah selama 4 hari masing-masing 1 hari), meliputi:
a. Pengasuhan dan Pendidikan Anak
b. Pengelolaan Keuangan dan Perencanaan Usaha
c. Kesehatan Dan Gizi
d. Perlindungan Anak

E. PROSES PELAKSANAAN
1. Dalam proses penerapannya dalam pendampingan di lapangan, materi sesi
penguatan keluarga akan disampaikan secara berulang dalam pertemuan-
pertemuan bulan selama 12 kali pertemuan kemudian disampaikan dan disegarkan
lagi untuk periode tahun berikutnya (ke dua) dan ke tiga selama periode
kepesertaan. Proses penyampaian materi itu dilakukan secara berlanjut hingga
periode kepesertaan. Tiap bulan membahas 1 sesi sehingga untuk 1 tahun periode
diharapkan seluruh sesi (12 sesi) sudah selesai disampaikan, demikian seterusnya.
Proses berulang ini akan menyegarkan dan mengingatkan kembali peserta akan
fungsi dan peranan keluarga dan apa yang sudah dicapai selama ini.
2. Jumlah peserta pertemuan antara 10-15 orang atau sesuai dengan pengelompok
yang sudah dibuat oleh pendamping pada saat pertemuan awal. Setiap pertemuan
memiliki durasi + 135 menit atau paling lama 2,5 jam. Muatan materi disesuaikan
dengan modul yang sudah ada dan dapat disesuaikan dengan kondisi lapangan
(tanpa menghilangkan isi dan inti modul). Waktu dan tempat ditentukan oleh
kesepakatan peserta. Pertemuan dapat diadakan di rumah peserta secara
bergantian atau tempat lain yang dianggap kondusif untuk pertemuan. Pertemuan
dapat digambungkan dengan pertemuan rutin yang sudah ada seperti arisan ibu-
ibu atau bentuk pertemuan lainnya. Bentuk pertemuan bebas sesuai dengan
kondisi kehidupan tuan rumah, seperti pakai tikar atau kursi atau tanpa alas.
Pertemuan bebas dari segala biaya yang membebani keluarga. Tidak ada kewajiban
keluarga untuk menyediakan konsumsi atau kursi, dan lain-lain kecuali kewajiban
untuk menyediakan rumah sebagai tempat pertemuan.
3. Setiap pertemuan difasilitasi dan dihadiri oleh pendamping sekaligus pendamping
sebagai fasilitator dalam penyampaian materi. Segala bentuk pertemuan ini tanpa
didanai dari UPPKH Pusat, pertemuan ini dianggap sebagai pertemuan rutin dan
wajib yang harus dilaksanakan oleh baik pendamping dan peserta sebagai
konsekwensi dari kepesertaan PKH. Kehadiran pendamping sebagai fasilitator
adalah merupakan kewajiban tugas yang harus dilakukan sebagai konsekwensi dari
tugas pendampingan.
4. Untuk kedepan kehadiran peserta PKH merupakan kewajiban yang harus dipenuhi
dan menjadi komponen prasyarat kepesertaan (verifikasi kehadiran) dalam
pemberian besarnya bantuan yang diterima peserta.

F. PENUTUP
1. Keberhasilan penerapan modul ini sangat ditentukan oleh bagaimana komitmen
dari pendamping untuk melaksanakan dan mengadakan pertemuan itu. Dari segi
modul sudah didisign seringkas mungkin sehingga mudah diterapkan dan
digunakan, karena itu komitmen dari pendamping sangat dibutuhkan.
2. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dukungan dan pengawasan dari (terutama)
Korwil dari wilayah masing-masing, Dinas Sosial Kabupaten/Kota dan Dinas Sosial
Provinsi.

Jakarta, Me 2014

Koordinator Modul P2K2/FDS


Dr. Joyakin T, MSI

Anda mungkin juga menyukai