SKRIPSI
Disetujui oleh:
Pembimbing utama,
3. Ex. Officio : Yulia Yusrini Djabir, S.Si., MBM.Sc., Ph.D., Apt ……………..
Mengetahui:
Dekan Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini adalah karya saya
sendiri, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh
orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan
Apabila di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya ini tidak benar,
Yang menyatakan,
Allah SWT atas segala berkah, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis
kendala dan masalah yang dihadapi, namun dengan adanya doa dan
dukungan dari berbagai pihak maka skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh
karena itu perkenankan saya menyampaikan ucapan terima kasih saya yang
tulus kepada :
1. Ibu Yulia Yusrini Djabir, S.Si., MBM.Sc., M.Si., Ph.D., Apt., selaku
pembimbing utama, ibu Dr. Mufidah, S.Si., M.Si., Apt. selaku pembimbing
pertaman dan Ibu Sumarheni, S.Si., M.Sc., Apt. selaku pembimbing kedua
2. Bapak Subehan, S.Si., M.Pharm.Sc., Ph.D., Apt., ibu Rina Agustina, S.Si.,
M.Pharm.Sc., Apt., dan Bapak Drs. Hasyim Bariun, M.Si., Apt. selaku tim
vi
penguji ujian skripsi yang telah meluangkan waktunya dan memberi kritik,
3. Kepada kedua orang tua penulis, Bapak Andi Asrul, S.S., dan Ibu Nurlina,
dan Andi Tenri Batari Ramadhani serta seluruh keluarga besar penulis
besar yang selalu memberikan semangat, dan dukungan agar penulis bisa
4. Dekan, Wakil Dekan, serta staf dosen dan pegawai Fakultas Farmasi
diberikan.
5. Dosen pembimbing akademik, bapak Prof. Dr. M. Natsir Djide, MS, Apt.,
perkuliahan berlangsung.
Khususnya Bu Adri dan Kak Cia, atas segala bantuan fasilitas selama
penulis, Kak Jaryn Samma, Putri Mandasari Yusuf, Mini Ariska Febrianty,
vii
Khaldun Hidayat, Anwar Sam dan kak Haslinda, yang telah sabar
terimakasih teman-teman.
Yusuf, Mini Ariska Febrianty dan Rezki Nabila Pratiwi terima kasih karena
selama ini telah membantu penulis dalam mengerjakan penelitian ini, juga
yang tak bisa disebutkan satu persatu yang selalu memberikan bantuan
mungkin pernah merasa dirugikan oleh penulis, baik disengaja maupun tidak
diberikan dan semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi pembangunan
viii
ABSTRAK
ANDI DIAN ASLIN AGUSTIAH. Uji Aktivitas Minyak Cengkeh (Oleum
caryophylli) terhadap Peroksidasi Lipid Darah Tikus (Rattus norvegicus) yang
diinduksi Isoniazid-Rifampisin. (dibimbing oleh Yulia Yusrini Djabir, Mufidah
dan Sumarheni).
ix
ABSTRACT
ANDI DIAN ASLIN AGUSTIAH. Activity Test of Clove Oil (Oleum caryophylli)
againts Lipid Peroxidation in Rats (Rattus norvegicus) Blood Induced by
Isonazid-Rifampisin Isoniazid-Rifampisin. (supervised by Yulia Yusrini Djabir,
Mufidah dan Sumarheni).
x
DAFTAR ISI
halaman
ABSTRAK ix
ABSTRACT x
DAFTAR ISI xi
BAB I PENDAHULUAN 1
II.1Pengobatan Tuberkulosis 4
II.2 Isoniazid 5
II.2.2 Farmakokinetik 6
II.3 Rifampisin 8
xi
Halaman
II.3.2 Farmakokinetik 9
II.6 Malondialdehid 13
xii
halaman
BAB V PENUTUP 30
V.1 Kesimpulan 30
V.2 Saran 30
DAFTAR PUSTAKA 31
LAMPIRAN 34
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
xiv
halaman
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran halaman
1. Skema kerja 35
4. Komposisi reagen 46
xvii
1
BAB I
PENDAHULUAN
secara tunggal (Adhvaryu dkk. 2008). Hal ini disebabkan karena rifampisin
menjadi metabolit aktif. Metabolit aktif obat dapat menjadi radikal bebas
yang merusak sel hati terutama ketika antioksidan endogen lebih rendah
dibanding metabolit aktif obat (Totsmann dkk. 2007). Radikal bebas akan
bereaksi dengan asam lemak tidak jenuh pada membran sel dan
1
2
oksidasi tidak terjadi (Gulcin dkk. 2010). Telah banyak hasil penelitian
minyak atsiri dan telah diteliti memiliki aktivitas biologi seperti antibakteri,
antioksidan pada tikus dengan dosis oral yaitu 5-200 mg/kgBB tikus (Al-
3
Okbi dkk. 2014) dengan LD50 oral sebesar 5950 mg/kgBB pada tikus (El-
MDA.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
orang per hari dan terjadi >100.000 kematian per tahun (Burhan, 2010).
3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan
terdiri dari paduan obat utama dan tambahan. Pemberian obat ada yang
terpisah dan obat kombinasi dosis tetap atau disebut FDC (Fixed Dose
Combination), kombinasi dosis tetap ini terdiri dari 3 atau 4 obat dalam
satu tablet. Terapi lini pertama yaitu obat utama yang diberikan pada
4
5
tetap. Kombinasi dosis tetap terdiri dari 3 atau 4 obat dalam satu tablet,
dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg, pirazinamid
400 mg dan etambutol 275 mg dan untuk tiga obat antituberkulosis dalam
satu tablet, terdiri dari rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg dan pirazinamid
400 mg. Rekomendasi WHO pada tahun 1999 untuk kombinasi dosis
tetap, penderita hanya minum obat 3-4 tablet sehari selama fase intensif,
pedoman pengobatan. Terapi lini kedua atau obat tambahan terdiri dari
II.2. Isoniazid
mudah larut dalam air dan memiliki struktur yang mirip dengan piridoksin
(Ganiswara, 2000).
cara pasif. Prodrug selanjutnya akan diubah oleh enzim katalase G pada
senyawa reaktif yang menyerang target di dalam sel bakteri, yaitu sintesis
II.2.2. Farmakokinetik
parenteral. Kadar puncak dicapai dalam waktu 1-2 jam setelah pemberian
berdifusi ke dalam sel dan semua cairan tubuh. Kadar dalam cairan
serebrospinal kira-kira 20% dari kadar dalam cairan plasma. Antara 75-
95% isoniazid diekskresi melalui urin dalam waktu 24 jam dalam bentuk
bentuk isonikotinil glisin dan isonikotinil hidrazon, dan dalam jumlah yang
tujuan terapi, obat ini harus digunakan bersama obat lain, untuk tujuan
trombositopenia, dan anemia. Gejala artritis seperti sakit sendi juga dapat
terjadi. Kelainan mental dapat juga terjadi selama menggunakan obat ini.
toksik isoniazid pada hati. Kelainan yang paling banyak ditemui ialah
transaminase di hati sampai 4 dari nilai normal dapat terjadi pada 10%
yang terjadi ialah mulut terasa kering, rasa tertekan pada ulu hati,
RC-O dan R (R mewakili cincin piridin dari isoniazid). Hasil ini dapat
II.3. Rifampisin
zat ini dihasilkan oleh Streptomyces mediterranei. Obat ini merupakan ion
zwitter, larut dalam pelarut organik dan air yang pHnya asam. Rifampisin
9
proses pembentukan rantai dalam sintesis RNA. lnti RNA Polymerase dari
II.3.2. Farmakokinetik
setelah 2-4 jam dosis tunggal sebesar 600 mg, menghasilkan kadar
sekitar 7 µg/ml. Setelah diserap melalui saluran cerna, obat ini cepat
10
jam dan akan memanjang bila terdapat kelainan fungsi hati. Pada
rifampisin terikat pada protein plasma. Obat ini berdifusi baik ke berbagai
dari warna merah pada urin, tinja, sputum, airmata dan keringat penderita.
(Ganiswara, 2000).
11
mengalami efek toksik. Yang paling sering ialah ruam kulit, demam, mual
dan muntah. Pada pemberian berselang dengan dosis lebih besar sering
terjadi flu like syndrome, nefritis interstisial, nekrosis tubular akut, dan
normal. Pada penderita penyakit hati kronik, alkoholisme, dan usia lanjut
sakit pada tangan dan kaki, dan melemahnya otot dapat juga terjadi
(Ganiswara, 2000).
Rifampisin
kedua obat ini memiliki resiko efek hepatotoksik yang lebih besar
dengan asam lemak tak jenuh (Polyunsaturated fatty acid, PUFA) yang
suatu rangkaian reaksi yang terjadi dalam 3 fase. Diawali dengan fase
inisiasi, dimana terjadi abstraksi ion H dari ikatan C-H lipid dengan
II.6. Malondialdehid
dari peroksida lipid di dalam tubuh. Senyawa ini memiliki tiga rantai
heksosa. Selain itu, MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh
radikal bebas melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk sisa dari
14
membran.
Selain itu, MDA juga merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan
salah satu uji yang paling lama dan paling sering digunakan untuk
mengukur proses peroksidasi lipid asam lemak tidak jenuh. Uji TBARs
Siswonoto, 2008).
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Caryophylalles
Suku : Caryophillaceae
Famili : Myrtaceae
1991)
Tergantung dari bahan bakunya ada tiga macam minyak cengkeh, yaitu
dari serbuk bunga, tangkai bunga dan daun cengkeh menunjukan bahwa
Tabel 1. Kandungan senyawa kimia minyak cengkeh yang berasal dari Indonesia
dimana tanaman tersebut disuling dengan cara uap dan air, atau cara uap
eugenol dari minyak tergantung dari waktu destilasi. Waktu destilasi yang
tinggi daripada yang biasa dilakukan dengan waktu yang lebih lama
(Nurdjannah, 2004).
alat yang terbuat dari stainless steel, pernah dilakukan dan menghasilkan
(Nurdjannah, 2004).
Sohilait dkk. (2015) eugenol dan eugenil asetat yang terkandung dalam
WHO menetapkan nilai asupan eugenol yang dapat diterima yaitu 2,5
mg/kgBB per hari. Pada manusia, dosis letal oral minyak cengkeh yaitu
3,75 g/kgBB sedangkan pada tikus memiliki LD50 oral sebesar 5.950
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
Pada penelitian ini digunakan hewan coba tikus jantan putih sehat
18
19
sedikit ke dalam 50 ml air suling panas (suhu 70 C) sambil diaduk dengan
dicukupkan volumenya dengan air suling dalam labu tentukur hingga 100 ml.
Berdasarkan penelitian Al-Okbi dkk. (2014), dosis oral minyak cengkeh yang
memiliki aktivitas antioksidan pada tikus yang digunakan adalah 5-200 mg/kg
BB tikus.
Dosis yang dipilih untuk diberikan pada tikus pada penelitian ini adalah
10, 50 dan 100 mg/kgBB. Jadi, dosis minyak cengkeh yang diberikan pada
hewan uji adalah 2 mg, 10 mg dan 20 mg untuk bobot tikus 200 gram.
20
dengan hasil penelitian Kalra dkk. (2007) yaitu isoniazid 50 mg/kg dan
rifampisin 100 mg/kg. sehingga untuk tikus dengan bobot 200 g yaitu 10 mg
ml/200g BB tikus, sehingga untuk tikus dengan bobot 180 gram diberikan
Dosis vitamin E yang digunakan pada hewan coba yaitu 250 mg/kg BB, dosis
ini menunjukkan perbaikan nilai MDA pada tikus yang diberi doksorubisin
(Pramitha 2016). Jadi dosis vitamin E yang diberikan untuk hewan uji adalah
50 mg/200gBB setara dengan 74,96 IU. Tiap kapsul Natur E® berisi 0,37 ml
vitamin E yang dipipet adalah 27,73 ml. Vitamin E yang telah dipipet
dengan kecepatan 3000 rpm. Diambil bagian serumnya dan disimpan pada
kedalam labu tentukur 10 ml dan dilarutkan dengan PBS pH 7,4, TCA 10%
larutan standar 100 ppm dengan memipet 1 ml larutan standar 1000 ppm ke
dalam labu tentukur 10 ml. Dibuat larutan stok 5 ppm dengan memipet 0,5 ml
larutan standar 100 ppm ke dalam labu tentukur 10 ml. Deret standar dibuat
pada konsentrasi 0,1; 0,15; 0,2; 0,25; 0,30 ppm dengan memipet masing-
masing 100; 150; 200; 250; 300 μl larutan stok 5 ppm ke dalam labu tentukur
5 ml. Semua larutan kemudian dipanaskan selama 20 menit pada suhu 90-
sebanyak 0,5 ml ditambahkan 1,0 ml TCA (Trichloro acetic acid) dan 1,0 ml
dibuat dalam bentuk kategori, dimana kategori 1 kadar MDA pada hari ke-28
mengalami peningkatan >20% dari darah awal (hari ke-0), kategori 2 kadar
MDA pada hari ke-28 relatif tidak mengalami penurunan atau peningkatan
≤20% dari darah awal (hari ke-0) dan kategori 3 kadar MDA pada hari ke-28
menurun >20% dari darah awal (hari ke-0). Data kategori peningkatan MDA
BAB IV
tubuh kita menghasilkan ROS (Reactive Oxygen Species) atau radikal bebas
melalui metabolisme yang terjadi dalam tubuh. Radikal bebas ini sangat
mudah bereaksi dengan asam lemak tak jenuh pada membran sel sehingga
(MDA). Pada kadar yang rendah, terjadinya peroksidasi lipid secara fisiologis
peroksidase.
24
25
setelah 28 hari perlakuan (hari ke-28). Data sebelum perlakuan, kadar MDA
tikus sangat bervariasi, dimana untuk kelompok kontrol negatif dan kelompok
0.45 β
0.4
α hari ke-0
0.35
0.3 * hari ke-28
0.25 β
α
0.2
*
0.15 β
0.1 α
*
MDA (µg/ml)
0.05
0
kontrol minyak minyak minyak vitamin e
negatif cengkeh 0,2% cengkeh 1% cengkeh 2%
Keterangan :
* = p<0,05, antara kelompok perlakuan kontrol negatif dengan minyak cengkeh 1%
dan vitamin E
α = p<0,05, antara kelompok perlakuan minyak cengkeh 0,2% dengan minyak
cengkeh 1% dan vitamin E
β = p<0,05, antara kelompok perlakuan minyak cengkeh 2% dan minyak cengkeh
1% dan vitamin E
Gambar 4. Diagram kadar malondialdehid serum tikus putih pada hari ke-0 dan hari
ke-28
makanan yang menyebabkan tikus menjadi stres dan kondisi fisiologis tikus
juga dapat mempengaruhi. Oleh karena itu untuk menghindari bias, maka
berdasarkan rentang kategori, yaitu kategori 1 kadar MDA pada hari ke-28
mengalami peningkatan >20% dari darah awal (hari ke-0), kategori 2 kadar
MDA pada hari ke-28 relatif tidak mengalami penurunan atau peningkatan
27
≤20% dari darah awal (hari ke-0), kategori 3 kadar MDA pada hari ke-28
peningkatan kadar MDA pada dua tikus >20% dari nilai kadar MDA darah
awal (hari ke-0). MDA merupakan produk akhir yang dihasilkan dari proses
terjadinya kerusakan sel yang menginduksi stres oksidatif (Kalra dkk. 2017
pada semua tikus meningkat >20% dari nilai kadar MDA awal. Sehingga
dapat dikatan bahwa minyak cengkeh 0,2% tidak dapat menurunkan nilai
kadar MDA tikus. Hal ini dapat terjadi dikarenakan minyak cengkeh dengan
yang sangat kecil sehingga menyebabkan nilai kadar MDA tetap meningkat.
Namun, peningkatan kadar MDA >20% juga terjadi pada tikus yang diberi
peningkatan kadar MDA pada hari ke-28. Peningkatan nilai kadar MDA untuk
28
mg/kgBB tikus. Meskipun dosis tersebut berada dalam rentang dosis 5-200
cengkeh sebagai antioksidan harus lebih tinggi dari 10 mg/kgBB dan lebih
mengalami penurunan kadar MDA >20% dari nilai kadar MDA awal.
mg/kgBB tikus merupakan dosis yang paling baik untuk digunakan sebagai
diperoleh hasil yaitu dua dari tiga tikus mengalami penurunan kadar MDA
>20% dari nilai kadar MDA awal. Vitamin E merupakan salah satu
kontrol Kontrol
minyak minyak minyak
negatif positif
kelompok cengkeh cengkeh cengkeh
(minyak (Vitamin
0,2% 1% 2%
pembawa) E)
kontrol negatif
- 2 2 2 2
(minyak pembawa)
minyak cengkeh
2 - 1 2 1
0,2%
minyak cengkeh 1% 2 1 - 1 2
minyak cengkeh 2% 2 2 1 - 1
kontrol positif
2 1 2 1 -
(vitamin E)
Keterangan :
1, menunjukkan hasil yang signifikan (p<0,05)
2, menunjukkan hasil yang tidak signifikan (p>0,05)
30
dibanding tikus yang diberi minyak cengkeh 0,2 dan 2%. Efek penurunan
MDA minyak cengkeh 1% tidak berbeda nyata dengan kontrol positif yang
diberi vitamin E. Oleh karena itu disimpulkan bahwa untuk mencegah lipid
terbaik pada penelitian ini adalah minyak cengkeh 1% dan vitamin E. Hasil
penelitian yang diperoleh sejalan dengan penelitian Djabir dkk. (2016) yang
menunjukkan terjadinya penurunan kadar MDA serum pada tikus putih yang
BAB V
KESIMPULAN
V.1. Kesimpulan
mg/kgBB dan 100 mg/kgBB tidak dapat menurunkan kadar MDA darah tikus
antioksidan.
V.2. Saran
dilakukan penelitian MDA lebih lanjut terhadap organ hati maupun ginjal,
31
32
DAFTAR PUSTAKA
Al-Okbi, S.Y., Mohamed, D.A., Hamed, T.E., Edris, A.E. 2014, ‘Protective
Effect of Clove Oil and Eugenol Microemulsions on Fatty Liver and
Dyslipidemia as Component of Metabolic Syndrome’, Journal of
Medicinal Food, vol.7, hh. 764-771.
Aliahmad, N.S., Noor, M.R.M., Yusof, W.J.W., Makpol, S., Ngah, W.Z.W.,
Yusog, Y.A.M., 2012, ‘Antioxidant enzyme activity and
malondialdehyde levels can be modulated by Piper betle, tocotrienol
rich fraction and Chlorella vulgaris in aging C57BL/6 mice’, Clinics, vol.
67, no.12, hh.1447-1454
Cherubini A., Polidori C., Bedetti C., Ercolani S., Senin U., Mecocci P. 1999,
Assosiation Between Ischemic Stroke and Increased Oxidative Stress.
Djabir, Y.Y., Usmar., Wahyudin, E., Mamada, S.S., Hamka, I.R.N., Putri,
D.P.S., Amalia, I. 2016. 'Roles of Vitamin C and Vitamin E on
Doxorubicin-Induced Renal and Liver Toxicity in Rats', Nusantara
Medical Science Jurnal, vol. 1, no.2, hh. 16-23
32
33
Ganiswara, S.G. 2000, Farmakologi dan Terapi Edisi IV, Bagian Farmakologi
FKUI. Jakarta.
Gulcin, I., Elmastas, M., Enein, Y.A., 2010,’ Antioxidant Activity of Clove Oil
– A Powerful Antioxidant Source’, Arabian Journal of Chemistry, vol.
5 hh. 489-499
Gutteridge, John. M.C and Halliwell, Barry. 2000, ‘Free Radicals and
Antioxidants in the Year 2000’, Oxygen Chemistry Laboratory, vol.
899, hh.136-47.
Kalra, B.S., Anggarwai, S., Khurana, N., Gupta, U, 2007, ‘Effect of Cimetidine
on Hepatotoxicity Induced by Isoniazid-Rifampisin Combination in
Rabbit’, Indian Society of Gastroenterology, vol.26, hh. 18-21
Marnett, L.J. 2002, ‘Oxy radicals, lipid peroxidation and DNA damage’,
Toxicology, vol. 181-182, hh. 219 - 222.
33
34
Piccaro. G., Pietraforte. D., Giannoni. F., Mustazzolu. A., Fattoroni., L., 2014,
‘Rifampin Induces Hydroxyl Radical Formation in Mycobacterium
tuberculosis’, Antimicrobial Agents and Chemotherapy, vol. 58, no.
12, hh. 7527-7533
Walubo, A., Smith. P., Folb, P. I., 2015, ‘The Role of Oxygen Free Radicals
in Isoniazid-Induced Hepatotoxicity’, Meth Find Exp Clin Pharmacol,
vol. 20, no.8, hh. 649-655
Young I.S., Woodside J.V. 2001, ‘Antioxidant in Health and Disease’, Journal
Clinical Pathology, vol. 54, hh. 176 – 86.
34
35
LAMPIRAN 1
35
36
LAMPIRAN 2
36
37
LAMPIRAN 3
Skema Kerja
Pembahasan
Kesimpulan
37
38
LAMPIRAN 4
Larutan PBS:TCA:TBA
Dengan perbandingan Standar 1,1,3,3-tetrametoksipropana
0,5:1:1 ml
- Dipipet sebanyak 10 μl larutan
- Dicukupkan volumenya dengan
larutan PBS:TCA:TBA dengan
perbandingan 0,5:1:1 hingga 10
ml, dihomogenkan
1 ml 10 ml (100 ppm)
Blanko
0,1 ppm 0,15 ppm 0,20 ppm 0,25 ppm 0,30 ppm
Dipipet 100 μL Dipipet 150 μL Dipipet 200 μL Dipipet 250 μL Dipipet 300 μL
dan dicukupkan dan dicukupkan dan dicukupkan dan dicukupkan dan dicukupkan
volumenya volumenya volumenya volumenya volumenya
hingga 5 ml hingga 5 ml hingga 5 ml hingga 5 ml hingga 5 ml
38
39
LAMPIRAN 5
1. Perhitungan Dosis
a. Isoniazid
Isoniazid yang digunakan pada penelitian ini yaitu isoniazid dalam bentuk
243,755 𝑚𝑔
𝑥= × 1000 𝑚𝑔
100 𝑚𝑔
𝑥 = 2437,55 𝑚𝑔
𝑥 = 2,44 𝑔𝑟𝑎𝑚
Jadi, isoniazid yang ditimbang sebanyak 2,44 gram. Adapun dosis yang
diberikan pada hewan coba yaitu 100 mg/kg BB, sehingga untuk tikus
100 𝑚𝑔
𝑥= 𝑥 200 𝑔 = 20 𝑚𝑔/200𝑔𝐵𝐵
1000 𝑔
b. Rifampisin
Rifampisin yang digunakan yaitu rifampisin dalam bentuk sediaan kapsul 400
39
40
484,055 𝑚𝑔
𝑥= × 2000 𝑚𝑔
400 𝑚𝑔
𝑥 = 2420,275 𝑚𝑔
𝑥 = 2,42 𝑔𝑟𝑎𝑚
Jadi, rifampisin yang ditimbang sebanyak 2,42 gram. Adapun dosis yang
diberikan pada hewan coba yaitu 100 mg/kg BB, sehingga untuk tikus
100 𝑚𝑔
𝑥= 𝑥 200 𝑔 = 20 𝑚𝑔/200𝑔𝐵𝐵
1000 𝑔
adalah 1% 𝑣/𝑏 artinya 1 ml/100g BB tikus. Jadi, untuk tikus dengan bobot
c. Minyak Cengkeh
yaitu 0,2%, 1% dan 2% 𝑣/𝑣, yang diencerkan dengan minyak pembawa yaitu
minyak jagung. Jadi, untuk minyak cengkeh dengan konsentrasi 0,2% yaitu
jagung hingga 100 ml. Begitu juga untuk konsentrasi 1% dan 2%, dipipet
40
41
d. Vitamin E
Vitamin E yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Natur E 100 IU.
Dimana tiap satu kapsul mengandung vitamin E 100 IU yang setara dengan
66,7 mg vitamin E. Adapun dosis vitamin E yang digunakan yaitu 250 mg/kg
250 𝑚𝑔
BB, sehingga hewan coba dengan bobot badan 200g adalah ×
1000 𝑚𝑔
1 IU x
=
0,667 mg 50 mg
0,667x = 50
x = 74,96 IU
Jadi, untuk 50 mg vitamin E setara dengan 74,96 IU. Untuk tiap kapsul
berisi 0,37 ml vitamin E atau 66,7 mg, sehingga untuk 50 mg dapat dihitung
sebagai berikut :
66,7 𝑚𝑔 50 𝑚𝑔
=
0,37 𝑚𝑙 𝑥
41
42
yang diberikan untuk hewan coba dengan bobot 200 mg yaitu 1 ml yang
42
43
43
44
44
45
45
46
46
47
𝑥 = 0,166 µ𝑔/𝑚𝑙
Tikus E3
0,16127 = 1,819𝑥 + 0,078
0,16127 − 0,078
𝑥=
1,819
0,08327
𝑥=
1,819
𝑥 = 0,045 µ𝑔/𝑚𝑙
Tikus E4
0,13806 = 1,819𝑥 + 0,078
0,13806 − 0,078
𝑥=
1,819
0,06006
𝑥=
1,819
𝑥 = 0,033 µ𝑔/𝑚𝑙
47
48
LAMPIRAN 6
Komposisi Reagen
8 g NaCl
0,2 g KCl
1,44 g Na2HPO4
0,24 g KH2PO4
48
49
LAMPIRAN 7
49
50
LAMPIRAN 8
50
51
LAMPIRAN 9
51
52
LAMPIRAN 10
52
53
LAMPIRAN 11
53
54
LAMPIRAN 12
absorbansi
0.9 y = 2.7386x + 0.0022
R² = 0.9876
0.8
0.7
0.6
0.5
absorbansi
0.4
Linear (absorbansi)
0.3
0.2
0.1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4
absorbansi
0.9 y = 1.8195x + 0.0782
R² = 0.9901
0.8
0.7
0.6
0.5
absorbansi
0.4
Linear (absorbansi)
0.3
0.2
0.1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
Gambar 9. Grafik kurva baku untuk pengukuran hari ke-0
54
55
LAMPIRAN 13
Tabel 3. Hasil pengujian statistik kadar MDA serum tikus menggunakan metode
Kruskal Wallis
Descriptive Statistics
Ranks
Total 15
a,b
Test Statistics
kategori
Chi-Square 11,788
df 4
Asymp. Sig. ,019
55
56
LAMPIRAN 14
Hasil pengukuran statistik kadar MDA serum tikus antar kelompok pada
Tabel 4. Hasil pengujian statistik kadar MDA serum tikus antar kelompok pada hari ke-
0 menggunakan metode analisis One Way ANOVA
Descriptives
MDA0
Lower Upper
Bound Bound
3,463 4 10 ,051
ANOVA
MDA0
56
57
Multiple Comparisons
Dependent Variable: MDA0
Tukey HSD
(I) kelompok (J) kelompok Mean Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Difference (I- Lower Upper
J) Bound Bound
57
58
LAMPIRAN 15
Hasil pengukuran statistik kadar MDA serum tikus antar kelompok pada
Tabel 5. Hasil pengujian statistik kadar MDA serum tikus antar kelompok pada hari ke-
28 menggunakan metode analisis One Way ANOVA
Descriptives
MDA28
Lower Upper
Bound Bound
4,830 4 10 ,020
ANOVA
MDA28
58
59
Multiple Comparisons
Dependent Variable: MDA28
Tukey HSD
(I) kelompok (J) kelompok Mean Std. Error Sig. 95% Confidence
Difference Interval
(I-J) Lower Upper
Bound Bound
59
60
LAMPIRAN 16
Tabel 6. Hasil pengujian statistik perbandingan kadar MDA serum tikus antara
kelompok perlakuan kontrol negatif (minyak pembawa) dengan kelompok perlakuan
minyak cengkeh 0,2% menggunakan metode Mann-Whitney Test
Descriptive Statistics
Ranks
Total 6
a
Test Statistics
kategori
Mann-Whitney U 3,000
Wilcoxon W 9,000
Z -1,000
Asymp. Sig. (2-tailed) ,317
b
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,700
60
61
Tabel 7. Hasil pengujian statistik perbandingan kadar MDA serum tikus antara
kelompok perlakuan kontrol negatif (minyak pembawa) dengan kelompok perlakuan
minyak cengkeh 1% menggunakan metode Mann-Whitney Test
Descriptive Statistics
Ranks
Total 6
a
Test Statistics
kategori
Mann-Whitney U ,500
Wilcoxon W 6,500
Z -1,826
Asymp. Sig. (2-tailed) ,068
b
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,100
61
62
Tabel 8. Hasil pengujian statistik perbandingan kadar MDA serum tikus antara
kelompok perlakuan kontrol negatif (minyak pembawa) dengan kelompok perlakuan
minyak cengkeh 2% menggunakan metode Mann-Whitney Test
Descriptive Statistics
Ranks
Total 6
a
Test Statistics
kategori
Mann-Whitney U 3,000
Wilcoxon W 9,000
Z -1,000
Asymp. Sig. (2-tailed) ,317
b
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,700
62
63
Tabel 9. Hasil pengujian statistik perbandingan kadar MDA serum tikus antara
kelompok perlakuan kontrol negatif (minyak pembawa) dengan kelompok perlakuan
kontrol positif (vitamin E) menggunakan metode Mann-Whitney Test
Descriptive Statistics
Ranks
Total 6
a
Test Statistics
kategori
Mann-Whitney U ,500
Wilcoxon W 6,500
Z -1,826
Asymp. Sig. (2-tailed) ,068
b
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,100
63
64
Tabel 10. Hasil pengujian statistik perbandingan kadar MDA serum tikus antara
kelompok perlakuan minyak cengkeh 0,2% dengan kelompok perlakuan minyak
cengkeh 1% menggunakan metode Mann-Whitney Test
Descriptive Statistics
Ranks
Total 6
a
Test Statistics
kategori
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 6,000
Z -2,121
Asymp. Sig. (2-tailed) ,034
b
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,100
64
65
Tabel 11. Hasil pengujian statistik perbandingan kadar MDA serum tikus antara
kelompok perlakuan minyak cengkeh 0,2% dengan kelompok perlakuan minyak
cengkeh 2% menggunakan metode Mann-Whitney Test
Descriptive Statistics
Ranks
Total 6
a
Test Statistics
kategori
Mann-Whitney U 4,500
Wilcoxon W 10,500
Z ,000
Asymp. Sig. (2-tailed) 1,000
b
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1,000
65
66
Tabel 12. Hasil pengujian statistik perbandingan kadar MDA serum tikus antara
kelompok perlakuan minyak cengkeh 0,2% dengan kelompok perlakuan kontrol positif
(vitamin E) menggunakan metode Mann-Whitney Test
Descriptive Statistics
Ranks
Total 6
a
Test Statistics
kategori
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 6,000
Z -2,121
Asymp. Sig. (2-tailed) ,034
b
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,100
66
67
Tabel 13. Hasil pengujian statistik perbandingan kadar MDA serum tikus antara
kelompok perlakuan minyak cengkeh 1% dengan kelompok perlakuan minyak
cengkeh 2% menggunakan metode Mann-Whitney Test
Descriptive Statistics
Ranks
Total 6
a
Test Statistics
kategori
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 6,000
Z -2,121
Asymp. Sig. (2-tailed) ,034
b
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,100
67
68
Tabel 14. Hasil pengujian statistik perbandingan kadar MDA serum tikus antara
kelompok perlakuan minyak cengkeh 1% dengan kelompok perlakuan kontrol positif
(vitamin E) menggunakan metode Mann-Whitney Test
Descriptive Statistics
Ranks
Total 6
a
Test Statistics
kategori
Mann-Whitney U 4,500
Wilcoxon W 10,500
Z ,000
Asymp. Sig. (2-tailed) 1,000
b
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1,000
68
69
Tabel 15. Hasil pengujian statistik perbandingan kadar MDA serum tikus antara
kelompok perlakuan minyak cengkeh 2% dengan kelompok perlakuan kontrol positif
(vitamin E) menggunakan metode Mann-Whitney Test
Descriptive Statistics
Ranks
Total 6
a
Test Statistics
kategori
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 6,000
Z -2,121
Asymp. Sig. (2-tailed) ,034
b
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,100
69
70
LAMPIRAN 17
Gambar Penelitian
Gambar 10. Tikus jantan putih (Rattus Gambar 11. Tikus diberikan perlakuan
Novergicus) secara per oral
Gambar 12. Pembiusan hewan coba Gambar 13. Pengambilan darah melalui
Menggunakan dietil eter ekor
Gambar 14. Sampel darah yang akan Gambar 15. Sampel serum yang telah
disentrifuge disentrifuge
70
71
Gambar 16. Sampel serum 0,5 ml + 1,0 ml Gambar 17. Sampel serum 0,5 ml + 1,0
TCA + 1,0 ml TBA sebelum dipanaskan ml TCA + 1,0 ml TBA setelah dipanaskan
Gambar 18. Sampel serum 0,5 ml + 1,0 ml Gambar 19. Alat sentrifuge
TCA + 1,0 ml TBA setelah dipanaskan
akan diukur di Spektrofotometri UV-Vis
71
72
72