Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS PATOLOGIS PADA NY.

S UMUR
16 TAHUN P10001 POST PARTUM HARI KEDUA DENGAN
BENDUNGAN ASI DI RUANG NIFAS RS NAHDLATUL
ULAMA, KABUPATEN JOMBANG

Oleh:
MARETA ROSATAMA
NIM. 181303016

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


STIKES PEMKAB JOMBANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN NIFAS PATOLOGIS PADA NY. S UMUR 16 TAHUN P10001
POST PARTUM HARI KEDUA DENGAN BENDUNGAN ASI DI RUANG NIFAS RS
NAHDLATUL ULAMA, KABUPATEN JOMBANG OLEH MAHASISWA ATAS
NAMA MARETA ROSATAMA DENGAN NIM 181303016
TELAH DISAHKAN PADA
Hari :
Tanggal :
Tempat :

Mahasiswa,

MARETA ROSATAMA
NIM.181303016

Mengetahui,
Pembimbing Pendidikan Pembimbing Klinik

DEWI PITRIAWATI, SST,M.Keb NOVILIA MAHDALINA, A.Md.Kep

Kepala Ruangan

NOVILIA MAHDALINA, A.Md.Kep


KATA PENGANTAR

Segala kekuatan hanya dimiliki Allah. Dengan segala puji syukur kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya dan rahmat-Nya, dan dengan segala ijin-Nya.
Penulis telah menyelesaikan asuhan kebidanan keluarga dengan judul “Asuhan Kebidanan
Nifas Patologis Pada Ny. S Umur 16 Tahun P10001 Post Partum Hari Kedua dengan
Bendungan ASI di Ruang Bersalin RS Nahdlatul Ulama, Kabupaten Jombang” tanpa
halangan apapun. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Dr.dr. Bambang Dwi Hayunanto,Sp.KK selaku Direktur RSNU Jombang

2. Dr.Ririn Probowati S.Kp M.Kes selaku Ketua STIKES Pemkab Jombang

3. Erika Agung M,SST.,M.Kes selaku Kepala Program Studi D3 Kebidanan Stikes

Pemkab Jombang

4. Novilia Mahdalina,A.Md.Kep selaku pembimbing lahan

5. Dewi Pitriawati ,SST.M.Keb selaku Pembimbing Akademik Program Studi D3

Kebidanan Stikes Pemkab Jombang

Penulis menyadari asuhan kebidanan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun guna
perbaikan pada masa yang akan datang. Semoga penyusunan asuhan kebidanan ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada khususnya.

Jombang, 25 Juni 2021

Penulis,
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah kesehatan pada ibu pasca persalinan menimbulkan dampak yang dapat
meluas keberbagai aspek kehidupan dan menjadi salah satu parameter kemajuan bangsa
dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang menyangkut
dengan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Menurut WHO 81%
AKI akibat komplikasi selama hamil dan bersalin, dan 25% selama masa post partum.
Millenium Development Goals (MDGS)  adalah hasil kesepakatan 189 negara
termasuk Indonesia  yang mulai dijalankan pada September tahun 2000. Adapun program
pemerintah dalam rangka percepatan penurunan AKI guna mencapai target MDGs tahun
2015, telah dirumuskan skenario percepatan penurunan AKI yaitu, target MDGs  akan
tercapai apabila 50% kematian ibu per provinsi dapat dicegah/dikurangi.
AKI di Indonesia masih termasuk yang tinggi dibandingkan negara-negara di Asia
misalnya Thailand dengan AKI 130/100.000 Kelahiran Hidup (KH). Data SDKI tahun
2015 mencatat AKI di Indonesia mencapai 305 per 100.000 KH. Walaupun angka ini
dipandang mengalami perbaikan dibanding tahun tahun sebelumnya, Target MDGs 5
yaitu menurunkan AKI menjadi 102/100.000 KH pada tahun 2015 masih memerlukan
upaya khusus dan kerja keras dari seluruh  pihak baik Pemerintah, sektor swasta maupun
masyarakat. AKI yang tinggi menunjukkan rawannya derajat kesehatan ibu
Masa nifas ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk
selalu melakukan pemantauan karena pelaksanan yang kurang maksimal dapat
menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi
masa nifas, seperti sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari penyebab kematian para ibu,
infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua setelah perdarahan sehingga
sangat tepat jika para tenaga kesehatan memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini.
Adanya permasalahan pada ibu akan berimbas juga kepada kesejahteraan bayi yang
dilahirkan karena bayi tersebut tidak akan mendapatkan perawatan maksimal dari ibunya.
Dengan demikian, angka morbiditas dan mortalitas bayi pun akan meningkat
(Sulistyawati, 2009)
Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genitalia pada masa nifas
oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 38oC tanpa
menghitung hari pertama dan berturut-turut selama dua hari (Manuaba, 2010). Macam-
macam infeksi masa nifas diantaranya yaitu endometritis, parametritis, peritonitis, infeksi
saluran kemih, bendungan ASI, mastitis, abses payudara. Mastitis merupakan peradangan
payudara yang dapat disertai atau tidak disertai infeksi. Mastitis adalah infeksi pada
payudara yang terjadi pada 1-2% wanita yang menyusui. Mastitis umumnya terjadi pada
minggu 1-5 setelah melahirkan terutama pada primipara. Mastitis juga ditandai dengan
nyeri pada payudara, kemerahan area payudara yang membengkak, demam, menggigil,
dan penderita merasa lemah dan tidak nafsu makan. Mastitis biasanya disebabkan oleh
infeksi Staphylococus aureus dan sumbatan susu yang berlanjut / bendungan ASI
(Rukiyah dan Yulianti, 2010).
Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke- 2 atau ke-3 ketika payudara telah
memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak
lancar, karena bayi tidak cukup untuk menyusui, produksi meningkat, terlambat
menyusukan, hubungan dengan bayi (bounding) kurang baik, dan dapat pula karena
adanya pembantasan waktu menyusui (Prawirohardjo, 2011). Salah satu penyebab
bendungan ASI yaitu putting susu yang terbenam. Dampak bendungan ASI yaitu statis
pada pembuluh limfe akan mengakibatkan tekanan intraduktal yang akan mempengaruhi
berbagai segmen pada payudara, sehingga tekanan seluruh payudara meningkat,
akibatnya payudara sering terasa penuh, tegang, dan nyeri (WHO), walaupun tidak
disertai dengan demam. Terlihat kadang payudara lebih lebar sehingga sukar dihisap oleh
bayi. Bendungan ASI yang tidak disusukan secara adekuat akhinya terjadi mastitis.
Berdasarkan uraian data diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat kasus
bendungan ASI. Sehingga penulis menggunakan pendekatan manajemen asuhan
kebidanan dengan judul “Asuhan Kebidanan Nifas Patologis Pada Ny. S Umur 16 Tahun
P10001 Post Partum Hari Kedua dengan Bendungan ASI di Ruang Nifas RS Nahdlatul
Ulama,Kabupaten Jombang”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
“Bagaimana penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Nifas Patologis Pada Ny. S Umur 16
Tahun P10001 Post Partum Hari Kedua dengan Bendungan ASI di Ruang Nifas RS
Nahdlatul Ulama,Kabupaten Jombang”.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Dilaksanakannya Asuhan Kebidanan Nifas Patologis Pada Ny. S Umur 16 Tahun
P10001 Post Partum Hari Kedua dengan Bendungan ASI di Ruang Nifas, RS
Nahdlatul Ulama, Kabupaten Jombang dengan menggunakan proses asuhan
kebidanan sesuai dengan wewenang bidan.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Melakukan pengkajian pada Ny. S Umur 16 Tahun P10001 Post Partum Hari Kedua
dengan Bendungan ASI di Ruang Nifas, RS Nahdlatul Ulama, Kabupaten Jombang
2. Melakukan interpretasi data dengan merumuskan diagnosa kebidanan, masalah, dan
kebutuhan Ny. S Umur 16 Tahun P10001 Post Partum Hari Kedua dengan
Bendungan ASI di Ruang Nifas, RS Nahdlatul Ulama, Kabupaten Jombang
3. Merumuskan diagnosa potensial pada Ny. S Umur 16 Tahun P10001 Post Partum
Hari Kedua dengan Bendungan ASI di Ruang Nifas, RS Nahdlatul Ulama, Kabupaten
Jombang
4. Melakukan tindakan segera pada Ny. S Umur 16 Tahun Post Partum Hari Kedua
dengan Bendungan ASI di Ruang Nifas, RS Nahdlatul Ulama, Kabupaten Jombang
5. Merencanakan asuhan yang menyeluruh pada Ny. S Umur 16 Tahun P10001 Post
Partum Hari Kedua dengan Bendungan ASI di Ruang Nifas, RS Nahdlatul Ulama,
Kabupaten Jombang
6. Melaksanakan perencanaan secara efisien dan aman pada Ny. S Umur 16 Tahun
P10001 Post Partum Hari Kedua dengan Bendungan ASI di Ruang Nifas, RS
Nahdlatul Ulama, Kabupaten Jombang
7. Melakukan evaluasi pada penatalaksanaan asuhan kebidanan pada Ny. S Umur 16
Tahun P10001 Post Partum Hari Kedua dengan Bendungan ASI di Ruang Nifas, RS
Nahdlatul Ulama, Kabupaten Jombang
1.4 Manfaat
1. Bagi Pasien
Untuk mendapatkan asuhan secara komprehensif
2. Bagi lahan praktek
Sebagai pedoman sekaligus masukan untuk lebih meningkatkan mutu
pelayanan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
3. Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan evaluasi kompetensi mahasiswa.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Penulis telah mampu melakukan pengkajian, interpretasi data dengan
merumuskan diagnosa kebidanan, masalah, dan kebutuhan, merumuskan diagnosa
potensial, melakukan tindakan segera, merencanakan asuhan yang menyeluruh,
melaksanakan perencanaan dan melakukan evaluasi pada asuhan kebidanan nifas
patologis pada Ny. S Umur 16 Tahun P10001 Post Partum Hari Kedua dengan
Bendungan ASI di Ruang Nifas, RS Nahdlatul Ulama, Kabupaten Jombang secara
komprehensif.

5.2 Saran
1. Untuk pasien
a) Menganjurkan kepada ibu agar mengkomsumsi makanan yang bergizi
disamping selalu melakukan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya
bendungan ASI
b) Menganjurkan agar setiap ibu post partum selalu menyusui bayinya secara on
demand agar tidak terjadi bendungan ASI
c) Mengerti dan melaksanakan setiap anjuran dan pendidikan kesehatan yang
diberikan.
2. Untuk Lahan Praktek
Sebagai pedoman sekaligus masukan untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan
asuhan kebidanan pada ibu nifas.
3. Untuk Institusi Pendidikan
Semoga asuhan kebidanan komprehensif pada ibu nifas patologis dengan
bendungan ASI ini dapat dijadikan bahan evaluasi kompetensi mahasiswa guna
menciptakan tenaga kesehatan yang berpotensi dan profesional.

Anda mungkin juga menyukai