Disusun oleh :
Nama Mahasiswa : Choirul Bagas Pradana
Nim : (180213115)
A. Pengertian
Kebutuhan dasar manusia menurut Maslow secara hirarkhis yang pertama
adalah kebutuhan fisiologis (fisiological needs), yang dipandang sebagai
kebutuhan paling dasar untuk manusia dalam mempertahankan
kehidupannya (survive). Salah satu kebutuhan fisiologis ini adalah
kebutuhan akan cairan dan elektrolit yang merupakan cairan kedua setelah
oksigen. Bila tidak terpenuhi akan menyebabkan ketidakseimbangan
cairan tubuh bahkan bisa menyebabkan kematian (Atoilah dan Kusnadi,
2013).
Cairan termasuk dalam kebutuhan dasar manusia secara
fisiologis karena memiliki proporsi besar dalam tubuh. Hampir
90% dari total berat badan berbentuk cairan. Air di dalam
tubuh tersimpan dalam dua kompertemen
utama, yaitu CIS dan CES.
1) Cairan Intraseluler (CIS)
CIS merupakan cairan yang terdapat dalam sel tubuh dan
berfungsi sebagai media tempat aktivitas kima sel
berlangsung. Cairan ini menyusun sekitar 70% dari total
cairan tubuh (total body water TBW) dewasa, CIS
menyusun sekitar 40% berat tubuh atau 2/3 TBW.
2) Cairan Ekstraseluler (CES)
CES merupakan cairan yang terdapat diluar sel dan
menyusun 30% dari TWB atau sekitar 20% dari berat
tubuh. CES terdiri atas cairan intravasikuler, cairan
interstisial, dan cairan transeluler. Cairan intravasikuler atau
plasma menyusun 5% dari total berat badan, sedangkan
cairan interstisial menyusun 10%-15% total berat badan.
contohnya
3 klorida (Cl-), sulfat (SO 2-), fosfat (PO 3-), dan
bikarbonat (HCO- ).
Untuk mempertahankan keseimbanagan kimia,
keseimbangan elektrolit, dan Ph yang normal, tubuh
melakukan mekanisme pertukaran dua arah antara CIS dan
CES.Kation dan anion berperan dalam pertukaran ini.
(Lyndon Saputra, 2013).
2. Cairan dan Elektrolit Tubuh
Cairan termasuk dalam kebutuhan dasar manusia secara
fisiologis karena memiliki proporsi besar dalam tubuh. Hampir
90% dari total berat badan berbentuk cairan. Air di dalam
tubuh tersimpan dalam dua kompertemen
utama, yaitu CIS dan CES.
1) Cairan Intraseluler (CIS)
CIS merupakan cairan yang terdapat dalam sel tubuh dan
berfungsi sebagai media tempat aktivitas kima sel
berlangsung. Cairan ini menyusun sekitar 70% dari total
cairan tubuh (total body water TBW) dewasa, CIS
menyusun sekitar 40% berat tubuh atau 2/3 TBW.
2) Cairan Ekstraseluler (CES)
CES merupakan cairan yang terdapat diluar sel dan
menyusun 30% dari TWB atau sekitar 20% dari berat
tubuh. CES terdiri atas cairan intravasikuler, cairan
interstisial, dan cairan transeluler. Cairan intravasikuler atau
plasma menyusun 5% dari total berat badan, sedangkan
cairan interstisial menyusun 10%-15% total berat badan.
contohnya
3 klorida (Cl-), sulfat (SO 2-), fosfat (PO 3-), dan
bikarbonat (HCO- ).
1) Dehidrasi ringan
Pada dehidrasi ringan, tubuh kehilangan cairan
sebesar 5% dari berat badan sekitar 1,5-2 liter.
Kehilangan cairan yang berlebihan dapat
berlangsung melalui kulit, saluran
pencernaan, saluran kemih, paru, atau pembuluh darah.
2) Dehidrasi sedang
Pada dehidrasi sedang, tubuh kehilangan cairan
sebesar 5-10% dari berat badan atau sekitar 2-4
liter.Natrium serum dalam tubuh mencapai 152-
158 mEq/L. salah satu cirri fisik dari
penderita dehidrasi sedang adalah mata cekung.
3) Dehidrasi berat
Pada dehidrasi berat, tubuh kehilangan cairan
sebesar 4-6 liter atau lebih dari 10% dari berat
badan. Natrium serum mencapai 159-166
mEq/L. Penderita dehidrasi berat dapat
mengalami hipotensi, oliguria, turgor kulit
buruk, serta peningkatan laju pernapasan.
(Lyndon Saputra, 2013).
b. Hipervolemia
1) Hipervolume adalah kondisi ketidakseimbangan yang ditandai
dengan kelebihan (retensi) cairan dan natrium diruang
ekstraseluler.Hipervolume dikenal juga dengan sebutan
overhidrasi atau deficit volume cairan (fluid volume acces atau
FVE).Kelebihan cairan didalam tubuh dapat menimbulkan dua
manifestasi, yaitu peningkatan volume darah dan edema.
d. Hiperkalemia(>5,0 mEq/L)
Hiperkalemia adalah keadaan kelebihan kadar kalium
dalam cairan ekstrasel. Pada konsdisi ini, nilai kalium
serum > 5 mEq/L. pada pemeriksaan EKG terdapat
gelombang T memuncak, QRS melebar, dan PR
memanjang.
k. Hipofosfatemia(<2,5 mg/Dl)
Hipofosfatemia adalah kondisi penurunan kadar ion
fosfat didalam serum. Pada kondisi ini, nilai ion fosfat <
2,8 mg/dl. Hiposfatemia antara lain ditandai dengan
anoreksia, parastesia, kelemahan otot, dan pusing.
Kondisi ini dapat terjadi karena pengosumsian alcohol
secara berlebihan, malnutrisi, hipertiroidisme, dan
ketoasidosis diabetes.
l. Hiperfosfatemia(>4,5 mg/Dl)
Hiperfosfatemia adalah kondisi peningkatan kadar ion
fosfat didalam serum. Pada kondisi ini, nilai ion fosfat >
4,4 mg/dl atau > 3,0 mEq/L. Hiperfosfatemia antara lain
ditandai dengan peningkatan eksitabilitas system saraf
pusat, spasme otot, konvulsi dan tetani, peningkatan
gerakan usus, ganggua kardiovaskuler, dan osteoporosis.
Kondisi ini dapat terjadi pada kasus gagal ginjal atau
pada saat kadar parathormon menurun.
m. Asidosis respiratorik
Asidosis respiratorik merupakan gangguan
keseimbangan asam basa yang ditandai dengan
penurunan pH akibat retensi CO2.Oleh karena jumlah
CO2 yang keluar melalui paru berkurang, terjadi
peningkatan H2CO3 yang akhirnya menyebabkan
peningkatan [H+].Hal ini menyebabkan pH meurun.
Penurunan pH pada asidosis respiratorik dapat
disebabkan antara lain oleh penyakit obstruksi paru
(misalnya asma dan enfisema), perdarahan, trauma
kepala, dan tindakan menahan napas.
D. Penatalaksanaan
1. Pemberian cairan intravena untuk yang kehilangan cairan akut/berat
2. Pengkajian masalah yang berat,bunyi nafas dan warna kulit
3. Imobilisasi cairan dengan memposisikan pasien pada posisi supine
4. Menghentikan infus bila pemberian natrium cairan berlebihan
5. Frekuensi pemberian airan didasarkan keparahan, kekurangan dan respon
kemodinamik pasien terhadap penggantian cairan
6. Pemberian deuretik jika pembatasan diet natrium tidak cukup untuk
mengurangi odema dengan mencegah reabsorpsi natrium dan air oleh
ginjal
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas
Meliputi identitas klien dan identitas penanggung jawab. Berisi nama,
umur, alamat, pekerjaan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : keluhan yang paling dirasakan oleh klien pada saat
dilakukan pengkajian secara subjektif.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang: keluhan yang dirasakan oleh pasien
sesuai dengan gejala-gejala yang ada sampai pasien dirawat di
ruangan.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu: riwayat yang pernah dialami pasien
dahulu.
d. Riwayat kesehatan Keluarga: Informasi tentang kesehatan keluarga,
termasuk penyakit kronik (menahun/terus-menerus), seperti diabetes
millitus dan jatung, infeksi seperti tuberkulosis dan hepatitis.
3. Pengkajian Pola Fungsional: menggunakan Virginia Henderson.
4. Pemeriksaan Fisik : pemerisaan dilakukan dari kepala sampai kaki.
5. Data Penunjang : meliputi pemeriksaan laboratorium, terapi dan
pengobatan dan pemeriksaan diagnostik.
1. Riwayat Keperawatan
a. Intake dan output cairan dan makanan (oral, parentral).
b. Tanda umum masalah elektrolit.
c. Tanda kekurangan dan kelebihan cairan.
d. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan
dan elektrolit.
e. Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status
cairan.
f. Status perkembangan seperti usia dan situasi sosial.
g. Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang mengganggu
pengobatan.
2. Pengukuran klinik
a. Berat badan
Kehilangan/bertambahnya berat badan menunjukkan adanya
masalah keseimbangan cairan :
± 2 % : ringan
± 5 % : sedang
± 10 % : berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang
sama
b. Keadaan umum
Pengukuran tanda vital seperti suhu, tekanan darah, nadi, dan
pernapasan.
Tingkat kesadaran.
c. Pengukuran pemasukan cairan
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa
Risiko Ketidakseimbangan Cairan (D.0036)
Kategori: Fisiologis
Subkategori: Nutrisi/Cairan
Definisi
Berisiko mengalami penuruan, peningkatan atau percepatan perpindahan
cairan dari intravaskuler, inierstisial atau intraselular.
Faktor Risiko
1. Prosedur pembedahan mayor
2. Trauma/perdarahan
3. Luka bakar
4. Aferesis
5. Asites
6. Obstruksi intestinal
7. Peradangan pankreas
8. Penyakit ginjal dan kelenjar
9. Disfungsi intestinal
Kondisi Klinis Terkait
1. Prosedur pembedahan mayor
2. Penyakit ginjal dan kelenjar
3. Perdarahan
4. Luka bakar
Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit (D.0037)
Kategori : Fisiologis
Subkategori: Nutrisi dan Cairan
Definisi
Berisiko mengalami perubahan kadar serum elektrolit.
Faktor Risiko
1. Ketidakseimbangan cairan (mis. dehidrasi dan intoksikasi air)
2. Kelebihan volume cairan
3. Gangguan mekanisme regulasi (mis. diabetes)
4. Efek samping prosedur (mis. pembedahan)
5. Diare
6. Muntah
7. Disfungsi ginjal
8. Disfungsi regulasi endokrin
Kondisi Klinis Terkait
1. Gagal ginjal
2. Anoreksia nervosa
3. Diabetes melitus
4. Penyakit Chron
5. Gastroenteritis
6. Pankreatitis
7. Cedera kepala
8. Kanker
9. Trauma multipel
10. Luka bakar
11. Anemia sel sabit
C. INTERVENSI
- Edema Setelah
dilakukan
- Dehidrasi
intervensi
- Asites
keperawatan
- Konfusi selama 1x24 jam
- Tekanan darah
- Membran mukosa
- Mata cekung
- Turgor kulit
maka luaran utama : keseimbangan cairan Luaran tambahan : keseimbangan
elektrolit
Perilaku, Kesehatan Status cairan, Tingkat Pengetahuan
(Ekspetasi: meningkat), dengan kriteria hasil:
- Asupan cairan
- Keluaran urin
- Kelembaban membran
- Mukosa
- Asupan makanan
- Edema
- Dehidrasi
- Asites
- Konfusi
- Tekanan darah
- Denyut nadi radial
- Tekanan arteri rata – rata
- Membran mukosa
- Mata cekung
- Turgor kulit
- Berat badan
Intervensi
( SIKI I.03098)
Observasi
Terapeutik
Kolaborasi
Observasi
Terapeutik
- Tinkatkan asupan cairan
- Ambil sempel darah untuk pemeriksaan elektrolit
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian kalsium klorida dan kalsium glukosa
D. EVALUASI
a. Evaluasi Formatif (Merefleksikan observasi
perawat dan analisi terhadap klien terhadap
responlangsung pada intervensi keperawatan),
b. Evaluasi Sumatif (Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsi
observasi dan analisis mengenai statuskesehatan klien
terhadap waktu) (Poer,2012).
O : pasien tampak
lemas
A :masalah belum
teratasi
P :lanjutkan interpeksi
S : pasien mengatakan
Jam 18.00WIB perutnya kembung
O : pasien tampak
lemas
A : masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan
PATHWAY
hipovolemia hipervolemia
Gangguan keseimbangan elektrolit:
- Hiponatremia &
Gangguan keseimbangan asam
hypernatremia
MK : Kelebihan basa:
MK: - Hipokalimia &
Kekurangan Volume cairan hyperkalemia - Asidosis respiratorik
volume cairan - Hipokalsemia & - Asidosis metabolik
hyperkalsemia - Alkalosis respiratorik
- Hipokloremia & - Alkalosis metabolik
hyperkloremia
- Hipofosfatemia &
hiperfosfatemia
Sumber : https://www.scribd.com/document/395741958/Pathway-Cairan-Dan-Elektrolit
diakses tanggal 30 agutus 2021 jam 22.00WIB
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Atoilah, Elang Mohamad & Engkus, Kusnadi. 2013. Askep Pada Klien Dengan
Gangguan Kebutuhan DasarManusia. Jakarta: In Media
seizing Johson JY: Fluidsband Electrlytes Demystified. New York: McGraw- Hill,2008:12 dalam Bennita
W. Vaughans 2013.
Tarwoto & Wartonah, 20 Tarwoto & Wartonah, 2011. Kebutuhan Dasar Manusia Dan
Proses Keperawatan.
ENA (2007). Emergency Nursing Core Curriculum (6th ed). USA: Saunder Elsevier
Hadjipaviou, M., Chew, G.W. M., & Farmery, J. S. (2010) Fluid mana
gement. Student BMJ, 18 doi:http://dx.doi.org/10.1136/sbjm).c5063
https://www.scribd.com/document/395741958/Pathway-Cairan-Dan-Elektrolit diakses
tanggal 30 agutus 2021 jam 22.00WIB