Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP KEBUTUHAN KESEIMBANGAN


CAIRAN,ELEKTROLIT ,DAN ASAM BASA

Disusun oleh :
Nama Mahasiswa : Choirul Bagas Pradana
Nim : (180213115)

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DASAR


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS AN NUUR PURWODADI
2020-2021
1. KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN KESEIMBANGAN
CAIRAN,ELEKTROLIT ,DAN ASAM BASA

A. Pengertian
Kebutuhan dasar manusia menurut Maslow secara hirarkhis yang pertama
adalah kebutuhan fisiologis (fisiological needs), yang dipandang sebagai
kebutuhan paling dasar untuk manusia dalam mempertahankan
kehidupannya (survive). Salah satu kebutuhan fisiologis ini adalah
kebutuhan akan cairan dan elektrolit yang merupakan cairan kedua setelah
oksigen. Bila tidak terpenuhi akan menyebabkan ketidakseimbangan
cairan tubuh bahkan bisa menyebabkan kematian (Atoilah dan Kusnadi,
2013).
Cairan termasuk dalam kebutuhan dasar manusia secara
fisiologis karena memiliki proporsi besar dalam tubuh. Hampir
90% dari total berat badan berbentuk cairan. Air di dalam
tubuh tersimpan dalam dua kompertemen
utama, yaitu CIS dan CES.
1) Cairan Intraseluler (CIS)
CIS merupakan cairan yang terdapat dalam sel tubuh dan
berfungsi sebagai media tempat aktivitas kima sel
berlangsung. Cairan ini menyusun sekitar 70% dari total
cairan tubuh (total body water TBW) dewasa, CIS
menyusun sekitar 40% berat tubuh atau 2/3 TBW.
2) Cairan Ekstraseluler (CES)
CES merupakan cairan yang terdapat diluar sel dan
menyusun 30% dari TWB atau sekitar 20% dari berat
tubuh. CES terdiri atas cairan intravasikuler, cairan
interstisial, dan cairan transeluler. Cairan intravasikuler atau
plasma menyusun 5% dari total berat badan, sedangkan
cairan interstisial menyusun 10%-15% total berat badan.

Didalam cairan tubuh terdapat elektrolit.Elektrolit tersebut


tersusun atas ion elektrolit yang dapat menghantarkan arus
listrik. Ion yang bermuatan positif disebut kation, contohnya
natrium (Na+), kalium (K+), Kalsium (Ca2+), dan magnesium
(Mg2+). Ion yang bermuatan negative4 disebut anion,
4

contohnya
3 klorida (Cl-), sulfat (SO 2-), fosfat (PO 3-), dan
bikarbonat (HCO- ).
Untuk mempertahankan keseimbanagan kimia,
keseimbangan elektrolit, dan Ph yang normal, tubuh
melakukan mekanisme pertukaran dua arah antara CIS dan
CES.Kation dan anion berperan dalam pertukaran ini.
(Lyndon Saputra, 2013).
2. Cairan dan Elektrolit Tubuh
Cairan termasuk dalam kebutuhan dasar manusia secara
fisiologis karena memiliki proporsi besar dalam tubuh. Hampir
90% dari total berat badan berbentuk cairan. Air di dalam
tubuh tersimpan dalam dua kompertemen
utama, yaitu CIS dan CES.
1) Cairan Intraseluler (CIS)
CIS merupakan cairan yang terdapat dalam sel tubuh dan
berfungsi sebagai media tempat aktivitas kima sel
berlangsung. Cairan ini menyusun sekitar 70% dari total
cairan tubuh (total body water TBW) dewasa, CIS
menyusun sekitar 40% berat tubuh atau 2/3 TBW.
2) Cairan Ekstraseluler (CES)
CES merupakan cairan yang terdapat diluar sel dan
menyusun 30% dari TWB atau sekitar 20% dari berat
tubuh. CES terdiri atas cairan intravasikuler, cairan
interstisial, dan cairan transeluler. Cairan intravasikuler atau
plasma menyusun 5% dari total berat badan, sedangkan
cairan interstisial menyusun 10%-15% total berat badan.

Didalam cairan tubuh terdapat elektrolit.Elektrolit tersebut


tersusun atas ion elektrolit yang dapat menghantarkan arus
listrik. Ion yang bermuatan positif disebut kation, contohnya
natrium (Na+), kalium (K+), Kalsium (Ca2+), dan magnesium
(Mg2+). Ion yang bermuatan negative4 disebut anion,
4

contohnya
3 klorida (Cl-), sulfat (SO 2-), fosfat (PO 3-), dan
bikarbonat (HCO- ).

Untuk mempertahankan keseimbanagan kimia,


keseimbangan elektrolit, dan Ph yang normal, tubuh
melakukan mekanisme pertukaran dua arah antara CIS dan
CES.Kation dan anion berperan dalam pertukaran ini.
(Lyndon Saputra, 2013).
B. Fungsi Fisiologi Pengaturan Cairan, Elektrolit dan Asam-Basa
a. Cairan
Cairan tubuh terdiri atas dua kompertemen utama yang
dipisahkan oleh membrane semipermeable.Kedua
kompertemen tersebut adalah intraseluler dan
ekstraseluler.Sekitar 65% cairan tubuh berada dalam sel,
atau intraseluler.Sisanya 35% cairan tubuh berada diluar sel,
atau ekstraseluler. Komparemen ekstraseluler selanjutnya
dibagi menjadi tiga
subdivisi:
1. Interstisial : cairan antara sel dan disekitar pembuluh darah (25%).
2. Intravascular : cairan didalam pembuluh darah; juga disebut
plasma
darah (8%).
3. Transeluler: air mata dan juga cairan spinal, synovial,
peritoneal,
pericardial,dan pleural (25%).
b. Elektrolit
Elektrolit adalah mineral bermuatan listrik yang ditemukan
didalam dan diluar sel tubuh. Mineral tersebut dimasukkan
dalam cairan dan makanan dan dikeluarkan utamanya
melalui ginjal. Elektrolit juga dikeluarkan melalui hati,
kulit, dan paru-paru dalam jumlah lebih sedikit.

Table 2.1 Elektrolit-elektrolit Utama

Elektrolit-elektrolit Fungsi Lokasi


utama Intraseluler Ekstraseluler
(mEq/L) (mEq/L)
Sodium ( Na+) Fungsi neuromuscular dan 12 145
manjemen cairan (elektrolit
ekstraseluler paling banyak)
Potassium (K+) Fungsi neuromuscular dan 150 4
jantung (elektrolit intraseluler
paling banyak)
Kalsium ( Ca++) Struktur tulang, fungsi 5 <1
neuromuscular dan
penggumpalan darah.
Magnesium ( Mg++) Transportasi aktif Na+ dan 40 2
K+, fungsi neuromuscular.
Klorida (Cl-) Osmolalitas, keseimbangan 103 4
asam basa.
-
Fosfat (HPO4 ) Pembentukan ATP, 4 75
keseimbangan asam basa.
Dimodifikasi seizing Johson JY: Fluidsband Electrlytes Demystified. New York:
McGraw- Hill,2008:12 dalam Bennita W. Vaughans 2013.

Kadar elektrolit dalam tubuh diatur melalui penyerapan dan


pengeluaran untuk menjaga level yang diharapkan untuk
fungsi tubuh optimal. Dalam hal kalsium, hormone
paratiroid dan kasitonin disekresikan untuk menstimulasi
penyimpanan atau pengeluaran kalsium dari tulang untuk
mengatur level dalam darah. Elektrolit lain diserap dari
makanan dalam jumlah sedikit atau banyak atau disimpan
atau disekresikan oleh ginjal atau lambung dalam jumlah
sedikit atau banyak yang diperlukan untuk mengurangi atau
menaikkan level elektrolit ke level yang diperlukan untuk
fungsi tubuh optimal. Agar mekanisme umpan balik
menjadi efektif, organ atau system yang bertanggung jawab
untuk penyerapan dan ekskresi (gastrointestinal) atau
penyerapan kembali dan ekresi (renal) harus berfungsi
dengan baik.

c. Keseimbangan asam basa


Penyangga kimia, system pernapasan, dan system renal
merupakan
mekanisme kunci untuk mengatur keseimbanagan asam
basa dalam tubuh manusia.
Penyangga adalah senyawa yang mengatur pH tubuh
dengan menerima atau melepaskan ion H+.Salah satu
penyangga terpenting dalam tubuh manusia adalah
bikarbonat.

1) Karbondioksida (CO2) dilepaskan dari jaringan


tubuh dan diterima oleh sel darah merah (SDM).
2) CO2 dalam sel darah merah, dikombinasikan
dengan air dan dibawah pengaruh karbon
anhidrasi (suatu enzim) dengan segera
dikonversi menjadi asam karbon
3) Asam karbon berionisasi atau memisah menjadi
bikarbonat
(HCO3-) dan H+.
4) Bikarbonat meninggalkan sel darah merah dan beredar
dalam
plasma menuju paru-paru.
Ion H+ bebas yang tertinggal dalam sel darah
merah dengan cepat berinteraksi dengan
oksihemoglobin dalam sel dan menyebabkan
pelepasan oksigen (O2) dari sel darah merah
kedalam jaringan untuk respirasi sel (Bennita,
2013).

Hal sebaliknya terjadi di paru-paru:

1) O2 berdifusi dari paru-paru kedalam sel darah


merah, dimana selanjutnya dikonversi menjadi
oksihemoglobin.
2) Hal ini memicu pergantian bikarbonat kembali ke sel
darah
merah.
3) Setelah berada dalam sel darah merah,
bikarbonat bergabung dengan H+ bebas (dari
hasil formasi oksihemoglobin) untuk
membentuk asam karbon.
4) Dibawah pengaruh karbon anhidrasi, asam karbon
memisah
menjadi air dan CO2.
5) CO2 berdifusi keluar dari sel darah merah
kedalam paru-paru, dimana ia akan
dikeluarkan dari tubuh selama ekshalasi
(Bennita, 2013).
System penyangga memfasilitasi keseimbangan asam basa,
pengeluaran karbon dioksida dari tubuh, dan transportasi
oksigen keberbagai jaringan tubuh untuk digunakan dalam
respirasi seluler.

Peran paru-paru dalam mejaga keseimbangan asam basa


dalam keadaan normal telah disekripsikan sebelumnya.Jika
terdapat kelebihan asam dalam tubuh (asidosis), paru-paru
menyumbang dengan menyebabkan pernapasan dalam dan
cepat untuk mengeluarkan kelebihan itu.Hal sebaliknya
terjadi ketika terjadi kelebihan jumlah basa dalam tubuh
(alkalosis) (Bennita, 2013).
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan,
Elektrolit dan Asam-Basa

Menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa


mempengaruhi proses metabolism dalam tubuh.
Ketidakseimbangan akan mempercepat proses, memperlambat,
menghambat penggunaan sari-sari makanan dengan benar,
mempengaruhi kadar oksigen dalam tubuh, atau menyebabkan
tubuh kita menyimpan limbah beracun (Bennita, 2013).
• Usia
Usia seseorang mempengaruhi fungsi organ.
Kemampuan organ (missal jantung, ginjal, paru-paru) untuk
mengelola keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa
secara efisien juga terpengaruh. Dikarenakan usia
merupakan faktor pengaruh yang tidak terkontrol, sehingga
menjadikannya semakin penting untuk mengatur faktor
terkontrol yang telah disebutkan sebelumnya untuk individu
yang sangat muda dan sangat
tua.
• Temperature lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan keringat.Seseorang
dapat
kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-30 gram/hari.
• Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan
memecah cadangan energy, proses ini akan menimbulkan
pergerakan cairan dari intersisial ke
intraseluler.
• Stress.
Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolism
sel, konsentrasi darah dan glikolisis otot, mekanisme ini
dapat menimbulkan retensi
sodium dan air. Proses ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air.
• Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal, dan
jantung, gangguan hormone akan mengganggu
keseimbangan cairan (Tarwoto dan Wartonah, 2011).
C. Gangguan pemenuhan kebutuhan dasar Keseimbangan Cairan,Elektrolit ,Dan
Asam Basa.
1) Ketidakseimbangan cairan
a. Hipovolemia
Hipovolume adalah kondisi ketidakseimbangan yang
ditandai dengan defisiensi cairan dan elektrolit diruang
ekstraseluler, tetapi proporsi antara keduanya (cairandan
elektrolit) mendekati normal.Hipovolume dikenal juga
dengan sebutan dehidrasi atau deficit volume cairan
(fluid volume deficit atau FVD).

Pada saat tubuh kekurangan cairan dan elektrolit,


tekanan osmotic mengalami perubahan sehingga cairan
interstisial dapat masuk ke ruang intravaskuler.Hal ini
menyebabka ruang interstisial kosong dan cairan intrasel
masuk kedalamnya.

Hipovolume dapat disebabkan oleh banyak faktor,


misalnya kekurangan asupan cairan dan kelebihan
asupan zat terlarut (misalnya protein dan klorida atau
natrium).kelebihan asupan zat terlarut dapat
menyebabkan eksresi atau pengeluaran urine secara
berlebih serta pengeluaran keringat yang banyak dalam
waktu yang lama.

Dehidrasi dapat terjadi pada pasien yang mengalami


gangguan pada hipotalamus, kelenjar gondok, dan
ginjal.Selain itu dehidrasi juga dapat terjadi pada pasien
yang mengalami diare dan muntah secara terus menerus.
Secara umum, dehidrasi dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1) Dehidrasi isotonic, yaitu jumlah cairan yang hilang
sebanding
dengan jumlah isotonic yang hilang.
Dehidrasi hipertonik, yaitu jumlah cairan yang hilang lebih
besar daripada jumlah elektrolit yang hilang
2) Dehidrasi hipotonik, yaitu jumlah cairan yang
hilang lebih sedikit daripada jumlah elektrolit
yang hilang.

Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan


dapat menyebabkan penurunan volume ekstrasel
(hipovolume) dan perubahan hematokrit.
Berdasarkan derajat keparahan, dehidrasi dapat dibagi menjadi:

1) Dehidrasi ringan
Pada dehidrasi ringan, tubuh kehilangan cairan
sebesar 5% dari berat badan sekitar 1,5-2 liter.
Kehilangan cairan yang berlebihan dapat
berlangsung melalui kulit, saluran
pencernaan, saluran kemih, paru, atau pembuluh darah.
2) Dehidrasi sedang
Pada dehidrasi sedang, tubuh kehilangan cairan
sebesar 5-10% dari berat badan atau sekitar 2-4
liter.Natrium serum dalam tubuh mencapai 152-
158 mEq/L. salah satu cirri fisik dari
penderita dehidrasi sedang adalah mata cekung.
3) Dehidrasi berat
Pada dehidrasi berat, tubuh kehilangan cairan
sebesar 4-6 liter atau lebih dari 10% dari berat
badan. Natrium serum mencapai 159-166
mEq/L. Penderita dehidrasi berat dapat
mengalami hipotensi, oliguria, turgor kulit
buruk, serta peningkatan laju pernapasan.
(Lyndon Saputra, 2013).

b. Hipervolemia
1) Hipervolume adalah kondisi ketidakseimbangan yang ditandai
dengan kelebihan (retensi) cairan dan natrium diruang
ekstraseluler.Hipervolume dikenal juga dengan sebutan
overhidrasi atau deficit volume cairan (fluid volume acces atau
FVE).Kelebihan cairan didalam tubuh dapat menimbulkan dua
manifestasi, yaitu peningkatan volume darah dan edema.

Edema dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu


edema perifer atau edema pitting, edema nonpitting, dan
edema anasrka.Edema pitting adalah edema yang
muncul didaerah perifer. Penekanan daerah edema, akan
membentuk cekungan yang tidak langsung hilang ketika
tekanan dilepaskan. Hal ini disebabkan oleh
perpindahan cairan kejaringan melalui titik tekan.Edema
pitting tidak menunjukkan kelebihan cairan yang
menyeluruh.Edema nonpitting tidak menunjukkan
kelebiahan cairan ekstrasel karena umumnya disebabkan
oleh infeksi dan trauma yang menyebakan pengumpulan
serta pembekuan cairan dipermukaan jaringan.
Kelebihan cairan vaskuler meningkatkan tekanan
hidrostatik cairan dan akan menekan cairan ke
permukaan interstisial.

Edema anasarka adalah edema yang terdapat diseluruh


tubuh.Pada edema anasarka, tekanan hidrostatik
meningkat sangat tajam sehingga menekan sejumlah
cairan hingga ke membrane kapiler paru.
Akibatnya,terjadilah edema paru dengan manifestasi
berupa penumpukan sputum, dispnea, batuk, dan
terdengar suara napas ronki basah.
Kelebihan cairan ekstrasel memiliki manifestasi sebagai berikut.
2) Edema perifer atau edema pitting
3) Asites
4) Kelopak mata bengkak
5) Suara napas ronki basah
6) Penambahan berat badan yng tidak normal
(Lyndon Saputra, 2013).

2) Ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa


a. Hiponatremia (<134 mEq/L)
Adalah keadaan kekurangan kadar natrium dalam cairan
ekstrasel yang menyebabkan perubahan tekanan
osmotic. Pada kondisi ini, kadar natrium serum <
136 mEq/L dan berat jenis urin < 1,010.

Penurunan kadar natrium menyebabkan cairan


berpindah dari ruang ekstrasel ke cairan intrasel
sehingga menjadi bengkak.

Tanda dan gejala hiponatremia meliputi rasa haus


berlebihan, denyut nadi cepat, hipotensi postural,
konvulsi, membrane mukosa kering, cemas, postural
dizziness, mual, muntah, dan diare.Hiponatremia
umumnya disebabkan oleh kehilangan cairan tubuh
secara berlebihan, misalnya ketika terjadi diare atau
muntah terus menerus dalam jangka waktu lama.

b. Hipernatremia (>146 mEq/L)


Hipernatremia adalah kelebihan kadar natrium dalam
cairan ekstrasel yang menyebabkan peningkatan tekanan
osmotic ekstrsel. Pada kondisi ini, kadar natrium serum
>144 mEq/L dan berat jenis urine > 11,30. Peningkatan
kadar natrium menyebabkan cairan intrasel
bergerak keluar sel.
Tanda dan gejala hipernatremia meliputi kulit dan
mukosa bibir kering, turgor kulit buruk, permukaan
kulit membengkak, oliguria atau anuria, konvulsi, suhu
tubuh tinggi, dan lidah kering serta kemerahan.
Hipernatremia bisa disebabkan oleh asupan natrium
yang berlebihan,kerusakan sensasi haus, diare, disfagia,
poliuria karna diabetes insipidus, dan kehilangan cairan
berlebihan dari paru-paru.

c. Hipokalemia (<3,4 mEq/L)


Hipokalemia adalah keadaan kekurangan kadar kalium
dalam cairan ekstrasel yang menyebabkan kalium
berpindah keluar sel. Pada kondisi ini, kadar kalium
serum < 3,5 mEq/L. pada pemeriksaan EKG terdapat
gelombang T datar depresi segmen ST. hipokalemia
ditandai dengan kelemahan, keletihan, dan penurunan
kemampuan otot. Selain itu kondisi ini juga ditandai
denga distensi usus, penurunan bising usus, denyut
jantung (aritmia) tidak beraturan, penurunan tekanan
darah, tidak napsu makan, dan muntah-muntah.

d. Hiperkalemia(>5,0 mEq/L)
Hiperkalemia adalah keadaan kelebihan kadar kalium
dalam cairan ekstrasel. Pada konsdisi ini, nilai kalium
serum > 5 mEq/L. pada pemeriksaan EKG terdapat
gelombang T memuncak, QRS melebar, dan PR
memanjang.

Tanda dan gejala hiperkalemia meliputi rasa cemas,


iritabilitas, hipotensi, parastesia, mual, hiperaktivitas
system pencernaan, kelemahan, dan
aritmia.Hiperkalemia ini berbahaya karena dapat
menghambat transmisi impuls jantung dan dapat
menyebabkan serangan jantung.

Hiperkalemia dapat terjadi pada pasien luka bakar,


penyakit ginjal, dan asidosis metabolic. Ketika terjadi
hiperkalemia, salah satu upaya yang dapat dilakukan
untuk menormalkan kadar kalium adalah dengan
pemberian insulin karena insulin dapat membantu
mkalium masuk kedalam sel.

e. Hipokalsemia( <8,6 mg/ dL atau 4,5 mEq/L)


Hipokalsemia adalah kondisi kekurangan kalsium dalam
cairan ekstrasel. Pada kondisi ini, kadar kalsium serum
<4,5 mEq/L serta terjadi pemanjangan interval Q-T
pada pemeriksaan EKG. Hipokalsemia ditandai dengan
terjadinya kram otot dan kram perut kejang (spasme)
dan tetani, peningkatan motilitas gastrointestinal,
gangguan kardiovaskuler dan osteoporosis.

f. Hiperkalsemia( >10 mg/Dl atau 5,5 mEq/L)


Hiperkalsemia adalah kondisi kelebihan kadar kalsium pada cairan
ekstrasel. Pada kondisi ini, kadar kalsium serum > 5,8 mEq/L serta
terjadi peningkatan BUN akibat kekurangan cairan.
Hiperkalsemia ditandai dengan penurunan kemampuan
otot, mual, muntah, anoreksia, kelemahan dan letargi,
nyeri pada tulang, dan serangan jantung.Kondisi ini
dapat terjadi pada pasien yang mengalami
pengangkatan kelenjar ogondok dan mengkonsumsi
vitamin D secara berlebihan.

g. Hipomagnesemia (<1,3 mEq/L)


Hipomagnesia adalah kondisi kekurangan kadar magnesium
dalam
darah. Pada kondisi ini, kadar magnesium serum ≥ 1,4
mEq/L. Hipomagnesia ditandai dengan iritabilitas,
tremor, hipertensi,
disorientasi, konvulsi, halusinasi, kejang, dan kram pada
kaki dan tangan, reflek tendon profunda yang hiperaktif,
serta takikardia. Kondisi ini umunya disebabkan oleh
konsumsi alcohol yang berlebihan, malnutrisi, gagal
hati, absorbs usus yang buruk, dan diabetes mellitus.

h. Hipermagnesemia (>2,5 mEq/L)


Hipermagnesia adalah kelebihan kadar magnesium
dalam darah. Pada kondisi ini, nilai kadar magnesium
serum ≥ 3,4 mEq/L. hipermagnesia ditandai dengan
depresi pernapasan, aritmia jantung, dan depresi reflex
tendon profunda.

i. Hipokloremia (≥95 mEq/L)


Hipokloremia adalah kondisi kekurangan ion klorida
dalam serum. Pada kondisi ini, nilai ion klorida ≥ 95
mEq/L. Hipokloremia ditandai dengan gejal yang
menyerupai alkalosis metabolic yaitu, kelemahan,
apatis, gangguan mental, pusing, dank ram. Kondisi ini
dapat terjadi karena tubuh kehilangan sekresi
gastrointestinal secara berlebihan, misalnya karena
muntah, diare, dieresis, atau pengisapan nasogastrik.

j. Hiperkloremia (> 105 mEq/L)


Hiperkloremia adalah kondisi kelebihan ion klorida
dalam serum.Pada kondisi ini, nilai ion klorida > 105
mEq/L. hiperkloremia sering

dikaitkan dengan hipernatremia, terutama pada kasus


dehidrasi dan masalah ginjal.

Hiperkloremia menyebabkan penurunan bikarbonat


sehingga menyebabkan ketidakseimbanagn asam basa.
Jika berlangsung lama, kondisi ini akan menyebabkan
kelemahan, letrgi, dan pernapasan kusmaul.

k. Hipofosfatemia(<2,5 mg/Dl)
Hipofosfatemia adalah kondisi penurunan kadar ion
fosfat didalam serum. Pada kondisi ini, nilai ion fosfat <
2,8 mg/dl. Hiposfatemia antara lain ditandai dengan
anoreksia, parastesia, kelemahan otot, dan pusing.
Kondisi ini dapat terjadi karena pengosumsian alcohol
secara berlebihan, malnutrisi, hipertiroidisme, dan
ketoasidosis diabetes.
l. Hiperfosfatemia(>4,5 mg/Dl)
Hiperfosfatemia adalah kondisi peningkatan kadar ion
fosfat didalam serum. Pada kondisi ini, nilai ion fosfat >
4,4 mg/dl atau > 3,0 mEq/L. Hiperfosfatemia antara lain
ditandai dengan peningkatan eksitabilitas system saraf
pusat, spasme otot, konvulsi dan tetani, peningkatan
gerakan usus, ganggua kardiovaskuler, dan osteoporosis.
Kondisi ini dapat terjadi pada kasus gagal ginjal atau
pada saat kadar parathormon menurun.

m. Asidosis respiratorik
Asidosis respiratorik merupakan gangguan
keseimbangan asam basa yang ditandai dengan
penurunan pH akibat retensi CO2.Oleh karena jumlah
CO2 yang keluar melalui paru berkurang, terjadi
peningkatan H2CO3 yang akhirnya menyebabkan
peningkatan [H+].Hal ini menyebabkan pH meurun.
Penurunan pH pada asidosis respiratorik dapat
disebabkan antara lain oleh penyakit obstruksi paru
(misalnya asma dan enfisema), perdarahan, trauma
kepala, dan tindakan menahan napas.
D. Penatalaksanaan
1. Pemberian cairan intravena untuk yang kehilangan cairan akut/berat
2. Pengkajian masalah yang berat,bunyi nafas dan warna kulit
3. Imobilisasi cairan dengan memposisikan pasien pada posisi supine
4. Menghentikan infus bila pemberian natrium cairan berlebihan
5. Frekuensi pemberian airan didasarkan keparahan, kekurangan dan respon
kemodinamik pasien terhadap penggantian cairan
6. Pemberian deuretik jika pembatasan diet natrium tidak cukup untuk
mengurangi odema dengan mencegah reabsorpsi natrium dan air oleh
ginjal
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas
Meliputi identitas klien dan identitas penanggung jawab. Berisi nama,
umur, alamat, pekerjaan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : keluhan yang paling dirasakan oleh klien pada saat
dilakukan pengkajian secara subjektif.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang: keluhan yang dirasakan oleh pasien
sesuai dengan gejala-gejala yang ada sampai pasien dirawat di
ruangan.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu: riwayat yang pernah dialami pasien
dahulu.
d. Riwayat kesehatan Keluarga: Informasi tentang kesehatan keluarga,
termasuk penyakit kronik (menahun/terus-menerus), seperti diabetes
millitus dan jatung, infeksi seperti tuberkulosis dan hepatitis.
3. Pengkajian Pola Fungsional: menggunakan Virginia Henderson.
4. Pemeriksaan Fisik : pemerisaan dilakukan dari kepala sampai kaki.
5. Data Penunjang : meliputi pemeriksaan laboratorium, terapi dan
pengobatan dan pemeriksaan diagnostik.

1. Riwayat Keperawatan
a. Intake dan output cairan dan makanan (oral, parentral).
b. Tanda umum masalah elektrolit.
c. Tanda kekurangan dan kelebihan cairan.
d. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan
dan elektrolit.
e. Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status
cairan.
f. Status perkembangan seperti usia dan situasi sosial.
g. Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang mengganggu
pengobatan.
2. Pengukuran klinik
a. Berat badan
Kehilangan/bertambahnya berat badan menunjukkan adanya
masalah keseimbangan cairan :
± 2 % : ringan
± 5 % : sedang
 ± 10 % : berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang
sama
b. Keadaan umum
 Pengukuran tanda vital seperti suhu, tekanan darah, nadi, dan
pernapasan.
 Tingkat kesadaran.
c. Pengukuran pemasukan cairan

 Cairan oral : NGT dan oral.


 Cairan parenteral termasuk obat-obatan IV.
 Makanan yang cenderung mengandung air.
 Irigasi kateter atau NGT.
d. Pengukuran pengeluaran cairan
 Urine : volume, kejernihan/ kepekatan.
 Feses : jumlah dan konsistensi.
 Muntah.
 Tube drainage.
 IWL.
 Ukur keseimbangan cairan dengan akurat: normalnya
sekitar ± 200 CC.
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit difokuskan pada :
a. Integumen : Keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan
otot, tetani, dan sensasi rasa.
b. Kardiovaskuler: Distensi vena jugularis, tekanan darah,
hemoglobin, dan bunyi jantung.
c. Mata: Cekung, air mata kering.
d. Neurologi : Refleks, gangguan motorik dan sensorik, tingkat
kesadaran.
e. Gastrointestinal: Keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-
muntah, dan bising usus.
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan elektrolit, darah lengkap, PH, berat janis urine, dan
analisis gas darah terapy obat.
2. Analisa data
Langkah kedua dalam proses adalah mengonversi data informasi.
Tujuannya adalah untuk membantu kita mempertimbangkan data apa
yang kita kumpulkan dalam pengkajian skrining mungkin berarti, atau
untuk membantu mengidentifikasi data tambahan yang perlu
dikumpulkan. Perawat mengumpulkan dan mendokumentasikan dua
jenis data yang berhubungan dengan pasien: data subjektif dan objektif.
Sementara dokter menilai data objektif dan subjektif untuk diagonis
medis, perawat menilai kedua jenis data untuk diagnosis keperawatan.
Menurut Wilkinson (2006), analisa data dari diagnosa
keperawatan kelebihan volume cairan dibagi menjadi data
subjektif dan data objektif antara lain:
a. Data subjektif
Ansietas, Dispnea atau bernafas dangkal dan gelisah.
b. Data objektif
Suara nafas tidak normal (rale atau crackle), perubahan
elektrolit, anasarka (edema seluruh tubuh), ansietas,
azotemia, perubahan tekanan darah, perubahan status
mental, perubahan pola respirasi, penurunan
haemoglobin dan hematokrit, edema, peningkatan tekanan
vena sentral, asupan melebihi haluaran, distensi vena
jugularis, oliguria, ortopnea, efusi pleura, reflex
hepatojugular positif, kongesti paru, gelisah, bunyi jantung
S3, perubahan berat jenis, dan pertambahan berat badan
dalam periode singkat.

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa
Risiko Ketidakseimbangan Cairan (D.0036)
Kategori: Fisiologis
Subkategori: Nutrisi/Cairan
Definisi
Berisiko mengalami penuruan, peningkatan atau percepatan perpindahan
cairan dari intravaskuler, inierstisial atau intraselular.
Faktor Risiko
1. Prosedur pembedahan mayor
2. Trauma/perdarahan
3. Luka bakar
4. Aferesis
5. Asites
6. Obstruksi intestinal
7. Peradangan pankreas
8. Penyakit ginjal dan kelenjar
9. Disfungsi intestinal
Kondisi Klinis Terkait
1. Prosedur pembedahan mayor
2. Penyakit ginjal dan kelenjar
3. Perdarahan
4. Luka bakar
Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit (D.0037)
Kategori : Fisiologis
Subkategori: Nutrisi dan Cairan
Definisi
Berisiko mengalami perubahan kadar serum elektrolit.
Faktor Risiko
1. Ketidakseimbangan cairan (mis. dehidrasi dan intoksikasi air)
2. Kelebihan volume cairan
3. Gangguan mekanisme regulasi (mis. diabetes)
4. Efek samping prosedur (mis. pembedahan)
5. Diare
6. Muntah
7. Disfungsi ginjal
8. Disfungsi regulasi endokrin
Kondisi Klinis Terkait
1. Gagal ginjal
2. Anoreksia nervosa
3. Diabetes melitus
4. Penyakit Chron
5. Gastroenteritis
6. Pankreatitis
7. Cedera kepala
8. Kanker
9. Trauma multipel
10. Luka bakar
11. Anemia sel sabit

C. INTERVENSI

- Edema Setelah
dilakukan
- Dehidrasi
intervensi
- Asites
keperawatan
- Konfusi selama 1x24 jam
- Tekanan darah

- Denyut nadi radial

- Tekanan arteri rata – rata

- Membran mukosa

- Mata cekung

- Turgor kulit
maka luaran utama : keseimbangan cairan Luaran tambahan : keseimbangan
elektrolit
Perilaku, Kesehatan Status cairan, Tingkat Pengetahuan
(Ekspetasi: meningkat), dengan kriteria hasil:
- Asupan cairan
- Keluaran urin
- Kelembaban membran
- Mukosa
- Asupan makanan
- Edema
- Dehidrasi
- Asites
- Konfusi
- Tekanan darah
- Denyut nadi radial
- Tekanan arteri rata – rata
- Membran mukosa
- Mata cekung
- Turgor kulit
- Berat badan

Intervensi
( SIKI I.03098)
Observasi

- Monitor status dehidrasi

- Monitor berat badan harian

- Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisi

- Monitor status hemodinamik

Terapeutik

- Catat intake-output dan hitung balans cairan 24 jam

- Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan


- Berikan cairan intravena, jika perlu

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu

Intervensi ( SIKI I.03105)

Observasi

- Pemberian cairan intravena untuk yang kehilangan cairan akut /berat

- Indetifikasi kadar magnesium serum

- Memonitor output urine pada pemberian terapi magnesium

- Memonitor gejala kardiovaskuler

- Memonitor gejala neuromuskular

Terapeutik
- Tinkatkan asupan cairan
- Ambil sempel darah untuk pemeriksaan elektrolit
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian kalsium klorida dan kalsium glukosa

D. EVALUASI
a. Evaluasi Formatif (Merefleksikan observasi
perawat dan analisi terhadap klien terhadap
responlangsung pada intervensi keperawatan),
b. Evaluasi Sumatif (Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsi
observasi dan analisis mengenai statuskesehatan klien
terhadap waktu) (Poer,2012).

NO. HARI/ EVALUASI TTD


DP TGL
1 Jum’at, S :Pasien mengatakan
27-08-2021 lemas,batuk, pusing,
12.00WIB panas, perut kembung

O : pasien tampak
lemas

A :masalah belum
teratasi

P :lanjutkan interpeksi

S : pasien mengatakan
Jam 18.00WIB perutnya kembung

O : pasien tampak
lemas

A : masalah teratasi
sebagian

P : Intervensi
dilanjutkan
PATHWAY

Cairan, elektrolit dan asam basa

Usia IKlim Diet Stress Kondisi sakit

Defusi, filtrasi, transport aktif, osmosis

hipovolemia hipervolemia
Gangguan keseimbangan elektrolit:

- Hiponatremia &
Gangguan keseimbangan asam
hypernatremia
MK : Kelebihan basa:
MK: - Hipokalimia &
Kekurangan Volume cairan hyperkalemia - Asidosis respiratorik
volume cairan - Hipokalsemia & - Asidosis metabolik
hyperkalsemia - Alkalosis respiratorik
- Hipokloremia & - Alkalosis metabolik
hyperkloremia
- Hipofosfatemia &
hiperfosfatemia

MK: ganguan pertukaran gas

MK: Risiko ketidakseimbangan Ketidak efektifan pola nafas


elektrolit

Sumber : https://www.scribd.com/document/395741958/Pathway-Cairan-Dan-Elektrolit
diakses tanggal 30 agutus 2021 jam 22.00WIB
BAB III

DAFTAR PUSTAKA

Atoilah, Elang Mohamad & Engkus, Kusnadi. 2013. Askep Pada Klien Dengan
Gangguan Kebutuhan DasarManusia. Jakarta: In Media

Saputra, Lyndon. 2013. Catatan Ringkas Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang:


Binarupa Aksara

seizing Johson JY: Fluidsband Electrlytes Demystified. New York: McGraw- Hill,2008:12 dalam Bennita
W. Vaughans 2013.

Vaughans, Bennita W. 2013. Keperawatan Dasar. Yogyakarta: Rapha Publishing

Tarwoto & Wartonah, 20 Tarwoto & Wartonah, 2011. Kebutuhan Dasar Manusia Dan
Proses Keperawatan.

Jakarta: SalembaMedika.11. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan.


Jakarta: SalembaMedika.
Bums, S. M. (2014). AAC Essentials of Critical Care Nursing (3th ed). New York:
McGraw-HIII Education.

ENA (2007). Emergency Nursing Core Curriculum (6th ed). USA: Saunder Elsevier

Hadjipaviou, M., Chew, G.W. M., & Farmery, J. S. (2010) Fluid mana
gement. Student BMJ, 18 doi:http://dx.doi.org/10.1136/sbjm).c5063

Kozier, Barbara. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,


dan Praktik. Jakarta : EGC

https://www.scribd.com/document/395741958/Pathway-Cairan-Dan-Elektrolit diakses
tanggal 30 agutus 2021 jam 22.00WIB

Anda mungkin juga menyukai