Anda di halaman 1dari 30

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Pembuaatan benda uji (beton) dan uji kuat tekan dilakukan di Laboratorium
Uji Bahan (uji material) Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya
Palembang.

3.2 Waktu Uji


Waktu penelitian yang diperlukan adalah 12 minggu dari waktu yang
tersedia. Adapun kegiatan penelitian ini dimulai dengan kegiatan sebagai berikut :
1. Uji bahan
Uji bahan merupakan tahap awal pegujian sebelum membuat campuran
beton. Dimana dalam tahap uji ini terdiri dari beberapa uji yaitu: berat jenis
agregat (kasar dan halus), bobot isi agregat (kasar dan halus), kadar lumpur
agregat (kasar dan halus), analisa saringan agregat (kasar dan halus), uji
konsistensi semen, berat jenis semen, waktu ikat semen, dan Super
Plasticizer.
2. Pembuatan benda uji dengan campuran Super Plasticizer.
Pada tahap ini dilakukan pencampuran semua agregat yang telah dilakukan
uji sebelumnya, dengan variasi komposisi campuran Super
Plasticizer sebagai bahan tambah. Setiap varisai komposisi membuat 2 buah
benda uji, setiap satu variasi benda uji dibuat 3 waktu uji yaitu 7 hari, 14 hari,
dan 28 hari.
3. Uji slump beton
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah adukan beton telah memenuhi
slump rencana yaitu 60-180 mm dan pengaruh FAS terhadap adukan beton.
4. Uji kuat tekan benda uji
Uji kuat tekan dilakukan setiap 7 hari, 14 hari, dan 28 hari. Setiap kali uji
dilakukan 2 buah benda uji, hal ini dilakukan untuk

34
35

mengetahui seberapa besar pengaruh Super Plasticizer terhadap kuat tekan


beton. Uji kuat tekan dilakukan di Laboratorium Uji Material (uji bahan)
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya.

3.3 Peralatan dan Bahan


3.3.1 Peralatan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam setiap item pada pekejaan ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.1 Alat-alat yang digunakan
No. Gambar Alat Kegunaan Jenis Uji

Digunakan untuk
Semua jenis uji
1. menimbang material
yang dilakukan
dan benda uji

Gambar 3.1 Timbangan

2. Digunakan untuk Semua jenis uji


mengambil material yang dilakukan

Gambar 3.2 Density Spoon


36

No. Gambar Alat Kegunaan Jenis Uji

Digunakan sebagai
Semua jenis uji
3. wadah untuk
yang dilakukan
menampung material

Gambar 3.3 Cawan

Digunakan untuk Kadar lumpur,


4. mengeringkan berat jenis
material agregat.

Gambar 3.4 Oven

Analisa
Digunakan untuk
5. saringan
menganalisis agregat
agregat

Gambar 3.5 Saringan


37

No. Gambar Alat Kegunaan Jenis Uji

Digunakan untuk
menggetarkan Analisa
6. material yang ada saringan
didalam susunan set agregat
ayakan
Gambar 3.6 Alat Penggetar

Digunakan untuk
mengukur jumlah Berat jenis dan
7. debit air yang penyerapan
diperlukan dalam agregat kasar
suatu uji
Gambar 3.7 Gelas Ukur

Set uji SSD agregat


halus (Kerucut Uji kondisi SSD
8.
terpancung dan agregat halus
Gambar 3.8 Set Uji SSD penumbuk kayu)
38

No. Gambar Alat Kegunaan Jenis Uji

Bobot isi
Digunakan untuk
gembur dan
9. menampung agregat
bobot isi padat
yang akan diuji
agregat

Gambar 3.9 Tabung Silinder

Bobot isi
Digunakan untuk
10. agregat dan mix
menumbuk agregat
design

Gambar 3.10 Penumbuk Besi

Konsistensi dan
Digunakan untuk
11. waktu ikat
menumbuk agregat
semen

Gambar 3.11 Alat Vicat

Digunakan untuk Berat jenis


12.
menguji berat jenis semen

Gambar 3.12 Tabung Le


Chatalier
39

No. Gambar Alat Kegunaan Jenis Uji

Konsistensi dan
Digunakan untuk
13. waktu ikat
meratakan semen
semen

Gambar 3.13 Spatula

Digunakan untuk
menekan benda uji
Uji kuat tekan
14. sampai mendapatkan
beton
hasil kekuatan
maksimum
Gambar 3.14 Mesin Uji Kuat
Tekan

Digunakan untuk
Analisa
15. membersihkan
Saringan
saringan

Gambar 3.15 Kuas


40

No. Gambar Alat Kegunaan Jenis Uji

Digunakan untuk
mengangkut alat,
16. material yang panas Semua jenis uji
dan untuk
membersihkan

Gambar 3.16 Majun

Digunakan untuk
17. Uji slump beton
cetakan slump beton

Gambar 3.17 Kerucut


Terpancung

Digunakan untuk
Pencetakan
18. mencetak benda uji
benda uji
beton

Gambar 3.18 Cetakan Silinder


41

No. Gambar Alat Kegunaan Jenis Uji

Digunakan untuk
19. Uji Slump
mengukur

Gambar 3.19 Meteran

Digunakan untuk
memukul cetakan
Pencetakan
20. tanpa merusak
benda uji
komponen yang
dipukul
Gambar 3.20 Palu Karet

Digunakan untuk
pengaduk, Pencetakan
21.
mengambil campuran benda uji
beton

Gambar 3.21 Cangkul


42

No. Gambar Alat Kegunaan Jenis Uji

Digunakan sebagai Pencetakan


22.
wadah air benda uji

Gambar 3.22 Ember

Digunakan untuk
Pencetakan
23 membersihkan
benda uji
cetakan silinder

Gambar 3.23 Sikat Kawat

Digunakan untuk
Pencetakan
24. meletakkan/merataka
benda uji
n benda uji

Gambar 3.24 Sendok Spesi

Digunakan untuk
Pencetakan
25. mengencangkan baut
benda uji
pada cetakan kubus

Gambar 3.25 Kunci Pass


43

3.3.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan beton sebagai :
1. Semen Portland tipe I merk Batu Raja
2. Agregat halus
3. Agregat kasar
4. Air
5. Super Plasticizer
Sebelum membeli bahan-bahan tersebut, diperkirakan terlebih dahulu berapa
jumlah yang dibutuhkan. Semen dibeli pada waktu mendekati hari pengecoran,
karena penyimpanan semen yang terlalu lama akan mengurangi mutu,
penyimpanan yang kurang tepat akan mengakibatkan semen mengeras dan terjadi
penggumpalan. Untuk pasir harus diperhitungkan yang terbuang setelah
pengayakan. Sebaliknya jumlah pasir dan split dilebihkan agar pemeriksaan
agregat tidak terulang lagi, karena mengingat karakteristik agregat tidak akan
sama untuk setiap membeli.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan data primer. Data primer pada penelitian ini
didapat dari hasil uji / pengetesan material, mulai dari:
a. Uji bahan yang akan digunakan untuk pembuatan benda uji berupa uji
sifat fisis dari campuran penyusun beton yaitu:
1) Uji analisa saringan agregat halus dan kasar
Uji ini dilakukan dengan pedoman terhadap SNI-03-1968-1990
metode uji tentang analisis saringan agregat halus dan kasar.
2) Uji berat jenis SSD dan penyerapan agregat halus
Uji ini dilakukan dengan pedoman terhadap SNI-1970:2008 cara uji
berat jenis dan penyerapan air agregat halus.
3) Uji berat jenis SSD dan penyerapan agregat kasar
Uji ini dilakukan dengan pedoman terhadap SNI-1969:2008 cara uji
berat jenis dan penyerapan air agregat kasar.
4) Uji bobot isi agregat halus dan kasar
44

Uji ini dilakukan dengan pedoman terhadap SNI-03-4804-1998


metode uji bobot isi dan rongga udara dalam agregat.
5) Uji kadar organik agregat halus
Uji ini dilakukan dengan pedoman terhadap SNI-03-2816-1992
tentang uji kotoran organik dalam pasir untuk campuran mortar atau
beton.
6) Uji berat jenis semen portland
Uji ini dilakukan dengan pedoman terhadap SNI-15-2531-1991
tentang metode uji berat jenis semen portland.
7) Uji konsistensi semen
Uji ini dilakukan dengan pedoman terhadap ASTM C 187 Standard
Test Method for Normal Consistency of Hidraulic Cement.
8) Uji waktu ikat semen
Uji ini dilakukan dengan pedoman terhadap SNI 03-6827-2002
tentang metode uji waktu ikat awal semen portland dengan
menggunakan alat vicat untuk pekerjaan sipil.
b. Uji Slump beton
Setalah adukan campuran beton selesai, selanjutnya dilakukan uji Slump
beton sebelum dilakukannya pencetakan adukan beton kedalam cetakan
silinder. Pada penelitian ini menggunakan slump yang tetap yaitu 25-50
mm, dengan menggunakan pedoman SNI 03-1972-1990 metode Uji
slump beton. Jika Slump belum memenuhi syarat, peneliti menambahkan
atau mengurangi air yang digunakan pada campuran beton tersebut.
Selanjutnya jika Slump telah memenuhi syarat yang telah ditentukan,
adukan beton tersebut sudah siap untuk dicetak menggunakan cetakan
silinder dengan ukuran 15 x 30 cm.
c. Uji kuat tekan beton
Pada penelitian ini uji kuat tekan beton dilakukan di laboratorium teknik
sipil politeknik negeri sriwijaya pada umur beton 7 hari, 14 hari, 21 hari
dan 28 hari. Dan nantinya hasil olahan nilai kuat tekan beton akan di
45

analisa untuk menentukan nilai optimum kadar penggunaan Super


Plasticizer pada masing-masing umur beton.
Adapun variabel dari judul penelitian ini terdiri dari dua variabel,
yaitu variabel bebas dan terikat. Variabel bebas yaitu variasi komposisi
Super Plasticizer adalah 2% dari berat semen yang digunakan.

3.5 Uji Material


Dengan menggunakan metode SK SNI T-15-1990-3 dilakukan uji dari
material atau bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitiann. Bahan-bahan
yang akan di uji di Laboratorium yaitu sebagai berikut.

3.5.1 Analisa saringan agregat halus


Dilakukan untutk menentukan gradasi agregat halus dengan menggunakan
hasil analisa saringan / ayakan dan menggambarkan hasil pemeriksaan kedalam
grafik gradasi. Agregat untuk beton disyaratkan harus mempunyai atau terdiri dari
butir-butir yang beraneka ragam atau bergradasi baik, yang dimaksudkan dengan
bergradasi baik adalah yang mempunyai variasi ukuran butir-butir jika diayak dan
diplot kedalam grafik akan memenuhi grafik yang ditentukan. Dengan adanya
gradasi yang baik, maka butir-butir yang kecil dapat mengisi rongga-rongga yang
ada diantara butir-butir kasar. Dengan demikian volume rongga halus berkurang
dan pemakaian pasta semen berkurang.
Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% terhadap
jumlah berat agregat kering. Apabila kandungan lumpur lebih dari 5% maka
agregat halus tersebut harus dicuci terlebih dahulu.
Tujuan Uji ini adalah untuk mengetahui susunan diameter butiran pasir dan
presentase modulus kehalusan butir yaitu menunjukkan tinggi rendahnya tingkat
kehalusan butir dalam suatu agregat.
MHB merupakan indeks yang dipakai untuk mengukur kehalusan atau
kekasaran butir-butir agregat, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui besar kecil
diameter suatu agregat yang beton. Makin besar nilai MHB suatu agregat maka
46

semakin besar butir agregatnya. Umumnya agregat halus mempunyai MHB 1,50 –
3,8.
Analisa saringan agregat adalah penentuan presentase berat butiran agregat
yang lolos dari set agregat kemudian angka presentase digambarkan pada grafik
pembagian butir, dimana acuan normative yang digunakan untuk penelitian
analisa saringan ini adalah SNI-03-1968-1990.
a. Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan untuk uji analisa saringan agregat halus
sebagai berikut:
1) Cawan
2) Timbangan
3) Density Spoon
4) Ayakan (4,75 mm, 2,36 mm, 1,18 mm, 0,60mm, 0,30 mm, 0,15 mm, pan)
5) Kuas
6) Mesin penggetar ayakan
b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan untuk melakukan uji ini, yaitu :
Pasir sebanyak 1000 gram.
c. Prosedur pelaksanaan
1) Ambil agregat halus sebanyak 1000 gram.
2) Siapkan saringan dengan ukuran 4,75 mm, 2,36 mm, 1,18 mm, 0,60 mm,
0,30 mm, 0,15 mm, pan. Lalu timbang berat saringan kosong satu per satu.
3) Urutkan saringan mulai dari ukuran yang terbesar ke ukuran yang terkecil.
4) Masukkan agregat halus yang telah ditimbang sebelumnya kedalam
saringan yang telah tersusun, lalu tutup bagian atas saringan dengan
penutup.
5) Letakkan saringan ke mesin penggetar, lalu atur selama 15 menit.
6) Kemudian keluarkan saringan dan pisahkan satu persatu, lalu timbang
beratnya.
47

Setelah didapatkan berat agregat halus yang tertahan, menghitung presentase


berat benda yang tertahan diatas masing-masing lubang ayakan terhadap berat
total.

3.5.2 Analisa saringan agregat kasar ukuran ½


Agregat untuk beton disyaratkan harus mempunyai atau terdiri dari butir-
butir yang beraneka ragam atau bergradasi baik, yang dimaksudkan dengan
bergradasi baik adalah yang mempunyai variasi ukuran butir-butir jika diayak dan
diplot kedalam grafik akan memenuhi grafik yang telah ditentukan.
Agregat kasar merupakan kerikil atau batu pecah yang diperoleh dari industri
pemecah batu dan mempunyai ukuran butir 5 mm – 40 mm. Agregat kasar ialah
agregat yang semua butirnya tertinggal diatas ayakan 4,8 gram (SII.0052, 1980)
atau 4,75 mm (ASTM c33, 1995) atau 5 mm (BS.812, 1976). MHB agregat kasar
didefinisikan sebagai jumlah persen kumulatif dan butir agregat yang tertinggal di
satu set ayakan (38 mm, 19 mm, 12,5 mm, 9,5 mm, 4,8 mm, 2,36 mm, 1,18 mm,
0,60 mm, 0,30 mm, 0,15 mm dan pan) kemudian dibagi 100%. Umumnya agregat
kasar memiliki MHB sekitar 5,0 – 8,0.
a. Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan untuk uji analisa saringan agregat kasar
adalah sebagai berikut:
1) Cawan
2) Timbangan
3) Density Spoon
4) Ayakan (38 mm, 19 mm, 12,5 mm, 9,5 mm, 4,8 mm, 2,36 mm 1,18 mm,
0,60 mm, 0,30 mm, m0,15 mm dan pan)
5) Kuas
6) Mesin penggetar ayakan
b. Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan untuk uji ini adalah batu pecah ukuran
½ sebanyak 1000 gram.
48

c. Prosedur pelaksanaan
Adapun prosedur pelaksanaan melakukan uji analisa saringan agregat kasar
sebagai berikut:
1) Ambil agregat kasar dan letakkan diatas cawan dan ditimbang sebesar
1000 gram diluar dari berat cawan.
2) Siapkan saringan denganukuran 38 mm, 19 mm, 12,5 mm, 9,5 mm, 4,8
mm, 2,36 mm, 1,18 mm, 0,60 mm, 0,30 mm, 0,15 mm, dan pan. Lalu
timbang berat saringan kosong satu persatu.
3) Urutkan saringan mulai dari ukuran yang terbesar ke ukuran yang terkecil.
4) Masukkan agregat kasar yang telah ditimbang sebelumnya kedalam
saringan yang telah tersusun, lalu tutup bagian atas saringan dengan
penutup.
5) Letakkan saringan ke mesin penggetar, lalu atur selama 15 menit.
6) Kemudian keluarkan saringan dan pisahkan satu per satu, lalu timbang
beratnya.
Setelah didapatkan berat agregat kasar yang tertahan, menghitung presentase
berat benda yang tertahan diatas masing-masing ayakan terhadap berat total.

3.5.3 Berat jenis SSD dan penyerapan agregat halus


Uji ini dilakukan untuk menentukan berat jenis agregat halus dalam keadaan
kering oven, menentukan berat jenis agregat halus kering permukaan, menentukan
kadar air agregat halus kering permukaan jenuh air (SSD).
Berat jenis agregat adalah rasio antara massa padat agregat dan massa air
dengan volume sama pada suhu yang sama. Sedangkan penyerapan adalah
kemampuan agregat untuk menyerap air dalam kondisi kering sampai dengan
kondisi jenuh permukaan kering (SSD = Saturated Surface Dry).
Agregat halus yang akan dipakai didalam campuran beton akan digabung
dengan agregat kasar, untuk itu harus diketahui dahulu berupa nilai berat jenisnya,
begitu pula penyerapan agregat halus terhadap air menentukan banyaknya air
yang digunakan dalam campuran beton.
49

1. Penentuan SSD agregat halus


a. Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan untuk melakukan uji ini adalah sebagai
berikut:
1) Cawan
2) Timbangan
3) Density Spoon
4) Piknometer
5) Satu set alat SSD
6) Kuas
7) Oven
b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan untuk melakukan uji ini adalah pasir
sebanyak  700 gram
c. Prosedur pelaksanaan
Adapun prosedur pelaksanaan melakukan uji berat jenis dan penyerapan
agregat sebagai berikut:
1) Timbang pasir sebanyak  700 gram.
2) Masukkan agregat halus kedalam kerucut terpancung yang dialasi oleh
pelat kaca dan cawan, bagi menjadi 3 kali lapisan yang mana setiap
masing-masing lapisan ditumbuk sebanyak 8 kali, ditambah 1 kali
penumbukan untuk bagian atasnya (total 25 kali).
3) Angkat cetakan kerucut terpancang perlahan-lahan.
Catatan:
1) Sebelum diangkat, sekitar cetakan kerucut terpancung harus dibersihkan
dari butiran agregat dengan menggunakan kuas
2) Pengkatan harus benar-benar vertikal
3) Periksa kembali bentuk agregat hasil pencetakan setelah kerucut
terpancung diangkat.
4) Ada 3 kondisi menyatakan keadaan kandungan air dari agregat tersebut
yaitu kering SSD, dan basah.
50

Catatan:
1) jika keadaan agregat kering, maka agregat perlu ditambah air.
2) Jika keadaan agregat basah, maka agregat perlu ditambah agregat kering
atau dikeringkan diudara.

2. Penentuan berat jenis dan penyerapan agregat halus


1) Timbang agregat dalam keadaan SSD tersebut seberat 500 gram, kemudian
masukkan ke dalam piknometer, dan timbang kembali berat agregat
beserta piknometernya.
2) Masukkan air bersih mencapai 90% piknometer, guncang sampai tidak
terlihat gelembung udaranya.
3) Kemudian ditambah lagi air sampai mencapai batas piknometer, lalu
timbang beratnya.
4) Setelah ditimbang, keluarkan agregatnya masukkan ke dalam cawan. Cuci
bersih lalu masukkan kedalam oven.
5) Tahap akhir, isi piknometer dengan air sampai batas piknometer,
kemudian timbang beratnya.

3.5.4 Berat jenis SSD dan penyerapan agregat kasar


Uji ini dilakukan untuk menentukan berat jenis agregat kasar dalam keadaan
kering oven, menentukan berat jenis agregat kasar dalamjenuh air kering
permukaan (SSD), dan menentukan kadar air agregat kasar dalam keadaan kering
permukaan jenuh air (SSD). Berat jenis kering adalah perbandingan antara berat
berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air sulling yang isinya sama
dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
Pencarian berat jenis dan penyerapan agregat akan berhubungan dengan mix
design beton. Untuk berat dari satuan bahan digunakan data dari berat jenis dan
penyerapan agregat halus dan kasar. Berat jenis agregat kasar berkisar 2,0 – 2,6.
Semakin besar berat jenis agregat maka semakin baik beton yang dihasilkan.
Penyerapan air umunya berkisar antara 0,2 % - 0,5%, penyerapan air
menunjukkan kepadatan butir agregat, atau keropos tidaknya butiran, keadaan ini
51

perlu diperhitungkan dalam pengadukan beton bila tidak maka FAS akan selalu
berubah-ubah.
a. Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan untuk melakukan uji berat jenis dan
penyerapan agregat sebagai berikut:
1) Cawan
2) Timbangan
3) Density Spoon
4) Piknometer
5) Oven

b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan untuk uji ini sebagai batu pecah ukuran ½
sebanyak 500 gram.
c. Prosedur pelaksanaan
Adapun prosedur pelaksanaan melakukan uji berat jenis dan penyerapan agregat
sebagai berikut:
1) Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang
melekat pada permukaan agregat.
2) Keringkan benda uji pada oven suhu (110  5 ) C sampai berat tetap.
3) Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24  4 jam.
4) Keluarkan agregat dari air, kemudian lap dengan kain penyerap
permukaannya kering.
5) Timbang berat agregat dalam keadaan jenuh air.
6) Masukkan agregat kedalam bejana gelas (piknometer) dan tambahkan air
hingga mencapai 1000 ml, kemudian timbang beratnya.
7) Keluarkan agregat, kemudian timbang berat piknometer.

3.5.5 Bobot isi agregat halus dan kasar


Uji ini untuk mengetahui bobot isi agregat kasar dan agregat halus dalam
kondisi padat dan gembur. Berat isi adalah perbandingan antara (agregat) dengan
52

volume alat, sedangkan berat jenis adalah perbandingan antara berat benda
dengan volume mutlak benda itu sendiri. Perbedaan berat jenis dan berat isi
adalah dari volumenya.
Uji berat isi pada agregat digunakan untuk mengonversikan satuan berat ke
satuan volume agar mempermudah dalam perhitungan jumlah agregat yang
digunakan dalam pekerjaan konstruksi. Pada saat menimbang agregat dilapangan,
biasanya tidak menggunakan wadah penakar sehingga satuan volume dalam
benda (agregat) berada dalam keadaan gembur, sehingga diperlukan adanya factor
konversi (factor pengisi).
Berat isi pada agregat sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti berat
jenis, gradasi agregat, bentuk agregat dan diameter maksimum agregat.
a. Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan untuk melakukan uji bobot isi agregat
sebagai berikut:
1) Cawan
2) Timbangan
3) Density Spoon
4) Silinder
5) Jangka sorong
6) Mistar siku
b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan untuk melakukan uji ini sebagai berikut:
1) Batu pecah ukuran ½
2) Pasir
c. Prosedur pelaksanaan
Adapun prosedur pelaksanaan yang dilakukan pada uji bobot isi agregat
adalah sebagai berikut:
1) Timbang silinder.
2) Ukur diameter dan tinggi bejana silinder.
3) Hitung volume silinder.
53

4) Untuk bobot isi gembur, masukkan agregat sampai penuh kemudian


ratakan, lalu timbang beratnya lakukan sebanyak 3 kali kemudian cari
rata-ratanya.
5) Untuk bobot isi padat, isi 1/3 bagian terlebih dahuhlu lalu tumbuk
sebanyak 25 kali, kemudian isi 2/3 bagian lalu tumbuh sebanyak 25 kali,
dan terakhir isisampai penuh lalu tumbuk sebanyak 25 kali lagi kemudian
ratakan. Ulangi kegiatan tersebut sebanyak 3 kali kemudian cari rata-
ratanya.
6) Keluarkan agregat dari bejana silinder tersebut.
7) Timbang silinder berisi air sampai penuh, lakukan 3 kali

3.5.6 Kadar air agregat halus dan kasar


Kadar air agregat adalah besarnya perbandingan antara berat air yang
dikandung agregat dengan agregat dalam keadaan kering, dinyatakan dalam
persen (%). Tujuan dari uji ini adalah untuk memperoleh angka presentase dari
kadar air yang dikandung oleh agregat. Uji ini dilakukan pada agregat yang
mempunyai kisaran garis tengah dari 6,3 mm sampai 152,4 mm. Hasil uji kadar
air agregat dapat digunakan dalam pekerjaan : (i) perencanaan campuran dan
pengendalian mutu beton; (ii) perencanaan campuran dan pengendalian mutu
perkerasan jalan.
a. Peralatan
Adapaun peralatan yang digunakan untuk melakukan uji kadar air sebagai
berikut :
1) Cawan
2) Timbangan
3) Density spoon
4) Oven
b. Bahan
1) Agregat halus sebanyak 500 gram
2) Agregat kasar sebanyak 500 gram
54

c. Prosedur pelaksanaan
1) Timbang dan catatlah berat cawan (W1)
2) Masukan benda uji ke dalam cawan kemudian timbang dan catat beratnya
(W2)
3) Hitung berat benda uji (W3 = W2 - W1)
4) Keringkan benda uji ke dalam oven dengan suhu (110 ± 5)°C sampai
beratnya tetap
5) Setelah kering timbang dan catat berat benda uji beserta cawan (W4)
6) Hitunglah berat benda uji kering (W5 = W4 - W1)

3.5.7 Kadar lumpur agregat halus dan kasar


Uji ini dilakukan untuk menentukan kadar butir halus dari agregat, dan
menentukan kadar lumpur yang terkandung dalam agregat halus. Untuk
menentukan mutu beton yang baik maka agregat halus haruslah bersih dari
kotoran dan zat organic lainnya. Persyaratan untuk kandungan lumpur untuk
agregat halus tidak boleh lebih dari 5% dan untuk agregat kasar tidak boleh lebih
dari 1% bila pada agregat terdapat lebih dari yang disyaratkan maka harus
dilakukan pencucian terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan campuran
pembuat beton.
a. Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan untuk melakukan bobot isi agregat sebagai
berikut:
1) Cawan
2) Timbangan
3) Density spoon
4) Oven
b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan untuk melakukan uji ini sebagai berikut:
1) Agregat halus sebanyak 500 gram
2) Agregat kasar sebanyak 500 gram
3) Air bersih dari laboratorium
55

c. Prosedur pelaksanaan
Adapun prosedur pelaksanaan yang dilakukan pada uji bobot isi agregat
adalah sebagai berikut:
1) Timbang berat cawan ( W1 )
2) Benda uji dimasukkan ke dalam cawan dan ditimbang beratnya
Mulailah mengelola data yang di dapat hingga mendapatkan hasil kadar
lumpur pada masing-masing agregat.

3.5.8 Berat jenis semen portland


Pada penelitian, semen yang digunakan harus dilakukan uji material dengan
uji berat jenis semen yang memenuhi standar SNI-15-2049-1994 tentang semen
portland. Umumnya semen portland dibuat dalam suatu industri berteknologi
modern dengan pengaturan komposisi yang akurat hingga terjamin mutunya.
Namun demikian perbedaan pengaturan komposisi dan lamanya semen
portland komposit dalam penyimpanan memungkinkan terjadinya ketidak
murnian dan pengurangan mutu. Salah satu uji untuk mendapatkan kesimpulan
terhadap kemurniannya yaitu dengan uji berat jenisnya.
a. Peralatan
Adapun peralatan yang digunkan untuk melakukan uji berat jenis semen
adalah sebagai berikut:
1) Timbangan
2) Corong kaca
3) Tabungan kaca Le Chateller Flash
b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan untuk melakukan uji berat jenis semen adalah
sebagai berikut:
1) semen portland sebanyak 64 gram
2) Minyak tanah
56

c. Prosedur pelaksanaan
Adapun prosedur pelaksaan yang dilakukan pada uji berat jenis semen adalah
sebagai berikut:
1) Isi botol Le Chateller dengan kerosin/minyak tanah sampai skala antara 0
dan 1.
2) Masukkan botol kedalam bak air dengan suhu yang ditetapkan pada botol
untuk menyamankan suhu cairan dalam botol dengan suhu yang
ditetapkan pada botol.
3) Setelah suhu cairan dalam botol sama dengan suhu yang ditetapkan pada
botol, mambaca skala pada botol (IV).
4) Masukkan semen sebanyak 64 gram, sedikit demi sedikit kedalam botol,
hindarkan penempelan semen pada dinding dalam botol diatas cairan.
5) Setelah semua benda uji dimasukkan, putar botol dalam posisi miring
secara perlahan-lahan sampai gelembung udara tidak muncul kembali pada
permukaan cairan.
6) Ulangi pekerjaan tersebut setelah cairan dalam botol sama dengan suhu
yang telah ditetapkan pada botol, baca skala pada botol (V2).

3.5.9 Konsistensi semen


Uji konsistensi semen normal adalah untuk menentukan persentase air yang
dibutuhkan sampai mencapai konsistensi semen normal yang berpengaruh pada
pengikatan sampai pada saat beton mengeras. Dari sini dapat diketahui banyak
sedikitnya air yang akan dicampur dalam semen untuk membentuk sebuah pasta.
Konsistensi normal adalah nilai persentase jumlah air yang dibutuhkan untuk
membentuk pasta semen pada kondisi basah guna untuk menjukkan kualitas
semen portland. Metode uji konsistensi normal sesuai dengan standar ASTM C
187 dengan menggunkan metode coba - coba, memakai sejumlah pasta semen
yang dibuat dari 500 gram semen dengan persentase air yang berbeda.
Konsistensi normal pasta semen didapatkan ketika jarum alat vital vicat
berdiameter 10 mm dengan penurunan ±10 mm. Air pada konsentrasi normal
berkisar antara 22% dan 28%.
57

a. Peralatan
Adapun peralatan yang digunkan untuk melakukan uji konsistensi semen
adalah sebagai berikut:
1) Cawan
2) Timbangan
3) Density spoon
4) Spatula
5) Alat vicat
6) Mesin pengaduk
7) Cincin konik dan Pelat kaca
8) Piknometer
9) Stopwatch
b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan untuk melakukan uji konsistensi semen
adalah sebagai berikut:
1) Semen sebanyak 300 gram
2) Air ±25% dari berat semen
c. Prosedur pelaksanaan
Adapun prosedur pelaksaan yang dilakukan pada uji konsistensi semen
adalah sebagai berikut:
1) Masukkan air suling keadalam trombol mesen mesin pengaduk ±25% dari
berat semen
2) Masukkan semen sebanyak 300 gram kedalam trombol
3) Diamkan selama 30 detik
4) Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (140±5) rpm selama 30 detik
5) Hentikan mesin pengaduk selama 15 detik. Sementara itu bersihkan pasta
yang menempel pada dinding trombol.
6) Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (285±5) rpm selama 1 menit
7) Bentuk pasta semen seperti bola dengan tangan, kemudian lemparkan 6
kali dari tangan satu ke tangan yang lain dengan jarak kira-kira 15 cm.
58

8) Pegang bola pasta dengan satu tangan lainnya melalui lubang cincin konik,
hingga cincin konik penuh dengan pasta.
9) Kelebihan pasta pada lubang konik, ratakan dengan spatula yang
digerakkan dengan posisi miring pada permukaan cincin, hingga
permukaan pasta rata benar dengan tinggi konik.
10) Letakkan cincin konik dibawah jarum besar vicat dan sentuhan jarum
dengan bagian tengah permukaan.
11) Jatuhkan jarum dan catat penurunan yang berlangsung selama 30 detik.

3.5.10 Super Plasticizer


Super Plasticizer adalah Pengeras beton serbaguna yang berfungsi sebagai
pengurang jumlah air hingga 40% dalam campuran semen dan mortar, berikut
manfaat Super Plasticizer :

1) Mencapai posisi pengecoran yang sulit melakukan pemadatan dengan


vibrator -- karena dapat menghasilkan beton segar yang dapat mengalir
dengan lebih baik dengan slump hingga 23 cm.
2) Menghasilkan beton -- dengan mengurangi air sehingga faktor air semen
yang merupakan faktor utama penentu mutu beton dapat diminimalkan
sekecil mungkin, sehingga hanya air yang diperlukan untuk reaksi hidrasi
semen saja yang digunakan.
3) Menghasilkan beton dengan permeabilitas yang lebih rendah (lebih kedap
air) -- dengan pengurangan pemakaian air dan kemampuan menyebarkan
partikel semen dalam adukan beton segar, dapat menghasilkan kepadatan
beton yang lebih baik sehingga lebih kedap air.
4) Menghasilkan beton yang setara mutunya dengan faktor air semen yang
lebih kecil, sehingga pemakaian semen menjadi lebih sedikit -- namun
pemakaian untuk tujuan ini tidak terlalu sering digunakan, karena jumlah
semen minimum yang disyaratkan untuk beton tertentu harus dipenuhi.
59

3.5.11 Air
Air yang di gunakan harus memenuhi ketentuan yang berlaku. Sertifiksasi air
untuk produksi beton ini merupakan adopsi identik dari ASTM C 1602-06, IDT,
Standard specification for mixing water used in the production of hydraulic
cement concrete yang digunakan sebagai acuan dalam rangka pembuatan beton di
pabrik beton siap pakai dilapangan, sehingga dalam pelaksanaannya dapat
mencapai kualitas yang tepat.

3.6 Uji Beton


3.6.1 Pembuatan benda uji
Material yang telah diuji dan memenuhi syarat yang sudah ditentukam untuk
campuran beton ditimbang sesuai dengan perencanaan perhitungan, material yang
terdiri dari semen, pasir, dan batu pecah yang telah ditimbang. Untuk perhitungan
perencanaan campuran beton digunakan tabel mix design. Hasil karakteristik dari
agregat yang diperlukan adalah :
1) Kadar air agregat
2) Berat jenis dan penyerapan agregat
3) Zone beton yang dipakai
4) Mutu beton yang direncanakan
a. Prosedur pelaksanaan
1) Proporsi bahan campuran dihitung sesuai mix design.
2) Siapkan masing-masing bahan sesuai dengan berat proporsi.
3) Masukan semen dan agregat kedalam tempat pengaduk.
4) Air dimasukkan sedikit demi sedikit sambil terus diaduk sampai
keseluruhan air yang terhitung habis.
5) Pengadukan dilakukan sampai adukan beton homogen.
60

3.6.2 Uji slump beton


a. Peralatan
Adapun perlatan yang digunakan untuk melakukan uji ini adalah sebagai
berikut:
1) Kerucut terpancung
2) Pelat besi
3) Penumbuk besi
4) Density spoon
b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan untuk melakukan uji ini adalah campuran
beton.
c. Prosedur pelaksanaan
Adapun prosedur pelaksanaan yang digunakan untuk melakukan uji ini
adalah sebagai berikut :
1) Kerucut terpancung dan pelat dibasahi kain basah.
2) Letakkan kerucut terpancung di atas pelat.
3) Isi kerucut terpancung sampai penuh dengan beton segar dalam tiga
lapisan, setiap lapis berisi kira-kira 1/3 isi kerucut terpancung tersebut.
Setiap lapis dipadatkan 25 kali tusukan secara merata. Pada pemadatan,
tongkat harus tepat masuk setelah sampai lapisan bagian paling bawah
pada setiap lapisan.
4) Segera setelah selesai pemadatan, ratakan permukaan benda uji dengan
tongkat, tunggu selama 30 detik, dan dalam jangka waktu ini semua benda
uji yang jatuh di sekitar kerucut harus disingkirkan.
5) Kemudian angkat kerucut secara perlahan-lahan tegak lurus keatas.
6) Ukurlah slump yang terjadi dengan menentukan penurunan benda uji
terhadap puncak kerucut terpancung.
7) Pengukuran dilakukan pada 3 titik, yang kemudian nilai penurunan
(slump) diambil dari nilai rata-rata.
d. Perhitungan
Besar Slump = tinggi penurunan benda uji (cm)
61

3.6.3 Pencetakan benda uji


Cetakan benda uji dipersiapkan dan baut - bautnya dikencangkan agar
nantinya tidak ada adukan beton yang keluar, kemudian dinding cetakan dioles
dengan pelumas agar beton yang telah mengeras tidak lengket pada cetakan.
Cetakan diisi dengan adukan sebanyak 3 lapisan yang masing-masing lapisan diisi
sebanyak 1/3 dari tinggi cetakan dan diberi tumbukan sebanyak 25 kali, begitu
juga dengan lapisan yang selanjutnya sampai cetakan terisi penuh, kemudian
permukaan cetakan diratakan dengan menggunakan sendok spesi agar didapatkan
permukaan yang rata. Setelah 24 jam, buka dari cetakan dan lakukan curing.

3.6.4 Perawatan benda uji


Perawatan benda uji dimaksudkan untuk memberikan kesempatan semen
berhidrasi, dimana temperature yang terjadi tidak megakibatkan penguapan
terhadap air secara berlebihan. Hilangnya air dalam campuran beton selain
diakibatkan oleh temperatur yang tinggi juga akibat angin yang berhembus
tetelalu kencang.
Beton yang dibuat dengan semen Portland normal, biasanya akan mencapai
kekurangan sebesar 75% dari kekuatan rencananya pada umur 28 hari bila
dilakukan dengan cara antara lain:
1. Memberikan perlindungan dari panas matahari dan angin
2. Menyiram beton dengan air
3. Melakukan perlindungan terhadap beton dengan bahan yang
lembab
Perawatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara merendam
benda uji di dalam air pada hari kedua setelah pengadukan beton dan dikeluarkan
dari cetakan. Selanjutnya dikeluarkan dari dalam air pada umur 7, 14, dan 28 hari.
Beton diangin - anginkan kemudian dilakukan uji kuat tekan beton.

3.6.5 Uji kuat tekan beton


Uji kuat tekan beton dilakukan setelah melewati masa perawatan (curing)
selama 7, 14, dan 28 hari.
62

a. Proses pelaksanaan:
1) Ambil benda uji dari tempat perendaman (curing), kemudian dilap
permukaan benda uji beton tersebut dan ditimbang masing-masing benda
uji.
2) Letakkan benda uji pada mesin penekan beton secara sentris.
3) Jalankan mesin penekan dengan menambahkan beban yang konstan
berkisar antara 2 sampai 4 kg/cm² per detik.
Lakukan penekanan benda uji sampai beban maksimal yang ditandai dengan
turunnya jarum penunjuk (berwarna hitam)dan catat beban maksimum yang
terjadi selama uji kuat tekan benda uji.

3.7 Hipotesa Penelitian


Dalam penelitian ini, diperkirakan bahwa pengaruh Super Plasticizer
dalam pembuatan beton dapat meningkatkan nilai kuat tekan beton secara
workability.

3.8 Diagram Alir Penelitian


Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap. Tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, dan tahap analisis serta pembahasan. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 3.26.
63

Gambar 3.26 Diagram Alir Penelitian

Anda mungkin juga menyukai