Anda di halaman 1dari 23

Health Education

KONTRASEPSI HORMONAL

Oleh :
Muh. Ridhoni
210141010063
Masa KKM 27 September - 05 Desember 2021

Supervisor Pembimbing :
Dr. dr. Joice Sondakh, Sp.OG(K)

Residen Pembimbing :
dr. Feibyg Theresia Lumandung

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI
RSUP PROF. DR. R.D KANDOU
MANADO
2021
BAB 1

PENDAHULUAN

Setiap orang mempunyai hak dasar yang menyangkut hal kesehatan


reproduksi. Adapun hal mengenai prioritas dari pelayanan kesehatan reproduksi
yaitu, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), Kesehatan
Reproduksi Remaja (KRR) dan Penanggulangan Penyakit Menular Seksual
1
(PPMS). Indonesia telah ikut menandatangani hasil kesepakatan ICPD Cairo
1994 bahwa konsep kesehatan yang lengkap, tidak hanya terbebas dari penyakit
atau kelemahan fisik, melainkan juga meliputi aspek mental dan sosial yang
2
berkorelasi dengan bekerjanya fungsi serta proses reproduksi.
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya
itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan
3
kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas.
Menurut World Health Organisation (WHO), dewasa ini hampir 380 juta
pasangan menjalankan keluarga berencana dan 65-75 juta diantaranya di negara
berkembang menggunakan kontrasepsi hormonal seperti kontrasepsi oral,
suntik, dan implant. Kontrasepsi hormonal memilliki pengaruh positif dan
negatif terhadap berbagai organ wanita. Kontrasepsi hormonal merupakan
metode kontrasepsi yang dapat diandalkan para perempuan untuk mengatur
kesuburannya. Kontrasepsi ini menggunakan hormon, dari progesteron sampai
kombinasi estrogen dan progesteron. Penggunaan kontrasepsi ini dalam bentuk
4
pil, suntikan dan implant.
Kontrasepsi hormonal merupakan kelompok kontrasepsi yang pemakaian
berada pada urutan ketiga di seluruh dunia. Sebagian besar (85%) menggunakan
kontrasepsi oral, sedangkan kontrasepsi implan dan suntik hanya 15%. Namun,
beberapa negara mungkin banyak mengandalkan salah satu metode tertentu.
Sebagai contoh, program nasional Afrika Selatan sangat mengandalkan
4
kontrasepsi suntik.
Fakta yang perlu diperhatikan adalah pola kecenderungan pemakaian
kontrasepsi di Indonesia. Dari 61,4% pengguna metode kontrasepsi di Indonesia,
sebanyak 31,6% menggunakan suntik. Sedangkan yang memakai pil hanya
13,2%, memakai IUD (Intra Uterine Device) 4,8%, implant 2,8%, dan kondom
1,3%, sisanya vasektomi dan tubektomi. Demikian disampaikan Kepala Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr. Sugiri Sjarief, MPA
saat media edukasi kontrasepsi sebagai suatu kebutuhan. Sugiri menyampaikan,
terjadi kenaikan pemakaian metode kontrasepsi suntik dari tahun 1991 sampai
2007 lalu. Menurut survei yang dilakukan oleh BKKBN tentang penggunan
metode kontrasepsi suntik pada tahun 1991 hanya 11,7%, pada tahun 1994
menjadi 15,2%, 1997 menjadi 21,1%, 2003 menjadi 27,8%, dan pada tahun
2007 mencapai 31,6%. Dalam media edukasi tersebut, Sugiri juga
menambahkan bahwa kesadaran akan pentingnya alat kontrasepsi di Indonesia
masih perlu ditingkatkan, selain untuk mengatur jumlah dan jarak anak,
4
kontrasepsi juga dibutuhkan untuk mencegah terjadinya ledakan penduduk.
Setiap tahun pasangan menikah pada usia subur semakin meningkat,
diketahui dari data badan kependudukan dan keluarga berencana nasional 2018
terdapat 37.338.265 pasangan usia subur dengan 13.732.047 yang tidak
menggunakan alat kontrasepsi. Jenis kontrasepsi hormonal yang paling banyak
5
digunakan adalah suntik, diikuti pil dan implant.
Kecenderungan peningkatan pasangan menikah usia subur akan
berdampak pada peningkatan angka kelahiran dan kepadatan penduduk yang
nantinya bila tidak diatur akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan dan kualitas
hidup suatu keluarga, sehingga akan bertolak belakang dengan program
pemerintah yaitu mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Tata
laksana untuk mengatasi permasalahan tersebut sangat diperlukan, termasuk
dalam penggunaan kontrasepsi hormonal baik berupa estrogen saja maupun
6
kombinasi estrogen dan progesteron.
BAB 2

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Kontrasepsi hormonal merupakan hormon progesteron atau kombinasi


estrogen dan progesteron, prinsip kerjanya mencegah pengeluaran sel telur dari
kandung telur. Mengentalkan cairan dileher rahim sehingga sulit ditembus
sperma, membuat lapisan dalam rahim menjadi tipis dan tidak layak untuk
tumbuh hasil konsepsi, sehingga sel telur berjalan lambat sehingga mengganggu
7
waktu pertemuan sperma dan sel telur.
Manfaat dari kontrasepsi hormonal yaitu: Memiliki efektivitas yang tinggi
bila digunakan secara teratur, nyaman dan mudah digunakan perlindungan dalam
jangka panjang, tidak mempengaruhi ASI, risiko terhadap kesehatan sangat kecil,
tidak mengganggu hubungan seksual, siklus haid menjadi teratur dapat digunakan
jangka panjang selama perempuan masih ingin menggunakanya untuk mencegah
kehamilan, mudah dihentikan setiap saat, kesuburan segera kembali setelah
penggunaan pil dihentikan, dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat,
mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul, menurunkan krisis
8
Anemia bulan sabit (sickle cell).
Adapun efek samping dari penggunaan kontrasepsi hormonal: berat badan
naik/menurun, infeksi pada daerah insersi, ekspulsi, perdarahan pervaginam yang
penyebabnya belum diketahui, mual, pusing, muntah (akibat reaksi anfilatik) flek
hitam pada daerah wajah, amenorhea (tidak ada perdarahan atau spotting). alasan
untuk tidak menggunakan KB karena masalah fertilitas dan ingin punya anak
mengindikasi kelompok yang tidak ingin memerlukan KB. Alasan lainnya
masalah kepercayaan, dilarang suami/keluarga, kurang pengetahuan, masalah
8
akses alat KB, takut efek samping dan alasan tidak nyaman.
B. MEKANISME KERJA

Di bawah pengaruh hipotalamus, hipofisis mengeluarkan hormon


gonadotropin Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone
(LH). Dalam membuat estrogen dan progesteron hormon tersebut memberikan
pengaruh rangsangan kepada ovarium. Menumbuhkan endometrium pada waktu
daur haid, dalam keseimbangan tertentu menyebabkan ovulasi dan penurunan
kadarnya mengakibatkan desintegrasi endometrium dan haid merupakan peran
dari hormon estrogen dan progesteron. Penyelidikan lebih lanjut menunjukkan
bahwa baik estrogen maupun progesteron dapat mencegah ovulasi. Pengetahuan
ini menjadi dasar untuk menggunakan kombinasi estrogen dan progesteron
sebagai cara kontrasepsi dengan jalan mencegah terjadinya ovulasi. Pincus dan
Rock melakukan percobaan lapangan di Puerto Rico dengan menggunakan pil
terdiri atas estrogen dan progesteron (Enavid), dan ternyata bahwa pil tersebut
mempunyai daya yang sangat tinggi untuk mencegah kehamilan. Ini permulaan
terciptanya pil kombinasi. Pil yang terdiri atas kombinasi antara etinil estradiol
atau mestranol dengan salah satu jenis progestagen (progesteron sintetik). Kini pil
9
kombinasi banyak digunakan untuk kontrasepsi.
Selama siklus tanpa kehamilan, kadar estrogen dan progesteron bervariasi
dari hari ke hari. Bila salah satu hormon mencapai puncaknya, suatu mekanisme
umpan balik (feedback) menyebabkan mula-mula hipotalamus kemudian kelenjar
hypophyse mengirimkan isyarat-isyarat kepada ovarium untuk mengurangi
sekresi dari hormon tersebut dan menambah sekresi dari hormon lainnya. Bila
terjadi kehamilan, maka estrogen dan progesteron akan tetap dibuat bahkan dalam
jumlah lebih banyak tetapi tanpa adanya puncak-puncak siklus, sehingga akan
4
mencegah ovulasi selanjutnya.
Estrogen bekerja secara primer untuk membantu pengaturan hormon
realising factors of hipotalamus, membantu pertumbuhan dan pematangan dari
ovum di dalam ovarium dan merangsang perkembangan endometrium.
Progesteron bekerja secara primer menekan atau depresi dan melawan isyarat-
isyarat dari hipotalamus dan mencegah pelepasan ovum yang terlalu dini atau
4
prematur dari ovarium, serta juga merangsang perkembangan dari endometrium.
Adapun efek samping akibat kelebihan hormon estrogen, efek samping
yang sering terjadi yaitu rasa mual, retensi cairan, sakit kepala, nyeri pada
payudara, dan fluor albus atau keputihan. Rasa mual kadang-kadang disertai
muntah, diare, dan rasa perut kembung. Retensi cairan disebabkan oleh kurangnya
pengeluaran air dan natrium, dan dapat meningkatkan berat badan. Sakit kepala
disebabkan oleh retensi cairan. Kepada penderita pemberian garam perlu
dikurangi dan dapat diberikan diuretik. Kadang-kadang efek samping demikian
mengganggu akseptor, sehingga hendak menghentikan kontrasepsi hormonal
tersebut. Dalam kondisi tersebut, akseptor dianjurkan untuk melanjutkan
8
kontrasepsi hormonal dengan kandungan hormon estrogen yang lebih rendah.
Selain efek samping kelebihan hormon estrogen, hormon progesteron juga
memiliki efek samping jika dalam dosis yang berlebihan dapat menyebabkan
perdarahan tidak teratur, bertambahnya nafsu makan disertai bertambahnya berat
badan, acne (jerawat), alopsia, kadang-kadang payudara mengecil, fluor albus
(keputihan), hipomenorea. Fluoralbus yang kadang-kadang ditemukan pada
kontrasepsi hormonal dengan progesteron dalam dosis tinggi, disebabkan oleh
8
meningkatnya infeksi dengan candida albicans. Komponen estrogen
menyebabkan mudah tersinggung, tegang, retensi air, dan garam, berat badan
bertambah, menimbulkan nyeri kepala, perdarahan banyak saat menstruasi,
meningkatkan pengeluaran leukorhea, dan menimbulkan perlunakan serviks.
Komponen progesteron menyebabkan payudara tegang, acne (jerawat), kulit dan
7
rambut kering, menstruasi berkurang, kaki dan tangan sering kram.
Kemudian sebagai hasil penyelidikan lebih lanjut, diadakan pil sekuensial,
mini pill, morning after pill dan Depo-Provera yang diberikan sebagai suntikan.
Dewasa ini masih terus dilakukan kegiatan untuk menemukan suatu cara
kontrasepsi hormonal yang mempunyai daya guna tinggi dan dengan efek
9
samping yang sekecil mungkin.
C. JENIS KONTRASEPSI HOMONAL
Hormon kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen
sintetik) dan hormon yang hanya berisi progesteron saja merupakan metode
kontrasepsi hormonal. Untuk kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil
dan suntik. Sedangkan kontrasepsi hormonal yang hanya berisi progesteron
10
terdapat pada pil, suntik, implan dan beberapa jenis AKDR.

1) Hormon Kombinasi
Merupakan kombinasi hormon estrogen dan progesteron. Dengan
mekanisme kerja menekan ovulasi, mencegah implantasi, mengetalkan lendir
serviks sehingga sulit dilalui sperma dan pergerakan tuba terganggu sehingga
11
transportasi telur akan terganggu.

a. Pil

Gambar 1. Kontrasepsi pil kombinasi


Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan
progesteron oleh ovarium. Pil oral akan menekan hormon ovarium
selama siklus haid yang normal, sehingga juga menekan releasing
factors di otak dan akhirnya mencegah ovulasi. Pemberian Pil oral
bukan hanya untuk mencegah ovulasi, tetapi juga menimbulkan gejala-
gejala pseudo pregnancy (kehamilan palsu) seperti mual, muntah,
4
payudara membesar, dan terasa nyeri. Adapun jenis dari pil tersebut
antara lain, Monofastik yaitu pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen atau progestin, dalam dosis yang
sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif, jumlah dan porsi hormonnya
konstan setiap hari, Bifasik yaitu pil yang tersedia dalam kemasan 21
tablet mengandung hormon aktif estrogen, progestin, dengan dua dosis
berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi dan
Trifasik yaitu pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen atau progestin, dengan tiga dosis yang berbeda 7
13
tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi setiap hari.

Terdapat beberapa keuntungan dan keterbatasan dalam


penggunaan pil :

 Keuntungan
- Tidak mengganggu hubungan seksual.
- Tidak diperlukan pemeriksaan panggul.
- Tidak mempengaruhi ASI.
- Siklus haid menjadi teratur (mencegah anemia).
- Dapat digunakam sebagai kontrasepsi darurat.
- Dapat digunakan pada masa remaja hingga menopause.
- Mudah dihentikan setiap saat.
2
- Kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil dihentikan.

 Keterbatasan

- Membosankan karena harus menggunakannya setiap hari.

- Tidak boleh diberikan kepada perempuan menyusui


(mengurangi ASI).
2
- Tidak mencegah IMS.
Cara penggunaan pil tersebut antara lain, Pil diminum setiap
hari lebih baik pada saat yang sama setiap hari. Untuk Pil pertama
dimulai hari pertama - hari ke-7 siklus haid. Sangat dianjurkan pada
hari pertama haid. Setelah melahirkan, pil dapat diberikan pada saat :
setelah 6 bulan pemberian ASI ekslusif / setelah 3 bulan & tidak
menyusui / pasca keguguran. Jika lupa minum 1 pil (hari 1-21),
sebaiknya minum pil tersebut segera setelah ingat walaupun harus
minum 2 pil pada hari yang sama. Tidak perlu menggunakan
kontrasepsi lain. Dan jika lupa 2 pil atau lebih sebaiknya minum 2 pil
setiap hari sampai sesuai jadwal yang ditetapkan. Bila tidak haid perlu
12
segera tes kehamilan.

Adapun efek samping selama penggunaan pil yaitu :

- Mual terutama 3 bulan pertama.


- Perdarahan bercak terutama 3 bulan pertama.
- Sakit kepala, nyeri payudara.
- Berat badan naik.
- Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi dan
perubahan suasana hati.
- Dapat meingkatkan tekanan darah dan retensi cairan sehingga
risiko stroke dan gangguan pembekuan darah pada vena dalam
sedikit meningkat. Pada perempuan usia > 35 tahun dan merokok
2
perlu hati-hati.
b. Suntik

Gambar 2. Kontrasepsi suntik


Adapun jenis kontrasepsi suntik yang sering digunakan antara
lain, 25mg Depo Medroksiprogesteron Asetat dan 5mg Estradiol
Sipionat yang diberikan injeksi intramuskular sebulan sekali dan 50mg
Noretindron enantat dan 5mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi
2
intramuskular sebulan sekali.

Dalam penggunannya ada beberapa kondisi yang harus


diperhatikan dan hanya direkomendasikan hanya untuk ibu tidak
menyusui. Jika ibu dalam kondisi pasca persalinan aman digunakan
setelah 3 minggu pasca persalinan. Dan ibu yang mengalami
keguguran untuk penggunaannya segera atau dalam 7 hari setelah
2
keguguran. Suntik ini tidak boleh digunakan jika, ibu mengalami
Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, menderita
kanker payudara atau riwayat kanker dan Diabetes Mellitus disertai
2
komplikasi.
Untuk instruksi penggunaannya yaitu, Suntikan diberikan setiap
bulan dengan injeksi IM. Untuk Suntikan pertama diberikan dalam
waktu 7 hari siklus haid. Jika pasien tidak haid, suntikan pertama dapat
diberikan setiap saat asal dapat dipastikan pasien tidak hamil. Pasien
tidak boleh melakukan hubungan seksual untuk 7 hari lamanya atau
menggunakan kontrasepsi lain selama 7 hari. Pasien menyusui jangan
diberikan suntikan kombinasi. Bila tidak haid > 2 bulan, pasien perlu
tes kehamilan. Dan penggunaan Obat tuberkulosis & anti-epilepsi
12
mengganggu efektivitas kontrasepsi.

Adapun keuntungan dan kerugian selama pemakaian suntik


antara lain :

 Keuntungan
- Sangat efektif.
- Risiko terhadap kesehatan kecil.
- Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
- Tidak diperlukan pemeriksaan dalam.
2
- Efek samping sangat kecil.

 Kerugian
- Pola haid tidak teratur, perdarahan bercak sampai 10 hari.
- Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan keluhan seperti ini
akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga.
- Ketergantugan dapat terjadi. Klien harus kembali setiap 30 hari
untuk mendapatkan suntikan.
- Efektivitas berkurang bila digunakan bersamaan dengan obat
epilepsi (fenition dan barbiturat) atau obat tuberkulosis
(rifampisin).
- Penambahan berat badan.
- Tidak melindungi dari IMS.
- Kemungkinan terlambat pemulihan kesuburan setelah
2
penghentian pemakaian.

2) Hormon Progestin
a. AKDR ( Alat Kontrasepsi Dalam Rahim )

Gambar 3. AKDR progestasert dan IUD Levonorgestrel


Jenis yang sering digunakan yaitu Progestasert = Alza-T yang
mengandung progesteron. Dengan panjang 36mm, lebar 32mm, dengan
2 lembar benang ekor warna hitam, yang mengandung 38mg
progesteron, dan barium sulfat, melepaskan 65 mcg progesteron
perhari. Memiliki daya kerja 18 bulan. Dan LNG-20 yang mengandung
4
40-60 mg levonogestrel, dengan pelepasan 20mcg perhari.

Prinsip kerja dari AKDR yaitu, mencegah pembuahan,


mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba fallopi dan
menginantifasi sperma.4 Dalam penggunaannya ada beberapa kondisi
yang harus diperhatikan yaitu, Setiap waktu dalam siklus haid, yang
dapat dipastikan pasien tidak hamil, segera setelah melahirkan, setelah
abortus dan selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak
12
dilindungi.
Keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan selama pemakaian
AKDR antara lain :

 Keuntungan
- Efektivitas tinggi
- Dapat efektif segera setelah pemasangan
- Metode jangka panjang
- Tidak mempengaruhi kualitas ASI
12
- Dapat digunakan sampai menopause

 Kerugian
- Tidak mencegah IMS
- Sedikit nyeri dan perdarahan segera setelah pemasangan
- Biasanya pasien tidak dapat melepas AKDR sendiri
- AKDR dapat keluar dari uterus dengan sendirinya
12
- Pasien memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu

Selama pemakaian AKDR ada beberapa efek samping yang


muncul yaitu, perubahan siklus haid, haid yang lama dan banyak,
4
perdarahan bercak dan pada saat haid akan terasa lebih nyeri.

b. Implan

Gambar 3. Kontrasepsi implan


Implan merupakan Alat kontrasepsi bawah kulit yang
mengandung progestin yang dibungkus dalam kapsul silastik silikon
2
polidimetri. Prinsip kerja dari implan yaitu, membuat lendir serviks
menjadi kental, mengganggu proses pembentukan endometrium
sehingga sulit terjadi implantasi, mengurangi transportasi sperma dan
10
menekan ovulasi. Sehingga menimbulkan efek samping seperti, sakit
2
kepala, nyeri payudara, mual dan penambahan berat badan.
Untuk instruksi penggunaan implan yaitu, Digunakan setiap saat
selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7. Kemudain insersi dapat
dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi kehamilan. Bila
diinsersi setelah hari ke-7 siklus haid, pasien jangan melakukan
hubungan seksual, atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7
hari saja. Pada daerah insersi harus tetap dibiarkan kering & bersih
selama 48 jam sedangkan plester dipertahankan hingga luka sembuh.
Bila ditemukan tanda infeksi seperti demam, radang, atau bila sakit
menetap selama beberapa hari, maka harus memeriksakan diri ke klinik.
Efek kontrasepsi timbul beberapa jam setelah insersi dan berlangsung 3
tahun, dan berakhir sesaat setelah pengangkatan.12

Dalam penggunaan implan minimal 4 minggu pasca persalinan.


Dan tidak boleh digunakan pada kondisi :

- Perdarahan pevaginam yang belum jelas penyebabnya.


- Benjolan / kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
- Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
2
- Gangguan toleransi glukosa.

Implan juga memiliki keuntungan dan keterbatasan dalam


penggunaannya antara lain :

 Keuntungan
- Daya guna tinggi.
- Perlindungan jangka panjang.
- Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.
- Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
- Tidak mengganggu dari kegiatan senggama.
- Tidak mengganggu ASI.
- Klien hanya kembali jika ada keluhan.
- Dapat dicabut sesuai dengan kebutuhan.
- Mengurangi nyeri haid.
- Mengurangi jumlah darah haid.
- Mengurangi dan memperbaiki anemia.
- Melindungi terjadinya kanker endometrium.
- Melindungi angka kejadian kelainan jinak payudara.
- Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang
panggul.
10
- Menurunkan kejadian endometriosis.

 Keterbatasan
- Pada kebanyakan pasien dapat menyebabkan perubahan pola
haid berupa perdarahan bercak (spooting), hipermenorea atau
meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorhea.
- Membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk insersi dan
pencabutan.
- Tidak mencegah IMS.
- Tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi, akan
tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan.
- Efektivitas menurun bila menggunakan obat tuberkulosis atau
10
obat epilepsi.
c. Suntik

Gambar 4. Jenis kontrasepsi suntik


Prinsip kerja suntik yang mengandung hormon progestin yaitu,
mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperma menjadikan selaput lendir rahim tipis dan
13
atrofi dan menghambat transportasi gamet oleh tuba falloppii.
Terdapat dua jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung
13
progestin, yaitu :
- Depo Mendroksi Progesteron (DMPA)
Mengandung 150 mg DMPA yang diberikan setiap tiga bulan
dengan cara di suntik intramuscular (di daerah pantat).
- Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat)
Mengandung 200 mg Noretindron Enantat, diberikan setiap dua
bulan dengan cara di suntik intramuscular (di daerah pantat atau
bokong).
Kedua jenis kontrasepsi suntik mempunyai efektivitas yang
tinggi, dengan 30% kehamilan per 100 perempuan per tahun, jika
penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah
ditentukan. DMPA maupun NET EN sangat efektif sebagai metode
kontrasepsi.12 Kurang dari 1 per 100 wanita akan mengalami kehamilan
dalam 1 tahun pemakaian DMPA dan 2 per 100 wanita per tahun
4
pemakain NET EN.
Adapun efek samping yang ditimbulkan selama pemakaian yaitu,
gangguan haid, keputihan, jerawat, rambut rontok, perubahan berat
badan dan sedikit menurunkan kepadatan (densitas) tulang pada
2
penggunaan jangka panjang.
Untuk instruksi penggunaannya antara lain, untuk suntikan
diberikan setiap saat selama siklus haid. Kemudian, kontrasepsi
DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan injeksi IM dalam pada
bokong. Untuk pemberian kontrasepsi suntikan noristerat untuk 3
injeksi berikutnya (setelah suntikan awal) diberikan setiap 8 minggu.
Mulai injeksi kelima diberikan setiap 12 minggu. Dan setelah suntikan
dihentikan, haid tidak segera datang. Haid baru datang kembali pada
umumnya setelah 6 bulan. Selama tidak haid tersebut dapat saja
terjadi kehamilan. Bila setelah 3 – 6 bulan tidak juga haid, klien harus
12
kembali ke dokter untuk mencari tahu penyebab haid. Adapun
kondisi dalam penggunaan suntik yaitu, pada ibu menyusui dapat
menggunakan setelah 6 minggu pasca persalinan dan pada ibu tidak
2
menyusui dapat menggunakan segera setelah persalinan.

Terdapat beberapa keuntungan dan keterbatasan selama


penggunaan suntik antara lain :

 Keuntungan
- Sangat efektif.
- Mencegah kehamilan jangka panjang.
- Tidak berpengaruh pada hubungan seksual.
- Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah.
- Tidak mempengaruhi ASI.
- Tidak perlu menyimpan obat suntik.
- Dapat digunakan oleh perempuan usia lebih dari 35 tahun
13
sampai perimenopause.

 Keterbatasan
- Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan
kesehatan (harus kembali sesuai jadwal suntikan).
- Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan
tersebut.
- Tidak mecegah IMS.
- Terlambat kembalinya kesuburan setelah penghentian
13
pemakaian.

d. Pil

Gambar 5. Kontrasepsi pil (mini pil)


Pil merupakan Metode kontrasepsi dengan menggunakan
2
progestin, yaitu bahan tiruan dari progesteron. Prinsip kerja dari pil
yaitu, menekan ovulasi, mencegah implantasi dengan menjadikan
selaput lendir rahim tipis dan atrofi, mengentalkan lendir serviks
sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma, pergerakan tuba
10
terganggu sehingga transportasi ovum akan terganggu.

Adapun jenis pil yang sering digunakan yaitu, Kemasan 28 pil


berisi 75µg norgestrel dan kemasan 35 pil berisi 300µg levonorgestrel
2
atau 350µg norethindrone. Dan memiliki tingkat efektivitas pada
9
penggunaan yang sempurna adalah 99,5- 99,9% dan 97%.

Efek samping yang ditimbulkan selama pemakaian pil yaitu,


hampir 30 - 60% mengalami gangguan haid (perdarahan sela, spotting,
amenorhea), kenaikan berat badan, mual dan muntah, jerawat, nyeri
tekan payudara, sakit kepala dan Hirsutisme (tumbuh rambut / bulu
2
berlebihan di daerah muka).

Untuk instruksi penggunaannya antara lain, untuk pil pertama


dimulai hari pertama - hari ke-5 siklus haid. Dapat digunakan setiap
saat, asal saja tidak terjadi kehamilan. Bila digunakan setelah hari ke-5
siklus haid, jangan melakukan hubungan seksual selama 2 hari atau
menggunakan kontrasepsi lain untuk 2 hari. Agar efektif: jangan
sampai ada tablet yang lupa, tablet digunakan pada jam yang sama
(malam hari), senggama sebaiknya dilakukan 3-20 jam sesudah
penggunaan. Bila pasien terlambat lebih dari 3 jam, minum pil tersebut
begitu ingat dan gunakan kontrasepsi selama 48 jam. Bila lupa 1 atau 2
pil minumlah segera pil yang terlupa, dan gunakan metode pelindung
sampai akhir bulan. dan walaupun pasien belum haid, mulailah paket
12
baru sehari setelah paket terakhir.

Pada pil juga memiliki keuntungan dan keterbatasan antara lain :

 Keuntungan
- Tidak mengganggu hubungan seksual.
- Tidak diperlukan pemeriksaan panggul.
- Tidak mempengaruhi ASI.
- Siklus haid menjadi teratur (mencegah anemia).
- Dapat digunakam sebagai metode jangka panjang.
- Dapat digunakan pada masa remaja hingga menopause.
- Mudah dihentikan setiap saat.
- Kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil dihentikan.
- Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker ovarium,
9
kanker endometrium, kista ovarium, acne, disminorhea.

 Keterbatasan
- Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama.
- Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar.
- Efektivitas menjadi rendah bila digunakan bersamaan dengan
11
obat tuberkulosis atau obat epilepsi.
BAB III
PENUTUP
Kontrasepsi hormonal merupakan hormon progesteron atau kombinasi
estrogen dan progesteron, prinsip kerjanya mencegah pengeluaran sel telur dari
kandung telur.
Secara garis besar metode kontrasepsi hormonal terbagi atas dua, Hormon
kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan hormon
yang hanya berisi progesteron. Untuk kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat
pada pil dan suntik. Sedangkan kontrasepsi hormonal yang hanya berisi
progesteron terdapat pada pil, suntik, implan dan beberapa jenis AKDR.
Pada dasarnya prinsip kerja dari kontrasepsi hormonal mencegah
pengeluaran sel telur dari kandung telur. Mengentalkan cairan dileher rahim
sehingga sulit ditembus sperma, membuat lapisan dalam rahim menjadi tipis dan
tidak layak untuk tumbuh hasil konsepsi, sehingga sel telur berjalan lambat
sehingga mengganggu waktu pertemuan sperma dan sel telur.
Dalam penggunaannya kontrasepsi hormonal juga memiliki efek samping.
Efek samping dari penggunaan hormon estrogen adalah pertambahan berat badan
siklis yang di sebabkan retensi cairan dan timbulnya cerawat pada wajah.
Sedangkan efek samping dari progesteron adalah menyebabkan nafsu makan
bertambah dan berat badan juga bertambah besar dan siklus menstruasi terkadang
4
terganggu.
Sehingga kita sebagai tenaga kesehatan perlu melalukan pengawasan yang
lebih terhadap ibu dalam penggunaan kontrasepsi hormonal, memperhatikan
kondisi apa saja yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal. Dan juga
selalu memberitahu ibu efek samping yang akan dialami selama penggunaan
kontrasepsi hormonal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hasanah H. Pemahaman kesehatan reproduksi bagi perempuan: Sebuah


strategi mencegah berbagai resiko masalah reproduksi remaja. Sawwa J
Stud Gend. 2016;11(2):229–52.
2. Susiana S, Fahham AM, Suryani AS, Qodriyatun SN, Yuningsih R, Hendra
Y, et al. Peran pemerintah daerah dalam penyelenggaraan kesehatan
reproduksi (Studi di provinsi jawa tengah dan provinsi kalimantan barat). J
Aspir. 2018;7(1):1–16.
3. Pratiwi D, Syahredi S, Erkadius E. Hubungan antara penggunaan
kontrasepsi hormonal suntik DMPA dengan peningkatan berat badan di
Puskesmas Lapai Kota Padang. J Kesehat Andalas. 2014;3(3).
4. Safitri ME. Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal terhadap Perubahan
Fisik Ibu di Klinik Anita Medan. Lentera J Ilm Sains dan Teknol.
2015;15(14):150082.
5. Indonesia KKR. Data dan informasi profil kesehatan Indonesia 2016. Pus
Data dan Inf Kementrian Keshatan RI. 2017;119–21.
6. Rahmawati NE. HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA
USIA SUBUR DENGAN PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI Studi
Cross Sectional di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu LorKelurahan Bulu Lor
Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang Tahun 2019. Universitas Islam
Sultan Agung Semarang; 2020.
7. Sety LM. Jenis pemakaian kontrasepsi hormonal dan gangguan menstruasi
di Wilayah Kerja Puskesmas. J Kesehat. 2016;5(1).
8. Usman RD, Nurfantri N, Indrayana M. Tingkat Pemahaman Aseptor Kb
Tentang Pengunaan Alat Kontrasepsi Hormonal. Heal Inf. 9(1):41–6.
9. Prawirohardjo S. Ilmu kandungan. Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2008;
10. Handayani S. Buku ajar pelayanan keluarga berencana. Yogyakarta:
Pustaka Rihama. 2010;76.
11. RATI D, Utama F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG
(MKJP) DIINDONESIA (ANALISIS LANJUTAN IFLS TAHUN 2014).
Sriwijaya University; 2018.
12. Manuaba, I.B.G. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan KB.
Jakarta: EGC.
13. Medical Mini Notes. 2018. Gynecology. Edisi 2018.

Anda mungkin juga menyukai