Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

SPACE OCCUPYING LESION


(SOL )

A. Pengertian

SOL ( Space Occupying Lesion ) merupakan generalisasi masalah tentang


adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab
yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri, hematoma, infark,
abses otak dan tumor intracranial.
Tumor otak merupakan salah satu tumor susunan saraf pusat, baik ganas
maupun tidak. Tumor ganas disusunan saraf pusat adalah semua proses neoplastik
yang terdapat dalam intracranial atau dalam kanalis spinalis, yang mempunyai
sebagian atau seluruh sifat-sifat proses ganas spesifik seperti yang berasal dari sel-sel
saraf di meaningen otak, termasuk juga tumor yang berasal dari sel penunjang
(Neuroglia), selepitel pembuluh darah dan selaput otak.
Karena cranium merupakan tempat yang kaku dengan volume yang terfiksasi
maka lesi-lesi ini akan meningkatkan tekanan intracranial. Suatu lesi yang meluas
pertama kali diakomodasi dengan cara mengeluarkan cairan serebrospinal dari rongga
cranium. Akhirnya vena mengalami kompresi,dan gangguan sirkulasi darah otak dan
cairan serebrospinal mulai timbul dan tekanan intracranial mulai naik.
Kongestivenosa menimbulkan peningkatan produksi dan penurunan absorpsi cairan
serebrospinal dan meningkatkan volume dan terjadi kembali hal-hal seperti diatas.
Posisi tumor dalam otak dapat mempunyai pengaruh yang dramatis pada
tanda-tanda dan gejala. Misalnya suatu tumor dapat menyumbat aliran keluar dari
cairan serebrospinal atau yang langsung menekan pada vena-vena besar, meyebabkan
terjadinya peningkatan tekanan intracranial dengan cepat. Tanda- tanda dan gejala
memungkinkan dokter untuk melokalisir lesi akan tergantung pada terjadinya
gangguan dalam otak serta derajat kerusakan jaringan saraf
yang ditimbulkan oleh lesi. Nyeri kepala hebat, kemungkinan akibat peregangan
durameter dan muntah-muntah akibat tekanan pada batang otak merupakan keluhan
yang umum. Suatu pungsi lumbal tidak boleh dilakukan pada pasien yang diduga
tumor intracranial. Pengeluaran cairan serebrospinal akan mengarah pada timbulnya
pergeseran mendadak hemispherium cerebri melalui takik tentorium kedalam fossa
cranii posterior atauherniasi medulla oblongata dan serebellum melalui foramen
magnum. Pada saat ini CT-scan dan MRI digunakan untuk menegakkan diagnose.
Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak / ganas yang
tumbuh di otak, meningen dan tengkorak.
A. ETIOLOGI

1. Riwayat trauma kepala

2. Faktorgenetik

3. Paparanzatkimia yang bersifatkarsinogenik

4. Virus tertentu

5. Defisiensiimunologi

6. Congenital

B. PATOFISIOLOGI

 Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan edema serebral

 Aktivitas kejang dan tanda – tanda neurologis fokal

 Hidrosefalus

 Gangguan fungsi hipofisis

Pada fase awal, abses otak ditandai dengan edema local, hyperemia,
infiltrasileukosit / melunaknya parenkim trombosis sepsis dan edema, beberapa hari
atau minggu dari fase awal terjadi proses uque fraction atau dinding kista berisi pus.
Kemudian rupture maka infeksi akan meluas keseluruh otak dan bisa timbul
meningitis.
Tumor otak menyebabkan gangguan neurolagis.Gejala-gejala terjadi
berurutan. Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan klien.
Gejala neurologic pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh tumor dan
tekanan intrakranial. Gangguan vocal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak
dan infiltrasi / inovasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan
neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan
dengan gangguan cerebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai manifestasi
perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan kompersi invasi dan perubahan
suplai darah kejaringan otak.
Peningkatan intracranial dapat diakibatakan oleh beberapa factor :
bertambahnya masa dalam tengkorak , terbentuknya oedema sekitar tumor dan
perubahan sirkulasi serebrospinal. Pertumbuhan tumor akan menyebabkan
bertambahnya massa karena tumor akan mengambilkan ruang yang relative dari
ruang tengkorak yang kaku.
Tumor ganas menimbulkan odem dalam jaringan otak. Mekanisme belum
sepenuhnya dipahami namun diduga disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan
pendarahan. Obstruksi vena oedema yang disebabkan kerusakan sawar darah otak
semuanya menimbulkan kenaikan volume inntrakranial. Observasi sirkulasi cairan
serebrospinal dari vantrikel laseral keruang sub arakhnoid menimbulkan
hidrosephalus.
Peningkatan intracranial akan membahayakan jiwa bila terjadi secara cepat
akibat salah satu penyebab yang telah dibicaraknan sebelumnya. Mekanis
mekompensasi memerlukan waktu berhari-hari / berbulan-bulan untuk menjadi
efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila tekanan intracranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini bekerja menurunkan volume darah intrakranial,
volume cairan cerborspinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel
parenkim.Kenaikan tekanan yang tidak diobati
mengakibatkan herniasiulkus/ serebulum. Herniasi timbul bila girus medalis lobus
temporalis bergeser ke interior melalui insisuratentorial oleh massa dalam hemis
terotak. Herniasi menekan ensefalon menyebabkan kehilangan kesadaran dan
menekan saraf ketiga. Pada herniasi serebulum tonsil sebelum bergeser kebawah
melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior

PATHWAY

Idiopatik
Tumor otak

Penekananjaringanotak Bertambahnyamassa

Invasijaringanotak Nekrosis jar. otak Penyerapancairanotak

Kerusakan jar. Neuron Gang.Suplai Hipoksiajar Obstruksi vena di otak


( Nyeri ) darah ingan

Kejang Gang.Neurolog Gang.Fungs Oedema


isfokal iotak
Gang.
Perfusi
jaringan
Hidrosefalus
Defisitneurolo
Disorientasi
gis
Peningkata
n TIK

 Obs.  Hentinafa
 Aspirasise Resti.Cidera Perubahan proses pikir
s
Jlnnafas
kresi  Dispnea  Perubahan
Gang.Pertuka
ran gas

Bradikardiprogresif,
Bicaraterganggu, Hernialisulk
hipertensisitemik,
afasia us
gang.pernafasan

Ancamankema Gang.Komunikasi Menisefalontek


tia verbal anan

Cemas Gang.ke
Mual, muntah, sadaran
Gang. Rasa papileodema,
nyaman
pandangankabur,
penurunanfungsipendeng
aran, nyerikepala
C. MANIFESTASI KLINIS

Peningkatan tekanan intracranial

a. Nyeri kepala

Nyeri bersifat dalam, terus – menerus, tumpul dan kadang – kadang bersifat
hebat sekali, biasanya paling hebat pada pagi hari dan diperberat saat beraktivitas
yang menyebabkan peningkatan TIK, yaitu batuk, membungkuk dan mengejan.
b. Nausea dan muntah

Akibat rangsangan pada medualoblongata

c. Papil edema

Statis vena menimbulkan pembengkakan papila sarafoptikus.

D.KLASIFIKASI

Berdasarkan jenis tumor dapat dibagi menjadi :

 Jinak

 Acoustic neuroma

 Meningioma

 Pituitary adenoma

 Astrocytoma ( grade I )

 Malignant

 Astrocytoma ( grade 2,3,4 )

 Oligodendroglioma

 Apendymoma

Berdasarkan lokasi tumor dapat dibagi menjadi :

 Tumor intradural

 Ekstramedular

 Cleurofibroma
 Meningioma intramedural

 Apendimoma

 Astrocytoma
 Oligodendroglioma

 Hemangioblastoma

 Tumor ekstradural

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. CT Scan : Memberi informasi spesifik mengenal jumlah, ukuran,


kepadatan, jejas tumor, dan meluasnya edema serebral sekunder serta
member informasi tentang sistem vaskuler
2. MRI :Membantu dalam mendeteksi jejas yang kecil dan tumor didalam
batang otak dan daerah hiposisis, dimana tulang menggangu dalam
gambaran yang menggunakan CT Scan
3. Biopsistereotaktik : Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan
untuk memberi dasar pengobatan serta informasi prognosisi
4. Angiografi : Memberi gambaran pembuluh darah serebal dan letak tumor

5. Elektroensefalografi( EEG ) : Mendeteksi gelombang otak abnormal.

F. PENATALAKSANAAN

Metode umum untuk penatalaksanaan tumor otak meliputi:

1. Pembedahan

o Pembedahan intracranial biasanya dilakukan untuk seluruh tipe kondisi


patologi dari otak untuk mengurangi TIK dan mengangkat tumor.
o Pembedahan ini dilakukan melalui pembukaan tengkorak, yang disebut
dengan Craniotomy.
o Perawatan pre operasi pada pasien yang dilakukan pembedahan
intracranial adalah:
a. Mengkaji keadaan neurologi dan psikologi pasien

b. Memberi dukungan pasien dan keluarga untuk mengurangi perasaan-


perasaan takut yang dialami.
c. Memberitahu prosedur tindakan yang akan dilakukan untuk
meyakinkan pasien dan mengurangi perasaan takut.
d. Menyiapkan lokasi pembedahan, yaitu: kepala dengan menggunakan
shampo antiseptik dan mencukur daerah kepala.
o Menyiapkan keluarga untuk penampilan pasien yang dilakukan
pembedahan, meliputi :
a. Balutan kepala.

b. Edema dan ecchymosis yang biasanya terjadi dimuka.

c. Menurunnya status mental sementara.

Perawatan post operasi, meliputi :

a. Mengkaji status neurologi dan tanda-tanda vital setiap 30 menit untuk 4 - 6


jam pertama setelah pembedahan dan kemudian setiap jam. Jika kondisi stabil
pada 24 jam frekuensi pemeriksaan dapat diturunkan setiap 2 samapai 4 jam
sekali.
b. Monitor adanya cardiac aritmia pada pembedahan fossa posterior akibat
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
c. Monitor intake dan output cairan pasien. Batasi intake cairan sekitar

1.500 cc / hari.

d. Lakukan latihan ROM untuk semua ekstremitas setiap pergantian dinas.

e. Pasien dapat dibantu untuk alih posisi, batuk dan napas dalam setiap 2 jam.
f. Posisi kepala dapat ditinggikan 30 -35 derajat untuk meningkatkan aliran
balik dari kepala. Hindari fleksi posisi panggul dan leher.
g. Cek sesering mungkin balutan kepala dan drainage cairan yang keluar.

h. Lakukan pemeriksaan laboratorium secara rutin, seperti : pemeriksaan


darah lengkap, serum elektroit dan osmolaritas, PT, PTT, analisa gas darah.
i. Memberikan obat-obatan sebagaimana program, misalnya :
antikonvulsi,antasida, atau antihistamin reseptor, kortikosteroid.
j. Melakukan tindakan pencegahan terhadap komplikasi post operasi.

2. Radioterapi

Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula
merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping : kerusakan kulit di sekitarnya,
kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis, radang
tenggorkan.

3. Chemoterapi

Kemoterapi dilakukan dalam berbagai cara, termasuk secara sistemik, intracranial


atau dengan memasukkan polimer yang membawa agen kemoterapi secara
langsung ke jaringan tumor. Masalah utama dengan komplikasi depresi sum-sum
tulang, paru, dan hepar tetap merupakan factor penyulit utama dalam kemoterapi.
Sawar darah otak juga mempersulit pemberian agen kemoterapi. Penelitian sawar
darah otak dengan manitol hiperosmotik member hasil yang mengecewakan,
penelitian mengenai penggunaan dexametason untuk menutup sawar darah otak
dan efek obat antiepilepsi pada metabolism obat kemoterapi masih terus
dilakukan dan mulai memberikan hasil.
4. Manipulasi hormonal.

Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah bermetastase.
5. Terapi Steroid

Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial, namun


tidak berefek langsung terhada tumor.Pemilihan terapi ditentukan dengan tipe
dan letak dari tumor. Suatu kombinasi metode sering dilakukan.

G. KOMPLIKASI

1. Gangguan fungsi neurologis


2. Gangguan kognitif

3. Gangguan tidur dan mood

4. Disfungsi seksual
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SOL

A. Pengkajian

1. Anamnesis

a. Identitas klien : nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,


agama, suku bangsa, tgl MRS, askes, dst.
b. Keluhan utama : nyeri kepala disertai penurunan kesadaran.

c. Riwayat penyakit sekarang : demam, anoreksi dan malaise peninggian tekanan


intrakranial serta gejala nerologik fokal.
d. Riwayat penyakit dahulu : pernah, atau tidak menderita infeksi telinga (otitis
media, mastoiditis) atau infeksi paru – paru (bronkiektaksis, abses paru,
empiema), jantung (endokarditis), organ pelvis, gigi dan kulit).
2. Pemeriksaan fisik

- Keadaan umum

- Pola fungsi kesehatan

a. Aktivitas / istirahat
Gejala : malaise
Tanda : Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter.

b. Sirkulasi

Gejala : adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis Tanda :


TD : meningkat
N : menurun (berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh pada vasomotor).
c. Eliminasi

Gejala : -

Tanda : adanya inkonteninsia dan atau retensi.

d. Nutrisi

Gejala : kehilangan nafsu makan, disfagia (pada periode akut)

Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa kering.


e. Hygiene

Gejala : -

Tanda : ketergantungan terhadap semua kebutuhan, perawatan diri (pada


periode akut).
f. Neurosensori

Gejala : sakit kepala, parestesia, timbul kejang, gangguan penglihatan.


Tanda : penurunan status mental dan kesadaran. Kehilangan memori, sulit
dalam keputusan, afasia, mata : pupil unisokor (peningkatan TIK), nistagmus,
kejang umum lokal.
g. Nyeri / kenyamanan

Gejala : sakit kepala mungkin akan diperburuk oleh ketegangan, leher /


pungung kaku.
Tanda : tampak terus terjaga, menangis / mengeluh.

h. Pernapasan

Gejala : adanya riwayat infeksi sinus atau paru

Tanda : peningkatan kerja pernapasan (episode awal). Perubahan mental


(letargi sampai koma) dan gelisah
i. Keamanan

Gejala : adanya riwayat ISPA / infeksi lain meliputi : mastoiditis,


telingatengah, sinus abses gigi, infeksi pelvis, abdomen atau kulit, fungsi
lumbal, pembedahan, fraktur pada tengkorak / cedera kepala.

Pola Fungsional Gordon

1. Persepsi Kesehatan – Pola Manajemen Kesehatan

Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga melanjutkan perawatan di rumah.


2. Pola nutrisi – Metabolik

Penurunan BB dan malnutrisi umum. Keinginan pasien untuk makan terganggu


oleh ketidak sadaran pasien.
3. Pola Eliminasi

Dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit dan paru maka tubuh
dibersihkan dari bahan – bahan yang melebihi kebutuhan dan dari produk
buangan.
4. Pola Aktivitas dan Latihan

Pasien tidak dapat melakukan aktivitas dan latihan karena mengalami


penurunan kesadaran.
5. Pola Persepsi Kognitif

Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya ingatan


masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.
6. Pola Tidur dan Istirahat

Pada pasien pola istirahat dan tidur tidak dapat dikaji karena mengalami
penurunan kesadaran.
7. Konsep Diri dan Persepsi Diri

Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body comfort.
8. Peran dan Pola Hubungan

Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah sakit.
Perubahan pola biasa dalam tanggungjawab atau perubahan kapasitas fisik
untuk melaksanakan peran (Doenges,1993).
9. Pola Reproduktif dan Sexual

Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial dan alat reproduksi


(Doenges,1993).
10. Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi

Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi, masalah keuangan, rumah


(Doenges,1993).
11. Pola Keyakinan dan Nilai

Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang


dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini
diharapkan perawat dalam memberikan motivasi dan pendekatan
terhadap klien dalam upaya pelaksanaan ibadah (Mediana,1998).
3. Diagnosa Keperawatan

NO Diagnosa NO NI
C C
1 Gangguan perfusi Status Neurologis : Kesadaran Aktivitas :
jaringan cerebral tidak Indikator : 1. Pantau status neurologis dengan teratur dan
efektif b.d penghentian 1. Buka mata terhadap stimulus bandingkan dengan keadaan normalnya seperti GCS
aliran darah eksternal 2. Pantau frekuensi dan irama jantung
2. Orientasi kognitif 3. Pantau suhu juga atur suhu lingkungan sesuai
3. Kemunikasi yang tepat kebutuhan. Batasi penggunaan selimut dan lakukan
dengan situasi kompres hangat jika terjadi demam
4. Mematuhi perintah 4. Pantau masukan dan pengeluaran, catat karakteristik
5. Aktivitas kejang tidak ada urin, tugor kulit dan keadaan membrane mukosa
6. Fleksi normal 5. Gunakan selimut hipotermia

7. Ekstensi normal 6. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi seperti


steroid, klorpomasin, asetaminofen
2 Nyeri akut b.d a. Tingkat kenyamanan a. Manajemen nyeri
peningkatan TIK Klien diharapkan melaporkan : Aktivitas :

 Nyeri berkurang 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif


termasuk lokasi karakteristik, durasi, frekuensi,
 Kecemasan berkurang
kualitas, dan factor presipitasi
 Stres berkurang
2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
 Ketakutan berkurang 3. Kaji kebiasaan yang mempengaruhi respion nyeri
b. Kontrol nyeri 4. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
Klien diharapkan : 5. Ajarkan pasien untuk memonitor nyeri
 Menggunakan analgesik 6. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan

 Memantau gejala nyeri dari tindakan nyeri tidak berhasil

waktu ke waktu 7. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen

 Menjelaskan faktor – faktor nyeri

penyebab nyeri 8. Tanyakan pada pasien apa saja hal yang


memberatkan rasanya nyeri
 Mengunakan langkah-langkah
9. Tanyakan pada pasien teknik apa saja yang dapat
pencegahan
mngurangi rasa nyeri yang di rasakan.
 Menggunakan bantuan non
10. Ajarkan pasien teknik relaksasi.
analgesik seperti yang di
rekomendasikan
 Melaporkan perubahan dalam
perubahan gejala nyeri
b. Analgesik administrasi
Aktivitas :
c. Menentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas dan
tingkat keparahan sebelum mengobati pasien
d. Memeriksa perintah medis untuk obat, dosis dan
frekuensi yang ditentukan analgesik
e. Memeriksa alergi obat
f. Mengevaluasi kemampuan pasien untuk participitate
dalam pemilihan analgesik, rute, dan dosis, dan
melibatkan pasien,
g. Memilih analgesik sesuai atau kombinasi dari
analgesik ketika lebih dari satu yang diresepkan
h. Menentukan pilihan analgesik, berdasarkan jenis dan
severiry rasa sakit
i. Menentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan
dosis analgesik yang optimal
j. Memantau tanda-tanda vital sebelum dan setelah
pemberian analgesik narkotik diatas dosis
k. Memfasilitasi respon terhadap analgesik
l. Mengelola analgesik
m. Menginformasikan kepada pasien efek samping dari
analgesic
n. Mengevaluasi efektivitas analgesik pada interval
yang sering dan teratur setelah pemberian masing-
masing, terutama setelah dosis awal,
o. Amati juga tanda-tanda dan gejala dari efek tak
diinginkan.
3 Ketidakseimbangan a. Status nutrisi a. Terapi nutrisi
nutrisi kurang dari Indikator : Aktifitas :
kebutuhan tubuh b.d  Atur makanan dan cairan serta hitung berapa
penurunan nafsu makan -diharapkan normal: jumlah kalori yang seharusnya masuk
 Tentukan makanan yang seharusnya dimakan untuk
 Intake nutrisi cukup mencukupi kebutuhan tubuh klien

 Intake makanan cukup  Tentukan apakah klien butuh alat bantu makan

 Intake cairan cukup atau tidak terkait mual yang dirasakan


 Hematokrit  Tingkatkan intake makanan tinggi kalsium yang

 Hidrasi seharusnya di perlukan

 Hemoglobin  Berikan makanan tinggi protein untuk


meningkatkan proteksi tubuh
 Albumin darah
 Pilihkan klien makanan yang lembut, tidak asam
dan lunak yang seharusnya dimakan agar tidak
mual
 Sediakan nutrisi yang dibutuhkan oleh klien sesuai
dengan yang dibutuhkan klien : kalsium, zat besi,
b. Status nutrisi : intake nutrisi mineral, vitamin, karbohidrat, lemak, protein
Indikator :
 Intake kalori normal

 Intake protein normal


b. Monitoring nutrisi
 Intake lemak normal Aktivitas :
 Intake karbohidrat normal  Memantau interval perubahan berat badan
 Intake vitamin normal klien

 Intake mineral normal  Memonitor respon emosional klien terhadap


makanannya
 Intake zat besi normal
 Memoitor tempat sekitar ia makan
 Intake kalsium normal
 Memonitor jadwal pengobatan dan prosedur
pada lain waktu selain pada waktu makan
 Memonitor tingkat kekeringan kulit yang
terkelupas dengan depigmentasi
 Memantau turgor kulit

 Monitor untuk rambut: kering, tipis dan mudah


rontok
 Monitor untuk mual dan muntah

 Memantau tingkat albumin, total protein,


hemoglobin dan hematokrit
 Memantau tingkat limfosit dan elektrolit

 Memantau dan memilih makanan yang sesuai

 Memonitor tingkat energi, malaise, kelelahan,


dan kelemahan
 Menyediakan makanan dan cairan yang optimal
4. Implementasi

Melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah di buat di


dalam intervensi keperawatan pasien.

5. Evaluasi

Evaluasi sumatif disesuaikan dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah disusun
di dalam intervensi untuk mengetahui masalah pasien telah teratasi ataupun tidak,
sehingga dapat ditentukan rencana selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA

Brenda G. Bare, Suzanne C. Smeltzer. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal


Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC.

Batticaca, Fransisca. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta :Salemba Medika.

Doenges.EM.2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Price, Sylvia A.2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses


Penyakit Edisi 6 Vol.2. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai