Anda di halaman 1dari 10

Standar Kompetensi Profesional Guru Sebagai Pengembang Kurikulum 2006 (KTSP)

A. Definisi Guru
Pendidik atau lebih populer dikatakan sebagai Guru adalah tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan. Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi
bagi peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas
pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin. Untuk dapat
benar-benar menjadi pendidik, seorang guru tidak cukup hanya dengan menguasai bahan
pelajaran, tetapi juga harus tahu nilai-nilai apa yang dapat disentuh oleh materi pelajaran
yang akan diberikan kepada para siswa. Terdapat dua syarat penting untuk seorang guru
supaya berhasil melaksanakan tugasnya, syarat yang pertama adalah menguasai dengan
sempurna bidang pengetahuan yang dimilikinya. Karena kualitas sebuah pengajaran sangat
ditentukan oleh tingkat penguasaan bahan pengajaran. Sedangkan syarat yang lainnya adalah
kemampuan guru dalam menerapkan metodologi mengajar dalam proses pengajaran.

B. Kurikulum 2006 (KTSP)


Kurikulum 2006 ini dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Awal 2006 uji coba KBK dihentikan, muncullah KTSP.Tinjauan dari segi isi dan proses
pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak
perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih
diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan
kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan karangka dasar (KD), standar
kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata
pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan
Nasional. Jadi pengambangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian
merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi
pemerintah Kabupaten/Kota. Tujuan KTSP ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta
kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta
didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan
penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Tujuan
Panduan Penyusunan KTSP ini untuk menjadi acuan bagi satuan pendidikan SD/MI/SDLB,
SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK dalam penyusunan dan
pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang
bersangkutan
C. Kompetensi Guru
Dewasa ini perhatian bertambah besar sehubungan dengan kemajuan pendidikan dan
kebutuhan guru yang semakin meningkat, baik dalam mutu maupun jumlahnya, secara
gamblang dapat kita lihat, bahwa program pendidikan gurumendapat prioritas pertama dalam
program pembangunan pendidikan di negara kita.
a) Pentingnya Kompetensi Guru
Oemar Hamalik (2002: 34-35) berpendapat bahwa masalah kompetensi profesional guru
merupakan salah satu dari kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam jenjang
pendidikan apapun. Kompetensi-kompetensi lainnya adalah kompetensi kepribadian dan
kompetensi kemasyarakatan. Secara teoritis ketiga jenis kompetensi tersebut dapat
dipisah-pisahkan satu sama lain, akan tetapi secara praktis sesungguhnya ketiga jenis
kompetensi tersebut tidak mungkin dapat dipisah-pisahkan. Diantara ketiga jenis
kompetensi itu saling menjalin secara terpadu dalam diri guru. Guru yang terampil
mengajar tentu harus pula memiliki pribadi yang baik dan mampu melakukan social
adjusment dalam masyarakat. Ketiga kompetensi tersebut terpadu dalam karakteristik
tingkah laku guru. Dalam tulisan ini hanya akan disoroti salah satu jenis kompetensi saja,
yakni kompetensi profesional, dan sama sekali tidak bermaksud untuk mengesampingkan
pentingnya kedua kompetensi lainnya. Tulisan ini bermaksud mengungkapkan dan
menonjolkan satu jenis kompetensi saja secara khusus, dan berusaha meninjaunya lebih
dalam secara komprehensif.
b) Kompetensi Guru sebagai Alat Seleksi Penerimaan Guru
Menurut Oemar Hamalik (2002: 34) perlu ditentukan secara secara umum jenis
kompetensi apakah yang perlu dipenuhi sebagai syarat agar seseorang dapat diterima
sebagai guru. Dengan adanya syarat sebagai penerimaan calon guru, maka akan terdapat
pedoman bagi para administrator dalam memilih mana guru yang diperlukan untuk satu
sekolah. Asumsi yang mendasari kriteria ini adalah bahwa setiap calon guru yang
memenuhi syarat tersebut, diharapkan atau diperkirakan bahwa guru tersebut akan
berhasil mengemban tugasnya selaku pengajar di sekolah. Dengan demikian, pemilihan
guru tidak didasarkan atas suka atau tidak suka, atau karena alasan yang bersifat
subjektif, melainkan atas dasar yang objektif, yang berlaku secara umum untuk semua
calon guru.
c) Kompetensi Guru Penting dalam Rangka Pembinaan Guru
Menurut Oemar Hamalik (2002: 35), para guru yang telah memiliki kompetensi penuh
sudah tentu perlu dibina terus agar kompetensinya tetap mantap. Kalau terjadi
perkembangan baru yang memberikan tututan baru terhadap sekolah maka sebelumnya
sudah dapat direncanakan jenis kompetensi apa yang kelak akan diberikan agar guru
tersebut memiliki kompetensi yag serasi. Bagi guru yang ternyata sejak semula memiliki
kompetensi dibawah standar, administrator menyusun perencanaan yang relevan agar
guru tersebut memilik kompetensi yang lainnya, misalnya rencana penataran.
d) Kompetensi Guru Penting dalam Rangka Penyusuran Kurikulum
Oemar Hamalik (2002: 36) menjaskan bahwa secara lebih spesifik, apakah suatu LPTK
berhasil mendidik para calon guru akan ditentukan oleh berbagai komponen dalam
institusi tersebut. Salah satunya komponen kurikulum. Kurikulum pendidikan guru harus
disusun atas dasar kompetensi yang diperlukan oleh setiap guru. Tujuan, program
pendidikan, sistem penyampaian, evaluasi, dan sebagainya hendaknya direncanakan
sedemikian rupa agar relevan dengan tuntutan kompetensi guru secara umum. Dengan
demikian diharapkan guru tersebut mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya
sebaik mungkin.
e) Kompetensi Guru Penting dalam Hubungan dengan Kegiatan dan Hasil Belajar Siswa
Menurut Oemar Hamalik (2002: 36), proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan
saja ditemukan oleh sekolah, pola, struktur, dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian
besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka. Guru
yang kompeten akan lebih menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan,
dan akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga belajar para siswa berada pada
tingkat optimal. Berdasarkan pertimbangan dan analisis di atas, dapat diperoleh gambaran
secara fundamental tentang pentingnya kompetensi guru. Dengan demikian, terdapat
cukup alasan mengenai pentingnya kompetensi profesional guru.
D. Kompetensi Profesional Guru
Dalam Marno dan M. Idris menyebutkan guru yang mempunyai kompetensi profesional
harus dapat memenuhi kriteria diantaranya:
1) Guru mampu menguasai bidang studi yang diajarkan,
2) Guru mampu memahami kondisi peserta didik,
3) Guru mampu memahami prinsip-prinsip dan teknik dalam mengajar,
4) Guru mampu menguasai cabang ilmu penegtahuan yang masih ada kaitannya dengan
bidang studi yang diajarkan, dan
5) Guru dapat menghargai profesinya.

Indikator keberhasilan komepetensi profesional guru menurut khoiri yakni:

1) Guru mampu menguasai disiplin ilmu pengetahuan sebagai sumber pelajaran,


2) Guru mampu memahami filsafat dan tujuan pendidikan,
3) Guru mampu menguasai metode dan model pengajaran,
4) Guru menguasai prinsip-prinsip pembelajaran, dan
5) Guru mampu melakukan penilaian selama proses pembelajaran.

Di sisi lain dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007
juga menyebutkan persyaratan inti dari kompetensi profesional guru meliputi:

1) Guru mampu menguasai materi, struktur, dan konsep ilmu pengetahua dari mata
pelajaran yang diampunya,
2) Guru mampu menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar dari mata pelajaran
yang diampunya,
3) Guru mampu mengembangkan materi pembelajaran secara kreatif, dan
4) Guru mampu melaksanakan tindakan reflektif dan memanfaatkan teknologi dengan baik
dalam berkomunikasi.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dipahami bahwa untuk bisa mencapai kemampuan
profesional guru diperlukan guru yang bisa menguasai materi mata pelajaran yang
diampunya, menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar, mengembangkan
pembeelajaran secara kreatif, dan melakukan tindakan reflektif, dan menguasai teknologi
informasi dalam melakukan komunikasi.

E. IMPELEMENTASI KTSP

Implementasi KTSP adalah bagaimana menyampaikan pesan – pesan kurikulum kepada


peserta didik untuk membentuk kompetensi mereka sesuai dengan karakteristik dan
kemampuan masing-masing. Tugas guru dalam implementasi KTSP adalah bagaimana
memberikan kemudahan (facilitiate of learning) kepada peserta didik, agar mereka mampu
berinteraksi dengan lingkungan eksternal sehingga terjadi perubahan perilaku sesuai dengan
yang dikemukakan salam standar isi (SI) dan standar kompetensi lulusan (SKL).

a. Hakikat Implementasi KTSP

Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam
suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap. Berdasarkan defenisi implementasi tersebut, maka
implementasi KTSP adalah sebagai suatu proses penerapan, ide, konsep, dan kebijakan
kurikulum (kurikulum potensial) dalam suatu aktivitas pembelajaran sehingga peserta didik
menguasai seperangkat kompetensi tertentu sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.
Menurut Mulyasa (2009) dalam implementasi kurikulum setidaknya dipengaruhi oleh tiga
faktor yaitu:

 Karakteristik kurikulum, yang mencakup ruang lingkup ide baru suatu kurikulum dan
kejelasannya bagi pengguna dilapangan.
 Startegi implementasi, yaitu strategi yang digunakan dalam implementasi yang
merupakan kegiatan – kegiatan yang dapat mendorong penggunanya dilapangan.
 Karakteristik pengguna kurikulum, meliputi pengetahuan, keeterampilan, nilai dan
sikap guru terhadap kurikulum, serta kemampuannya untuk merealisasikan kurikulum
(curriculum planning) dalam pembelajaran.

F. TUGAS DAN PERAN GURU DALAM KTSP


Dalam proses pendidikan guru memiliki peranan sangat penting dan strategis dalam
membimbing peserta didik ke arah kedewasan, kematangan dan kemandirian, sehingga
seringkali guru dikatakan sebagai ujung tombak pendidikan. Dalam melaksanakan tugasnya
seorang guru tidak hanya menguasai bahan ajar dan memiliki kemampuan teknis edukatif,
tetapi harus juga memiliki kepribadian dan integritas pribadi yang dapat diandalkan sehingga
menjadi sosok panutan bagi peserta didik.

KTSP merupakan kurikulum berbasis kompetensi. Menurut Martini Yamin (2009, 75)
kompetensi adalah kemampuan yang dapat dilakukan siswa yang mencakup tiga aspek yaitu
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Pembelajaran yang berbasis kompetensi adalah
pembelajaran yang memiliki standar, standar yang dimaksud adalah acuan bagi guru tentang
kemampuan yang menjadi focus pembelajaran dan penilaian. Jadi, proses pembelajaran yang
dilakukan dengan pendekatan berbasis kompetensi adalah proses pendeteksian kemampuan
dasar siswa untuk memudahkan terciptanya suatu tujuan secara teoritis dan praktis.

Pemberian pengalaman belajar yang bertumpu pada KTSP berbasis kompetensi


dilaksanakan dengan pendekatan berpusat pada anak sebagai pembangunan pengetahuan,
sebagai subjek yang melakukan transformasi belajar bukan sebagai objek yang pasif
menunggu instruksi dari gurunya. Proses pembelajaran diselenggarakan dengan
memandirikan siswa untuk belajar (seperti yang dikatakan oleh Claire Weinstein dan
Richard Meyer), berkolaborasi dengan peserta didik lainnya, mengadakan pengamatan dan
menilai hasil belajar sendiri untuk suatu refleksi, mendorong peserta didik membangun
pengetahuannya sendiri. Oleh karena itu, guru harus menyadari bahwa pembelajaran
memiliki sifat yang sangat kompleks karena melibatkan aspek pedagogis, psikologis, dan
didaktis secara bersamaan. Aspek pedagogis menunjukkan pada kenyataan bahwa
pembelajaran berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan, karena itu guru harus
mendampingi peserta didik menuju kesuksesan belajar atau penguasaan sejumlah
kompetensi. Aspek psikologis menunjukkan pada kenyataan bahwa peserta didik pada
umumnya memilik perkembangan yang berbeda, yang menuntut materi yang berbeda pula.
Aspek didaktis menunjukkan pada pengaturan belajar peserta didik dalam kelas agar tercipta
pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM).

Ada beberapa peran dan tugas guru dalam proses pembelajaran yaitu:
a. Guru sebagai sumber belajar

Peran sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran. Dikatakan
guru yang baik manakala ia dapat menguasai materi pelajaran dengan baik, sehingga ia
benar -benar berperan sebagai sumber belajar bagi peserta didik. Apapun yang ditanyakan
siswa berkaitan dengan materi pelajaran yang sedang diajarkannya, ia akan bisa menjawab
dengan penuh keyakinan. Ketidakpahaman guru tentang materi pelajaran biasanya
ditunjukkan oleh perilaku – perilaku tertentu, misalnya teknis penyampaian materi yang
monoton, ia lebih sering duduk dikursi sambil membaca, suaranya lemah, tidak berani
kontak mata dengan siswa, miskin dengan ilustrasi, dll. Perilaku yang demikian dapat
menyebabkan hilangnya kepercayaa pada diri siswa, sehingga guru akan sulit
mengendalikan kelas.

Sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran hendaknya guru melakukan tiga hal
yaitu;

 Guru memiliki bahan referensi yang lebih banyak daripada siswa. Hal ini untuk
menjaga agar guru memiliki pemahaman yang lebih baik tentang materi yang akan
dikaji bersama siswa, karena dalam perkembangan teknologis informasi yang sangat
cepat bisa terjadi siswa lebih “pintar” dibandingkan guru dalam hal penguasaan
informasi.
 Guru dapat menunjukkan sumber belajar yang dapat dipelajari oleh siswa.
 Guru perlu melakukan pemetaan tentang materi pelajaran, misalnya dengan
menentukan materi inti (core) yang wajib dipelajari oleh siswa, mana materi
tambahan. Melalui pemetaan semacam ini akan memudahkan bagi guru dalam
melaksanakan tugasnya sebagai sumber belajar.
1) Guru sebagai pendidik

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi peserta didik
dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu
yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.

Berkaitan dengan tanggung jawab, guru harus mengetahui nilai, norma moral, dan sosial,
serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga
harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran disekolah dan
kehidupan bermasyarakat. Berkaitan dengan wibawa, guru harus mampu mengambil
keputusan secara mandiri (independent), terutama dalam berbagai hal yang berkaitan
dengan pembelajaran dan pembentukan kompetensi serta bertindak sesuai dengan kondisi
peserta didik dan lingkungan. Sedangkan disiplin, guru harus mematuhi berbagai
peraturan dan tata tertib secara konsisten atas dasar kesadaran professional, karena
mereka bertugas untuk mendisiplinkan peserta didik disekolah, terutama dalam
pembelajaran.

2) Guru sebagai pembelajar

Sekarang ini, perkembangan teknologi mengubah peran guru dari pengajar yang bertugas
menyampaikan materi pelajaran menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan
belajar karena, peserta didik bisa belajar dari berbagai sumber yaitu; radio, telivisi, berbagai
macam film pembelajaran bahkan program internet  atau e – learning.

3) Guru sebagai pembimbing

Guru diharapkan sebagai pembimbing perjalanan yang berdasarkan pengetahuannya


bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Jadi, sebagai pembimbing guru harus
merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan perjalanan yang
harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai kelancarannya sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Semua itu dilakukan berdasarkan
kerjasama dengan peserta didik, tetapi guru memberikan pengaruh dalam aspek setiap
perjalanan yang direncanakan dan dilaksanakan. Istilah perjalanan merupakan suatu proses
belajar, baik dalam kelas maupun diluar kelas.

4) Guru sebagai pelatih

Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual


maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih, karena tanpa
latihan pesert didik tidak akan mampu menunjukkan penguasaan kompetensi dasar dan tidak
akan mahir dalam berbagai keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan materi standar.
Oleh karena itu, guru harus berperan sebagai pelatih, yang bertugas melatih peserta didik
dalam pembentukan kompetensi dasar, sesuai dengan potensi masing – masing. Pelatihan
yang dilakukan harus juga memperhatikan perbedaan individual peserta didik dan
lingkungan.

5) Guru sebagai penasehat

Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik meskipun mereka tidak memiliki latihan
khusus sebagai penasehat. Agar guru menyadari perannya sebagai penasehat secara lebih
mendalam makaa ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.
Pendekatan psikologis dan kesehatan mental akan banyak menolong guru dalam
menjalankan perannya sebagai penasehat, yang telah banyak dikenal bahwa ia banyak
membantu peserta didik untuk dapat membuat keputusan sendiri.

6) Guru sebagai agen pembaharu (innovator)

Inovasi pendidikan dilakukan guna memecahkan masalah yang dihadapi, agar dapat
memperbaiki mutu pendidikan secara efektif dan efisien. Salah satu bentuk peran serta yang
dapat dilakukan guru terhadap inovasi adalah sebagai agen pembaharuan. Oleh karena itu,
guru harus mampu menerjemahkan pengalaman yang telah lalu kedalam kehidupan yang
bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas antara
generasi yang satu dengan yang lain maka guru menjadi jembatan jurangn tersebut bagi
peserta didik, jika tidak  maka hal ini dapat mengambil bagian dalam proses belajar yang
berakibat tidak menggunakan potensi yang dimiliki oleh peserta didik.

7) Guru sebagai model dan teladan

Guru merupakan model dan teladan bagi peserta didik. Oleh karena itu, pribadi dan apa yang
dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang disekitar lingkungannya.
Ada beberapa hal yang mendapat perhatian guru dalam perannya  sebagai model dan teladan
yaitu; penggunaan gaya bahasa guru dalam berbicara, gaya kebiasaan guru bekerja, sikap
guru melalui pengalaman dan kesalahan yang dilakukan, pakaian yang menampakkan
ekspresi seluruh kepribadian, hubungan kemanusiaan (dalam hal pergaulan, intelektual
moral, terutama bagaimana berperilaku), proses berpikir dalam hal menghadapi dan
memecahkan masalah, dalam hal pengambilan keputusan, kesehatan (semangat, sikap
tenang, antusias dll).
Mengimplementasikan peran dan tugas guru tersebut dalam KTSP dalam kelas akan
ditemukan hambatan – hambatan, salah satunya yang sering kali terjadi datangnya dari siswa
seperti mengganggu temannya yang sedang belajar, hal ini terjadi karena kekurang sandaran
peserta didik dalam memenuhi tugas dan haknya sebagai anggota kelas. Oleh karena itu,
sebaiknya guru membuat perjanjian dengan siswa mengenai peraturan dan prosedur dalam
kelas pada awal tahun secara bersama – sama.

Menurut Emmer, Evertson, dan Worsharn (2003) mengatakan bahwa aturan-aturan dan
prosedur berbeda-beda di setiap kelas tetapi yang pasti di semua kelas aturan – aturan dan
prosedur dikelola secara efektif, karena tidak mungkin bagi seorang guru atau bagi siswa
dalam melakukan instruksi agar dapat bekerja secara produktif jika mereka tidak mempunyai
pedoman dan prosedur tidak yang efisien dan tidak adanya rutinitas untuk aspek umum
dalam kelas dapat menghambat poses pembelajaran dan menyebabkan perhatian siswa serta
minatnya memudar. Oleh karena itu, sangat penting menegakkan peraturan dan prosedur
dalam kelas seperti yang disebutkan dihampir setiap diskusi tentang pengelolaan kelas yang
efektif. Tahapan – tahapan yang dapat dilakukan dalam membuat peraturan dan prosedur
dalam kelas adalah:

 Guru harus mempertimbangkan desain fisik ruang kelas sebelum siswa datang ke
kelas.
 Membuat aturan dan prosedur dalam kelas bersama – sama dengan siswa.
 Berinteraksi dengan siswa Tentang Kelas Aturan dan Prosedur.
 Mereview secara berkala Aturan dan Prosedur.
 Membuat rapat kelas yang dapat berguna dalam menyusun desain dan pemeliharaan
peraturan dan prosedur.

Daftar pustaka
Nurtanto, Muhammad. _Mengembangkan Kompetensi Profesionalisme Guru Dalam
Menyiapkan Pembelajaran yang Bermutu_ . Jurnal Seminar Nasional Inovasi Pendidikan.
Banten: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Anda mungkin juga menyukai