OLEH KELOMPOK 6 :
Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih
baik lagi di masa mendatang.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Laut merupakan sumber makanan bagi manusia, sebagai jalan raya
perdagangan,sebagai sarana penaklukan, sebagai tempat pertempuran,
sebagai tempat untuk bersen ang-senang dan rekreasi dan sebagai alat
pemisah atau pemersatu bangsa. Di abad ke- 20 ini fungsi laut telah
meningkat dengan ditemukannya bahan-bahan tambang dan galian yang
berharga di dasar laut dan dimungkinkannya usaha-usaha menggambil
kekayaan alam tersebut, baik di airnya maupun di dasar laut dan tanah
dibawahnya.
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Potensi Sumber Daya hayati dan non hayati dalam
ZEE Indonesia?
2. Bagaimana Pengolahan Sumber Daya Kelautan di Indonesia?
3. Bagaimana Ketentuan Konvensi Hukum Laut 1982 tentang
Sumber Daya Alam Hayati dan Non Hayati dalam Pemanfaatan
Zona Ekonomi Ekslusif serta Pengaturan Nasional Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini yaitu Memahami dan mendalami materi
tentang “SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN NON HAYATI DALAM
ZEE INDONESIA SANGAT POTENSIAL DAN EFEKTIF ADALAH
MODAL BANGSA INDONESIA”.
D. Manfaat Penulisan
1. Menambah referensi atau wawasan mengenai Potensi Sumber
Daya Kelautan di Indonesia
2. Menjadi bahan Informasi dalam Pengolahan Sumber Daya
Kelautan di Indonesia.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
menentukan variabilitas iklim nasional, regional dan global dan
berpengaruh terhadap distibusi dan kelimpahan sumberdaya hayati.
5
eksklusif negara-negara yang pantainya saling berhadapan atau 43
berdampingan dengan Indonesia, maka batas zona ekonomi eksklusif
antara Indonesia dan negara tersebut ditetapkan dengan persetujuan
antara Republik Indonesia dan negara yang bersangkutan.(Pasal 3 (1))
Laut kita mengandung banyak sumber daya yang beragam baik yang
dapat diperbaharui seperti perikanan, terumbu karang, hutan mangrove,
rumput laut, dan plasma nutfah lainnya atau pun sumber daya yang tidak
dapat diperbaharui seperti minyak dan gas bumi, barang tambang, mineral,
6
serta energi kelautan seperti gelombang, angin, dan OTEC (Ocean Thermal
Energy Conversion) yang sedang giat dikembangkan saat ini.
Terdapat 7,5% (6,4 juta ton/tahun) dari potensi lestari total ikan laut
dunia berada di Indonesia. Kurang lebih 24 juta hektar perairan laut dangkal
Indonesia cocok untuk usaha budi daya laut (marine culture) ikan kerapu,
kakap, baronang, kerang mutiara, dan biota laut lainnya yang bernilai
ekonomis tinggi dengan potensi produksi 47 ton/tahun.
Selain itu lahan pesisir (coastal land) yang sesuai untuk usaha
budidaya tambak udang, bandeng, kerapu, kepiting, rajungan, rumput laut,
dan biota perairan lainnya diperkirakan 1,2 juta hektar dengan potensi
produksi sebesar 5 juta per tahun. Hampir 70% produksi minyak dan gas
bumi Indonesia berasal dari kawasan pesisir dan laut.
7
D. Konsep Pemetaan Potensi Sumber Daya Kelautan
Disampaikan oleh Tridoyo Kusumastanto, bahwa dalam menangani
isu-isu kelautan diperlukan perencanaan langkah-langkah strategis
termasuk mengetahui potensi-potensi yang sudah dimiliki oleh Indonesia.
Potensi-potensi tersebut meliputi:
1. Potensi Fisik
Potensi wilayah pesisir dan lautan Indonesia dipandang dari segi
fisik, terdiri dari : Perairan Nusantara seluas 2.8 juta km2, Laut Teritorial
seluas 0.3 juta km2. Perairan Nasional seluas 3,1 juta km2, Luas Daratan
sekitar 1,9 juta km2, Luas Wilayah Nasional 5,0 juta km2, luas ZEE
(Exlusive Economic Zone) sekitar 3,0 juta km2, Panjang garis pantai lebih
dari 81.000 km dan jumlah pulau lebih dari 18.000 pulau.
2. Potensi Pembangunan
Potensi Wilayah pesisir dan laut Indonesia dipandang dari segi
Pembangunan adalah sebagai berikut:
a) Sumberdaya yang dapat diperbaharui seperti; Perikanan
(Tangkap, Budidaya, dan Pascapanen), Hutan mangrove,
Terumbu karang, Industri Bioteknologi Kelautan dan Pulau-
pulau kecil.
b) Sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui seperti; Minyak
bumi dan Gas, Bahan tambang dan mineral lainnya serta
Harta Karun.
c) Energi Kelautan seperti; Pasang-surut, Gelombang, Angin,
OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion).
d) Jasa-jasa Lingkungan seperti; Pariwisata, Perhubungan dan
Kepelabuhanan serta Penampung (Penetralisir) limbah.
8
Pelagis Kecil, dan lainnya) sekitar 4.948.824 ton/tahun, dengan taksiran
nilai US$ 15.105.011.400, Mariculture (rumput laut, ikan, dan kerang-
kerangan serta Mutiara sebanyak 528.403 ton/tahun, dengan taksiran nilai
US$ 567.080.000, Perairan Umum 356.020 ton/tahun, dengan taksiran nilai
US$ 1.068.060.000, Budidaya Tambak 1.000.000 ton/tahun, dengan
taksiran nilai US$ 10.000.000.000, Budidaya Air Tawar 1.039,100
ton/tahun, dengan taksiran nilai US$ 5.195.500.000, dan Potensi
Bioteknologi Kelautan tiap tahun sebesar US$ 40.000.000.000, secara total
potensi Sumberdaya Perikanan Indonesia senilai US$ 71.935.651.400 dan
yang baru sempat digali sekitar US$ 17.620.302.800 atau 24,5 %. Potensi
tersebut belum termasuk hutan mangrove, terumbu karang serta energi
terbarukan serta jasa seperti transportasi, pariwisata bahari yang memiliki
peluang besar untuk dikembangkan.
9
mengalami kenaikan bila dibandingkan tahun 1955 yang hanya sebesar
123,6 Triliun Kaki Kubik. Sedangkan Potensi kekayaan tambang dasar laut
seperti aluminium, mangan, tembaga, zirconium, nikel, kobalt, biji besi non
titanium, vanadium, dan lain sebagainya yang sampai sekarang belum
teridentifikasi dengan baik sehingga diperlukan teknologi yang maju untuk
mengembangkan potensi tersebut.
5. Potensi Geopolitis
Indonesia memiliki posisi strategis, antar benua yang
menghubungkan negaranegara ekonomi maju, posisi geopolitis strategis
tersebut memberikan peluang Indonesia sebagai jalur ekonomi, misalnya
beberapa selat strategis jalur perekonomian dunia berada di wilayah NKRI
yakni Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Lombok, Selat Makasar dan Selat
Ombai-Wetar. Potensi geopolitis ini dapat digunakan Indonesia sebagai
kekuatan Indonesia dalam percaturan politik dan ekonomi antar bangsa.
10
dan ekstraktif, kurang mengindahakan aspek kelestariannya. Bangsa
Indonesia kurang siap dalam menghadapi segala konsekuensi jati dirinya
sebagai bangsa nusantara atau negara kepulauan terbesar di dunia karena
tidak disertai dengan kesadaran dan kapasitas yang sepadan dalam
mengelola kekayaannya.
11
seluruh wilayah perairan Indonesia yang mencapai 5,8 km2, TNI AL
setidaknya harus memiliki 500 unit kapal perang berbagai jenis. Memang
jika kita menengok kembali sejarah, di zaman Presiden Soekarno Angkatan
Laut kita pernah menjadi keempat terbesar di dunia setelah Amerika
Serikat, Uni Soviet,dan Iran. Akan tetapi semuanya hanya bersifat
sementara karena tidak dibangun atas kemampuan sendiri, namun karena
bantuan Uni Soviet dalam rangka permainan geopolitik.
12
garam rakyat, (9) pengelolaan pasir laut, (10) industri penunjang, (11)
pengembangan kawasan industri perikanan terpadu, dan (12)
keanekaragaman hayati laut.
Laut Indonesia memiliki luas lebih kurang 5,8 juta km2 dengan garis
pantai sepanjang 81.000 km, dengan potensi sumberdaya ikan diperkirakan
sebesar 6,4 juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia
dan perairan ZEEI (Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia), yang terbagi dalam
sembilan wilayah perairan utama Indonesia.
Di samping itu terdapat potensi pengembangan untuk (a) budidaya laut
terdiri dari budidaya ikan (antara lain kakap, kerapu, dan gobia), budidaya
moluska (kerang-kerangan, mutiara, dan teripang), dan budidaya rumput
laut, dan (e) bioteknologi kelautan untuk pengembangan industri
bioteknologi kelautan seperti industri bahan baku untuk makanan, industri
bahan pakan alami, benih ikan dan udang, industri bahan pangan.
1. Perikanan
Budi Daya Ikan Sumber daya perikanan laut adalah salah satu
potensi sumber daya laut di indonesia yang sejak dulu telah dimanfaatkan
penduduk. Laut Indonesia memiliki angka potensi lestari yang besar, yaitu
6,4 juta ton per tahun. Yang dimaksud dengan potensi lestari adalah potensi
penangkapan ikan yang masih memungkinkan bagi ikan untuk melakukan
regenerasi hingga jumlah ikan yang ditangkap tidak mengurangi populasi
13
ikan. Berdasarkan aturan internasional, jumlah tangkapan yang
diperbolehkan adalah 80% dari potensi lestari tersebut atau sekitar 5,12 juta
ton per tahun.
14
yang paling rawan dengan praktik pencurian ikan adalah Laut Arafuru
(Papua) di Timur perairan Indonesia.
2. Hutan Mangrove
Hutan mangrove (hutan bakau) adalah tipe hutan yang berada di
daerah pasang surut air laut. Saat air pasang, hutan mangrove digenangi
oleh air laut, sedangkan pada saat air surut, hutan mangrove bebas dari
genangan air laut. Umumnya hutan mangrove berkembang baik pada
pantai yang terlindung, muara sungai, atau laguna. Tumbuhan yang hidup
di habitat hutan mangrove tahan terhadap garam yang terkandung di dalam
air laut. Ada dua fungsi hutan mangrove sebagai potensi sumber daya laut
di indonesia yaitu fungsi ekologis dan ekonomis. Fungsi ekologis hutan
mangrove adalah sebagai habitat (tempat hidup) binatang laut untuk
berlindung, mencari makan, dan berkembang biak.
15
ha. Berikutnya adalah Kalimantan (165 ribu ha), Sumatra (417 ribu ha),
Sulawesi (53 ribu ha), Jawa (34,4 ribu ha), Bali dan Nusa Tenggara (3,7
ha).
3. Terumbu Karang
Terumbu karang adalah terumbu (batuan sedimen kapur di laut)
yang terbentuk dari kapur yang sebagian besar dihasilkan dari koral
(binatang yang menghasilkan kapur untuk kerangka tubuhnya). Jika ribuan
koral membentuk koloni, koral-koral tersebut akan membentuk karang.
Sebagai negara kepulauan, Indonesia merupakan negara yang memiliki
terumbu karang terluas di dunia. Luas terumbu karang Indonesia mencapai
284,3 ribu km2 atau setara dengan 18% dari terumbu karang yang ada di
seluruh dunia. Kekayaan terumbu karang Indonesia tidak hanya dari
luasnya, akan tetapi juga keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya.
16
akibat bercampurnya air sungai ke laut. Mengapa terumbu karang wajib
dilindungi dari kerusakan? Terumbu karang memiliki banyak manfaat, baik
manfaat yang bersifat ekonomis, ekologis, maupun sosial ekonomi.
5. Perhubungan Laut
Transportasi laut berperan penting dalam dunia perdagangan
internasional maupun domestik. Transportasi laut juga membuka akses dan
menghubungkan wilayah pulau, baik daerah sudah yang maju maupun
yang masih terisolasi. Sebagai negara kepulauan (archipelagic state),
17
Indonesia memang amat membutuhkan transportasi laut, namun, Indonesia
ternyata belum memiliki armada kapal yang memadai dari segi jumlah
maupun kapasitasnya.
18
g. Kabel bawah laut dan fiber optics.
h. Remote sensing, GPS, GIS, dan ICT lainnya.
7. Pariwisata Bahari
Indonesia memiliki potensi pariwisata bahari yang memiliki daya tarik
bagi wisatawan. Selain itu juga potensi tersebut didukung oleh kekayaan
alam yang indah dan keanekaragaman flora dan fauna. Misalnya, kawasan
terumbu karang di seluruh Indonesia yang luasnya mencapai 7.500 km2
dan umumnya terdapat di wilayah taman laut. Selain itu juga didukung oleh
263 jenis ikan hias di sekitar terumbu karang, biota langka dan dilindungi
(ikan banggai cardinal fish, penyu, dugong, dll), serta migratory species.
Potensi kekayaan maritim yang dapat dikembangkan menjadi komoditi
pariwisata di laut Indonesia antara lain: wisata bisnis (business tourism),
wisata pantai (seaside tourism), wisata budaya (culture tourism), wisata
pesiar (cruise tourism), wisata alam (eco tourism) dan wisata olah raga
(sport tourism).
19
Masalah tersebut berdampak pada ketidakberlanjutan pemanfaatan
sumberdaya perikanan. Kerusakan ekosistem juga terjadi akibat
pencemaran ekosistem laut yang bersumber dari dampak kegiatan-
kegiatan manusia di darat dan di laut dan berakibat pada penurunan
kualitas dan daya dukung ekosistem laut. Kegiatan manusia di laut yang
dapat mencemari ekosistem laut diantaranya kegiatan perkapalan dengan
arus transportasi lautnya, kegiatan pertambangan, penangkapan ikan yang
tidak ramah lingkungan, wisata pantai, dan lain sebagainya. Sedangkan
kegiatan manusia di darat yang mencemari ekosistem laut diantaranya
adalah kegiatan pertanian, pemukiman, industri, kegiatan pertambangan,
dan lain-lain.
20
yang dikeluarkan oleh Kementerian LH yang masih bersifat umum dan tidak
mengatur secara teknis mengenai aktivitas kegiatan yang merupakan
instansi teknis.
21
dilakukan hanya sekedar untuk menambah devisa tanpa melihat berbagai
aspek keberlanjutannya.
1. Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan merupakan salah satu amanat dari
pertemuan Bumi (Earth Summit) yang diselenggarakan tahun 1992 di Rio
de Janeiro, Brazil. Dalam forum global tersebut, pemahaman tentang
perlunya pembangunan berkelanjutan mulai disuarakan dengan
memberikan definisi sebagai pembangunan yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan generasi sekarang dengan tanpa mengabaikan
kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya.
Pengelolaan sumberdaya laut perlu diarahkan untuk mencapai tujuan
pendayagunaan potensi untuk meningkatkan kontribusi terhadap
pembangunan ekonomi nasional dan kesejahteraan pelaku pembangunan
kelautan khususnya, sertauntuk tetap menjaga kelestarian sumberdaya
kelautan khususnya sumberdaya pulih dan kelestarian lingkungan.
Secara umum, sasaran pembangunan yang ingin dicapai adalah mulai
membaiknyasistem pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Sasaran yang akan dicapai dalam pembangunan kelautan adalah:
22
f) Berkembangnya riset dan teknologi di bidang kelautan;
g) Percepatan penyelesaian batas laut dengan negara tetangga,
terutama Singapura, Malaysia, Timor Leste, Papua New Guinea, dan
Filipina; dan
h) Meningkatnya upaya mitigasi bencana alam laut dalam rangka
melindungi keselamatan masyarakat yang bekerja di laut dan
penduduk yang tinggal di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
23
2. Keterpaduan
Sifat keterpaduan dalam pembangunan kelautan menghendaki
koordinasi yang mantap, mulai tahapan perencanaan sampai kepada
pelaksanaan dan pemantauan serta pengendaliannya. Untuk itu ,
dibutuhkan visi, misi, strategi, kebijakan dan perencanaan program yang
mantap dan dinamis. Melalui koordinasi dan sinkronisasi dengan berbagai
pihak baik lintas sektor maupun subsektor, tentu dengan memperhatikan
sasaran, tahapan dan keserasian antara rencanan pembangunan kelautan
nasional dengan regional, diharapkan diperolah keserasian dan
keterpaduan perencanaan dari bawah (bottom up) yang bersifat mendasar
dengan perencanaan dari atas ( top down) yang bersifat policy, sebagai
suatu kombinasi dan sinkronisasi yang lebih mantap.
3. Desentralisasi Pengelolaan
Dari 400-an lebih kabupaten dan kota di Indonesia, maka 240-an
lebih memiliki wilayah laut. Memperhatikan hal ini maka dalam bagian
kesungguhan mengelola kekayaan laut Diharapkan stabilitas politik di
negara kita dapat ditingkatkan, penegakan hukum dapat segera
dilaksanakan sehingga segala upaya dalam pembangunan SDM,
24
pembangunan ekonomi dapat memperoleh hasil yang optimal. Budaya
negeri kita paternalistik, sehingga perilaku pemimpin nasional dan daerah,
perilaku pejabat pusat dan daerah akan menjadi refleksi masyarakat luas.
25
Secara empiris, trend menuju otonomisasi pengelolaan sumberdaya
kelautan ini pun di beberapa negara sudah teruji dengan baik. Contoh
bagus dalam hal ini adalah Jepang. Dengan panjang pantai kurang lebih
34.590 km dan 6.200 pulau besar kecil, Jepang menerapkan pendekatan
otonomi melalui mekanisme “coastal fishery right”-nya yang terkenal itu.
Dalam konteks ini, pemerintah pusat hanya memberikan “basic guidelines”
dan kemudian kebijakan lapangan diserahkan kepada provinsi atau kota
melalui FCA (Fishebry Cooperative Association). Dengan demikian,
terdapat mozaik pengelolaan yang bersifat site-spesific menurut kondisi
lokasi di wilayah pengelolaan masing-masing.
5. Isu Global
Memasuki abad ke-21, Indonesia dihadapkan pada tantangan
internasional sehubungan dengan mulai diterapkannya pasar bebas, mulai
dari AFTA (pasar bebas ASEAN) hingga APEC (pasar bebas Asia Pasifik).
26
Seiring dengan itu, terjadi berbagai perkembangan lingkungan strategis
internasional, antara lain (1) proses globalisasi, (2) regionalisasi blok
perdagangan, (3) isu politik perdagangan yang menciptakan non-tariff
barier, dan (4) isu tarifikasi dan tariff escalation bagi produk agroindustri,
dan (5) perkembangan kelembagaan perdagangan internasional.
27
internasional, termasuk: isu kualitas (ISO 9000), isu lingkungan (ISO
14000), isu property right, isu responsible fisheries, precauteonary
approach, isu hak asasi manusia (HAM), dan isu ketenagakerjaan.
28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah potensi dan pengolahan sumber
daya kelautan yaitu:
1. Indonesia merupakan negara maritime yang memiliki wilayah Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia seluas kurang lebih 2.692.762 km2.
Dengan luasnya Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia tersebut,
Indonesia sebagai negara pantai seharusnya mampu mengelola dan
memanfaatkannya sekaligus dapat mencegah berbagai persoalan
yang timbul di Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia. Di Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia pemerintah Indonesia memiliki hak berdaulat
(eksklusif) untuk memperoleh manfaat ekonomi melalui kegiatan-
kegiatan pengelolaan, pengawasan dan pelestarian seluruh sumber
daya baik hayati maupun non hayati, sedangkan negara-negara lain
yang ingin memanfaatkan sumber daya ekonomi di Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia haruslah mendapat ijin dari pemerintah
Indonesia.
2. Selama ini pembangunan yang memanfaatkan potensi sumberdaya
kelautan tidak dilakukan oleh satu koordinasi lembaga negara tetapi
dilakukan secara parsial oleh beberapa lembaga negara seperti
departemen pertahanan, dalam negeri, luar negeri, perhubungan,
energi, pariwisata, industri dan perdagangan, lingkungan hidup,
kelautan dan Perikanan.
3. Departemen tersebut hanya bertanggungjawab pada masing-masing
sektor tersebut, dengan demikian menjadi agak rancu bila
memahami tolok ukur pembangunan kelautan hanya dilihat dan
kinerja perdepartemen seperti dalam hal ini Departemen Kelautan
dan Perikanan.
29
B. Saran
Masih banyak yang perlu dikaji dan dipelajari dalam bidang ini,
Namun, ada satu kesimpulan yang dapat kita ambil dari tulisan ini adalah
perlunya berbagai pihak berperan aktif dalam perencanaan pengelolaan
sumberdaya kelautan Indonesia
30
DAFTAR PUSTAKA
https://www.bphn.go.id/data/documents/aspek_hukum_pemanf
aatan_zona_ekonomi_eksklusif_dalam_rangka_peningkatan_p
endapatan_nelayan_indonesia
https://jurnalmaritim.com/zona-ekonomi-eksklusif-zee-dalam-
unclos-1982/
https://www.academia.edu/36963679/ZONA_EKONOMI_EKSL
USIF_DI_INDONESIA
31