ABSTRACT
Building Smart State Civil Apparatus Towards World Class Bureaucracy in 2024.
The purpose of this study is to find out the development of apparatus resources through
orientation, empowerment, education and training and develop influencing factors to build
smart state civil apparatus towards world-class bureaucracy. In this study, the author uses
a type of descriptive research, namely research that presents and aims to provide an
overview and explanation of the variables under study. Data analysis techniques used the
techniques of Maththew B. Miles and Michael Huberman, (2007: 16), which consisted of 4
components: data collection: data reduction, presentation and conclusion. The results show
that: (1) the State Civil Apparatus must master technology, and even be able to engineer
various applications for information services to the public; (2) having a sense of
nationalism and being able to implement general principles of good governance; (3) have a
sense of empathy and responsibility; (4) necessary supporting factors in developing
apparatus resources in a sustainable and comprehensive manner; (5) able to formulate a
vision and values that can redesign work for selection and assessment in conducting
placements in accordance with the implementation of a performance management system.
Keywords: world class, development, civil apparatus.
ABSTRAK
Membangun Smart Aparatur Sipil Negara (ASN) Menuju Birokrasi Berkelas
Dunia Tahun 2024. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengembangan sumber daya
aparatur melalui orientasi, pemberdayaan, pendidikan dan pelatihan serta
mengembangkan faktor-faktor yang memengaruhi untuk membangun smart aparatur sipil
negara menuju birokrasi berkelas dunia. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis
penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang memaparkan dan bertujuan untuk memberikan
gambaran serta penjelasan variabel yang diteliti. Teknik analisis data menggunakan
teknik Maththew B. Miles dan Michael Huberman, (2007: 16), yang terdiri dari 4
komponen: pengumpulan data: reduksi data, penyajian dan pengambilan simpulan.
Hasilnya menunjukkan bahwa: (1) Aparatur Sipil Negara harus menguasai teknologi,
bahkan berkemampuan merekayasa berbagai aplikasi untuk informasi pelayanan kepada
masyarakat; (2) memiliki rasa nasionalisme kebangsaan dan mampu
mengimplementasikan asas-asas umum pemerintahan yang baik; (3) memiliki rasa empati
dan tanggung jawab; (4) perlu faktor pendukung dalam pengembangan sumber daya
aparatur secara berkelanjutan dan komprehensif; (5) mampu merumuskan visi dan nilai-
nilai yang dapat mendesain ulang pekerjaan untuk seleksi dan penilaian dalam melakukan
penempatan sesuai dengan penerapan sistem manajemen kinerja.
Kata kunci: pembangunan, aparatur sipil negara, berkelas dunia.
1
2 — Jurnal Politik Pemerintahan Dharma Praja ■ Vol. 12 No. 1, Juni 2019: 1–12
Integritas ASN mewajibkan setiap mampu bersinergi (Tap MPR Nomor VI/
pegawai negeri setia dan taat kepada MPR/2001). Jadi integritas ASN sebagai
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, suatu indikator untuk menentukan baik
negara, dan pemerintah, serta wajib buruknya sikap perilaku seorang ASN
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam menjalankan tugas dan
dalam Negara Kesatuan Republik kewajibannya dalam pemerintahan.
Indonesia. (Pasal 4 UU tentang Pokok- ASN dituntut selalu ingat
Pokok Kepegawaian). akan sumpah dan janjinya, sehingga
Komitmen ASN adalah sumpah/ janji tidak sampai melalaikan tugas yang
demi Allah yang diperuntukkan bagi menjadi kewajibannya, dan tidak
setiap calon ASN pada saat melakukan sesuatu hal yang bertentangan
pengangkatannya menjadi ASN untuk dengan tugas dan kewajibannya dalam
selalu komit (bersumpah dan pemerintahan. Ranah
janji): pemerintahan adalah identik dengan
wilayah kerja bagi ASN dalam
1) Akan setia dan taat kepada Pancasila, melaksanakan tugas dan kewajibannya.
UUD 1945, Negara, dan Pemerintah;
Dalam Pasal 3 dan penjelasan dari
2) Akan menaati segala peraturan perun- Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999
dang-undangan dan melaksanakan tu- tentang Penyelenggara Negara
gas kedinasan dengan penuh pengab- Yang Bersih dan Bebas Dari
dian, kesadaran dan tanggung jawab; Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, jo Pasal
3) Akan menjaga kehormatan dan 20 dan penjelasannya Undang-Undang
martabat negara, pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 tentang
dan ASN, dan akan mengutamakan Pemerintahan Daerah,
kepentingan negara; telah diatur pula mengenai asas-asas
umum pemerintahan yang baik sebagai
4) Akan memegang rahasia negara, dan;
pedoman bagi setiap Penyelenggara
5) Akan bekerja dengan jujur, tertib, Negara (ASN) berintegritas dan
cermat dan bersemangat demi negara. berkomitmen, sebagai berikut:
(Pasal 26 UU tentang Pokok-Pokok 1) Asas Kepastian Hukum, yaitu
Kepegawaian). asas dalam negara hukum yang
Dengan demikian integritas Pegawai mengutamakan landasan peraturan
Negeri Sipil (ASN) menuntut kekuatan perundang-undangan, kepatutan,
pikiran dan perasaan setiap sosok ASN dan keadilan dalam setiap kebijakan
untuk mampu membedakan antara yang penyelenggara negara;
benar dengan salah atau antara yang
2) Asas Tertib Penyelenggaraan
baik dengan buruk yang akan menjadi
Negara, yaitu asas yang menjadi
ukuran sikap, perilaku, kepribadian
landasan keteraturan, keserasian, dan
dalam kedudukannya sebagai ASN yang
berkewajiban dalam melaksanakan tugas keseimbangan dalam pengendalian
pemerintahan, negara, dan penyelenggaraan negara,
melayani masyarakat dengan jujur, 3) Asas Kepentingan Umum, yaitu
bermoral tinggi, menepati janji, asas yang mendahulukan
mempertahankan keutuhan korps dan kesejahteraan umum dengan cara
menjaga nama baiknya, dan yang aspiratif, akomodatif, dan
selektif;
Jurnal Politik Pemerintahan
6 — Jurnal Politik Pemerintahan Dharma Praja ■ Vol. 12 No. 1, Juni 2019: 1–12
sebagian aparatur lama. Bahkan sering cenderung bersifat output yang nyata.
dilakukan pengucilan, apalagi ketika Dan yang terakhir adalah komponen
pegawai baru mencoba melakukan umpan balik yang merupakan
perubahan-perubahan yang mengganggu komponen hasil dari output yang terkait
kenyamanan pegawai lama. Selain dengan komponen lainnya sehingga
itu dari sisi lain, tidak jarang program keberadaannya dalam suatu sistem
orientasi ini tidak tertata dengan baik kembali kepada input.
sehingga kurang memberikan informasi Komponen dari umpan balik ini
yang jelas. Akibatnya membuat pegawai wujudnya lebih cenderung bersifat output
baru tidak mengerti harus berbuat apa yang tidak nyata. Dengan demikian
untuk berkontribusi dalam dapatlah dikatakan bahwa aparatur
instansi tersebut. Proses orientasi sudah pemerintah perlu dibekali
berjalan secara tidak formal melainkan dengan pengetahuan dan
informal melalui mekanisme kemampuan yang menunjang dalam
pengenalan setelah pengangkatan dan melaksanakan tugas dan
penerimaan CPNS dan Pegawai Honor tanggungjawabnya. Hanya saja yang
sehingga orientasi lebih menekankan harus diingat bahwa potensi yang dimiliki
pada pihak senioritas, dinilai sebagai setiap aparatur tentunya berbeda satu
tindakan awal dalam proses dengan lainnya, dan potensi itu dapat
orientasi dalam mengenalkan diarahkan dan dikembangkan.
lingkungan secara bertahap, namun secara
Agar dapat meningkatkan
lebih mendalam kegiatan orientasi hanya
disampaikan ketika seorang pegawai baru pengetahuan dan kemampuan maka
aparatur harus diberikan kesempatan
mulai menanyakan kondisi kebutuhan
yang tidak didapat di bagian unit tertentu. dan dimampukan untuk melakukannya.
Namun semua itu dibutuhkan adanya
pemberdayaan aparatur pemerintah, yang
Pemberdayaan Aparatur
bukan saja harus tetapi sudah sangat
Pemberdayaan aparatur pemerintah krusial. Berdasarkan hasil penelitian di
merupakan suatu hal yang mutlak. Hal lapangan bahwa pemberdayaan aparatur
ini berlaku mulai dari tingkat bawahan pemerintah ini hanya akan terwujud bila
operasional hingga tingkat pimpinan ada dukungan dari pimpinan, dan juga
tertinggi dalam suatu organisasi. Dengan dukungan dari organisasi. Berbagai cara
adanya pemberdayaan aparatur, harapan dalam memberdayakan aparatur yang
yang muncul adalah peningkatan kinerja baru dan yang lama, ini dilakukan secara
dan hasil semakin besar karena adanya personal atau kelompok bagi yang ingin
rasa tanggung jawab dari setiap aparatur. melengkapi kemampuan sesuai kebutuhan
Komponen output merupakan hasil dari job discription yang diberikan kantor.
kegiatan proses yang meliputi output
mind (knowledge, sciences & skill) dan
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)
output material (barang,
bangunan, konsep kebijakan). Keikutsertaan dalam pendidikan
Sedangkan komponen outcome adalah dan pelatihan tersebut menjadi salah
komponen dari hasil output yang satu persyaratan bagi
melepaskan diri dari keterkaitan dengan pengangkatan dalam jabatan struktural
komponen lainnya. Wujud outcome ini tertentu. Karena jabatan pada dasamya
bukan merupakan
Jurnal Politik Pemerintahan
10 — Jurnal Politik Pemerintahan Dharma Praja ■ Vol. 12 No. 1, Juni 2019: 1–12
sesuatu yang dapat diminta atau dituntut, lahirnya prakarsa dan kreativitas yang
melainkan merupakan penugasan, maka tinggi Keleluasaan yang tinggi yang
keikutsertaan dalam pendidikan dan dinikmati oleh suatu lembaga dalam
pelatihan bukan pula hal yang dapat mengembangkan misinya merupakan
diminta atau dituntut. Oleh karena Diklat faktor pendorong utama bagi tercapainya
stuktural tersebut berjenjang, kemajuan. Di samping aspek keleluasaan,
maka salah satu persyaratan untuk ada upaya mengatasi faktor-
mengikuti jenjang diklat yang lebih faktor kelemahan yang menyertai
tinggi, kepada dasarnya dipersyaratkan keberadaan dan peran suatu lembaga.
telah lulus dalam jenjang Diklat di
bawahnya. Pelaksanaan pendidikan
Faktor-Faktor Pendukung
dan pelatihan struktural,
dalam Pengembangan Sumber Daya
seyogyanya memiliki arah kebijaksanaan,
Aparatur
dalam rangka konsistensi pelaksanaan
pendidikan dan pelatihan. Di antara sejumlah faktor pedukung
Pendidikan dan pelatihan yang mempengaruhi pengembangan
mencakupdua fungsi sekaligus, yaitu sumber daya aparatur, baik itu faktor
fungsi pendidikan dan fungsi pelatihan internal maupun faktor eksternal.
yang merupakan satu kesatuan Adapun beberapa faktor pendukung yang
pengertian yang tidak dapat dipisahkan. dijabarkan menjadi beberapa ide yakni
Seseorang Pegawai Negeri Sipil hanya sebagai berikut.
dapat diangkat dalam jabatan tertentu 1) Merumuskan kembali vision dan
setelah memenuhi persyaratan- values institusi karena perubahan
persyaratan yang ditetapkan jabatan akan menimbulkan kecemasan,
tersebut. Salah satu persyaratan adalah kehilangan arah dan orientasi. Oleh
telah mengikuti dan lulus pendidikan dan sebab itu yang perlu dilakukan
pelatihan sesuai dengan jabatan yang akan pertama kali merumuskan kembali
dipangkunya. Pendidikan dan Pelatihan vision dan values institusi agar
ini memberikan bekal kemampuan seluruh aparatur memfokuskan diri
administrasi dasar sehingga para perserta pada vision dan value institusinya;
mampu mengenali kedudukan organisasi 2) Mendesain Ulang Pekerjaan
dan persoalan instansi masing-masing (Job redesign) karena salah satu
dalam pemerintahan negara, serta mampu dampak dari pekerjaan dalam
melaksanakan tugas pekerjaannya sehari- pengembangan yang baik dan jelas.
hari secara efektif dan efisien. Suatu pekerjaan akan dikerjaan
Menurut Rasyid (2006: 182), salah oleh lebih sedikit orang tetapi
satu langkah yang layak ditempuh untuk dengan hasil yang setara bahkan
memberdayakan suatu lembaga, yakni lebih baik dari sebelumnya. Akibat
dengan memberikan keleluasaan yang institusi perlu melakukan desain
lebih besar kepadanya dalam proses ulang pekerjaannya yang
pengambilan keputusaan. Keleluasaan memenuhi persyaratan/kompetensi
dimaksud, menurut Rasyid (2006: yang dibutuhkan dalam pekerjaannya,
184), akan menjamin terbukanya yakni pengetahuan (knowledge),
peluang-peluang untuk menggali dan perilaku, dan keahlian serta faktor
mengembangkan ide-ide dan mendorong kecocokan dan motivasi (motivation
Erliana Hasan — 11
baik. Hal-hal semacam itu dapat ditiru perlu diperhatikan hal berikut. Sistem
aparatur dalam upaya mengembangkan manajemen pengembangan Sumber daya
kualitas sumber daya pegawai yang maju aparatur harus mengikuti perkembangan
dan berkelas dunia tahun 2024. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
serta menerapkan sistem
SIMPULAN kinerja yang berlandaskan asas-asas
umum pemerintahan yang baik
Dari penyajian data fokus penelitian
sehingga ASN mampu bersaing sekelas
dan hasil pembahasan yang telah dunia.
dilakukan, maka dapat ditarik beberapa
simpulan sebagai berikut. Aparatur yang sudah mengikuti
proses pengembangan supaya
ASN harus memiliki rasa menyosialisasikan pengalamannya
nasionalisme dan
kepada aparatur yang belum mengikuti
mengimplementasikan asas-asas
pengembangan tersebut. Pendidikan dan
umum pemerintahan yang baik. Selain
pelatihan harus lebih cermat
itu diperlukan faktor pendukung dalam
dimanfaatkan oleh aparatur
pengembangan sumber daya aparatur.
sehingga pengukuran perubahan proses
ASN harus mampu merumuskan vision
diklat dapat diubah mengikuti pola yang
dan values yang dapat mendesaian ulang
ada dan menjadikan sarana tersebut
pekerjaan. Untuk mendapatkan kualitas
menjadi sebuah tantangan untuk berbeda
unggul, ASN perlu melakukan seleksi
menuju profesionalisme kinerja.
dan penilaian dalam penempatan sesuai
dengan penerapan sistem manajemen
kinerja. Selanjutnya, ASN perlu DAFTAR PUSTAKA
meminimalisir faktor penghambat yang
diakibatkan tidak mengikuti Anonim. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
perkembangan IPTEK. Adanya Jakarta: PN Balai Pustaka.
miskomunikasi antara ASN Handayaningrat, Soerwono, 2002. Negara:
yang menghambat berjalannya kinerja Pemerintahan dan Aparaturnya. Bogor:
yang efektif dan efisien, juga perlu CV. Ananda.
ditanggulangi.
Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman,
Untuk mencapai ASN yang 2002. Analisis Data Kualitatif. Jakarta:
memiliki keunggulan berkelas dunia UI Press.