Anda di halaman 1dari 9

NAMA : RESKYTA SARANANI

NIM : O1A115057

KELAS :A

1. Cari dan buatlah review yang menjelaskan proses ADME 6 senyawa


toksik dan antidotumnya.
Jawab :
Absorbsi,Distribusi,Metabolisme,Eksresi (ADME) adalah empat
tahap dasar perjalanan obat didalam tubuh. Dimana memiliki fungsi
masing masing seperti :
a. Absorbsi
Tahap pertama adalah penyerapan. Obat-obatan bisa masuk ke
dalam tubuh dalam berbagai cara, dan mereka diserap ketika mereka
melakukan perjalanan dari berbagai rute pemberian/administrasi ke
dalam sirkulasi tubuh. Obat menghadapi rintangan terbesarnya
selama penyerapan. Ketika obat diminum, maka akan diantarkan
melalui saluran pencernaan dan diabsorbsi melalui pembuluh darah
khusus menuju ke hati, di mana sejumlah besar obat dapat
dihancurkan oleh enzim metabolik pada apa yang disebut “lintas
pertama obat/first fast effect.” Rute lain dari pemberian obat yang
melewati hati dengan memasuki aliran darah secara langsung atau
melalui kulit atau paru-paru
b. Distribusi
Setelah obat diserap, tahap berikutnya adalah distribusi. Pada
umumnya aliran darah akan membawa obat-obatan ke seluruh tubuh.
Selama langkah ini, efek samping dapat terjadi ketika obat memiliki
efek dalam organ selain organ target. Untuk pereda nyeri, organ
sasaran mungkin otot sakit di kaki; iritasi lambung bisa menjadi efek
samping. Banyak faktor yang mempengaruhi distribusi, seperti
kehadiran molekul protein dan lemak dalam darah yang dapat
menempatkan molekul obat terikat untuk membawa ketempat yang
dituju. Obat yang ditargetkan menuju sistem saraf pusat (otak dan
sumsum tulang belakang) akan menghadapi rintangan besar yakni
barikade yang hampir tak tertembus disebut penghalang darah-
otak/blood brain barrier. Blokade ini dibangun khusus berbentuk
kapiler berlapis yang bersama-sama untuk melindungi otak dari zat-
zat yang berbahaya seperti racun atau virus.
c. Metabolisme
Setelah obat telah didistribusikan ke seluruh tubuh dan telah
melakukan tugasnya, obat akan pecah, atau dimetabolisme.
Penguraian dari molekul obat biasanya melibatkan dua langkah yang
terjadi sebagian besar di pabrik pengolahan kimia tubuh, yakni
hati.Hati adalah organ penting yang bekerja terus menerus. Semua
yang memasuki aliran darah baik itu melalui jalur oral, injeksi, inhalasi,
kulit atau yang diproduksi oleh tubuh secara alami akan
dimetabolisme di hati. Proses biotransformasi yang terjadi di hati
dilakukan oleh protein dan enzim. Setiap satu sel manusia memiliki
berbagai enzim, yang diambil dari ratusan ribu repertoar. Masing-
masing enzim mengkhususkan diri dalam pekerjaan tertentu.
Beberapa mampu memecah molekul obat, sementara yang lain
menghubungkan molekul kecil menjadi rantai panjang. Reaksi dengan
obat membuat suatu substansi yang lebih mudah untuk dibuang
melalui urin.
d. Eksresi
Setelah enzim hati menyelesaikan pekerjaannya dalam membuat
metabolit obat, selanjutnya akan mengalami tahap akhir waktu dalam
tubuh, yakni ekskresi dimana akan keluar melalui urine atau feses,
terkadang melalui keringat.
- 6 senyawa toksik dan antidotumnya
1. Paracetamol = N-asetil sistein
2. Narkotika = Nalokson
3. Beta-bloker = Glukakon
4. Benzodiazepin = Flumazemil
5. Heparin = Protamin
6. Zat besi = Deferoksamin
2. Jelaskan masing-masing mekanisme antidotum pada nomor 1.
(Tambahan poin bila disertai gambar molekuler)
Jawab :
 Asetilsistein (Acetylcysteine) memiliki struktur kimia C5H9NO3S
dan memiliki berat molekul 163,2, adalah obat yang dapat
digunakan sebagai antidot pada intoksikasi paracetamol.
Acetylcysteine memiliki nama kimia N-Asetilsistein (N-
Acetylcysteine/NAC), merupakan turunan sintetik dari asam amino
endogen L-sistein (L-cysteine). L-sistein merupakan prekursor
antioksidan enzim glutation.
Acetylcysteine antidot bekerja sebagai hepatoprotektor dengan
cara memperbanyak glutation pada hati, bekerja sebagai
pengganti glutation dan meningkatkan konjugasi sulfat non toksik
dari paracetamol. L-sistein merupakan prekursor antioksidan
enzim glutation. Sekitar 4% fraksi metabolit dari Paracetamol
dimetabolisme di hati oleh isoenzim CYP2E1 dan sitokrom P450
(CYP) menjadi N-asetil-p-benozoquinoneimin (NAPQI) yang
merupakan zat yang toksik untuk hepar.
Senyawa NAPQI dapat diikat oleh glutation sehingga
membentuk metabolit yang non toksik yaitu konjugasi metabolit
sistein dan asam merkapturi (mercapturic acid). Ketika terjadi
overdosis paracetamol, maka semakin besar paracetamol yang
dimetabolisme oleh enzim CYP dan dan jumlah glutation sedikit,
sehingga menyebabkan jumlah NAPQI yang banyak. NAPQI
dapat berikatan dengan sel hepar menyebabkan nekrosis lobulus
sentral pada hati. Acetylcysteine mencegah NAPQI berikatan
dengan sel hepar sehingga mencegah terjadinya kerusakan
hati.Gambar mekanismenya adalah sebagai berikut.
 Nalokson
Nalokson C19H21NO4 adalah antagonis reseptor opioid yang
tidak selektif dan kompetitif . Ia bekerja dengan membalik depresi
sistem saraf pusat dan sistem pernapasan yang disebabkan oleh
opioid.Naloxone adalah obat yang digunakan untuk mencegah
dan mengatasi overdosis obat golongan opioid, seperti morfin,
heroin, oxycodone, dan sebagainya. Naloxone bekerja dengan
menghalangi obat masuk ke dalam jaringan tubuh dan
membalikkan efek racun akibat overdosis.
 Glukakon
Glukagon berikatan dengan reseptor glukagon , reseptor
berpasangan protein G , yang terletak di membran plasma .
Perubahan konformasi pada reseptor mengaktifkan protein G ,
protein heterotrimerik dengan subunit α, β, dan γ. Ketika protein G
berinteraksi dengan reseptor, ia mengalami perubahan konformasi
yang menghasilkan penggantian molekul PDB yang terikat pada
subunit α dengan molekul GTP . Substitusi ini menghasilkan
pelepasan subunit α dari subunit β dan γ. Subunit alfa secara
khusus mengaktifkan enzim berikutnya dalam kaskade, adenilat
siklase .Adenylate cyclase memproduksi cyclic adenosine
monophosphate (cyclic AMP atau cAMP), yang mengaktifkan
protein kinase A (cAMP-dependent protein kinase). Enzim ini,
pada gilirannya, mengaktifkan phosphorylase kinase , yang
kemudian memfosforilasi glikogen fosforilase b, mengubahnya
menjadi bentuk aktif yang disebut fosforilase a. Phosphorylase a
adalah enzim yang bertanggung jawab untuk melepaskan
glukosa-1-fosfat dari polimer glikogen.Selain itu, kontrol
terkoordinasi glikolisis dan glukoneogenesis dalam hati
disesuaikan dengan keadaan fosforilasi enzim yang mengkatalisis
pembentukan aktivator glikol yang kuat yang disebut fruktosa-2,6-
bisphosphate. Enzim protein kinase A yang distimulasi oleh
kaskade yang diprakarsai oleh glukagon juga akan memfosforilasi
residu serin tunggal dari rantai polipeptida bifunctional yang
mengandung enzim fruktosa-2,6-bisphosphatase dan
phosphofructokinase-2. Fosforilasi kovalen yang diprakarsai oleh
glukagon mengaktifkan yang pertama dan menghambat yang
terakhir. Ini mengatur reaksi yang mengkatalisasi fruktosa-2,6-
bifosfat (aktivator potensial fosfofruktokinase-1, enzim yang
merupakan langkah utama pengaturan glikolisis) dengan
memperlambat laju pembentukannya, sehingga menghambat
aliran glikolisis jalur dan memungkinkan glukoneogenesis untuk
mendominasi. Proses ini reversibel dengan tidak adanya glukagon
(dan dengan demikian, adanya insulin).stimulasi glukagon pada
PKA juga menonaktifkan enzim glikolitik piruvat kinase
 Flumazemil
Flumazemil merupakan antagonis benzodiazepin. Obat ini bekerja
dengan menghalangi reseptor di otak dan sistem saraf pusat dari
aktivasi benzodiazepin sehingga membantu mengurangi rasa
kantuk dan efek bius.
 Protamin
Protamin merupakan peptida bermuatan positif yang terdiri dari
sekitar 32 asam amino dan menetralisir efek heparin melalui
pengikatan elektrostatik antara asam amino arginin kationik dari
kelompok protamin dan anionik heparin dalam rasio 1:1. Ikatan
protamin pada heparin menyebabkan terpisahnya kompleks
antitrombin-heparin, sehingga terjadi pemulihan aktivitas
antitrombin. Netralisasi heparin oleh protamin sulfat selanjutnya
dipengaruhi oleh faktor platelet 4 (Protein Factor 4/ PF4), yang
merupakan suatu protein pengikat heparin yang diekskresikan
oleh trombosit yang sudah teraktivasi, dan berkontribusi untuk
stabilitas kompleks protein-heparin. Protamin Sulfat memiliki onset
kerja yang cepat, dapat menetralkan heparin tidak terfraksi
(unfractionated heparin) dalam waktu 5 menit, dan dalam waktu 10
menit pada orang sehat yang sebelumnya belum pernah
menerima heparin.
 Deferoxamine
Deferoxamine C25H48N6O8 digunakan untuk mengobati keracunan
zat besi akut, terutama pada anak kecil. Agen ini juga sering
digunakan untuk mengobati hemochromatosis , penyakit
akumulasi zat besi yang bisa bersifat genetik atau
didapat.Mekanisme kerjanya adalah deferoxamine menghilangkan
bagian besi trivalen dari ferrioxamine B, sideramine yang
mengandung besi yang diproduksi oleh actinomycetes,
Streptomyces pilosus . Deferoxamine bertindak dengan mengikat
besi bebas dalam aliran darah dan meningkatkan eliminasi dalam
urin . Dengan menghilangkan kelebihan zat besi dari orang
dengan hemochromatosis , agen mengurangi kerusakan yang
dilakukan pada berbagai organ dan jaringan, seperti hati . Selain
itu, mempercepat penyembuhan kerusakan saraf (dan
meminimalkan tingkat trauma saraf baru-baru ini). Deferoxamine
dapat memodulasi ekspresi dan melepaskan mediator inflamasi
oleh tipe sel tertentu.

3. Jelaskan maksud dari gambar berikut :

Jawab :
Untuk melihat Perbedaan antara dosis terapeutik dan dosis toksik
yang meliputi :
 MEC (Minimum Effect Concentration) yaitu konsentrasi minimum
dari suatu obat untuk dapat memberikan efek yang di harapkan.
Jika konsentrasi obat masih dibawa MEC maka obat belum
berefek.
 MTC (Minimum Toxic Concentration) yaitu konsentrasi minimum
dari suatu obat yang dapat menyebabkan toksisitas. merupakan
kadar dimana obat mulai bersifat toksis bagi tubuh.
 Terapeutik Window artinya batas terapi, yaitu bila kadar obat
dalam plasma berada antara MEC dan MTC.

4. Berikan 2 contoh efek toksik khas dan tidak khas (sertakan literaturnya)

Jawab :
a. Efek toksik khas :
Toksisitas lokal dan toksisitas sistemik
 Toksisitas lokal terjadi pada tempat pertama kontak antara
system biologis dan tosikan. Efek lokal dapat disebabkan
karena menelan senyawa pedas atau menghirup udara yang
mengandung materi iritan. Toksisitas sistemik membutuhkan
absorbs dan distribusi daro toksikan, sebagain besar senyawa
kecuali bahan kimia yang sangat reaktif, menghasilakan efek
toksik sistemik. Kedua kategori ini tidak saling
menguntungkan. Contohnya Tetraethyl lead, menimbulkan
cedera kulit pada tempat kontak dan berefek merusak SSP
sesudah dia di seraf kedalam sirkulasi. Sebagian besar tosikan
sistemik terutama berpengaruh pada satu atau beberapa
organ (Lestari dkk., 2017).
b. Efek toksik tidak khas :
 Efek toksik yang reversible dan irreversible

Efek obat pada manusia, sedapat mungkin reversibel, kecuali


obat itu sangat toksik. Jika bahan kimia menimbulkan
cedera pada jaringan, maka kapasitas dari jaringan untuk
regenerasi atau sebgaian besar pulih dapat mejelaskan efek
reversibelnya. Cedera jaringan seperti hati yang mempunyai
kapasitas tinggi untuk regenerasi, biasanya reversibel. Cedera
pada SSP sebagian besar ireversibel karena neuron otak
diferensiasinya tinggi, mempunyai kapasitas sangat terbatas
berbagai dan regenerasi (Lestari dkk.
2017).

Anda mungkin juga menyukai