Strategi Penanganan Waxing Pada Pipa Flowline
Strategi Penanganan Waxing Pada Pipa Flowline
ABSTRAK
80
FORUM TEKNOLOGI Vol. 06 No. 1
Reservoir
Hydrocarbon
Critical Point
Pressure
Temperature
81
FORUM TEKNOLOGI Vol. 06 No. 1
82
FORUM TEKNOLOGI Vol. 06 No. 1
83
FORUM TEKNOLOGI Vol. 06 No. 1
pada deposit wax. Laju pembentukan Jika aditif yang digunakan adalah
deposit wax berbanding langsung terhadap aditif untuk memodifikasi viskositas dari
laju kehilangan panas di pipa. crude oil maka aditif ini dikenal dengan
Penambahan panas, seperti injeksi air istilah pour-point depressants (PPDs).
panas, atau dengan menginjeksikan solar Sebagian besar studi laboratorium telah
panas, xylen atau dengan injeksi gas digunakan untuk mengetahui kebutuhan
umumnya mampu mencegah dan aditif yang diperlukan sesuai dengan jenis
menghindari terjadinya wax. Tetapi teknik crudenya. Bagaimanapun juga, aditif yang
ini umumnya menimbulkan biaya tambahan diperlukan bukan hanya mampu untuk
dalam sistem produksi. memodifikasi pour point dari cude oil, tetapi
juga dapat memodifikasi viskositas nya
G. Secara Mekanis juga karena hal ini berkaitan dengan
Cara mekanis yang paling banyak temperatur rendah dan laju alir. Jika wax
digunakan untuk membersihkan pipa dari inhibitor utamanya digunakan untuk
wax adalah dengan menggunakan wire-line mengontrol pembentukan wax di beberapa
scraper atau dengan cara flow-linepigging. subsea system maka inhibitor ini harus
Metode ini sangat efektif dalam mampu secara total mencegah terjadinya
membersihkan pipa asalkan lapisan wax wax deposit pada mid range condition.
yang menempel tidak terlalu tebal dan usia
pipa tidak terlalu tua, jika wax yang I. Insulasi sebagai cara mencegah
menempel terlalu tebal maka bisa pembentukan wax deposit
dimungkinkan pigging head akan macet di Insulasi adalah salah satu cara
tengah pipa sehingga ada jadwal dan untuk mempertahankan suhu di atas
frekwensi tertentu dalam melakukan kondisi pembentukan wax, selain itu dapat
kegiatan flow-linepigging. Selama masa memperpendek waktu untuk mencegah
pembersihan dengan menggunakan cara terbentuknya deposit wax, mencegah
ini maka kegiatan produksi dihentikan kehilangan panas yang akan terjadi pada
sementara. Dengan berhentinya produksi sepanjang pipa yang disinyalir akan
sementara maka secara tidak langsung terbentuk wax deposit.
akan menimbulkan biaya tersendiri dalam Pada perkembangan teknologi
operasi produksi. deep-offshore peralatan bawah laut (trees,
jumper, manifold) biasanya diinsulasi
H. Dengan Bahan kimia (seperti dengan busa sintaksis (syntatic foam)
:Chemical Inhibitors) untuk kedalaman 4000`, walau secara
Chemical Inhibitor yang ada saat ini geometri yang kompleks pada trees and
umumnya diinjeksikan ke waxy crude yang manifold insulasi ini kurang efektif. Namun
tujuannya adalah memodifikasi laju deposit keuntungan dari pemasangan pipa insulasi
wax dan properti rheologi dari suatu fluida ini adalah dapat memberikan waktu
(seperti : viskositas). Chemical inhibitor cooldown sampai kondisi pembentukan
bisa juga disebut sebagai crystal modifiers, wax deposit tercapai selama shutdown.
yaitu mengkristalkan kristal wax dalam Pada saat operasi normal, jumlah panas
bentuk lain atau mengadsorb kristal wax ke yang hilang dari peralatan ini, jika tidak
permukaan. Tetapi begitu kompleknya terinsulasi umumnya tidak signifikan. [12].
struktur wax dan perilakunya, maka type-
type aditif (Chemical inhibitor) yang
digunakan bergantung dari jenis crude
yang akan dinjeksi.
84
FORUM TEKNOLOGI Vol. 06 No. 1
III. HASIL DAN PEMBAHASAN wax deposit dalam tubing. Dalam hal ini
A. Proses Heat Transfer tinjauan wax deposit dibatasi pada
Tubing pada lapangan minyak bahasan heat transfer dimana dapat
parafinik memproduksikan crude oil dihitung berapa tebal deposit yang terjadi
dengan flow rate tertentu dengan latar pada tubing produksi dengan criteria yang
belakang struktur crude oil yang parafinik memenuhi proses heat transfer pada
lambat laun akan menghasilkan masalah tubing tersebut.
85
FORUM TEKNOLOGI Vol. 06 No. 1
Xd = tebal deposit
Dinding pipa
Th Tc
Td
ri Two
Twi
ro
. ( ! )"
+ ()*+,)- + ()*-(/31/0)) + 2 2. &"
$ %&' ( (/0) $% %2 (/3)
-.( ) -.( )
(/01+,) (/0)
86
FORUM TEKNOLOGI Vol. 06 No. 1
Pipa insulasi
rins – ri = Xins
Hot dry air
Hot Area Cold area
Th Tc
Td Tins
Crudeoil
Two
Xd Twi
ri
ro
Xins
rins
Gambar 4 penampang dinding pipa tubing ter-insulasi
( 9 − ;<) ( ;< − ; )
ℎ7 89:( ℎ − 9) + + &
=( )/(?7 89:2 ) ( =( )/(?@<@ 2 )
!
( ; − <=A) ( <=A − 7)
+ &B! C'
+
=( &
)/(?<=A2 ) 2 2. ( &B! C')"
87
FORUM TEKNOLOGI Vol. 06 No. 1
16000
14000
12000
10000
8000
6000
4000 Series1
2000
0
0 100 200 300 400 500 600 700 800
Kedalaman meter (X)
88
FORUM TEKNOLOGI Vol. 06 No. 1
Rate heat
1611
1610.5
1610
Series1
600 620 640 660 680
Kedalaman meter (X)
Pada variasi kedalaman 610 meter D. Variasi water cut 10%-80% terhadap
– 674 meter dibuat per 10 meter depth pola aliran crude oil dalam pipa
dengan tujuan agar perhitungan tebal Komposisi water cut pada crude oil
deposit dapat terlihat jelas. Namun karena mempengaruhi nilai komposisi densitas
selisih ∆T kecil maka rate heat transfer dan viskositas crude oil sehingga
pada data variasi per 10 meter depth (610 mempengaruhi pola aliran crude oil
meter-674 meter terlihat turun signifikan. sepanjang pipa tubing, berdasarkan
mekanika fluida didapatkan nilai Re dan Pr
untuk tiap crude oil dengan variasi water
cut 10%-80% adalah sebagai berikut :
Gambar 8 Pola aliran crude oil dengan variasi water cut 10%-80%,
faktor friksi (gesekan) untuk aliran duct (bejan 1995) .[3]
89
FORUM TEKNOLOGI Vol. 06 No. 1
Dari data diatas dapat diklasifikasikan pola 3. WC 30% kedalaman 670 meter (tidak
aliran crude oil sehingga diperoleh pola terbentuk wax)
aliran sebagai berikut : 4. WC 40% kedalaman 610-620 meter
1. Aliran laminar bila Re <2000 (tidak terbentuk wax)
2. Aliran turbulen bila Re >4000 5. WC 50% kedalaman 660 meter (tidak
Hal ini menyebabkan perbedaan nilai hh terbentuk wax)
(koefisien heat transfer crude oil), dimana 6. WC 60% kedalaman 630 dan 660
untuk aliran : meter (tidak terbentuk wax)
1. Persamaan korelasi Sieder Tate 7. WC 70% kedalaman 610 dan 660
bila nilai Re untuk aliran crude oil meter (tidak terbentuk wax)
laminar-transitional 8. WC 80% kedalaman 610 meter (tidak
2. Persamaan korelasi Dittus Boelter terbentuk wax)
bila nilai Re untuk aliran crude oil Hasil perhitungan tersebut memang
turbulen menunjukkan terjadinya sumbatan wax
pada pipa tubing, hal ini disebabkan
E. Penentuan tebal deposit Xd karena:
Data pada lampiran A adalah data 1. Komponen wax dapat terlarut di crude
tebal deposit yang diperoleh dari oil dalam bentuk fasa liquid. Kelarutan
penurunan rumus persamaan 3.61 dimana parafin wax ini sangat sensitif terhadap
variasi water cut memberikan variatif data perubahan temperatur. Perubahan
tebal deposit yang cukup signifikan hal ini temperatur adalah faktor yang
disebabkan karena water cut mempengaruhi proses pembentukan
mempengaruhi nilai komposisi densitas kristal-kristal wax.
dan viskositas crude oil sehingga 2. Parafin wax tetap terlarut di crude oil
menentukan nilai bilangan Re dan Pr, dan pada saat di reservoir dan mengalami
hh (koefisien heat transfer crude oil). Dari kesetimbangan dengan crude oil
data terlihat nilai Xd ≥ ri (jari-jari dalam secara termodinamika. Saat
tubing) = 0.0310007 meter. kesetimbangan termodinamika mulai
Terlihat bahwa deposit wax mulai terganggu, seperti terjadinya
terbentuk pada kedalaman 600 meter dari perubahan temperatur atau tekanan,
dasar sumur, maka divariasikan kedalaman maka wax akan mengkristal atau mulai
per 10 meter untuk dapat melihat besar mengendap.
tebal deposit dengan memperkecil skala 3. Wax mengendap bisa juga disebabkan
variasi kedalaman. Data variasi water cut hilangnya fraksi volatil (volatile light
menunjukkan semakin besar water cut ~ end) di crude oil , dimana fraksi volatil
semakin kecil komponen crude oil dalam di dalam crude oil seolah-olah bertindak
minyak sehingga menyebabkan sebagai pelarut bagi wax. Ketika fluida
konsentrasi crude oil kecil, seiring dengan campuran ini mulai didinginkan, maka
itu menyebabkan tebal deposit wax sedikit setiap komponen wax akan terpisah
banyak berkurang (tidak terbentuk wax) (menjadi tidak terlarut) sampai akhirnya
sepanjang aliran > 600 meter dari dasar komponen wax yang memiliki berat
sumur pada titik tertentu, seperti : molekul tinggi akan memadat (solidify).
1. WC 10% kedalaman 660 meter (tidak 4. Pressure drop, turunnya drive
terbentuk wax) efficiencies
2. WC 20% kedalaman 630 meter (timbul 5. Aliran fraksi berat menurun, aliran
wax sebesar 6.28x10-6 meter, minyak crude oil melambat menyebabkan
masih mengalir) kemungkinan deposit wax cepat
90
FORUM TEKNOLOGI Vol. 06 No. 1
terbentuk (perbedaan pola aliran crude loss crude oil/menjaga stabilitas crude
oil, laminar dan turbulen) oil sehingga tidak sempat terbentuk
6. Pada kedalaman 600-674 meter pada wax
titik tertentu timbul wax deposit dan F. Penentuan jenis dan tebal insulasi
pada titik tertentu lagi tidak timbul wax, pada pipa tubing untuk meminimalkan
dapat dianalisa kemungkinan wax terbentuknya wax deposit
dapat juga berperan sebagai isolator Bahan insulasi yang digunakan
alami yang mencegah terbentuknya adalah :
wax secara alami, mengurangi heat
Data yang diperoleh menunjukkan bahwa : crude lebih besar ~terbentuknya wax
1. Tebal insulasi yang divariasikan deposit minim.
sebesar 0.01 meter, 0.05 meter dam 5. Pada kedalaman 600-674 meter pada
0.09 meter tidak memberikan titik tertentu timbul wax deposit dan
perbedaan yang cukup signifikan dalam pada titik tertentu lagi tidak timbul wax,
pengurangan tebal deposit wax dapat dianalisa kemungkinan wax
2. Jenis bahan insulasi sangat dapat juga berperan sebagai insulator
mempengaruhi pengurangan tebal alami yang mencegah terbentuknya
deposit wax karena nilai konduktivitas wax secara alami, mengurangi heat
yang lebih besar (neoprene rubber) = loss crude oil/menjaga stabilitas crude
0.3 W/m/K dapat menghambat heat oil sehingga tidak sempat terbentuk
transfer yang hilang di lingkungan wax
(dalam hal ini annulus mempunyai V.KESIMPULAN DAN SARAN
udara kering kondisi vakum sebesar A. Kesimpulan
50oC). Kesimpulan yang dapat diambil dari
3. Sehingga untuk nilai efektifitas tebal karya tulis ini adalah :
insulasi adalah yang paling minim = 1. Desain insulasi dapat diperkirakan
Xins = 0.01 meter neoprene rubber dengan menggunakan penurunan
4. Water cut crude oil juga masih rumus heat transfer.
memegang peranan penting dalam 2. Desain insulasi yang paling efektif
pengurangan besar tebal deposit, untuk meminimalkan terbentuknya
semakin besar water cut semakin kecil deposit wax adalah neoprene rubber
konsentrasi crude oil ~ kecepatan alir dengan k = 0.3 W/m/K tebal insulasi
sebesar 0.01 meter
91
FORUM TEKNOLOGI Vol. 06 No. 1
DAFTAR PUSTAKA
1. Ahmed, Tarek H, “Equations of State and PVT Analysis : Application for Improved
Reservoir Modeling”, 2007, Gulf Publishing Company, USA, hal : 181- 237, 495 –
502.
2. A.R. Solaimany Nazar, B. Dabir dan kawan-kawan, “Measurement and Modeling of
Wax Deposition in Crude Oil Pipelines”, SPE 69425 copyright 2001.
3. Bejan, Adrian and Kraus, Allan D., “Heat Transfer Handbook”, 2003, John Willey and
Son, Inc., USA, hal : 180 – 183, 190 – 191, 422
4. Broadkey, Robert S and Hershey, Harry C, “Transport Phenomena : A Unified
Approach”, 1988, McGraw-Hill Book Company, USA, hal : 112 – 117, 143, 146, 148 –
153.
5. Incropera P, frank and DeWitt P, David, “Fundamentals of Heat and Mass Transfer,
4th edition, John Wiley and Sons, USA.
6. Sadeghazad, Ayoub /NIOC-Research Institute of Petroleum Industry dan kawan-
kawan, “The Prediction of Cloud Point Temperature : In Wax Deposition”, SPE 64519
copyright 2000.
7. Riazi, M.R, Characterization and properties of petroleum fractions,ed. 1st,ASTM,
2005, USA.
8. Myer, Kutz editor, Heat Transfer Calculations,Heat Transfer Calculations for
Predicting Solids Depositions in Pipeline Transportation of `Waxy Crude oils`,
McGraww Hill, New York, 2006, Hal : 25.1 – 25.8.
9. Welty, James.R, Dasar Fenomena Transport, volume 2, edisi 4, Penerbit Erlangga,
Jakarta, 2004. Hal : 1-15.
10. Geankoplis, Christie. J, Transport Processes And Unit Operations, edisi 2, hal : 205-
212
11. Giles, V. Ranald, Mekanika fluida dan Hidraulika, edisi kedua, Schaum, hal , 99-100
12. Wilson Robert Pariangan, Desain Insulasi menggunakan simulator OG pada sitem
pipa sumur xyz di laut dalamuntuk mencegah pembentukan hidrat pada alirannya,
tesis, itb, 2011, hal. 13-17.
13. Bercker, J. R, Crude Oils, Waxes, Emultions, And Asphaltenes, Penwell Books,
Oklahoma, 1993, hal. 103.
14. Pudjo Sukarno, Dr. Ir, Leksono mucharram, Dr. Ir., Aliran Fluida Multifase dalam pipa,
Jurusan Teknik Perminyakan, Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral, ITB,
2000.
92