Anda di halaman 1dari 10

ANCAMAN DALAM BIDANG POLITIK

Nama Anggota
1. Gusti Ayu Sri Mirayanti (09)
2. I Kadek Deny Krisna (11)
3. Ni Ketut Evi Puryanti (20)
4. Ni Putu Rachel Arisetya Minervani (27)
5. Ni Wayan Fira Pintari (29)
6. Putu Cincin Cindra Dewi (31)

SMA NEGERI 1 UBUD


TAHUN AJARAN 2019/2020
ANCAMAN DALAM BIDANG POLITIK
I. Pengertian Ancaman Politik
Ancaman adalah segala jenis tindakan baik secara kriminal maupun politis yang
bertujuan untuk mengubah atau merombak kebijaksanaan yang dilakukan secara konsepsional,
kriminal, serta politik. Ancaman dapat bersifat militer dan non militer.
Ancaman militer adalah ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata yang terorganisasi
yang dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah
negara, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman militer dapat berbentuk:

1. Agresi oleh negara lain.


2. Pelanggaran wilayah
3. Spionase
4. Sabotase
5. Aksi teror bersenjata
6. Pemberontakan bersenjata
7. Perang saudara.

Ancaman Non-Militer adalah ancaman yang tidak menggunakan kekuatan bersenjata namun
menggunakan faktor-faktor Non-Militer sehingga dinilai mampu membahayakan kedaulatan
negara, kepribadian bangsa, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Salah
satu ancaman nonmiliter dapat berbentuk Ancaman Berdimensi Politik.
Politik mengandung pengertian adanya hubungan khusus antara manusia yang hidup
bersama, yang menimbulkan adanya aturan, kewenangan, dan kekuasaan. Politik dalam bahasa
inggris disebut politics, yang berarti sebagai suatu cara yang digunakan untuk mencapai suatu
tujuan. Politik juga berarti proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat
yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam Negara.
Ancaman dalam bidang politik adalah setiap usaha dan kegiatan baik dalam negeri
maupun luar negeri yang dikategorikan sebagai hal yang membahayakan dan memecah belah
persatuan dengan mengatasnamakan politik.
Ancaman yang berdimensi politik yang bersumber dari dalam negeri dapat berupa
penggunaan kekuatan dalam bentuk pengerahan massa untuk menumbangkan pemerintah yang
berkuasa. Bentuk lain yang digunakan adalah menggalang kekuatan politik untuk melemahkan
kekuasaan pemerintah. Selain itu, ancaman separatisme merupakan bentuk lain dari ancaman
politik yang timbul dari dalam negeri. Ancaman integrasi politik dari luar negeri Dari luar negeri,
ancaman di bidang politik dilakukan oleh suatu negara dengan melakukan tekanan politik
terhadap Indonesia. Bentuk ancaman nonmiliter berdimensi politik antara lain intimidasi,
provokasi atau blokade politik. Ancaman tersebut seringnya digunakan oleh pihak-pihak dari
luar untuk menekan suatu negara.
II. Strategi Dalam Mengatasi Ancaman di Bidang Politik
Strategi pertahanan di bidang politik ditentukan oleh kemampuan sistem politik dalam
menanggulangi segala bentuk ancaman yang ditujukan kepada kehidupan politik bangsa
indonesia. Strategi di bidang politik terwujud dengan adanya kehidupan politik bangsa yang
berlandaskan demokrasi pancasila.Strategi untuk mengatasi ancaman politik dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
1. Pendekatan ke Dalam
Pendekatan ke dalam dapat berupa pembangunan dan penataan dalam sistem politik
dalam negeri agar terjalin politik yang sehat dan dinamis dalam kerangka negara
demokrasi dan kebhinekaan. Contoh :
 Menguatkan Penyelenggaraan Pemerintahan Negara
Penguatan ini diperlukan untuk menuju pemerintahan yang sah, efektif, bersih,
berwibawa, bebas KKN (korupsi, kolusi, nepotisme) serta dapat diberikan
pertanggungjawaban atas pekerjaannya untuk mewujudkan tujuan pemerintah
negara, sesuai dalam pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
yaitu "Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial".
 Penguatan Lembaga Legislatif
Penguatan lembaga lesgislatif diperlukan agar lembaga yang bersangkutan
menjadi lembaga yang berkualitas dan profesional pada bidangnya dengan mampu
bekerja sama dengan pemerintah dalam merancang dan mengeluarkan peraturan
perundang-undangan yang harus benar-benar berasal dari aspirasi rakyat.
 Penguatan Kekuatan Politik Nasional
Penguatan politik dapat dilakukan dengan memperkuat partai politik maupun
organisasi kemasyarakatan sebagai pemberdayaan masyarakat.
 Menegakkan Supremasi Hukum
Supremasi hukum, merupakan upaya untuk menegakkan dan menempatkan
hukum pada posisi tertinggi yang dapat melindungi seluruh lapisan masyarakat
tanpa adanya intervensi oleh dan dari pihak manapun termasuk oleh
penyelenggara Negara. Contohnya seperti, yang salah harus dihukum tidak
pandang anak pejabat maupun orang yang berpengaruh. Di depan hukum semua
warga negara hak dan kewajibannya sama.
 Mengadakan Reformasi Lembaga-Lembaga Politik
Mengadakan reformasi lembaga-lembaga politik agar menjalankan fungsi dan
perannya secara baik dan benar. Reformasi lembaga politik perlu dilakukan secara
berkala sehingga di dalam lembaga itu sendiri ada suasana baru yang tidak
monoton.
 Mengembangkan Demokrasi Politik.
Demokrasi politik adalah sistem politik yang ditandai dengan berfungsinya
lembaga legislatif, eksekutif, yudikatif yang secara relatif bersifat otonom (bebas).
Mengembangkan demokrasi politik adalah bagaimana setiap lembaga politik ikut
menjunjung tinggi demokrasi misalnya dalam pemilihan kepala daerah yang di
dalamnya ada demokrasi yang sejalan dengan aturan yang diterapkan.
 Mengaktifkan masyarakat sipil dalam arena politik. Contohnya seperti dalam
pilkada ada saksi dan pemantau dari masyarakat sipil.

2. Pendekatan ke Luar
Pendekatan ke luar yang diarahkan untuk menyeimbangkan strategi dan upaya diplomatik
dengan meningkatkan peran instrumen politik luar negeri. Hal ini dilakukan dengan
tujuan untuk membangun kerja sama dan saling percaya dengan negara-negara lain,
mencegah atau mengurangi potensi konflik antarnegara. Contoh :
 Menciptakan, membangun, dan meningkatkan kondisi dalam negeri dengan
meningkatkan dan memperbaiki ekonomi agar terwujud persaingan yang sehat
dan ekonomi yang kuat; serta mengadakan penguatan dan peningkatan kehidupan
sosial kemasyarakatan.
 Mengarahkan politik dan diplomasi Indonesia untuk selalu aktif dan berperan
dalam membangun dan meningkatkan kerja sama dengan negara lain dengan tidak
saling mencapuri urusan kedaulatan.
 Mengembangkan peranan dalam memperkuat ASEAN; meningkatkan kerjasama
dengan 10 negara seperti Cina, Jepang, Korea Selatan, India, Australia, dan
Selandia Baru, melalui hubungan bilateral yang harmonis dan terpelihara.

III. Permasalahan di Bidang Politik

KASUS KORUPSI SETYA NOVANTO


Korupsi adalah tindakan seseorang yang menyalahgunakan kepercayaan dalam suatu
masalah atau organisasi untuk mendapatkan keuntungan. Tindakan korupsi ini terjadi karena
beberapa faktor faktor yang terjadi di dalam kalangan masyarakat. Korupsi di Indonesia
berkembang secara sistemik. Bagi banyak orang korupsi bukan lagi merupakan suatu
pelanggaran hukum, melainkan sekedar suatu kebiasaan. Dalam seluruh penelitian perbandingan
korupsi antar negara, Indonesia selalu menempati posisi paling rendah. Keadaan ini bisa
menyebabkan pemberantasan korupsi di Indonesia semakin ditingkatkan oleh pihak yang
berwenang. Perkembangan korupsi di Indonesia juga mendorong pemberantasan korupsi di
Indonesia. Namun hingga kini pemberantasan korupsi di Indonesia belum menunjukkan titik
terang melihat peringkat dalam perbandingan korupsi antar negara yang tetap rendah. Hal ini
juga ditunjukkan dari banyaknya kasus-kasus korupsi di Indonesia. Sebenarnya pihak yang
berwenang, seperti KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) telah berusaha melakukan kerja
maksimal. Tetapi antara kerja yang harus digarap jauh lebih banyak dibandingkan dengan tenaga
dan waktu yang dimiliki KPK.
Sengkarut kasus proyek kartu tanda penduduk berbasis elektronik (e-KTP) dengan
tersangka Setya Novanto terbilang cukup panjang. Setya ditetapkan sebagai tersangka kasus
dugaan korupsi e-KTP oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 17 Juli 2017. Namun
status tersangka atas dirinya tidak berlangsung lama. Pada 29 September 2017, status tersangka
itu dibatalkan hakim praperadilan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Cepi Iskandar. Setya
Novanto memenangkan sidang praperadilan dan putusan hakim menyatakan status tersangka atas
dirinya tidak sah. Tidak selesai di sana, KPK melakukan penyelidikan baru untuk pengembangan
perkara e-KTP edalam proses penyelidikan ini hingga akhirnya menetapkan kembali Setya
Novanto sebagai tersangka kasus korupsi e-KTP pada 10 November 2017. Setya pun kembali
menggugat keabsahan status tersangka atas dirinya untuk kali kedua. Pada Rabu, 13 Desember
2017, sidang putusan praperadilan Setya akan digelar. Sidang itu berpacu dengan sidang perdana
pokok perkara Setya di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi juga akan digelar di hari yang sama.
Ketika hakim mengetok palu memulai sidang perdana pokok perkara Setya, otomatis sidang
praperadilan pun gugur. Berikut perjalanan kasus Setya Novanto.
 17 Juli 2017
KPK mengumumkan penetapan Setya Novanto sebagai tersangka kasus korupsi pengadaan
e- KTP. Pengadaan proyek itu terjadi pada kurun waktu 2011-2012, saat Setya menjabat
Ketua Fraksi Partai Golkar di DPR. Ia diduga ikut mengatur agar anggaran proyek e-KTP
senilai Rp 5,9 triliun agar disetujui anggota DPR. Selain itu, Novanto diduga telah
mengondisikan pemenang lelang dalam proyek e-KTP. Bersama pengusaha Andi Agustinus
alias Andi Narogong, Setya diduga ikut menyebabkan kerugian negara Rp 2,3 triliun.
 18 Juli 2017
Setya Novanto menggelar jumpa pers menanggapi penetapannya sebagai tersangka. Setya
mengaku akan mengikuti proses hukum yang berjalan. Namun ia menolak mundur dari
Ketua DPR ataupun Ketua Umum Partai Golkar.
 22 Juli 2017
Setya Novanto hadir dalam satu acara dengan Ketua Mahkamah Agung Hatta Ali dalam
sidang terbuka disertasi politikus Partai Golkar Adies Kadir di Universitas 17 Agustus 1945,
Surabaya. Ketua Generasi Muda Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia meyakini kesempatan ini
digunakan Setya Novanto untuk melobi Hatta Ali untuk menenangkannya di praperadilan.
Namun, Hatta menegaskan kehadirannya murni sebagai penguji. Golkar memecat Doli
Kurnia atas tudingannya ini.
 4 September 2017
Setelah lebih dari sebulan berstatus tersangka, Setya Novanto resmi mendaftarkan gugatan
praperadilan terhadap KPK ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Gugatan terdaftar dalam
nomor 97/Pid.Prap/2017/PN Jak.Sel. Setya meminta penetapan statusnya sebagai tersangka
oleh KPK dibatalkan.
 11 September 2017
KPK memanggil Setya Novanto untuk diperiksa sebagai tersangka. Namun, Setya tidak hadir
dengan alasan sakit. Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus Marham bersama tim kuasa
hukum Setya mengantarkan surat dari dokter ke KPK. Menurut Idrus, Novanto saat itu masih
menjalani perawatan di RS Siloam, Semanggi, Jakarta. Hasil pemeriksaan medis, gula darah
Setya naik setelah melakukan olahraga pada Ahad, 10 September 2017.
 12 September 2017
Setya Novanto mengirimkan surat ke KPK melalui Wakil Ketua DPR Fadli Zon. Setya
meminta KPK menunda proses penyidikan terhadap dirinya sampai putusan praperadilan
keluar. Surat itu sempat menuai protes karena dikirim menggunakan kop DPR. Namun, KPK
menilai proses praperadilan adalah hal yang terpisah dari proses penyidikan. Karena itu, KPK
tetap akan menjadwalkan pemeriksaan Setya Novanto sebagai tersangka.
 18 September 2017
KPK kembali memanggil Setya Novanto untuk diperiksa sebagai tersangka. Namun, lagi-lagi
Setya tidak hadir karena sakit, bahkan hingga menjalani kateterisasi jantung di Rumah Sakit
Premier Jatinegara, Jakarta Timur.
 22 September 2017
Hakim Cepi menolak eksepsi yang diajukan KPK dalam praperadilan Setya Novanto. KPK
menganggap keberatan Setya soal status penyelidik dan penyidik KPK adalah keliru. Kepala
Biro Hukum KPK Setiadi menilai, pengacara Setya sebaiknya mempermasalahkan status
penyelidik dan penyidik melalui Pengadilan Tata Usaha Negara, bukan praperadilan. Namun,
Hakim Cepi tak sependapat dengan Setiadi. Menurut dia, status penyidik dan penyelidik
KPK yang dipersoalkan pihak Setya bukan merupakan sengketa kepegawaian tata usaha
negara.
 25 September 2017
Partai Golkar menggelar rapat pleno yang menghasilkan keputusan agar Setya Novanto non-
aktif dari posisi Ketua Umum Golkar. Internal Partai Golkar mulai bergejolak dengan kondisi
Setya yang berstatus tersangka KPK dan tengah sakit.
 26 September 2017
Sidang praperadilan Setya Novanto kembali berlanjut. Pihak Setya mengajukan bukti
tambahan berupa laporan hasil pemeriksaan (LHP) dari BPK terhadap KPK pada tahun 2016.
LHP itu terkait pengangkatan penyidik di KPK. Namun KPK keberatan dengan bukti itu
karena didapatkan dari Pansus Angket terhadap KPK di DPR.
 27 September 2017
Hakim Cepi menolak permintaan KPK untuk memutar rekaman di persidangan. Padahal,
KPK yakin rekaman tersebut bisa menunjukkan bukti kuat mengenai keterlibatan Setya
Novanto dalam proyek e-KTP.
 29 September 2017
Setelah menjalani serangkaian sidang, hakim tunggal Cepi Iskandar mengabulkan sebagian
permohonan Setya. Penetapan Setya sebagai tersangka oleh KPK dianggap tidak sah alias
batal. Hakim juga meminta KPK untuk menghentikan penyidikan terhadap Setya. Hakim
Cepi beralasan, penetapan tersangka Setya Novanto tidak sah karena dilakukan di awal
penyidikan, bukan di akhir penyidikan. Hakim juga mempermasalahkan alat bukti yang
digunakan KPK untuk menjerat Setya Novanto. Sebab, alat bukti itu sudah digunakan dalam
penyidikan terhadap Irman dan Sugiharto, dua pejabat Kementerian Dalam Negeri yang
sudah divonis di pengadilan.
 5 Oktober 2017
KPK melakukan penyelidikan baru untuk pengembangan perkara e-KTP, dalam proses
penyelidikan KPK meminta keterangan sejumlah pihak dan mengumpulkan bukti relevan.
Dalam proses penyelidikan, Setya Novanto dua kali tidak hadir untuk dimintai keterangan,
yakni pada 13 dan 18 Oktober 2017 dengan alasan sedang ada tugas kedinasan.
 31 Oktober 2017
KPK menerbitkan sprindik atas nama tersangka Setya Novanto. Di perkara ini, Setya
Novanto disangka melanggar Pasal 2 ayat 1 subsider Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001
juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
 3 November 2017
KPK mengantarkan surat perintah dimulainya penyidikan ke rumah Setya Novanto di Jalan
Wijaya 13, Melawai, Kebayoran Baru.
 10 November 2017
KPK kembali menetapkan Setya Novanto menjadi tersangka e-KTP. Pengumuman penetapan
tersebut disampaikan Wakil Ketua KPK Saut Situmorang di Gedung KPK di kawasan
Kuningan Jakarta. Sebagai pemenuhan hal tersangka, KPK mengantarkan Surat
Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) kepada yang bersangkutan ke kediaman
Setya.
 15 November 2017
KPK menjemput paksa Setya Novanto karena sudah tiga kali mangkir saat dipanggil KPK
untuk dimintai keterangan. Enam pegawai KPK menyambangi Setya Novanto di
kediamannya, Jalan Wijaya XIII Nomor 19, Melawai, Jakarta Selatan pada Rabu malam, 15
November 2017. Para penyidik menggeledah rumah Setya hingga dinihari. Namun Setya
tidak ada di rumah dan tidak diketahui keberadaannya hingga ditetapkan sebagai daftar
pencarian orang (DPO).
 16 November 2017
Setya Novanto dilarikan ke Rumah Sakit Medika Permata Hijau setelah mobil yang dia
tumpangi mengalami kecelakaan tunggal di daerah Permata Hijau, Jakarta Barat.
 17 November 2017
Komisi Pemberantasan Korupsi KPK menahan Setya Novanto sebagai tersangka e-KTP.
Namun, karena sakit, Setya dibantarkan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
 20 November 2017
Setya Novanto menjalani pemeriksaan perdana selaku tersangka dan tahanan kasus dugaan
korupsi e-KTP di Gedung KPK, usai dijemput dari RSCM.
 5 Desember 2017
KPK menyatakan berkas perkara tersangka kasus korupsi proyek pengadaan e-KTP Setya
Novanto telah P21 atau lengkap untuk dilimpahkan ke Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.
 6 Desember 2017
Berkas kasus e-KTP dengan tersangka Setya Novanto dilimpahkan jaksa KPK ke Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Berkas tersebut berupa dakwaan
dan berita acara pemeriksaan dalam enam buku. Tingginya mencapai 1 meter.
 7 Desember 2017
Sidang perdana praperadilan Setya Novanto digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
 8 Desember 2017
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan kembali menggelar sidang lanjutan gugatan praperadilan
Setya Novanto terhadap KPK dengan agenda mendengarkan jawaban dari KPK serta
penyerahan barang bukti surat, dan mendengarkan keterangan saksi dari pihak Setya. Di hari
yang sama, dua pengacara Setya Novanto, Otto Hasibuan dan Fredrich Yunadi, memutuskan
untuk mengundurkan diri sebagai kuasa hukum tersangka kasus dugaan korupsi KTP
elektronik tersebut.
 11 Desember 2017
Sidang lanjutan praperadilan Setya Novanto dengan agenda mendengarkan keterangan saksi
digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
 13 Desember 2017
Sidang putusan praperadilan Setya Novanto akan digelar di Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan. Di hari yang sama sidang perdana pokok perkara Setya juga akan digelar di
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. Hakim tunggal praperadilan Setya Novanto, Kusno
mengatakan gugatan Setya dinyatakan gugur saat hakim mulai memeriksa pokok perkara
kasus e-KTP di Pengadilan Tipikor, Jakarta Pusat.

Sidang sebenarnya sudah dimulai sejak pukul 10.00 WIB. Namun, karena adanya
perdebatan terkait kondisi kesehatan Setya Novanto, pembacaan dakwaan baru dimulai pukul
17.13 WIB. Ketika membuka sidang, Ketua Majelis Hakim Yanto bertanya kepada Setya
Novanto tentang identitasnya tetapi Mantan Ketua DPR itu tidak menjawab dan mengatakan
sempat mengatakan bahwa ia sakit. Para dokter dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan
Ikatan Dokter Indonesia yang memeriksa Setya Novanto menyatakan bahwa Setya dalam
kondisi sehat. Akhirnya hakim Yanto memutuskan bahwa sidang dilanjutkan dengan
pembacaan dakwaan. Selama persidangan sempat tiga kali hakim menskors sidang. Dalam
pembacaan dakwaan yang dibacakan secara bergantian, Jaksa Komisi Pemberantasan
Korupsi menyatakan bahwa Setya Novanto telah menyalahgunakan kewenangan selaku
anggota DPR dalam proyek pengadaan e-KTP yang menyebabkan kerugian negara sebesar
2,3 trilliun rupiah. Jaksa juga menjelaskan bahwa sejak awal proyek KTP elektronik memang
telah diatur untuk menggunakan anggaran dari anggaran pendapatan dan belanja negara
(APBN), tujuannya agar pencairan anggaran membutuhkan persetujuan DPR.

Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri Irman
bersama Andi Agustinus Narogong , selaku penyedia barang dan jasa pada Februari 2010
menemui Ketua Komisi II DPR ketika itu Burhanuddin Napitupulu. Mereka menurut Jaksa
membuat kesepakatan bahwa Andi merupakan pihak yang menyediakan fee bagi anggota
DPR. Pemberian fee tersebut untuk memperlancar persetujuan anggaran. Kemudian Andi
yang merupakan orang dekat Setya Novanto, mengajak Irman untuk menemui Setya Novanto
yang saat itu menjabat sebagai Ketua Fraksi Partai Golkar. Menurut Jaksa, Setya Novanto
secara langsung atau tidak langsung mengintervensi proses penganggaran serta pengadaan
barang dan jasa dalam proyek e-KTP tahun 2011-2013. Setya Novanto lanjut Jaksa
menerima dana senilai 7,3 juta dolar Amerika dari kontraktor dan vendor proyek pengadaan
KTP elektronik. Pembayaran commitment fee untuk Setya yang disamarkan lewat sejumlah
rekening perusahaan Made Oka Masagung dan Irvanto Hendra Pambudi Cahyo (keponakan
Setya) merupakan perintah Setya Novanto.

Jaksa penuntut KPK mengatakan, "Diterima oleh terdakwa (Setya Novanto, red.) melalui
Made Oka Masagung sejumlah 3,8 juta dolar Amerika. Kedua, diterima oleh terdakwa
melalui Irvanto Hendra Pambudi Cahyo (keponakan Setya) pada 19 Januari-19 Februari 2012
seluruhnya berjumlah 3,5 juta dolar amerika sehingga total uang yang diterima terdakwa
seluruhnya 7,3 juta dolar Amerika. Selain menerima uang tersebut, November 2012,
terdakwa menerima pemberian satu buah jam tangan merk Richard Mille seri RM011
seharga 135 ribu dolar amerika yang dibeli oleh Andi Agustinus bersama Johannes Marliem
sebagai bagian dari kompensasi karena terdakwa telah membantu proses penganggaran."
Kuasa Hukum Setya Novanto, Maqdir Ismail menyatakan keberatan dengan surat dakwaan
tersebut. "Begitu banyak fakta yang berbeda yang kami dengar dari surat dakwaan ini dengan
duak dakwaan terdahulu bahkan ada fakta-fakta yang hilang yang didakwaan yang lalu yang
tidak ada di sini. Sementara itu, ada penambahan-penambahan fakta bahkan ada
penambahan-penambahan nama terdakwa sehingga kami memerlukan waktu untuk mencoba
melihat menjejerkan ketiga surat dakwaan ini," ujar Maqdir.
Sementara itu Susno, Hakim tunggal sidang praperadilan yang diajukan Setya Novanto,
rencananya akan membacakan putusannya Kamis (13/12). Pengamat Hukum Pidana yang
juga mantan hakim Asep Iriawan mengatakan dengan dibacakan dakwaan oleh jaksa maka
secara otomatis praperadilan yang diajukan Setya Novanto gugur.
IV. Strategi Pemberantasan Korupsi
Pemberantasan korupsi membutuhkan kesamaan pemahaman mengenai tindak pidana korupsi
itu sendiri. Dengan adanya persepsi yang sama, pemberantasan korupsi bisa dilakukan secara
tepat dan terarah. Agar pemberantasan berjalan lebih efektif, maka hendaknya ketiga strategi
harus dilakukan secara bersamaan.
1. Refresif
Strategi refresif adalah upaya penindakan hokum untuk menyeret koruptor ke
pengadilan. Hampir sebagian besar kasus korupsi terungkap berkat adanya pengaduan
masyarakat. Pengaduan masyarakat merupakan salah satu sumber informasi yang
sangat penting untuk diteruskan oleh KPK. Dalam strategi ini tahapan yang harus
dilakukan adalah :
 Penanganan laporan pengaduan masyarakat. (KPK melakukan proses verifiksi dan
penelaahan)
 Penyelidikan
 Penyidikan
 Penuntutan
 Eksekusi
2. Sistem Perbaikan
Banyak sistem yang ditrapkan di Indonesia memberikan peluang tindak pidana korupsi.
Sistem yang baik bisa meminimalisir terjadinya tindak pidana korupsi. Maka itu
diperluka perbaikan sistem, misalnya
 Mendorong transparansi penyelenggara negara, seperti yang dilakukan KPK
menerima pelaporan LHKPN (Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara) dan
juga gratifikasi.
 Memberikan rekomendasi kepada kementrian dan lembaga terkait untuk melakukan
langkah-langkah perbaikan.
 Memodernisasi Pelayanan public dengan online dan sistem pengawasan yang
terintegrasi agar lebih transparan dan efektif.
3. Eduksi dan Kampanye
Edukasi dan kampanye adalah strategi pembelajaran pendidikan antikorupsi dengan
tujuan membangkitkan kesadaran masyarakat mengenai dampak korupsi, mengajak
masyarakat untuk terlibat dalam gerakan pemberantasan korupsi, serta membangun
prilaku dan budaya antikorupsi. Tidak hanya bagi mahasiswa dan masyarakat umum,
namun juga anak usia dini, taman kanak-kanak, dan sekolah dasar.

Anda mungkin juga menyukai