Anda di halaman 1dari 9

HUKUM PEMERINTAH DAERAH

Oleh:

ASRI RAHMI, S.H.

1920112041

Kelas : Hukum Pemerintah Daerah

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ANDALAS
A. Prinsip Hukum Pemerintah Daerah Berdasarkan Undang-Undang

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, Pada Pasal 1 otonomi

daerah adalah hak, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Otonomi daerah adalah

konsekuensi diterapkannya sistem desentralisasi. Desentralisasi adalah

penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom

untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Sebagaimana kita ketahui otonomi daerah merupakan jawaban dari

otoritarianisme yang di terapkan selama tiga dekade orde baru memendam

rasa kecewa, karena ketidakadilan dan pemasungan semangat pemerintahan

lokal. Hal ini diartikulasikan dalam frase pusat daerah, Jawa-Luar Jawa, dan

berbagai streotip yang kedengarannya tidak adil, mewakili antara yang

menang-kalah, kaya-miskin, pintar-bodoh, dan berbagai streotip lainnya. 1

Pola-pola hubungan ini mereflesikan konfigurasi hubungan pusat-daerah. Hal

ini menarik mengingat dalam kajian historis, berbagai hal menyangkut

tuntunan otonomi di daerah beserta segala impementasi yang di timbulkannya,

adalah dikarenakan salah satu pihak (pusat) cenderung memformalisasikan

posisi yang dominan. Hal ini mengakibatkan daerah mengalami stagnasi

dalam pengembangan kreativitasnya karena berbagai konsep yang

1
Dr. J. Kaloh, 2007, Mencari Bentuk Otonomi Daerah, Jakarta, Rineka Cipta. hlm. 14
memberikan penekanan pada keseragaman, keserentakan, target, dan berbagai

pola kebijakan yang amat sentralistis. Dalam konteks demikian, daerah

menjadi wilayah subordinasi yang kaku, lambat, dan kurang inovatif. Pola

formasi hubungan pusat-daerah seperti ini, kemudian memberikan implikasi

terhadap perilaku, respons, dan pemikiran masyarakat di daerah, sehingga

keinginan dan harapan untuk melakukan perubahan atau bahkan sekedar sadar

akan keadaan yang terjadi tidak terlintas dalam pemikiran mereka. Reformasi

telah membawa perubahan yang sangat mendasar, suatu perubahan yang di

pandang tidak mungkin , ternyata telah menjadi kenyataan.2

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah, prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi daerah seluas-

luasnya, dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur

semua urusan pemerintahan diluar yang menjadi urusan pemerintah yang

ditetapkan dalam Undang-Undang ini. Daerah memiliki kewenangan membuat

kebijakan daerah untuk memberikan pelayanan, peningkatan peran serta,

prakarsa, dan memberdayakan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan

kesejahteraan rakyat.

Sejalan dengan prinsip tersebut dilaksanakan pula prinsip otonomi nyata

dan bertanggung jawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa

untuk menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas,

wewenang dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk

tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah.
2
Ibid, hlm. 16
Dengan demikian isi dan jenis otonomi bagi setiap daerah tidak selalu sama

dengan daerah lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan otonomi yang

bertanggung jawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus

benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi, yang pada

dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan

rakyat yang merupakan bagian utama dari tujuan nasional.3

Seiring dengan prinsip di atas, penyelenggaraan otonomi daerah harus

selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu

memerhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat.

Selain itu penyelenggaraan otonomi daerah juga harus menjamin keserasian

hubungan antara daerah yang satu dengan daerah lainnya. Artinya, mampu

membangun kerja sama antardaerah untuk meningkatkan kesejahteraan

bersama dan mencegah ketimpangan antardaerah. Hal yang tidak kalah

pentingnya bahwa otonomi daerah juga harus mampu menjamin hubungan

yang serasi antardaerah dengan pemerintah. Artinya, harus mampu

memelihara dan menjaga keutuhan wilayah negara dan tegaknya NKRI dalam

rangka mewujudkan tujuan negara.

Agar otonomi daerah itu dapat dilaksanakan sejalan dengan tujuan yang

hendak dicapai, pemerintah wajib melakukan pembinaan yang berupa

pemberian pedoman, seperti dalam penelitian, supervisi, pengendalian,

koordinasi, pemantauan, dan evaluasi.

3
Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 8.
Pemerintahan daerah dalam rangka mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan maka

pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan

pemerintah dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan

umum, dan daya saing daerah.

Inti pelaksanaan otonomi daerah adalah terdapatnya keleluasaan

pemerintah daerah (discretionary power) untuk penyelenggaraan pemerintahan

tersendiri atas dasar prakarsa, kreativitas, dan peran-serta aktif masyarakat

dalam rangka mengembangkan dan memajukan daerahnya. Memberikan

otonomi daerah tidak hanya berarti melaksanakan demokratis dilapisan bawah,

tetapi juga mendorong aktivitas untuk melaksanakan sendiri apa yang

dianggap penting bagi lingkungan sendiri. Dengan berkembangnya

pelaksanaan demokrasi dari wilayah, maka rakyat tidak hanya saja dapat

menentukan nasibnya sendiri melalui pemberdayaan masyarakat. Melainkan

yang utama adalah berupaya untuk memperbaiki nasibnya sendiri. Hal ini

dapat diwujubkan dengan memberikan kewenangan yang cukup luas kepada

pemerintah daerah guna mengatur dan mengurus serta mengembangkan

daerahnya. Kewenangan adalah keleluasaan menggunakan dana baik yang

berasal dari daerah sendiri maupun dari pusat, sesuai dengan keperluan

daerahnya tanpa campur tangan pusat, keleluasaan untuk berprakarsa, memilih

alternatif, menentukan prioritas dan mengambil keputusan untuk kepentingan

daerahnya, keleluasaan untuk memperoleh dana perimbangan keuangan pusat

dan daerah yang memadai, yang berdasarkan atas kriteria objektif dan adil.
Dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan maka pemerintah daerah

memeliki hubungan dengan pemerintah dan pemerintah daerah lainnya, yang

meliputi wewenang keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya

alam, serta sumber daya lainnya dilaksanakan secara adil dan selaras.

Hubungan ini akan menimbulkan hubungan administrasi dan kewilayahan

antarsusunan pemerintahan.

Di dalam pemerintahan daerah untuk menjalankan otonomi seluas-luasnya

diperlukan lembaga penyelenggara otonomi daerah meliputi pemerintahan

daerah meliputi pemerintahan daerah provinsi, yang terdiri atas pemerintah

daerah provinsi dan DPRD provinsi. Adapun pemerintahan daerah

kabupaten/kota yang terdiri atas pemerintahan daerah kabupaten/kota dan

DPRD kabupaten/kota.

Di samping pemberian otonomi seluas-luasnya, dalam rangka membangun

kebersamaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam bingkai NKRI,

maka negara dalam hal ini mengakui dan menghormati satuan-satuan

pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa dan negara

juga mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat,

beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan prinsip NKRI.

Prinsip-prinsip tersebut dilaksanakan dengan Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, merupakan mencabut berlakunya

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Salah


satu hal yang mendasari dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2014 ini yaitu karena efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pemerintah

daerah perlu dtingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan

antara pusat dengan daerah dan antar daerah, potensi dan keanekagaraman

daerah serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem

penyelenggaraan pemerintah daerah. Dalam penjelasan umum Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 disebutkan bahwa dasar perubahan Undang-

Undang 32 Tahun 2004 ditujukan untuk mendorong terciptanya daya guna dan

hasil guna penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam pelayanan publik

maupun melalui peningkatan daya saing daerah. Perubahan ini bertujuan

untuk memacu sinergi dalam berbagai aspek dalam penyelenggaraan

pemerintahan daerah dengan pemerintah pusat.

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah ada

karena perubahan undang-undang mengenai pemilihan gubernur, bupati dan

walikota yang mengatur wakil kepala daerah dipilih secara berpasangan

dengan kepala daerah. Sehingga untuk menangani hal tersebut, maka diatur

mengenai pembagian tugas antara kepala daerah dan wakil kepala daerah dan

mengenai mekanisme pengisian jabatan kepala daerah dan wakil kepala

daerah bila terjadi kekosongan jabatan untuk meneruskan sisa masa jabatan

dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 ini.


Perbedaan prinsip-prinsip antara UU No 23 Tahun 2014 dengan UU No 9

Tahun 2015 adalah:

a) Kepala daerah saat ini tidak memiliki tugas mengusulkan pengangkatan

wakil kepala daerah. Melainkan kepala daerah dan wakil kepala daerah

berkoalisi bersama saat mencalonkan diri mereka menjadi kepala daerah.

Sebelumnya dalam UU No 23 Tahun 2014 kepala daerah mengusulkan

pengangkatan wakil kepala daerah setelah ia terpilih menjadi kepala

daerah.

b) DPRD Provinsi saat ini tidak mempunyai tugas dan wewenang lagi

memilih gubernur namun tetap berwenang memilih gubernur dan wakil

gubernur, bilamana terjadi kekosongan jabatan untuk meneruskan sisa

masa jabatan gubernur dan wakil gubernur yang sebelumnya sedang

bermasalah atau telah diberhentikan akibat adanya putusan pengadilan.

Pemilihan gubernur saat ini dilaksankanan melalui pemilihan daerah yang

langsung diikuti seluruh rakyat setempat.

c) DPRD kabupaten/kota saat ini juga tidak mempunyai tugas dan wewenang

lagi memilih bupati/wakil bupati namun tetap berwenang memilih bupati

dan wakil bupati, bilamana terjadi kekosongan jabatan untuk meneruskan

sisa masa jabatan bupati/wakil bupati yang sebelumnya sedang bermasalah

atau telah diberhentikan akibat adanya putusan pengadilan. Pemilihan

bupati/wakil bupati saat ini dilaksankanan melalui pemilihan daerah yang

langsung diikuti seluruh rakyat setempat.

Anda mungkin juga menyukai