Anda di halaman 1dari 3

FILSAFAT HUKUM ISLAM:

1. Pengertian & Ciri Filsafat Hukum Islam

2. Instrumen Dalam Filsafat Hukum Islam (Syariah, Fiqh, dan Tasyri’)

1. Esensi/konsep hukum aliran filsafat hukum Islam,


2. Kritikan aliran tersebut terhadap konsep pemikiran aliran yang lain.
3. tokoh-tokoh pemikirnya,
4. dasar/alasan keterikatan terhadap hukum,
5. konsep keadilan aliran: QS. Al Maidah Ayat 8, QS An Nisa Ayat 135, dst
6. Relevansi dan kontribusi masing-masing aliran terhadap pengembangan moralitas dan
integritas aparat penegak hukum dan muatan sistem hukum nasional:

hukum Islam adalah hukum yang bersumber dari dan menjadi bagian dari agama Islam. atau diartikan
juga sebagai kaidah-kaidah hukum yang mengatur perbuatan dan sikap manusia terhadap dua arah yaitu
mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya dan mengatur hubungan manusia dengan manusia
lainnya. Sebagai sebuah sistem hukum terdapat beberapa istilah penting yang berkenaan dengan hukum
Islam tersebut yaitu yang pertama adalah hukm dan ahkam yang kedua adalah syariah atau syariat dan
yang ketiga adalah fiqih atau fiqh.

konsep supremasi hukum dalam Islam termanifestasi dalam konsep Al-Musawa. Konsep al-musawah
adalah konsep memandang manusia pada dasarnya sama derajatnya. Islam menjunjung tinggi
supremasi hukum. Islam menyamakan antara semua manusia dihadapan hukum dan hukum ditegakkan
setegak-tegaknya dan tidak mempedulikan kelas-kelas sosial yang ada dan tumbuh di masyarakat.
Terjadinya kelas-kelas sosial menjadi lahan subur tumbuhnya benih-benih diskriminasi hukum yang
bertentangan dengan semangat dan prinsip supremasi hukum. equality before the law dalam Islam
sudah ada sejak puluhan abad silam sebelum negara hukum dideklarasikan.

Prinsip musawah atau persamaan dalam Islam benar-benar telah diterapkan dan ditetapkan. Terjadinya
stratifikasi sosial maupun perjenjangan lainnya itu terbentuk karena proses lain. Salah satu perbedaan
kualitatif dalam pandangan Islam adalah ketakwaan hal ini dipertegas dalam firman Allah dalam surat
Al-Hujurat ayat 13.

=
Sejarah perkembangan dan pemikiran dalam hukum Islam juga melahirkan sejumlah masa yang pada
intinya setiap masa berpusat pada satu tokoh atau pikiran utama, yang selanjutnya dikenal luas
setidaknya ada empat mazhab yang memiliki pengaruh yang luas dan menjadi sumber rujukan dalam
munculnya pemikiran dan pesan baru, yang pertama adalah mazhab hanafiah, yang kedua adalah mzhab
malikiyah, yang ketiga adalah masa Syafi'i dan yang keempat adalah mazhab Hanbaliyah.

Abu Hanifah sebagai Imam dari mazhab Hanafi, memiliki nama lengkap Imam Ibnu Ibnu 80 sampai 150
Hijriyah, termasuk Penganut aliran ahlu ra’yu (rasionalisme), sebuah aliran dalam hukum Islam yang
pada intinya senantiasa berpegang atau berpedoman pada hasil penelitian (ra’yi) atau pada qiyas (hasil
Ijma’). Dalam pencarian dan penggalian hukum mazhabnya didasarkan kepada Alquran, as-sunnah dan
Ijtihad dalam pengertian yang luas. Artinya jika Nash Alquran dan Sunnah secara jelas menunjukkan
pada suatu hukum, maka hukum itu dapat dikatakan diambil dari Alquran dan as-sunnah. Tetapi nash
tersebut menunjukkan secara tidak langsung atau hanya memberikan kaidah-kaidah dasar berupa
tujuan-tujuan moral, ‘illat dan lain sebagainya, maka pengambilan hukum tersebut melalui qias.

secara terperinci dan urutan dasar pengambilan sumber hukum Abu Hanifah dapat diuraikan sebagai
berikut yang pertama Alquran ,yang kedua As-Sunnah, ketiga adalah ijma’ sahabat, yang keempat ijma’
ulama, kelima adalah qiyas, keenam ihtisan, ketujuh ikhtisar dan terakhir ‘Urf.

miliki adalah masa Tiki hukum Islam tertua kedua dalam kutukan masa-masa fiqih besar yaitu setelah
mazhab Hanafi dan sebelum Mazhab Syafi'i dan mazhab Hambali Maliki dikenal ini lahir di Madinah
melalui salah kalian dipimpin oleh Malik bin Anas melalui selaku pendiri masa kini Imam Malik
menetapkan sumber hukum Islam secara hierarki Alquran dan as-sunnah adalah sumber utama dan
kedua apabila hukum suatu masalah tidak dapat ditemukan dalam teks Alquran dan as-sunnah Maka
sebagai Penganut aliran Ahlul hadits al malik Imam Malik menuju kepada praktik Penduduk Madinah.

metode Ijtihad yang digunakan oleh mazhab Maliki antara lain adalah Kia atau analogi yaitu
menyamakan suatu hukum yang tidak ada Nash dengan hukum yang terdapat Nas dengan dasar
kesamaan illat atau kesamaan sebab atau tanda hukum menurut Imam Malik kias adalah pintu awal
dalam ijtihad untuk menemukan hukum yang tidak ada nasinya itu Imam Malik menentukan ijtihad
berlandaskan Al masalah al Mursalah yaitu menetapkan boleh tidaknya suatu kemaslahatan atau
perbuatan yang tidak di singgung oleh syara dengan demikian kemaslahatan tersebut tidak ada dasar
perintah atau larangan yang di dalam Alquran atau Hadis namun jika kemaslahatan itu direalisasikan
akan mendatangkan kebaikan yang besar dari masalah-masalah inilah lahir teori hukum yang terkenal
dari Imam Malik yaitu istihlal Teori ini memiliki prinsip bahwa kebajikan umum dan individual harus
dipertimbangkan dan mengembangkan hukum Islam Selanjutnya Imam Malik berpegang pada istihsan
menganggap sesuatu baik dengan asumsi dasar bahwa istihsan dan dasar suatu perbuatan bukan
kepada dalil yang sudah jelas dalamnya namun berdasarkan kepada kemaslahatan yang dianggap baik
bagi manusia terakhir masa Maliki mendasarkan konstruksi hukumnya kepada syariah yang merupakan
larangan terhadap sesuatu yang pada dasarnya diperbolehkan karena perbuatan itu diduga akan
membawa kepada hal-hal yang dilarang atau kemas-kemas datang.

masa ini dicetuskan oleh Imam Muhammad bin Idris Al Abbas Masa sih Syafi'i merupakan perpaduan
antara mazhab Hanafi dan masa Maliki masa ini terkenal sebagai masa yang paling hati-hati dalam
menentukan hukum karena kehati-hatian bank tersebut pendapatnya dinilai kurang pedas Imam Syafi'i
membangun masaknya dengan konsep Ushul fiqih yang ia kembangkan dalam karyanya yang berjudul
ar-risalah dan album di dalam kedua kitab ini banyak ditemukan prinsip-prinsip yang untuk melakukan
instin Bah atau penggalian hukum dengan landasan usul Fiqih yang dirumuskannya Imam Syafi'i
membangun Pak fatwa fiqihnya yang kemudian dikenal dengan siap-siap menurutnya terdapat tingkatan
tingkatan dalam ilmu Sehingga dalam mendasarkan pemikirannya ia membagi tingkatan sumber-sumber
ilmu antara lain yang pertama adalah ilmu yang diambil dari kitab Alquran dan sunnah Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam apabila telah ditetapkan keshahihannya yang kedua adalah ilmu yang
didapati dari ijma' dalam hal-hal yang tidak ditegaskan dalam al-qur'an dan sunnah Rasulullah SAW yang
ketiga adalah fatwa sebagian sahabat yang tidak diperdebatkan kebenarannya oleh sahabat lainnya yang
keempat adalah pendapat yang diperselisihkan di kalangan sahabat yang kelima adalah kias apabila
tidak dijumpai hukumnya dalam keempat dalil di atas Imam Syafi'i menyamakan sunnah dengan Alquran
dan mengeluarkan hukum Hal ini tidak berarti bahwa jumlah bukan merupakan cabang dari Alquran
oleh karenanya Apabila terjadi perdebatan antara hadis dan Alquran hendaknya lebih mengutamakan
Alquran Adapun yang menjadi alasan ditetapkannya kedua sumber hukum itu sebagai sumber dari
segala sumber hukum adalah karena Alquran memiliki kebenaran yang mutlak dan as-sunnah sebagai
penjelasan atau ketentuan yang merinci Alquran

Anda mungkin juga menyukai