11
Ind
p
1
-
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 6
A. LATAR BELAKANG........................................................................ 6
B. TUJUAN......................................................................................... 9
C. RUANG LINGKUP.......................................................................... 9
D. SASARAN....................................................................................... 9
BAB II PEMBINAAN PUSKESMAS.................................................................... 11
A. TUJUAN PEMBINAAN PUSKESMAS ............................................ 11
B. KONSEP PEMBINAAN PUSKESMAS............................................. 12
C. PRINSIP PEMBINAAN..................................................................... 15
D. LANGKAH-LANGKAH PEMBINAAN.............................................. 16
E. OUTPUT DAN OUTCOME PEMBINAAN........................................ 32
F. KETERKAITAN ANTARA TPT, PEMBINA PROGRAM DAN TIM 33
PENINGKATAN MUTU DINAS KESEHAAN KABUPATEN/KOTA..
G. PERAN KEMENTERIAN KESEHATAN DAN DINAS KESEHATAN 35
PROVINSI DALAM MENDUKUNG KEBERHASILAN DINAS
KESEHATAN KABUPATEN/KOTA MELAKUKAN PEMBINAAN
PUSKESMAS...................................................................................
BAB III PUSKESMAS SEBAGAI PERCONTOHAN............................................ 37
A. TUJUAN PUSKESMAS SEBAGAI PERCONTOHAN...................... 37
B. KRITERIA PUSKESMAS SEBAGAI PERCONTOHAN.................... 37
C. PEMBENTUKAN PUSKESMAS SEBAGAI PERCONTOHAN......... 40
BAB IV MONITORING DAN EVALUASI PEMBINAAN KE PUSKESMAS.......... 43
A. INSTRUMEN MONITORING DAN EVALUASI PEMBINAAN KE 43
PUSKESMAS...................................................................................
B. PENILAIAN HASIL PEMBINAAN..................................................... 44
BAB V PENUTUP............................................................................................... 46
LAMPIRAN I. INSTRUMEN MONITORING DAN EVALUASI PEMBINAAN KE
PUSKESMAS
LAMPIRAN II. CONTOH INSTRUMEN PEMANTAUAN PEMBINAAN
PUSKESMAS
LAMPIRAN III. CONTOH INSTRUMEN PEMANTAUAN PROSE PEMBINAAN
TERPADU PUSKESMAS YANG DILAKUKAN DINKES KABUPATEN/KOTA
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional mengamanatkan bahwa seluruh masyarakat berhak mendapatkan
manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan. Dalam rangka memenuhi hal tersebut pemerintah berkomitmen
meningkatkan akses pelayanan kesehatan melalui implementasi Universal
Health Coverage (UHC) dengan cara menyediakan fasilitas pelayanan
kesehatan primer dan rujukan yang mencukupi dan bermutu.
Tantangan pembangunan kesehatan saat ini adalah penguatan pelayanan
kesehatan primer sebagai ujung tombak pembangunan kesehatan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Penguatan pelayanan kesehatan
primer mencakup penguatan “akses” dan “kualitas”, yang dibuktikan dengan
membaiknya mutu pelayanan kesehatan yang didukung dengan ketersediaan
sumber daya seperti sarana, prasarana, peralatan dan logistik kesehatan serta
tenaga dan anggaran kesehatan.
Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan primer memiliki peran
yang sangat penting karena menjadi garda terdepan dalam pemberian
pelayanan kesehatan di Indonesia. Puskesmas menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Agar dapat menjalankan
fungsinya secara optimal, Puskesmas perlu dikelola dengan baik, meliputi
sumber daya yang digunakan, proses pelayanan dan kinerja pelayanan. Saat ini
masyarakat menghendaki pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu serta
dapat menjawab kebutuhan mereka. Oleh karena itu, upaya peningkatan mutu
pelayanan perlu diterapkan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang
komprehensif kepada masyarakat dengan menempatkan masyarakat sebagai
subyek pembangunan kesehatan.
Mutu pelayanan menjadi hal penting untuk meningkatkan kepercayaan
masyarakat pada pelayanan kesehatan di Puskesmas. Dalam upaya
memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, Kementerian Kesehatan telah
menetapkan akreditasi sebagai cara untuk memperbaiki kualitas pelayanan
7
kesehatan secara bertahap dan berkesinambungan di fasilitas kesehatan tingkat
pertama. Akreditasi juga telah ditetapkan menjadi indikator strategis pada
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana
Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2020 – 2024.
Berdasarkan data Komisi Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
sebagai Lembaga Penyelenggara Akreditasi FKTP per 31 Desember 2019, dari
10.134 Puskesmas di seluruh Indonesia, sudah ada 9.135 (90,1%) Puskesmas
yang telah terakreditasi. Namun untuk distribusi tingkat kelulusan masih
didominasi madya dan dasar, dengan tingkat pencapaian berturut-turut 2.177
(24%) dasar, 5.068 (55%) madya, 1.669 (18%) utama, dan 239 (3%) paripurna.
Dari capaian akreditasi Puskesmas tersebut, dapat dilihat bahwa tingkat
kelulusan paripurna untuk Puskesmas masih sangat kecil persentasenya. Faktor
penyebab sebagian besar Puskesmas masih lulus di tingkat dasar dan madya
adalah penyusunan perencanaan Puskesmas yang belum berbasis pada hasil
evaluasi kinerja. Implementasi manajemen Puskesmas sebagaimana dituangkan
dalam Permenkes Nomor 44 tahun 2016 tentang Manajemen Puskesmas belum
dilaksanakan secara optimal dan belum berdasarkan siklus perbaikan kualitas
Plan-Do-Check-Act atau PDCA.
Perencanaan yang baik di tingkat Puskesmas akan menjadi fondasi dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan Puskesmas. Melalui perencanaan,
permasalahan yang dihadapi oleh banyak Puskesmas seperti pemenuhan
sumber daya akan dapat teridentifikasi dan diusulkan pemenuhannya ke dinas
kesehatan kabupaten/kota. Dari data Aplikasi Sarana Prasarana Alat Kesehatan
(ASPAK) per Desember 2019, hanya 7.105 Puskesmas yang nilai akumulasi
pemenuhan sarana, prasarana dan alatnya terhadap standar di atas 60%. Dari
aspek pemenuhan sumber daya manusia, berdasarkan data Badan PPSDM
Kesehatan per 31 Desember 2019, dari 10.134 Puskesmas yang terdata, hanya
3.211 (31, 78%) Puskesmas yang terpenuhi 9 jenis tenaga kesehatan sesuai
Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
Sedangkan berdasarkan hasil Rifaskes 2019, sebanyak 5,7% puskesmas rawat
inap dan 5% Puskesmas non rawat inap di kawasan perkotaan; 2,9%
Puskesmas rawat inap dan 5,6% Puskesmas non rawat inap di kawasan
perdesaan; dan 0,9% Puskesmas rawat inap dan 1% Puskesmas non rawat inap
di kawasan terpencil/sangat terpencil memiliki jenis tenaga kesehatan yang
sesuai standar. Hasil Rifaskes 2019 menunjukkan baru 79,4% Puskesmas yang
memiliki ketersediaan obat dan vaksin sesuai standar. Puskesmas yang masih
8
belum terpenuhi sumber daya sesuai standar ini perlu diidentifikasi dan menjadi
prioritas dalam perencanaan di tingkat Puskesmas dan dinas kesehatan
kabupaten/kota.
Pada aspek pendanaan, saat ini Puskesmas menerima dana dari berbagai
sumber seperti dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), dana kapitasi
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), dana operasional rutin dari pemerintah
daerah kabupaten/kota dan dana lainnya. Hal ini menjadi sebuah peluang untuk
mendorong pencapaian target kinerja Puskesmas sehingga harus dioptimalkan
agar pemanfaatannya efektif dan efisien. Namun saat ini, besarnya pendanaan di
Puskesmas belum diiringi dengan kinerja optimal di Puskesmas. Hasil temuan
Komisi Pemberantasan Korupsi terhadap pemanfaatan dana kapitasi oleh
Puskesmas menyimpulkan bahwa perubahan kualitas pelayanan kesehatan dan
kualitas manajemen Puskesmas secara keseluruhan belum terlihat nyata dengan
diterimanya dana kapitasi JKN oleh Puskesmas.
Kinerja Puskesmas akan berpengaruh terhadap kinerja dinas kesehatan
kabupaten/kota karena Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT)
dinas kesehatan kabupaten/kota. Berdasarkan data Riset Fasilitas Kesehatan
(Rifaskes) tahun 2011, dukungan dinas kesehatan kabupaten/kota ke
Puskesmas berada dalam rentang 18% sampai 61%. Persentase dukungan
terbesar yaitu untuk upaya kesehatan anak dan pencegahan dan pengendalian
penyakit sebesar 61%, sedangkan persentase dukungan paling rendah yaitu
untuk upaya kesehatan lingkungan sebesar 18%. Dari hasil tersebut
mengindikasikan bahwa belum semua dinas kesehatan kabupaten/kota mampu
memberikan bimbingan dan pembinaan teknis kepada Puskesmas di wilayah
kerjanya secara optimal.
Pembinaan teknis dinas kesehatan kabupaten/kota ke Puskesmas dalam
upaya pencapaian target kinerja harus memperhatikan aspek biologi, psikologi,
sosial, kultural masyarakat yang ada di wilayah kerjanya, dengan mengutamakan
upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif. Untuk
itu perlu mekanisme pembinaan yang dapat memadukan seluruh program ke
seluruh Puskesmas secara efektif dan efisien.
Keberhasilan pembinaan ke Puskesmas dapat dinilai antara lain dari
peningkatan kualitas Puskesmas, peningkatan Indeks Keluarga Sehat (IKS)
wilayah, yang mendukung pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM)
kabupaten/kota dan terbentuknya Puskesmas sebagai percontohan yang dapat
9
menjadi rujukan pembelajaran Puskesmas lain untuk perbaikan kualitas
pelayanan.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tersedianya acuan bagi dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota dalam
melakukan pembinaan secara berjenjang sesuai dengan kewenangannya.
2. Tujuan Khusus
a) Tersedianya mekanisme pembinaan kepada Puskesmas dari dinas
kesehatan kabupaten/kota dan provinsi secara terpadu dan
berkesinambungan.
b) Tersedianya mekanisme pengembangan Puskesmas sebagai
percontohan yang akan menjadi model bagi pembinaan dinas kesehatan
kabupaten/kota dan pembelajaran bagi Puskesmas lain di kabupaten/kota
tersebut.
c) Tersedianya mekanisme monitoring dan evaluasi pembinaan ke
Puskesmas
C. RUANG LINGKUP
1. Konsep pembinaan Puskesmas oleh Tim Pembina Cluster Binaan di dinas
kesehatan kabupaten/kota, dan Tim Pembina Wilayah di dinas kesehatan
provinsi.
2. Indikator kualitas dan keberhasilan pembinaan Puskesmas melalui
pembinaan secara berjenjang di kabupaten/kota, tingkat provinsi dan
nasional.
3. Puskesmas sebagai percontohan yang akan menjadi model, bagi pembinaan
dinas kesehatan kabupaten/kota dan pembelajaran dalam proses replikasi
bagi Puskesmas lain di kabupaten/kota tersebut.
10
D. SASARAN
1. Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, penanggung jawab dan pelaksana
program serta pengelola sumber daya di dinas kesehatan kabupaten/kota
sebagai Tim Pembina Cluster Binaan di tingkat kabupaten/kota.
2. Kepala Puskesmas dan seluruh petugas Puskesmas.
3. Kepala dinas kesehatan provinsi, penanggung jawab dan pelaksana program
serta pengelola sumber daya di dinas kesehatan provinsi sebagai Tim
Pembina Wilayah di tingkat provinsi.
4. Penanggung jawab program di Kementerian Kesehatan.
5. Lintas sektor terkait di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota.
11
BAB II
PEMBINAAN PUSKESMAS
12
B. KONSEP PEMBINAAN PUSKESMAS
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, kesehatan merupakan urusan pemerintahan yang bersifat
konkuren dan dilaksanakan oleh pemerintah pusat dan daerah. Pemerintah
pusat memiliki kewenangan dalam menetapkan Norma, Standar, Prosedur dan
Kriteria (NSPK) serta pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. Mengingat kesehatan
merupakan pelayanan dasar yang menjadi urusan wajib pemerintah daerah,
maka pemerintah daerah memprioritaskan pelaksanaan urusan wajib yang
berkaitan dengan pelayanan dasar ini dengan berpedoman pada standar
pelayanan minimal yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.
Dinas kesehatan kabupaten/kota memprioritaskan penyelenggaraan
urusan bidang kesehatan yang merupakan pelayanan dasar dengan
berpedoman pada SPM kabupaten/kota bidang kesehatan sebagaimana
tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar
Pelayanan Minimal dan bertanggung jawab dalam upaya pencapaiannya.
Adapun acuan teknis pelaksanaan SPM tersebut telah dirumuskan dalam
Permendagri Nomor 100 Tahun 2018 tentang Penerapan Standar Pelayanan
Minimal dan Permenkes Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis
Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan. Dinas kesehatan kabupaten/kota dalam mengemban tugas ini
mendelegasikan sebagian wewenang kepada Puskesmas sebagai unit
pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota, sehingga keberhasilan kinerja
Puskesmas mempengaruhi tercapainya pelayanan sesuai SPM. Oleh sebab itu,
menjadi tugas dinas kesehatan kabupaten/kota dalam memperbaiki kinerja
Puskesmas melalui pembinaan yang dilaksanakan secara terpadu dan
berkesinambungan. Pembinaan ke Puskesmas bukan hanya dalam rangka
pencapaian SPM, melainkan juga untuk menjamin tercapainya cakupan
pelayanan kesehatan semesta bagi seluruh masyarakatnya dan kualitas
pelayanan yang diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pembinaan yang dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota selama
ini cenderung bersifat sektoral oleh masing-masing bidang di dinas kesehatan.
Pembinaan tersebut tidak efektif dan efisien, karena beberapa program pada
dasarnya memiliki keterkaitan satu sama lain, baik dari sisi sumber daya yang
digunakan, proses yang dilakukan, maupun output yang diharapkan. Disamping
itu, keterbatasan sumber daya di dinas kesehatan kabupaten/kota yang
13
melakukan pembinaan dan sumber daya di Puskesmas sebagai pelaksana
program, membutuhkan strategi khusus dalam pelaksanaan pembinaan teknis
agar tujuan yang diharapkan tercapai. Untuk itu pola pembinaan yang dilakukan
oleh dinas kesehatan kabupaten/kota kepada Puskesmas harus terpadu,
terintegrasi antar program dan berkesinambungan. Dengan demikian pembinaan
yang dilakukan oleh setiap program seharusnya merupakan bagian dari
pembinaan terpadu dinas kesehatan kabupaten/kota terhadap Puskesmas.
C. PRINSIP PEMBINAAN
Prinsip yang diterapkan dalam pembinaan Puskesmas mencakup:
1. Komitmen
Komitmen dapat diartikan perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu.
Hal ini dapat diartikan bahwa setiap orang/pihak/institusi wajib berkomitmen
terhadap pembinaan Puskesmas. Adanya komitmen ini sangat diperlukan
mulai dari tingkat pimpinan/pengambil keputusan di pemerintahan
kabupaten/kota, dinas kesehatan kabupaten/kota, dan lintas sektor yang
terkait untuk melakukan pembinaan Puskesmas. Komitmen ini merupakan
salah satu komponen yang dapat menjamin kesinambungan kegiatan.
2. Kualitas
Pembinaan Puskesmas diarahkan untuk meningkatkan kualitas SDM
Puskesmas, yang meliputi kinerja dan hasil pelayanannya. Kualitas tenaga
sangat menentukan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan. Dengan
meningkatnya kualitas tenaga Puskesmas diharapkan akan tercermin dalam
kinerja sehari-hari di tempat kerja. Peningkatan kinerja ini akan
mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan menjadi lebih baik sehingga
akan memperbaiki citra Puskesmas di masyarakat.
3. Kerja tim
Pembinaan Puskesmas mendorong adanya kerjasama kelompok (team work)
antar tenaga kesehatan (perawat, bidan, dokter, dan tenaga kesehatan
lainnya) dan nonkesehatan. Kerjasama tim merupakan salah satu penentu
keberhasilan pembinaan Puskesmas.
4. Pembelajaran berkelanjutan
Pembinaan Puskesmas mendorong terjadinya pembelajaran berkelanjutan di
Puskesmas binaan yang memungkinkan setiap individu untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya, sehingga dapat mengikuti perkembangan
IPTEK.
14
5. Efektif dan efisien
Pembinaan Puskesmas dilaksanakan secara efektif dan efisien. Pembinaan
yang dilakukan secara efektif dan efisien akan memengaruhi hasil pelayanan
kesehatan, apalagi sumber daya pelayanan kesehatan pada umumnya
terbatas. Selain pembinaan mutu yang diberikan secara efektif dan efisien
harus juga diikuti dengan monitoring dan evaluasi yang dapat meminimalkan
kesalahan-kesalahan dengan kejelasan tugas memungkinkan setiap anggota
tim pembina terpadu fokus pada area yang telah ditetapkan.
16
d) Cluster binaan berdasarkan capaian kinerja Puskesmas (Penilaian
Kinerja Puskesmas) pada tahun sebelumnya. Satu cluster binaan
terdiri atas beberapa Puskesmas yang nilai Penilaian Kinerja
Puskesmasnya berbeda-beda.
e) Cluster binaan berdasarkan permasalahan kesehatan di cluster
binaan. Satu cluster binaan terdiri dari beberapa Puskesmas yang
memiliki permasalahan kesehatan yang sama di wilayahnya
sehingga mudah dalam melakukan intervensi untuk memecahkan
permasalahan kesehatan.
3) Semua Puskesmas yang ada di kabupaten/kota dibagi habis ke dalam
cluster binaan.
Cluster Bugenvil
Cluster Anggrek
Cluster Cempaka
Cluster Dahlia
Cluster Edelweis
17
b. Pembentukan Tim Pembina Cluster Binaan (TPCB)
1) Jumlah TPCB disesuaikan dengan jumlah cluster binaan yang
disepakati ataupun sebaliknya.
2) Struktur TPCB terdiri atas:
a) penanggung jawab: kepala dinas kesehatan kabupaten/kota;
b) ketua: Eselon III dinas kesehatan kabupaten/kota; dan
c) anggota: terdiri dari kepala seksi atau staf di dinas kesehatan
kabupaten/kota. Anggota TPCB dapat ditambah dari UPT dinas
kesehatan kabupaten/kota lainnya, sesuai kebutuhan pembinaan.
3) Ketua TPCB harus memiliki:
a) pengetahuan terhadap konsep Puskesmas
b) kemampuan kepemimpinan/leadership
c) kemampuan pembinaan teknis atau manajemen
Ketua tim bertanggung jawab langsung kepada kepala dinas
kesehatan kabupaten/kota.
4) Komposisi anggota TPCB terdiri atas kepala seksi dan pelaksana/
penanggung jawab program yang disebar merata ke dalam cluster
binaan. Seluruh staf teknis dan manajemen yang berada di dalam
struktur bidang dan sekretariat dinas kesehatan kabupaten/kota,
ditetapkan sebagai anggota tim pembina.
5) Para penanggung jawab program meskipun berada dalam tim
pembina, namun tetap bertanggung jawab pada masing-masing
programnya.
6) Keanggotaan tim pembina ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan
(SK) dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.
18
Tabel 1. Contoh Daftar Keanggotaan Tim Pembina Cluster Binaan Pelayanan
Kesehatan di Puskesmas
Anggota
CLUSTER Anggota Anggota Anggota
Ketua (Kabag) (Seksi/
ANGGREK (Seksi/ JF) (Seksi/ JF) (Seksi/ JF)
JF)
CLUSTER Anggota
Anggota Ketua Anggota Anggota (Seksi/
BUGENVIL
(Kasubag/ JF) (Kabid) (Seksi/ JF) (Seksi/ JF) JF)
*
Anggota
CLUSTER Anggota Anggota Ketua Anggota (Seksi/
CEMPAKA (Kasubag/ JF) (Seksi/ JF) (Kabid) (Seksi/ JF) JF)
Anggota
CLUSTER Anggota Anggota Anggota Ketua (Seksi/
DAHLIA (Kasubag/ JF) (Seksi/ JF) (Seksi/ JF) (Kabid) JF)
19
Pengetahuan dasar tersebut dapat diperoleh melalui peningkatan kompetensi
berupa pengenalan program, pelatihan teknis, maupun workshop atau on the job
training mengenai program, manajemen Puskesmas, kemampuan komunikasi
dan kepemimpinan. Selain pengetahuan dasar, masing-masing TPCB harus
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai terkait NSPK dan
manajemen program masing-masing.
21
c) Persiapan bahan, merencanakan dan melaksanakan pembinaan
terkait program teknis.
22
c. Pengenalan program dan manajemen sumber daya
Kegiatan ini dilakukan oleh masing-masing kepala bidang yang difasilitasi
kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, dan sebaiknya didampingi Tim
Pembina dari provinsi:
1) Menyajikan program masing-masing yang menjadi tanggung
jawabnya.
2) Menjelaskan posisinya saat ini dalam pencapaian target kinerja
melalui pendekatan yang dilakukan.
3) Mengidentifikasi kejadian missed opportunity untuk keterpaduan lintas
program.
4) Menjelaskan perlunya keterpaduan program-program untuk
keberhasilan pencapaian hasil program bagi kelompok sasaran yang
menjadi target bersama, dalam upaya memenuhi kebutuhan
pelayanan pada setiap tahapan siklus hidup, dengan kejelasan peran,
tugas dan fungsi dari masing-masing bidang, seksi dan pelaksana
pelayanan.
5) Menjelaskan bagaimana keterpaduan antar program dibangun,
dilaksanakan, dipantau, dibina, dinilai dampaknya, terhadap kesehatan
target sasaran.
6) Menjelaskan adanya peluang untuk membangun kerjasama terpadu
dengan lintas sektor terkait.
7) Semua data diperoleh akan digunakan sebagai bahan penyusunan
rumusan perbaikan/ peningkatannya.
23
Adapun tugas ketua dan anggota TPCB antara lain sebagai berikut:
Tabel 2. Contoh Pembagian Tugas Ketua dan Anggota TPCB
Ketua Tim Anggota
1. Memimpin anggota tim untuk 1. Membuat jadwal pembinaan
mempelajari kembali rencana sesuai arahan ketua tim dan
pembinaan yang telah disusun dan kesepakatan bersama
membuat penjadwalan pembinaan
bersama
2. Menjelaskan kembali tujuan pembinaan 2. Memahami tujuan pembinaan
terpadu dan mensosialisasikan kepada terpadu
anggota tim
3. Memutuskan prioritas dan strategi 3. Menyusun prioritas dan strategi
pembinaan cluster binaan bersama pembinaan cluster sesuai arahan
angota tim ketua tim
4. Mengkoordinasikan anggota tim untuk 4. Menyiapkan bahan pembinaan
melaksanakan rencana pembinaan dan menyerahkan bahan ke
sesuai jadwal yang telah disepakati ketua tim. Bahan pembinaan
berdasarkan urutan prioritas berdasarkan hasil analisis data
sesuai hasil excersise pada rapat
koordinasi.
5. Memimpin pembinaan ke cluster 5. Melaksanakan pembinaan ke
binaan, baik melalui forum pertemuan cluster binaan bersama ketua tim
pembahasan, mekanisme umpan balik
maupun kunjungan ke lapangan
6. Melakukan evaluasi terhadap hasil 6. Merangkum hasil temuan yang
pembinaan dan menyusun rencana didapatkan pada waktu
tindak lanjut pembinaan. pelaksanaan pembinaan,
menyusun laporan pembinaan
untuk diserahkan ke ketua Tim
5. Simulasi Pembinaan
Dalam rangka pemantapan proses pembinaan oleh TPCB, perlu
dilakukan simulasi pembinaan sebelum pelaksanaan pembinaan ke cluster
binaan masing-masing TPCB. Simulasi pembinaan oleh masing-masing TPCB
dapat dilakukan pada forum rapat koordinasi pertama di awal tahun di dinas
26
kesehatan kabupaten/kota. Masing-masing TPCB melakukan exercise
keterpaduan dalam pengelolaan program kesehatan. Exercise dilakukan
dengan memanfaatkan hasil analisis situasi data Puskesmas dan cluster
binaan di dinas kesehatan kabupaten/kota yang ada pada tahun sebelumnya
dan tahun berjalan. Diharapkan dari exercise tersebut, rencana/strategi dan
metode pelaksanaan serta rincian pembinaan yang telah dirumuskan pada
proses perencanaan dapat dimantapkan.
Dengan demikian, TPCB membahas hal-hal penting pada exercise,
antara lain:
1) Data wilayah kabupaten/kota, data cluster binaan dan data wilayah kerja
masing-masing Puskesmas pada tahun sebelumnya dan tahun berjalan:
a) Kondisi keterpaduan lintas program dalam setiap kelompok target
sasaran sesuai siklus hidup untuk masing-masing cluster binaan.
b) “Trend analysis” antara tahun sebelumya dengan tahun berjalan, yaitu:
(1) Identifikasi masalah dan kendala implementasi keterpaduan
program dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan pada
target sasaran di tingkat kabupaten/kota dan cluster binaan.
(2) Identifikasi peluang untuk perbaikan dan peningkatan kinerja
keterpaduan dalam wilayah kabupaten/kota dan cluster binaan.
2) Pemantapan tujuan, rencana/strategi dan langkah-langkah pelaksanaan
pembinaan yang telah dirumuskan, oleh seluruh bidang dan sekretariat
dinas kesehatan kabupaten/kota, Pembina cluster binaan dan bila
memungkinkan juga dihadiri oleh perwakilan Puskesmas dalam wilayah
kabupaten/kota. TPCB merancang kegiatan pembinaan tersebut secara
terpadu/terintegrasi berdasar lingkup siklus kehidupan (life cycle) untuk
semua kelompok target sasaran di cluster binaan masing-masing.
28
b) Pertemuan bertujuan untuk memantau perkembangan kondisi dan
capaian kinerja Puskesmas sesuai dengan perencanaan yang
telah dirumuskan oleh TPCB dan tindak lanjut rekomendasi yang
telah disampaikan sebelumnya oleh TPCB ke Puskesmas
binaannya. Pada pertemuan ini juga dirumuskan tindak lanjut
koreksi (corrective-action) dan/atau pencegahan (preventive-
action) akan kemungkinan kegagalan (gap kinerja pencapaian
sasaran), dan/atau memaksimalkan peluang, kondisi dan kinerja
Puskesmas yang telah baik ataupun yang masih kurang untuk
mempercepat pencapaian tujuan dan sasaran kegiatan.
c) Hasil dari pertemuan tersebut paling sedikit memuat gambaran
perkembangan kondisi dan capaian kinerja Puskesmas binaan dan
rekomendasi untuk ditindaklanjuti oleh Puskesmas. Rekomendasi
tersebut dibahas oleh Puskesmas dalam pertemuan lokakarya mini
bulanan dan tribulanan untuk ditindaklanjuti.
d) Dalam hal masih diperlukan pembahasan lebih lanjut terhadap
satu masalah tertentu yang tidak dapat diselesaikan pada saat
pertemuan internal tersebut, TPCB dapat berkoordinasi lebih lanjut
dengan lintas program terkait.
8. Tindak lanjut
hasil evaluasi
PLAN Pelaksanaan
pembinaan
Puskesmas oleh tim
ACT DO pembina terpadu 31
CHECK
Level
Output Outcome
Pembinaan
Pembinaan 1. Manajemen Puskesmas 1. Terpenuhinya standar
Puskesmas terkelola dengan baik pelayanan minimal bidang
2. PIS-PK terkelola dengan kesehatan (SPM) kab/kota
oleh TPCB baik 2. Terpenuhinya indikator
Dinkes 3. Meningkatnya Hasil RPJMD Bidang Kesehatan
Kab/kota Penilaian Kinerja Kab/Kota
Puskesmas (PKP) 3. Meningkatnya capaian
4. Meningkatnya mutu Indikator Keluarga Sehat
pelayanan Puskesmas (IKS) tingkat kecamatan dan
5. Tersedianya Puskesmas kab/kota
ideal yang menjadi 4. Tercapainya indikator
Puskesmas sebagai program prioritas:
percontohan a. Penurunan jumlah
6. Tersedianya Puskesmas kematian ibu dan bayi
ideal yang merupakan baru lahir
replikasi Puskesmas b. Penurunan insidens TB
sebagai percontohan c. Penurunan Stunting
pada seluruh kab/kota d. Peningkatan cakupan dan
kualitas Imunisasi
e. Penurunan prevalensi
PTM
32
Pembinaan 1. Seluruh kabupaten/ kota 1. Seluruh kab/kota memenuhi
Provinsi ke memiliki Puskesmas SPM bidang kesehatan
yang memenuhi kriteria kab/kota.
Dinkes Puskesmas sebagai 2. Seluruh Kab/kota mencapai
Kab/kota Percontohan indikator RPJMD Bidang
2. Seluruh kab/kota Kesehatan Kab/Kota.
memiliki 100% 3. Tercapainya target indikator
Puskesmas yang telah RPJMD bidang kesehatan
melaksanakan provinsi.
peningkatan mutu 4. Tercapainya target indikator
pelayanan program prioritas tingkat
3. Meningkatnya capaian provinsi
Indikator Keluarga a. Penurunan AKI dan AKB
Sehat (IKS) tingkat b. Penurunan insidens TB
provinsi c. Penurunan Stunting
d. Peningkatan cakupan dan
kualitas Imunisasi
e. Penurunan prevalensi
PTM
TIM PEMBINA
PEMBINA
CLUSTER TPMDK
PROGRAM
BINAAN
WHAT Keseluruhan Teknis Program - Mutu seluruh
(APA YANG program yang terkait program
DIBINA) ada di - Sesuai dengan
Puskesmas standar dan
instrumen
akreditasi
Puskesmas
33
TIM PEMBINA
PEMBINA
CLUSTER TPMDK
PROGRAM
BINAAN
WHERE Seluruh Seluruh Puskesmas Seluruh Puskesmas
(DAERAH Puskesmas
BINAAN)
34
sehingga pada saat kegiatan TPCB semua anggota tim dapat hadir dan
berpartisipasi secara aktif.
Upaya pembinaan yang dilaksanakan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota akan semakin berhasil bila didukung oleh dinas kesehatan
provinsi dan pemerintah pusat yang melakukan pembinaan secara berjenjang
dengan konsep pembinaan terpadu/terintegrasi sesuai dengan kewenangan
masing-masing.
2. Peran Provinsi
a. Sesuai dengan peran dan tanggung-jawabnya, dinas kesehatan provinsi:
1) Melakukan peningkatan kapasitas (seperti workshop, orientasi,
sosialisasi) bagi dinas kesehatan kabupaten/kota dalam melakukan
pembinaan kepada Puskesmas yang akan dilakukan oleh TPCB
2) Mendampingi dinas kesehatan kabupaten/kota dalam melaksanakan
pembinaan Puskesmas.
3) Melakukan pemantauan terhadap proses pembinaan terpadu yang
dilaksanakan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota.
4) Memberikan dukungan kepada kabupaten/kota dalam bentuk:
a) Memberikan umpan balik/feedback, disertai saran-saran
perbaikan, atas informasi yang diperoleh dari kabupaten/kota dan
data profil kabupaten/kota yang dikompilasi dari laporan rutin
Puskesmas.
b) Membahas masalah yang dihadapi kabupaten/kota dan solusinya
dalam pertemuan rutin dengan dinas kesehatan kabupaten/kota.
c) Pembinaan langsung ke kabupaten/kota secara lintas program
sesuai urutan prioritas, untuk mendapatkan gambaran masalah di
kabupaten/kota dan sampling ke Puskesmas atas temuan masalah
5) Menyediakan tenaga kesehatan yang tidak dapat dipenuhi oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai ketentuan perundang-
undangan.
36
BAB III
PUSKESMAS SEBAGAI PERCONTOHAN
Salah satu indikator keberhasilan pembinaan Puskesmas yang dilakukan oleh dinas
kesehatan kabupaten/kota melalui Tim Pembina Cluster Binaan (TPCB) adalah terbentuknya
Puskesmas sebagai percontohan. Puskesmas sebagai percontohan dapat menjadi benchmark
dan tempat belajar bagi Puskesmas lainnya dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
b. Peralatan:
1) Telah terpenuhi ≥ 80% sesuai standar, yang dilihat dari pengisian Aplikasi Sarana
Prasarana Kesehatan (ASPAK).
2) Dipelihara dengan baik sesuai ketentuan, sehingga umur alat sesuai petunjuk alat
dan berfungsi baik selama masa operasi.
3) Dikalibrasi terjadwal sesuai ketentuan, sehingga alat ukur dapat digunakan
secara akurat, aman dan berkualitas.
c. Sumber Daya Manusia:
1) Jumlah, jenis dan kompetensi SDM telah memenuhi standar. Penyediaan dan
koreksi gap kompetensi dan jumlah dalam memenuhi standar SDM didukung dan
direncanakan terpadu dengan dinas kesehatan kabupaten/kota dan para pihak
terkait;
2) Pemanfaatan SDM kesehatan dikelola dengan merujuk hasil analisis, evaluasi
beban kerja, dan target kinerja di Puskesmas;
3) SDM telah dikondisikan dalam budaya melayani dan berkualitas, sehingga
mampu membangun citra pelayanan yang baik, berorientasi pada kebutuhan
sasaran, sesuai dengan tata nilai yang telah dirumuskan.
d. Obat, bahan medis habis pakai (BMHP) dan logistik lain:
1) Jumlah, jenis dan mutu obat dan BMHP telah memenuhi standar. Perencanaan
obat, BMHP, dan logistik lain disusun berdasarkan perhitungan yang tepat, dalam
jenis dan jumlah yang cukup, sesuai rencana kebutuhan dalam satu tahun
pelayanan di Puskesmas.
2) Penyediaan obat, BMHP dan logistik telah dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan yang disusun dan dapat disediakan tepat waktu, sehingga dapat
dimanfaatkan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan di Puskesmas tanpa
pernah terjadi kekosongan ataupun adanya obat yang kedaluwarsa.
3) Penggunaan obat, BMHP, dan logistik untuk penyelenggaraan upaya kesehatan
dipantau berkala dan dievaluasi pada akhir tahun, dan dilihat kesesuaian dengan
kebutuhan untuk pelaksanaan pelayanan. Hal pemantauan dan evaluasi tersebut
dimaksudkan untuk mengetahui penggunaan obat rasional. Adapun hasil evaluasi
dipergunakan untuk perbaikan proses perencanaan berikutnya.
e. Keuangan:
1) Keuangan Puskesmas telah dikelola dengan baik, sesuai ketentuan yang berlaku.
2) Pemanfaatan anggaran dilakukan secara efektif dan efisien, sehingga seluruh
upaya Puskesmas terlaksana dengan baik, dan memenuhi target kinerja
program.
f. Puskesmas menyelenggarakan sistem informasi Puskesmas sesuai ketentuan dan
dilaksanakan secara elektronik yang terintegrasi dengan sistem rujukan terpadu dan
Aplikasi Satu Data Kesehatan (ASDK).
g. Menggunakan sistem rujukan terintegrasi (Sisrute) dalam sistem rujukan pasien
h. Selain sumber daya di atas, kepatuhan waktu penyelenggaraan pelayanan telah
dikelola Puskesmas dengan optimal.
1) Jadwal waktu pelayanan di Puskesmas dan jaringannya diatur dan ditetapkan
sesuai ketentuan dan dikomunikasikan secara jelas kepada
masyarakat/pengguna dan dipatuhi pelaksanaannya.
2) Jadwal dan waktu pelaksanaan, bimbingan dan pembinaan peran aktif
masyarakat, dan kegiatan pelayanan kesehatan di masyarakat termasuk di
UKBM, ditetapkan sesuai kesepakatan bersama masyarakat tanpa mengganggu
kinerja Puskesmas, dan dipatuhi bersama untuk pelaksanaannya.
3. Pencapaian 100% kunjungan keluarga dan intervensi dalam rangka Program Indonesia
Sehat dengan Pendekatan Keluarga;
a. Kunjungan keluarga dilakukan secara terjadwal dan rutin, dengan memanfaatkan
data dan peta sebaran keluarga, informasi, serta Profil Kesehatan Keluarga.
b. Kunjungan keluarga telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas (total coverage).
4. Peningkatan berkelanjutan capaian di masing-masing 12 (dua belas) indikator PIS-PK
dan peningkatan Indeks Keluarga Sehat.
5. Pencapaian hasil penilaian kinerja Puskesmas dengan kategori baik.
a. Aspek penilaian kinerja meliputi hasil pencapaian: (i). pelaksanaan pelayanan
kesehatan dan (ii). manajemen Puskesmas.
b. Tingkat kinerja dalam kategori baik, yaitu cakupan hasil pelayanan kesehatan
dengan tingkat pencapaian hasil pelaksanaan pelayanan kesehatan > 91% dan
cakupan hasil manajemen dengan tingkat pencapaian hasil ≥ 8,5.
c. Hasil kegiatan yang diperhitungkan adalah hasil kegiatan pada periode waktu satu
tahun.
d. Data untuk menghitung hasil kegiatan diperoleh dari Sistem Informasi Puskesmas
dan data sekunder lain yang diperlukan, seperti hasil riset kesehatan dasar, data
survei yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik dan data lainnya.
e. Hasil kinerja Puskesmas harus telah mendapatkan umpan balik dari dinas kesehatan
kabupaten/kota.
6. Tercapainya target-target program prioritas
Kemenkes:
DINKES PROV DINKES KAB/KOTA
1. Ditjen Yankes
3. KA FKTP
OPD terkait OPD terkait
Stakeholder lain
PEMBENTUKAN
Keterangan : REPLIKASI
pembinaan, monitoring dan evaluasi pendampingan
koordinasi, konsultasi pembelajaran
Apabila hasil penilaian sudah dalam kategori baik maka Puskesmas sudah layak
untuk dijadikan Puskesmas sebagai percontohan.
Apabila hasil penilaian masih kategori cukup atau kurang, perlu dilakukan pembinaan
lebih intensif dengan membuat rencana tindak lanjut dan melaksanakannya.
BAB V
PENUTUP
LAMPIRAN