Qurtlu 1593471645
Qurtlu 1593471645
BAB I
PENDAHULUAN
Secara substantif pengertian etika politik tidak dapat dipisahkan dengan subjek sebagai
pelaku etika yaitu manusia. Oleh karena itu etika politik berkait erat dengan bidang
pembahasan moral. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa pengertian ‘moral’ senantiasa
menunjuk kepada manusia sebagai subjek etika. Maka kewajiban moral dibedakan dengan
pengertian kewajiban-kewajiban lainnya, karena yang dimaksud adalah kewajiban manusia
sebagai manusia.
Walaupun dalam hubungannya dengan masyarakat bangsa maupun negara, etika politik tetap
meletakkan dasar fundamental manusia sebagai manusia. Dasar ini lebih meneguhkan akar
etika politik bahwa kebaikan senantiasa didasarkan kepada hakikat manusia sebagi makhluk
yang beradab dan berbudaya. Berdasarkan suatu kenyataan bahwa masyarakat, bangsa
maupun negara bisa berkembang ke arah yang tidak baik dalam arti moral. Misalnya suatu
negara yang dikuasai oleh penguasa atau rezim yang otoriter, yang memaksakan kehendak
kepada manusia tanpa memperhitungkan dan mendasarkan kepada hak-hak dasar
kemanusiaan. Dalam suatu masyarakat negara yang demikian ini maka seseorang baik secara
moral kemanusiaan akan dipandang tidak baik menurut negara serta masyarakat otoriter,
karena tidak dapat hidup sesuai dengan aturan yang buruk dalam suatu masyarakat negara.
Oleh karena itu aktualisasi etika politik harus senantiasa mendasarkan kepada ukuran harkat
dan martabat manusia sebagai manusia.
Perumusan Masalah
Sebagai suatu usaha ilmiah, filsafat dibagi menjadi beberapa cabang menurut lingkungan
bahasanya masing-masing. Cabang-cabang itu dibagi menjadi dua kelompok bahasan pokok
yaitu filsafat teoritis dan filsafat praktis. Etika termasuk ke dalam kelompok filsafat praktis.
Etika berkaitan dengan berbagai masalah nilai karena etika pada pokoknya membicarakan
masalah-masalah yang berkaitan dengan predikat nilai susia dan tidak susia, baik dan buruk.
Sebagai bahasan khusus etika membicarakan sifat-sifat yang menyebabkan orang dapat
disebut susila atau bijak. Kualitas-kualitas ini dinamakan kebijakan yang dilawankan dengan
kejahatan yang berarti sifat-sifat yang menunjukkan bahwa orang yang memilikinya
dikatakan orang-orang yang tidak susila. Sebenarnya etika lebih banyak bersangkutan dengan
prinsip-prinsip dasar pembenaran dalam hubungan dengan tingkah aku manusia. Dapat juga
dikatakan bahwa etika berkaitan dengan dasar-dasar filosofis dalam hubungan dengan
tingkah laku manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK
Dalam Kehidupan manusia secara alamiah, jaminan atas kebebasan manusia baik sebagai
individu maupun makhluk sosial suit untuk dapat dilaksanakan, karena terjadinya
perbenturan kepentingan di antara mereka sehingga terdapat suatu kemungkinan terjadinya
anarkisme dalam masyarakat. Dalam hubungan inilah manusia memerlukan suatu masyarakat
hukum yang mampu menjamin hak-haknya, dan masyarakat itulah yang disebut negara. Oleh
karena itu berdasarkan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk social,
dimensi politis mencakup lingkaran kelembagaan hukum dan negara, system-sistem nilai
serta ideologi yang memberikan legitimasi kepadanya.
Daam hubungan dengan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhuk sosial,
dimensi politis manusia senantiasa berkaitan dengan kehidupan negara dan hukum, sehingga
senantiasa berkaitan dengan kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu
pendekatan etika politik senantiasa berkaitan dengan sikap-sikap moral dalam hubungannya
dengan kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Sebuah keputusan bersifat politis
manakala diambil dengan memperhatikan kepentingan masyarakat sebagai suatu
keseluruhan. Dengan demikian dimensi politis manusia dapat ditentukan sebagai suatu
kesadaran manusia akan dirinya sendiri sebagi anggota masyarakat sebagai suatu keseluruhan
yang menentukan kerangka kehidupannya dan ditentukan kembali oleh tindakan-
tindakannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara substantif pengertian etika politik tidak dapat dipisahkan dengan subjek sebagai
pelaku etika yaitu manusia. Oleh karena itu etika politik berkait erat dengan bidang
pembahasan moral. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa pengertian ‘moral’ senantiasa
menunjuk kepada manusia sebagai subjek etika. Maka kewajiban moral dibedakan dengan
pengertian kewajiban-kewajiban lainnya, karena yang dimaksud adalah kewajiban manusia
sebagai manusia. Walaupun dalam hubungannya dengan masyarakat bangsa maupun negara,
etika politik tetap meletakkan dasar fundamental manusia sebagai manusia. Dasar ini lebih
meneguhkan akar etika politik bahwa kebaikan senantiasa didasarkan kepada hakikat
manusia sebagi makhluk yang beradab dan berbudaya. Berdasarkan suatu kenyataan bahwa
masyarakat, bangsa maupun negara bisa berkembang ke arah yang tidak baik dalam arti
moral. Misalnya suatu negara yang dikuasai oleh penguasa atau rezim yang otoriter, yang
memaksakan kehendak kepada manusia tanpa memperhitungkan dan mendasarkan kepada
hak-hak dasar kemanusiaan. Dalam suatu masyarakat negara yang demikian ini maka
seseorang baik secara moral kemanusiaan akan dipandang tidak baik menurut negara serta
masyarakat otoriter, karena tidak dapat hidup sesuai dengan aturan yang buruk dalam suatu
masyarakat negara. Oleh karena itu aktualisasi etika politik harus senantiasa mendasarkan
kepada ukuran harkat dan martabat manusia sebagai manusia.
B. SARAN
Pancasila hendaknya disosialisasikan secara mendalam sehingga dalam kehidupan
bermasyarakat dalam berbagai segi terwujud dengan adanya kesinambungan usaha
pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur dengan kepastian masyarakat
untuk mengikuti dan mentaati peraturan yang ditetapkan, karena kekuatan politik suatu
negara ditentukan oleh kondisi pemerintah yang absolut dengan adanya dukungan rakyat
sebagai bagian terpenting dari terbentuknya suatu negara.
Daftar Pustaka:
Kaelan, 2004, Pendidikan Pancasia, Paradigma : Yogyakarta
Toyibin Aziz, M., 1997, Pendidikan Pancasila, Rineka Cipta : Jakarta
Kaelan, 1983, Filsafat Pancasila, Paradigma : Yogyakarta
Surihatini, Amin. 2005. Kewarganegaraan kelas XI. Klaten : Cempaka Putih.
Kantaprawira, Rusadi, 2006. Sistem Politik Indonesia. Jakarta: Sinar Baru Algesindo.
Listyarti, Retno, 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SMA dan MA Kelas XI, Jakarta
: Esis.
Sukarna, 1979,Sistem Politik, Bandung : Alumni