Anda di halaman 1dari 18

PERKEMBANGAN SOSIAL INDIVIDU

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok


Dosen Pengampu : Nindya Ayu, S.Pd, M.Pd

D
I
S
U
S
U
N

OLEH

NAMA ANGGOTA KELOMPOK:


1. LOLA BR GINTING (7213141002)
2.LEONARDO SIAHAAN (7212441004)
3.KIOKO BR TAMBA (7212441007)

PRODI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas rahmatNya kami
dapat menyelesaikan makalah ini yaitu mengenai “Perkembangan Sosial
Individu” .
Tugas ini dibentuk untuk memenuhi salah satu mata kuliah kami yaitu “Perkembangan
Peserta Didik”.
Makalah ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
kita semua. Kami juga tidak lupa menyampaikan banyak terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dan mendukung proses penyelesaian tugas makalah ini,
khususnya kepada ibu Nindy Ayu, S.Pd, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
perkembangan peserta didik yang telah memberi tugas dan pengarahan kepada
kami.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan informasi mengenai
perkembangan sosial individu. Kami menyadari makalah ini jauh dari kata
sempurna. Sesungguhnya kami menyadari bahwa tugas ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu,dengan segala kerendahan hati kami mohon maaf
apabila ditemukan kesalahan dalam penyampaian kalimat di dalam tugas makalah
ini.Kami juga terbuka terhadap kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan
makalah ini.Akhir kata kami mengucapkan terima kasih.

Sidikalang, 23 Oktober 2021

Kelompok VI

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................1
1. Apa Itu Perkembangan?............................................................................2
2. Apa Itu Sosial?..........................................................................................2
B. Rumusan Masalah.....................................................................................3
C. Tujuan........................................................................................................3
PERKEMBANGAN SOSIAL PESERTA DIDIK
A. Pengertian Perkembangan Sosial .............................................................4
B. Karakteristik Teori Perkembangan Sosial.................................................4
C. Bentuk-bentuk Tingkah Laku Sosial.........................................................5
D. Teori perkembangan Psikologis................................................................7
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial...................... 9
F. Pengaruh Perkembangan Sosial Terhadap Tingkah Laku......................12
PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................13
B. Saran........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................15

ii
i
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peserta didik yang merupakan manusia adalah makhluk sosial yang saling
membutuhkan manusia lain untuk dapat berkembang menjadi manusia yang utuh.
Dalam perkembangannya, pendapat dan sikap peserta didik dapat berubah karena
interaksi dan saling berpengaruh antar sesama peserta didik maupun dengan
proses sosialisasi. Dengan mempelajari perkembangan hubungan sosial
diharapkan dapat memahami pengertian dan proses sosialisasi peserta didik.
Pada awal manusia dilahirkan, manusia belum memiliki sifat sosial yang
berarti manusia sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan
orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan
pengalaman berinteraksi dengan orang-orang di lingkungannya.
Kebutuhan berinteraksi anak dengan orang lain dapat dirasakan ketika usia
anak sekitar enam bulan, disaat itu mereka mampu mengenal manusia lain,
terutama ibu dan anggota-anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan
arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara
keras) dan kasih sayang.
Perkembangan sosial pada masa remaja berkembang kemampuan untuk
memahami orang lain sebagai individu yang unik. Baik menyangkut sifat-sifat
pribadi, minat, nilai-nilai atau perasaan sehingga mendorong remaja untuk
bersosialisasi lebih akrab dengan lingkungan sebaya atau lingkungan masyarakat
baik melalui persahabatan atau percintaan.
Masa kini, yang merupakan masa tenang setelah mengalami berbagai aspek
gejolak perkembangan pada masa remaja. Meskipun segi-segi yang dipelajari
sama tetapi isi bahasannya berbeda, karena masa dewasa merupakan masa
pematangan kemampuan dan karakteristik yang telah dicapai pada masa remaja.
Oleh karena itu,

1
perkembangan sosial orang dewasa tidak akan jauh berbeda kaitannya dengan
perkembangan sosial remaja.
1. Apa Itu Perkembangan?
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Perkembangan menyangkut
adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan
sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya. Terdapat berbagai macam definisi yang berkaitan dengan
perkembangan. Perkembangan adalah proses perubahan kualitatif yang mengacu
pada kualitas fungsi organ-organ jasmaniah dan bukan pada organ jasmani tersebut
sehingga penekanan arti perkembangan terletak pada penyempurnaan fungsi
psikologis yang termanifestasi pada kemampuan organ fisiologis. Proses
perkembangan akan berlangsung sepanjang kehidupan manusia, sedangkan proses
pertumbuhan seringkali akan berhenti jika seorang telah mencapai kematangan
fisik.
Dapat disimpulkan dari kedua pendapat ahli diatas bahwa perkembangan adalah
suatu perubahan fisik maupun mental seseorang yang memberikan perubahan
pada orang yang berkembang. Perkembangan akan terus berlangsung sepanjang
kehidupan manusia dari lahir hingga akhir hayat.
2. Apa Itu Sosial?
Pengertian social, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara
manusia dalam kelompok-kelompok. Sosiologi atau ilmu masyarakat ialah ilmu
yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-
perubahan sosial.
Sosial merupakan suatu hubungan antara manusia dengan manusia lainnya
yang mencakup interaksi antar sesama manusia. Interaksi sosial antar manusia
bisa dilakukan oleh dua manusia bahkan lebih atau berkelompok.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

1. Pengertian perkembangan?
2. Pengertian sosial?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud perkembangan hubungan sosial.


2. Dapat memehami karakteristik perkembangan sosial remaja.
3. Dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial.
4. Dapat memahami pengaruh perkembangan sosial terhadap tingkah laku.
BAB II
PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN EMOSI INDIVIDU

A. Pengertian Perkembangan Sosial


Menurut Hurlock (2011:250), Perkembangan Sosial adalah perolehan perilaku
yang sesuai dengan tuntutan sosial. Sedangkan, menurut Ahmad
Susanto(2012:54), Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan
dalam hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk
menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi,
meleburkan diri menjadi satu-kesatuan yang saling berkomunikasi dan bekerja
sama.
Berikut beberapa pengertian perkembangan sosial secara umum:
Perkembangan sosial adalah perolehan perilaku yang sesuai dengan tuntutan
sosial. Menjadi orang yang mampu bermasyarakat (sozialized) memerlukan tiga
proses. Masing-masing proses terpisah dan sangat berbeda satu sama yang lain,
tapi saling berkaitan, sehingga kegagalan dalam satu proses akan menurunkan
kadar sosialisasi inividu.
Perkembangan sosial adalah perkembangan perilaku anak dalam menyesuaikan
diri dengan aturan-aturan masyarakat dimana anak itu berada. Perkembangan
sosial diperoleh anak melalui kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai
respons terhadap dirinya. Perkembangan sosial merupakan proses pembentukan
social self (pribadi dalam masyarakat), yakni pribadi dalam keluarga, budaya,
bangsa, dan seterusnya.
Dapat dipahami bahwa perkembangan sosial adalah perkembangan yang
menuntut suatu individu agar dapat berkembang dengan bersosial atau
bermasyarakat dan mampu beradaptasi pada lingkungan masyarakat dengan
mengikuti aturan-aturan dalam masyarakat tersebut. Perkembangan sosial juga
pembentukan diri pribadi dalam lingkungan sosial yang dari lingkungan yang
kecil dari keluarga hingga ke lingkungan masyarakat yang lebih luas seperti
lingkungan budaya dan bangsa.
B. Karakteristik Teori Perkembangan Sosial
Perkembangan Sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai
dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu bermasyarakat (sozialized)
memerlukan tiga proses. Diantaranya adalah belajar berperilaku yang dapat
diterima secara sosial, memainkan peran sosial yang dapat diterima, dan
perkembangan sifat sosial. Perkembangan sosial seseorang ditekankan agar dapat
diterima dalam masyarakat. Tentunya individu harus menjalani proses
pembelajaran agar dapat menyesuaikan dengan lingkungan sosial supaya dapat
diterima oleh masyarakat.
Perkembangan sosial merupakan “Pencapaian kematangan dalam
hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan
diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi, meleburkan diri menjadi
satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama.” Perkembangan sosial
diharapkan agar mampu bermanfaat bagi masyarakat dan berdampak positif pada
perkembangan masyarakat dengan adanya saling membantu antar individu sosial.
Pengembangan sosial juga ditujukan untuk berkembangnya moral seseorang.
C. Bentuk-bentuk Tingkah Laku Sosial
Perubahan berpengaruh kecil merupakan perubahan dalam masyarakat yang
tidak menyangkut aspek-aspek penting dalam masyarakat. Perubahan berpengaruh
kecil jika dibiarkan dan terus berlansung kecil jika dibiarkan dan terus
berlangsung dapat menyebabkan perubahan berpengaruh besar. Setiap orang
memiliki tersendiri dalam perkembangan sosialnya baik perubahan yang kecil
atau bahkan yang besar. Proses perkembangan sosial ini yang akan menuju
kematangan sosial pada orang tersebut. Dalam perkembangan menuju kematangan
sosial, anak mewujudkan dalam bentuk-bentuk interkasi sosial diantarannya:
a. Pembangkangan
Bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap
penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai
dengan kehendak anak. Tingkah laku ini mulai muncul pada usia 18 bulan dan
mencapai puncaknya pada usia tiga tahun dan mulai menurun pada usia empat
hingga enam tahun. Sikap orang tua terhadap anak seharusnya tidak memandang
pertanda mereka anak yang nakal, keras kepala atau sebutan negatif lainnya,
sebaiknya orang tua mau memahami sebagai proses perkembangan anak dari
sikap dependent menuju kearah independent.
b. Agresi (Agression)
Yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata
(verbal). Agresi merupakan salah bentuk reaksi terhadap rasa frustasi (rasa
kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan atau keinginannya). Biasanya bentuk ini
diwujudkan dengan menyerang seperti: mencubit, menggigit, menendang dan lain
sebagainya. Sebaiknya orang tua berusaha mereduksi, mengurangi agresifitas
anak dengan cara mengalihkan perhatian atau keinginan anak. Jika orang tua
menghukum anak yang agresif maka egretifitas anak akan semakin memingkat.
c. Berselisih (Bertengkar)

Sikap ini terjadi jika anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap atau
perilaku anak lain. Biasanya perselisihan terjadi karena berbedanya pendapat
antara individu yang satu dengan yang lainnya.
d. Menggoda (Teasing)

Menggoda merupakan bentuk lain dari sikap agresif, menggoda merupakan


serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau
cemoohan) yang menimbulkan marah pada orang yang digodanya.
e. Persaingan (Rivaly)

Yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong oleh orang lain.
Sikap ini mulai terlihat pada usia empat tahun, yaitu persaingan prestice dan pada
usia enam tahun semangat bersaing ini akan semakin baik.
f. Kerja sama (Cooperation)

Yaitu sikap mau bekerja sama dengan orang lain. Sikap ini mulai nampak pada
usia tiga tahun atau awal empat tahun, pada usia enam hingga tujuh tahun sikap
ini semakin berkembang dengan baik.
g. Tingkah laku berkuasa (Ascendant behavior)

Yaitu tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau bersikap
memerintah dan mengambil alih kontrol orang lain. Wujud dari sikap ini adalah
memaksa, meminta, menyuruh, mengancam dan sebagainya.
h. Mementingkan diri sendiri (selffishness)
Yaitu sikap egosentris dalam memenuhi keinginannya sendiri dan melakukan
tindakan apapun untuk mencapai keinginannya. Sikap mementingkan diri sendiri
biasanya tidak akan mendengarkan apa yang dikatakan orang lain dan hanya
mempedulikan dengan apa yang ia yakini
i. Simpati (Sympaty)

Yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian


terhadap orang lain mau mendekati atau bekerjasama dengan dirinya.

D. Teori Perkembangan Psikososial

Erik Erikson adalah seorang ahli psikologi yang lahir pada tahun 1902 di
Jerman. Nama Erik menjadi dikenal banyak orang setelah dia
mengemukakan teorinya tentang tahap perkembangan psikososial seorang
manusia dari lahir hingga tua. Teori ini diterima banyak psikolog lainnya
karena dianggap sangat menggambarkan perkembangan psikososial
seseorang antara lain:
1) Fase Bayi(0-18 Bulan)
Krisis atau konflik utama yang dialami pada fase ini adalah rasa Percaya vs
Curiga, dimana pada tahap ini berperan besar dalam menentukan apakah dia akan
mudah percaya atau curiga kepada orang lain. Orang yang paling berperan penting
pada fase ini adalah ibu atau orang lain yang berperan sebagai ibu.

Aktivitas utama yang dilakukan pada fase ini adalah ketergantungan pada ibu dan
mengekspresikan rasa frustasinya. Selain itu pada fase ini, bayi tersebut seringkali
merasa takut pada lingkungan sekitar terutama yang tidak dikenalnya dengan baik.

2) Fase Kanak-Kanak (18 bulan - 3 tahun)

Krisis utama yang dialami pada fase ini adalah Otonom vs Malu-malu, dimana
fase ini banyak menentukan rasa percaya diri dari sang anak saat beranjak dewasa
nanti. Pada fase ini, sosok yang paling berperan penting adalah kedua orangtua
atau sosok yang dianggap orang tua.

Aktivitas utama yang dilakukan pada fase ini adala bicara, berjalan, harapan yang
menonjol, dan mulai belajar untuk menunda kesenangan. Pada fase ini, anak-anak
cenderung stres apabila berpisah dengan sosok ibu.
3) Fase Awal Anak Kecil (3-5 tahun)
Pada fase ini seluruh anggota di keluarga sang anak sangat berperan besar dengan
pertumbuhan sang anak. Krisis emosi yang paling dirasakan pada fase ini
adalah Inisiatif vs Rasa bersalah, disinilah sang anak belajar banyak mengenai
apa yang boleh dan tidak boleh serta mencoba untuk mengerjakan segala sesuatu
sendiri.

Aktivitas atau perilaku utama yang menonjol pada fase ini adalah bertambahnya
kosakata yang dikuasai dan mulai melakukan interaksi dengan kelompok sebaya.
Namun, pada fase ini anak-anak cenderung merasa bersalah dan minder yang
diekpresikan dengan menjauhi kelompok atau menangis.

4) Fase Anak Kecil (5-13 tahun)


Pada fase ini, krisis utama yang dialami adalah rasa Percaya diri vs Rendah
Diri terutama ketika berada dalam kelompok sebaya. Hal ini juga didasari oleh
fakta bahwa pihak yang sangat berperan adalah sekolah dan tetangga, dimana
komunitas anak tersebut sudah meluas dan tidak terbatas pada anggota keluarga
lagi.

Pada fase ini sang anak cenderung lebih aktif secara fisik dan lebih kompetitif
sehingga mereka lebih menyukai aktifitas yang bersifat kompetitif seperti
olahraga, game, dll. Namun, perlu berhati-hati karena pada fase ini sang anak
akan sangat aktif dan sangat marah jika ada pembatasan. Disini orang tua harus
bijak dalam mengatur aktifitas sang anak.

5) Fase Remaja (13-21 tahun)


Fase ini adalah fase paling banyak menghabiskan tenaga bagi orang tua karena
pada saat ini krisis utama yang dihadapi adalah Identitas vs  Kekacauan Peran,
dimana mereka sedang berusaha mencari jati diri dan memiliki emosi yang tidak
stabil. Sosok yang berperan pada fase ini adalah kelompok dan model
kepemimpinan, sehingga di fase ini sang anak akan mudah terbawa emosi
kelompok dan nekat melakukan aksi berbahaya atas nama kelompok.

Pada fase ini juga sang anak memiliki hasrat seksual yang lebih aktif sehingga
patut diberikan pengertian yang baik mengenai hubungan seksual. Selain itu,
keinginan untuk mencari identitas dan menjadi sosok yang berguna membuat
mereka marah jika harus tergantung pada orang lain.
6) Fase Dewasa (21-40 tahun)
Setelah melewati fase remaja, kini sang anak telah menjadi dewasa dan memiliki
emosi yang lebih stabil. Namun, pada fase ini tetaplah ada krisis yang dialami
yaitu Keintiman vs Isolasi dimana pada fase ini orang tersebut sedang berusaha
mencari pasangan atau justru menjauhkan dirinya dari berbagai macam hubungan,
semuanya tergantung dari berbagai pengalaman yang dialaminya.

Oleh karena itu, sosok yang sangat berperan pada fase ini adalah pasangan lawan
jenis dimana stres utama yang dialami pada fase ini biasanya berhubungan dengan
lawan jenisnya seperti takut jika bercerai/putus. Tidak hanya mencari pasangan, di
fase ini orang tersebut juga sibuk membangun karir dan mencapai tujuan hidup.

7) Fase Paruh Baya (40-60 tahun)


Setelah mengalami berbagai macam hal dan masalah, di fase ini seseorang
memiliki krisis utama Peduli dan Pemandu Keturunan vs Stagnansi dimana
orang tersebut cenderung suka berbagi pengalaman dan ilmu, serta ingin
meninggalkan suatu warisan. Namun demikian adanya kemungkinan seseorang
justru merasa tidak berguna karena pernah mengalami kegagalan besar di
hidupnya.

Pada fase ini keluarga kembali memiliki peran yang penting dalam hidupnya,
selain itu institusi atau pekerjaan tempat dia bernaung juga berperan besar. Hal
utama yang dilakukan pada fase ini umumnya adalah sibuk membuat ide untuk
generasi masa depan dan mencapai tujuan hidupnya. Sedangkan, hal yang dapat
membuatnya sangat stres adalah adanya interupsi pada pekerjaannya dan
perpisahan keluarga.

8) Fase Lansia (>60 tahun)


Akhirnya tibalah kita pada fase akhir kehidupan manusia yaitu fase lansia dimana
krisis utama yang dialami pada fase ini adalah Integritas vs Putus Asa. Rasa
integritas cenderung muncul karena adanya rasa tanggung jawab yang besar akan
peran yang didapatnya selama masa muda sedangkan seringkali rasa putus asa ini
muncul karena perasaan kecewa atas ketidak berhasilan yang pernah dialaminya.
Kebutuhan-kebutuhan yang ada pada diri individu itu dapat menimbulkan
motif-motif yang merupakan tenaga untuk mendorong atau membangkitkan
serta memberikan arah pada tingkah laku. Pada prinsipnya setiap tingkah
laku adalah merupakan wujud dari usaha pemenuhan kebutuhan.
Menurut Az-Za'Balawi, (2007) Pertumbuhan dan perkembangan yang
dialami oleh anak remaja (puber), dibarengi dengan adanya perubahan
-perubahan kebutuhan. Perubahan itu memicu munculnya kemiripan antara
kebutuhan anak remaja dengan kebutuhan orang dewasa. Gambaran global
tentang kebutuhan-kebutuhan dasar psikis dan social anak remaja sebagai
berikut :
1) Kebutuhan akan cinta, kasih sayang, dan kebutuhan ingin dihormati
dan diterima eksistensinya. Seorang anak, khususnya remaja. Mereka masih
sangat membutuhkan kasih sayang dari orangorang terdekat mereka. Ingin
selalu tampil dan diterima eksistensinya.
2) Kebutuhan ingin mendapatkan tempat dan kedudukan. Pada umumnya
anak usia remaja menginginkan mereka diterima dimanapun mereka berada.
Di lingkungan teman-temannya, masyarakat dan keluarga. Keinginan untuk
mendapatkan kedudukan sosial, ingin meraih kesuksesan, dan ingin
diperlakukan secara adil.
3) Kebutuhan seksual. Kebutuhan ini jelas terlihat ketika ada pelanggaran
di sekolah-sekolah tentang anak yang membawa majalah porno, video porno,
dll. Hal ini menunjukkan bahwa mereka membutuhkan pendidikan seks.
Namun jika tidak diberikan secara benar, pendidikan seks ini akan menjadi
bahaya bagi anak. Mereka memiliki kebutuhan untuk memberikan kasih
sayang kepada lawan jenis, juga kebutuhan ingin menjaga kondisi harmonis
dengan lawan jenis.
4) Kebutuhan akan perkembangan akal pikiran dan kreativitas. Usia
remaja adalah usia anak yang belum matang. Mereka masih mencari jati diri
mereka, mencari apa yang benar dan apa yang salah. Ini merupakan
kebutuhan bagi seorang anak di usia remaja, yaitu ingin mengungkapkan jati
diri mereka, ingin mencari tahu dengan melakukan halhal baru seperti
petualangan yang menantang.
5) Kebutuhan ingin memantapkan eksistensi diri. Kebutuhan ini seperti
halnya pencarian jati diri. Mereka ingin menyelesaikan masalah-masalah
yang mulai mereka hadapi, memantapkan jalan hidup mereka dengan tumbuh
menjadi orang yang lurus dan normal.
Disamping itu, perlu pula mengenal kebutuhan-kebutuhan khas remaja.
Para ahli sepakat tentang adanya kebutuhan yang khas bagi remaja.
Kebutuhan itu terkait dengan aspek psikologis-sosiologis yang mendorong
remaja untuk bertingkah laku yang  khas juga.
Apabila dikaitkan lagi dengan kebutuhan pribadi, Garrison pernah
mencatat 7 (tujuh) kebutuhan khas remaja sebagai berikut :
1) kebutuhan akan kasih sayang.
kebutuhan akan keikutsertaan dan diterima dalam kelompok, merupakan
hal yang sangat penting; "melepaskan diri" dari keterikatan keluarga dan
berusaha memantapkan hubungan dengan lawan jenis.
2) kebutuhan untuk berdiri sendiri
yang dimulai sejak usia lebih muda (remaja awal), menjadi sangat penting
selama masa remaja. Remaja dituntut untuk membuat berbagai pilihan dan
mengambil keputusan.
3) kebutuhan untuk berprestasi, menjadi sangat penting dan
mengarah pada kematangan.
4) kebutuhan akan pengakuan dari orang lain, bergantung
hubungan dan penerimaan teman sebaya.
5) kebutuhan memperoleh falsafah hidup.
Misalnya untuk mendapatkan suatu ketetapan dan kepastian, remaja
memerlukan beberapa petunjuk atau falsafah hidup yang sangat berperan
yang akan menjadi dasar dan ukuran dalam membuat keputusan-keputusan.

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:


keluarga, kematangan anak, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan
kemampuan mental terutama emosi dan inteligensi.
1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap
berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya.
Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang
kondusif bagi sosialisasi anak. Di dalam keluarga berlaku norma-norma
kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga merekayasa
perilaku kehidupan budaya anak.
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih
banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam
menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan
diarahkan oleh keluarga.
2. Kematangan anak
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu
mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang
lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Di samping itu,
kemampuan berbahasa ikut pula menentukan. Dengan demikian, untuk mampu
bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang
fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
3. Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial
keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan
sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang
utuh dalam keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam
pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma
yang berlaku di dalam keluarganya. Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan
banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya.
Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga”
status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status
sosial keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan
sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi
“terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok elit
dengan normanya sendiri.
4. Pedidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan
sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan warna
kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang
akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak
dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan kelembagaan. Penanaman
norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang
belajar di kelembagaan pendidikan (sekolah). Kepada peserta didik bukan saja
dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada norma
kehidupan bangsa(nasional) dan norma kehidupan antarbangsa. Etik pergaulan
membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
5. Kapasitas Mental, Emosi, dan Integensi
Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan
belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan
intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu
kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian
emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan
sosial anak. Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain
merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah
dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.
F. Pengaruh Perkembangan Sosial Terhadap Tingkah Laku
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan
sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri
terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri menjadi
suatu kesatuan, saling berkomunikasi dan bekerja sama.
Anak dilahirkan belum bersifat sosial. Dalam arti, dia belum memmiliki
kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Untuk mencapai kematangan sosial,
anak harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain.
Kemampuan ini diperoleh anak melalui berbagai ksempatan atau
pengalaman bergaul dengan orang-oran dilingkungannya, baik orang tua, saudara,
teman sebaya maupun orang dewasa lainnya.
Proses sosialisasi itu sebagai proses belajar yang membimbing anak ke arah
perkembangan kepribadian sosial sehingga dapat menjadi anggota masyarakat
yang bertanggung jawab dan efektif.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia tumbuh dan berkembang di alam di dalam lingkungan. lingkungan
ini dapat di bedakan atas lingkungan fisik dan lingkungan social. Lingkungan
social memberikan banyak pengaruh terhadap pembentukan berbagai aspek
kehidupan, terutama kehidupan sosio-psikologi. Manusia sebagai makhluk social,
senantiasa berhungan dengan sesame manusia.
Dalam penyesuaian diri terhadap lingkungannya, remaja telah mulai
memperhatikan dan mengenal berbagai norma pergaulan, yang berbeda dengan
norma yang berlaku sebelumnya di dalam keluarganya. Remaja menghadapi
berbagai lingkungan, bukan saja bergaul dengn berbagai kelompok umur.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan sosial yaitu
keluarga, kematangan status sosial pendidikan dan kapasitas mental.
Dengan refleksi diri, hubungan dengan situasi lingkungan sering tidak
sepenuhnya diterima, karena lingkungan tidak senantiasa sejalan dengan konsep
dirinya yang tercermin sebagai suatu kemungkinan bentuk tingkah laku sehari-
hari.
Perkembangan psikososial adalah perkembangan yang berhubungan
dengan pemahaman seorang individu atas situasi sosial dilingkungannya.

B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi pada pertemuan ini lebih dan
kurangnya kami mohon maaf, kami selaku penulis sangat berharap agar pembaca
Sudi kiranya mampu memberikan kritik dan saran yang tentunya membangun
kepada kami agar terciptanya kesempurnaan dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Puteri, Riani. (2013). Pentingnya Pengembangan Sosial Emosional Pada


Anak Usia Dini.
Setyadi. (2018). Dokumen Perkembangan Sosial.
Yusuf, Syamsu. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai