Anda di halaman 1dari 8

Sosiologi dan Politik

MODUL 2

PROSES SOSIAL

Pokok Bahasan :

Proses Sosial

Capaian Pembelajaran :

Setelah menempuh matakuliah ini mahasiswa semester ganjil akan mampu menjelaskan
dengan baik mengenai :

a. Sistem Sosial

b. Fungsi sistem sosial

c. Unsur-unsur sistem Sosial

d. Sistem Keluarga

Kemampuan Akhir :

Setelah menyelesaikan bahan kajian ini mahasiswa akan mampu menjelaskan Sistem Sosial
berdasarkan fungsi, unsure-unsur sistem sosial dan sistem keluarga.

Dosen : Yussi Retna Wulan Sari, S.sos., M.Pd.


Sosiologi dan Politik

1. PENDAHULUAN

Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila orang
perorangan dan kelompok manusia saling bertemu dan menentukan sistem sebagai bentuk-
bentuk hubungannya. Proses sosial dapat dilihat sebagai pengaruh timbal balik akibat
hubungan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan
kelompok yang dapat dilihat dari berbagai aspek kehidupan manusia seperti politik, ekonomi,
sosial, budaya dan keagamaan. Hubungan ini mewarnai kehidupan sosial dan bahkan
menetukan perkembangan kehidupan sebuah masyarakat.

Memahami proses sosial dapat memungkinkan seseorang untuk memperoleh


penjelasan mendalam tentang dinamika masyarakat. Suatu masyarakat minimalnya dibentuk
oleh sebuah struktur terdiri atas kelompok-kelompok sosial, kebudayaan, lembaga sosial,
stratifikasi dan kekeuasaan. Hubungan sosial dalam setiap struktur masyarakat memiliki
perbedaan dan dinamika tersendiri. Pola hubungan yang terjadi dalam suatu masyarakat baik
secara individu maupun kelompok akan membawa perubahan sosial.

Akibat dari hubungan-hubungan sosial akan lahir suatu bentuk konkrit yang disebut
dengan nilai-nilai dan norma sosial yang menjadi ciri khas dari sistem sosial yang berlaku
dalam sebuah masyarakat. Oleh karena itu, perbedaan dan perubahan sistem sosial dapat
dilihat dari nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terdapat dalam sebuah masyarakat.
Perubahan tersebut dapat dilihat dari pengaruh timbal balik antara factor sosial dengan
politik, politik dengan ekonomi, ekonomi dan hukum, dan seterusnya.

2. SISTEM SOSIAL

Interaksi sosial sebagai bagian dari proses sosial selalu terjadi dan tidak bisa
dipisahkan dalam kehidupan masyarakat. Kelangsungan dan keharmonisan hubungan setiap
anggota masyarakat diatur oleh sebuah sistem sosial yang berlaku dalam lingkungan
masyarakat tersebut. Sistem sosial merupakan konsep yang paling umum dipakai dalam
menjelaskan dan mempelajari hubungan manusia di dalam kelompok atau dalam organisasi
sosial. Dalam hal ini manusia sebagai anggota masyarakat merupakan individu-individu yang

Dosen : Yussi Retna Wulan Sari, S.sos., M.Pd.


Sosiologi dan Politik

saling ketergantungan. Interaksi antar individu berpedoman pada norma-norma sosial yang
merupakan dasar dari terbentuknya sistem sosial.

Pada dasarnya suatu sistem sosial menurut Nasikun (1993) adalah suatu sistem
daripada tindakan-tindakan. Ia terbentuk dari interaksi sosial yang terjadi di antara berbagai
individu, tumbuh dan berkembang tidak secara kebetulan, melainkan tumbuh dan
berkembang di atas standar penilaian umum masyarakat. Sistem sosial adalah sistem
bermasyarakat itu sendiri dan memiliki fungsi-fungsi tertentu.

3. FUNGSI SISTEM SOSIAL

Di dalam masyarakat, sistem sosial memiliki beberapa fungsi. Hamilton (1990)


menjelaskan empat fungsi sistem sosial sebagai berikut :

1) Fungsi Pemeliharaan Pola


Fungsi pemeliharaan pola mengacu pada keharusan mempertahankan stabilitas pola-
pola budaya yang sudah terlembaga sebagai bagian dari pola-pola kehidupan
masyarakat tersebut. Pola pemeliharaan terjadi pada tingkat cultural dan stabilitas
nilai-nilai sosial. Pola pemeliharaan ini dilakukan dengan cara mengartikan nilai-nilai
sosial menjadi sistem kepercayaan, berupa keyakinan-keyakinan agama, ideology dan
semacamnya.
2) Fungsi Pencapaian Tujuan
Sistem sosial akan mengatur pola-pola hubungan sosial dan membentuk kepribadian
dari individu-individu masyarakat. Pola-pola hubungan sosial membantu para
individu dalam mencapai tujuan hidupnya. Ketaatan dan penghormatan kepada nilai,
norma yang berlaku dalam setiap sistem sosial akan membawa individu atau
masyarakat kepada satu tujuan hidup yang dicita-citakannya.
3) Fungsi Adaptasi
Pola-pola tindakan masyarakat yang menjadi cirri dari berlakunya sebuah sistem
sosial dalam perkembangannya akan terus mengalami perubahan. Perubahan pola
tindakan dapat berdampak pada perubahan sistem sosial yang berpengaruh pada pola
perilaku baru. Perubahan sistem sosial inilah yang dapat membantu masyarakat untuk
beradaptasi dengan lingkungan dan perkembangan jaman.

Dosen : Yussi Retna Wulan Sari, S.sos., M.Pd.


Sosiologi dan Politik

4) Fungsi Integrasi
Berlakunya suatu sistem sosial dalam lingkungan masyarakat dapat menjadi factor
perekat hubungan sosial antara anggota-anggota masyarakat. Fungsi integrasi dapat
dirasakan jika setiap anggota masyarakat memiliki ketaatan dan kepatuhan terhadap
suatu sistem sosial yang berlaku. Pola-pola tindakan masyarakat akan diikat dan tidak
akan keluar dari sistem sosial yang berlaku. Dalam hal ini, fungsi integrasi dapat
dilihat secara nyata pada berlakunya sistem norma-norma legal di masyarakat.
Norma-norma legal ini memiliki kekuatan untuk memaksa anggota masyarakat untuk
berbuat dan taat sesuai dengan ketentuan.

4. UNSUR-UNSUR SISTEM SOSIAL

Secara umum unsur-unsur dari sistem sosial terdiri dari status, peranan dan perbedaan
sosial. Akan tetapi menurut Alvin L. Bertrand (1980), ada sepuluh unsure yang terkandung
dalam sistem sosial, sebagai berikut :

a. Keyakinan (pengetahuan)
Keyakinan merupakan unsure sosial yang dianggap sebagai pedoman dalam
melakukan penerimaan suatu pengetahuan dalam kehidupan kelompok sosial dalam
masyarakat. Keyakinan ini secara praktis biasanya digunakan dalam kelompok
masyarakat yang masih tergolong terbelakang dari segi pengetahuannya, sehingga
dalam menilai suatu kebenaran dirumuskan melalui keyakinan bersama. Misalnya,
dalam menilai berbahaya atau tidak dalam menerima anggota baru pada suatu
kelompok atau organisasi sosial, dinilai berdasarkan kekuatan keyakinan.
b. Perasaan (sentiment)
Perasaan menurut Alvin, menunjuk pada bagaimana perasaan pada anggota suatu
sistem sosial )anggota kelompok) tentang hal-hal, peristiwa serta tempat-tempat
tertentu. Unsur perasaan sangat membangun dalam rangka menjelaskan pola-pola
tingkah laku yang tidak dijelaskan melalui cara-cara lain. Keberhasilan suatu sistem
tergantung bagaimana perasaan para anggotanya secara umum. JIka didalam suatu
sistem terdapat banyak anggota saling menaruh perasaan dendam, benci dan iri antara
satu sama lainnya, maka bisa diketahui bahwa hubungan kerjasamanya tidak akan
berhasil dengan baik.
c. Tujuan, sasaran, atau cita-cita

Dosen : Yussi Retna Wulan Sari, S.sos., M.Pd.


Sosiologi dan Politik

Cita-cita, tujuan atau sasaran, di dalam suatu sistem sosial merupakan pedoman
bertindak agar program kerja yang telah ditetapkan dan disepakati bersama dapat
tercapai secara efektif.
d. Norma
Norma-norma sosial, menurut Alvin, dapat dikatakan sebagai patokan tingkah laku
yang diwajibkan atau dibenarkan didalam situasi-situasi tertentu. Unsur norma ini
merupakan komponen sistem sosial yang dapat dianggap paling kritis untuk
memahami serta meramalkan aksi atau tindakan manusia. Norma-norma
menggambarkan tata tertib atau aturan-aturan permainan yang dapat memeberikan
petunjuk tentang standar untuk bertingkah laku dan di dalam menilai tingkah laku.
Contohnya, tentang kejujuran, tata tertib suatu permainan, tata tertib hukum, dsb.
Alvin menggambarkan bahwa dengan berpegang pada norma, sebenarnya
dimaksudkan sebagai landasan untuk dapat menilai tingkah laku individu dan juga
kelompok. Apabila tingkah laku seseorang dipandang wajar dan sesuai dengan
norma-norma yang berlaku dalam kelompoknya, maka interaksi dalam kelompok
tersebut akan berlangsung dengan wajar sesuai dengan ketetapan-ketetapan bersama.
e. Status dan peranan
Dengan status, seseorang dapat menentukan sifat dan tingkatan kewajiban serta
tanggung jawab di dalam suatu kelompok masyarakat. Disamping itu juga
menentukan hubungan antara atasan dan bawahan terhadap anggota lain dalam
kelompok masyarakat. Menurut Alvin, status merupakan serangkaian tanggung
jawab, kewajiban serta hak-hak yang sudah ditentukan dalam suatu masyarakat.
Sedangkan pola tingkah laku yang diharapkan dari orang-orang pemangku status,
dinamakan peranan. Peranan sosial berpadu, sehingga saling tunjang menunjang
secara timbale balik menyangkut tugas, hak dan kewajiban.
f. Tingkatan atau Pangkat
Tingkatan atau pangkat merupakan unsure sistem sosial yang berfungsi menilai
perilaku-perilaku anggota kelompok, sebaliknya suatu proses penilaian terhadap
perilaku-perilaku anggota kelompok, dimaksudkan untuk memberikan kepangkatan
(status) tertentu yang dianggap sesuai dengan prestasi-prestasi yang telah dicapai.
Orang yang dianggap berhasil dalam melaksanakan tugasnya, bisa dinaikkan
statusnya ke jenjang yang lebih tinggi.
g. Kekuasaan atau Pengaruh (power)

Dosen : Yussi Retna Wulan Sari, S.sos., M.Pd.


Sosiologi dan Politik

Istilah kekuasaan menunjuk pada kapasitas penguasaan seseorang terhadap anggota-


anggota kelompok atau organisasi. Kekuasaan seseorang dalam mengawasi anggota
kelompok biasanya dapat dilihat dari status yang dimiliki. Pengaruhnya sangat besar
dalam pengambilan suatu keputusan biasanya pemegang kekuasaan mempunyai
wewenang dan kemampuan untuk mempengaruhi para anggota kelompoknya.
Kekuasaan dapat menjadi patokan para anggota suatu kelompok atau organisasi dalam
menerima berbagai perintah dan tugas.
h. Sanksi
Sanksi merupakan ancaman hukum yang biasanya ditetapkan oleh masyarakat
terhadap anggota-anggotanya yang dianggap melanggar norma-norma sosial
kemasyarakatan. Penerapan sanksi oleh masyarakat ditujukan agar pelanggaranya
dapat mengubah perilaku kea rah yang lebih baik sesuai dengan norma-norma sosial
yang berlaku.
i. Sarana atau Fasilitas
Secara umum sarana dimaksudkan sebagai cara yang digunakan untuk mencapai
tujuan dari sistem sosial. Yang laing penting dari unsur sarana adalah terletak dari
kegunaannya bagi suatu sistem sosial.
j. Tekanan Ketegangan (Stress-strain)
Di dalam sistem sosial senantiasa terjadi ketegangan, sebab dalam kehidupan
masyarakat tidak ada satupun anggotanya yang mempunyai perasaan dan interpretasi
sama terhadap kegiatan dan masalah yang sedang dihadapi bersama. Ketegangan
dapat terjadi dalam hubungan antar kelompok pada batas waktu tertentu. Ketegangan
terjadi karena adanya konflik peranan sebagai akibat dari proses sosial yang tidak
merata. JIka terjadi kelanggengan hal itu karena tingkat toleransi diantara anggotanya.

5. SISTEM KELUARGA

Secara umum sistem keluarga terbagi menjadi dua, yaitu keluarga tradisional dan
keluarga modern. Pembagian ini dilihat berdasarkan kegidupan keluarga di negara-negara
Barat. Dalam keluarga tradisional hubungan suami istri didasarkan pada perasaan bersama
yang kuat dan suatu keterikatan yang kuat. Perkawinan diatur oleh keluarga masing-masing
pasangan dan pertimbangan ekonomi menentukan pemilihan pasangan suami istri. Pada
masyarakat tradisional perkawinan adalah hubungan ekonomi bukannya hubungan perasaan.

Dosen : Yussi Retna Wulan Sari, S.sos., M.Pd.


Sosiologi dan Politik

Shorter (dalam Sanderson; 2010:465) mejelaskan bahwa kematian tidak menimbulkan


sentiment yang dalam antara suami istri. Kuat nya suami istri dipersatukan oleh ekonomi,
sehingga bila si istri sakit, suami menghemat biaya. Suaminya lebih rela mengeluarkan uang
untuk membayar dokter hewan agar sapinya sehat daripada merawat istrinya.

Dalam keluarga tradisional hubungan anak dengan orang tua sedikit sekali ikatan
hubungan sentimental. Para ibu tidak mengasuh anaknya. Anak diasuh oleh pengasuh. Anak
diperlakukan seperti orang dewasa, dicaci maki. Anak kurang perhatian.

Lowrece Stone (dalam Sanderson: 2010:446) mengatakan timbulnya keluarga modern


ditandai oleh empat cirri mendasar: bertambahnya ikatan cinta kasih antar anggota keluarga,
tumbuhnya perhatian terhadap hak kebebasan dan kebahagiaan individu dalam perkawinan,
emakin pentingnya kesenangan seksual suami istri dan meningkatnya kecenderungan untuk
memisahkan dari dosa dan rasa bersalah, dan tumbuhnya keinginan untuk membangun
kehidupan pribadi keluarga. Perkawinan semakin dilihat sebagai suatu kasih saying bukan
alas an ekonomi atau kepemilikan harta kekayaan.

6. MODAL SOSIAL

Kepercayaan masyarakat terhadap lembaga-lembaga pemerintahan mengalami


penurunan. Birokrasi yang tidak efektif menjadi salah satu penyebab lemahnya kepercayaan
masyarakat kepada pemerintah. Kenyataan ini menguatkan gejala di era industry dan
informasi adalah meningkatnya individualism sehingga menurunkan derajat kepercayaan
antara individu dan kelompok.

Transparency Internasional Indonesia (2005) melaporkan bahwa Partai Politik, DPR,


Kepolisian, Bea Cukai, Pajak, Birokrasi dan Media adalah lembaga terkorup di Indonesia.
Berdasrkan laporan Komisi Pemberantasan Korupsi (2005) telah tercatat 9000 an kasus
korupsi dating dari berbagai daerah. Dengan demikian tingkat kepercayaan masyarakat
terhadap lembaga-lembaga tersebut semakin terdesak ke tingkat terendah (Suharya, 2007).

Masyarakat dibangun oleh nilai dan norma. Sosiolog menjelaskan nilai norma
terkandung dalam sistem sosial sebagai social capital. Secara sederhana social capital
didefinisikan sebagai rangkaian nilai-nilai atau norma-norma yang dimiliki bersama oleh

Dosen : Yussi Retna Wulan Sari, S.sos., M.Pd.


Sosiologi dan Politik

masyarakat, misalnya nilai kejujura. JIka dalam suatu kelompok saling memegang teguh kuat
kejujuran, maka kemungkinan besar di dalam kelompok masyrajat tersebut akan terbentuk
interaksi yang dilandasi saling kepercayaan. Menurut Fukuyama (2002), di dalam hubungan
masyarakat kepercayaan ibarat pelumas membuat jalan menjadi efisien. Secara substansi
norma-norma sosial tersebut harus memasukkan nilai kejujuran, tanggung jawab, saling
menolong dan komitmen bersama yang disebut social capital. Hal ini menjadi prasyarat bagi
segala bentuk interaksi kelompok yang terjadi di masyarakat modern.

Dosen : Yussi Retna Wulan Sari, S.sos., M.Pd.

Anda mungkin juga menyukai