Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

LANGKAH-LANGKAH PENDIDIKAN KARAKTER

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :

PIRMUS RIFALDO DEKOSTA


MARGARETA KITRI
REGINA DESI
THERESYA OKTAVIANI
KUSNASRIYATI UGA

MAKUL : PENDIDIKAN KARAKTER


PRODI/SEMESTER: PGSD/I

LEMBAGA LAYANAN PENDIDIKAN TINGGI WILAYAH XI KALIMANTAN


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP MELAWI KAMPUS WILAYAH
PERBATASAN ENTIKONG
TAHUN AJARAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami
dapatmenyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas Pendidikan karakter. Selain itu, penyusunan makalah ini juga
bertujuan untukmenambah wawasan mengenai manusia sebagai makhluk social,
budaya dan alam. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ya’
Julyanto,M.Psi selaku dosen mata kuliah Pendidikan karakter yang telah
membimbing kami agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima
kritik dan saran agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk
itu kami mengucapkan banyak terima kasih dansemoga karya tulis ini bermanfaat
untuk kami dan untuk pembaca.

Entikong,25 Oktober 2021


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengartian Pendidikan karakter.................................................................
B. Unsur-Unsur ideal dalam Pendidikan Karakter.........................................
C. Prinsip-Prinsip Dalam Penerapan Pendidikan Karakter............................
D. Kerangka Pembelajaran Dalam Pendidikan Karakter...............................
BAB III PENUTUP
A. Saran.........................................................................................................
B. Kesimpulan..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah

Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan


pendidikan nasional pada pasal 1 undang-undang no. 20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional,menyatakan “bahwa pendidikan
adalah usaha dasar dan rencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, bangsa dan
Negara”,amanah undang-undang sistem pendidikan nasional tahun
2003 pasal 1 itu bermaksud agar pendidikan tidak membentuk
insan Indonesia yang cerdas namun juga berkepribadian atau
berkarakter sehingga nantinya akan terlahir generasi bangsa yang
tumbuh berkembang dengan karakter yang bernama nilai-nilai
luhur bangsa serta agama.

Karakter dapat diartikan sebagai nilai dasar yang


membangun kepribadian seseorang atau anak yang terbentuk
karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang juga
memikirkan seseorang dengan lain serta diwujudkan dalam sikap
dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Dasar pendidikan
karakter, sebaiknya diterapkan dalam lingkungan keluarga,
bagaimana anak mendapatkan contoh yang baik dari orang tua
maka anak akan siap terjun dengan karakter yang baik pula ke
dalam lingkungan masyarakat. dalam mendidik anak untuk menjadi
manusia yang berkarakter diperlukan persiapan dan perlakuan
terhadap anak secara tepat sesuai dengan kondisi anak. setiap anak
mempunyai ciri-ciri individual yang berbeda-beda satu dengan
yang lain dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara
sistematis dan konsultan, seorang anak akan menjadi cerdas
emosinya.

B. Rumusan Masalah
1) Apa Pengertian Pendidikan Karakter?
2) Apa saja unsur-unsur pendidikan karakter?
3) Apa saja prinsip-prinsip pendidikan karakter?
4) Apa kerangka pembelajaran dalam pendidikan karekter?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan karakter.
2. Untuk mengetahui unsur-unsur pendidikan karakter.
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pendidikan karakter.
4. Untuk Mengetahui kerangka pembelajaran pendidikan karakter.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Karakter


Pendidikan karakter sesungguhnya bukan sekedar mendidik benar
dan salah, tetapi mencakup proses pembiasaan (habituation) tentang
perilaku yang baik sehingga siswa dapat memahami, merasakan, dan mau
berperilaku baik. Sehingga tebentuklah tabi’at yang baik. Menurut ajaran
Islam, pendidikan karakter identik dengan pendidikan ahlak. Walaupun
pendidikan ahlak sering disebut tidak ilmiah karena terkesan bukan
sekuler, namun sesungguhnya antara karakter dengan spiritualitas
memiliki keterkaitan yang erat. Dalam prakteknya, pendidikan akhlak
berkenaan dengan kriteria ideal dan sumber karakter yang baik dan buruk,
sedangkan pendidikan karakter berkaitan dengan metode, strategi, dan
teknik pengajaran secara operasional.

B. Unsur-Unsur Ideal Dalam Pendidikan Karakter


Unsur-unsur ideal dalam pendidikan karakter berkenaan dengan
moral knowing, moral loving dan moral doing (acting). Moral knowing
berkenaan dengan kesadaran (awareness), nilai-nilai (values), sudut
pandang (perspective taking), logika (reasoning), menentukan sikap
(decision making), dan pengenalan diri (self knowledge). Moral loving
berkenaan dengan kepercayaan diri (self esteem), kepekaan terhadap orang
lain (emphaty), mencintai kebenaran (loving the good), pengendalian diri
(self control), dan kerendahan hati (humility). Moral doing berkenaan
dengan perwujudan dari moral knowing dan moral loving yang berbentuk
tabi’at reflektif dalam perilaku keseharian.
1. Moral Knowing.
Tahapan ini merupakan langkah pertama dalam pendidikan
karakter. Dalam tahapan ini tujuan pembelajaran akhlak adalah. Siswa
mampu membedakan nilai-nilai akhlak mulia dan akhlak tercela.
Siswa memahami secara logis dan rasional (bukan secara dogmatis
dan doktriner) pentingnya akhlak mulia dan bahaya akhlak tercela
dalam kehidupan. Siswa mengenal seorang sosok yang benar – benar
memiliki akhlak mulia serta moral yang tinggi, menurut saya sosok
Nabi Muhammad saw sebagai figur teladan akhlak mulia cocok
sebagai panutan bagi mereka, yang dapat dipanut melalui tingkah laku
maupun perkataan beliau.
2. Moral Loving.
Tahapan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa cinta dan rasa
butuh terhadap nilai-nilai akhlak mulia. Dalam tahapan ini yang
menjadi sasaran guru adalah dimensi emosional siswa, hati, atau jiwa,
bukan lagi akal, rasio dan logika. Guru menyentuh emosi siswa
sehingga tumbuh kesadaran, keinginan dan kebutuhan sehingga siswa
mampu berkata kepada dirinya sendiri, “Iya, saya harus seperti itu…”
atau “Saya perlu mempraktekkan akhlak ini…” Untuk mencapai
tahapan ini guru bisa memasukinya dengan kisah-kisah yang
menyentuh hati, modeling, atau kontemplasi. Melalui tahap ini pun
siswa diharapkan mampu menilai dirinya sendiri (muhasabah),
semakin tahu kekurangan-kekurangannya.
3. Moral Doing.
Inilah puncak keberhasilan mata pelajaran akhlak, siswa
mempraktekkan nilai-nilai akhlak mulia itu dalam perilakunya sehari-
hari. Siswa menjadi semakin sopan, ramah, penyayang, jujur, disiplin,
dan seterusnya.
C. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Dalam Pendidikan Karakter.
Prinsip-prinisip dalam penerapan pendidikan karakter sebagaimana
diungkapkan dalam Character Education Quality Standards
merekomendasikan sebelas prinsip untuk dijadikan panduan masyarakat
dunia untuk dijadikan landasan pendidikan karakter yang efektif. Unsur-unsur
dan prinsip-prinsip tersebut sebetulnya dalam ajaran Islam berkenaan dengan
nilai-nilai dan moral mengenai mukasyafah, musyahadah, dan muqarabah,
dalam bentuk tahaqquq, ta’alluq, dan takhalluq. Jadi, tidak ada bedanya
dengan konsep dan teori yang dikembangkan di dunia barat. Mengapa kita
tidak kembali ke nilai-nilai dan moral yang diajarkan agama? Bukankah
ajaran agama sudah tidak diragukan lagi kebenarannya?

D. Kerangka Pembelajaran Dalam Pendidikan Karakter


Untuk sampai kepada bentuk karakter reflektif diperlukan strategi
manajemen pembelajaran yang logis dan sistematis. Berdasarkan
pengamatan saya pada sekolah terdapat dua pendekatan dalam proses
pendidikan karakter, sekolah berbasis akhlak, yaitu: (1) Akhlak yang
diposisikan sebagai mata pelajaran tersendiri; dan (2) Akhlak yang built-in
dalam setiap mata pelajaran. Sampai saat ini, pendekatan pertama ternyata
lebih efektivitas dibandingkan pendekatan kedua. Salah satu alasan
pendekatan kedua kurang efektif, karena para guru mengajarkan masih
seputar teori dan konsep, belum sampai ke ranah metodologi dan
aplikasinya dalam kehidupan. Idealnya, dalam setiap proses pembelajaran
mencakup aspek konsep, teori, metode dan aplikasi. Sama halnya dalam
pengajaran dalam ajaran Islam yang mensyaratkan unttuk memahami
hakekat, syare’at, tharekat, dan ma’rifat dari setiap aspek yang
dipelajarinya. Atau dalam pandangan nilai dan moral tentang kepribadian
harus memahami zat, sifat, asma dan af’al-nya. Jika para guru sudah
mengajarkan kurikulum secara komprehensif melalui konsep, teori,
metodologi dan aplikasi setiap mata pelajaran atau bidang studi, maka
kebermaknaan yang diajarkannya akan lebih efektifi dalam menunjang
pendidikan karakter.
Kerangka pembelajaran dalam pendidikan karakter dapat dilakukan
dengan tiga langkah, yaitu: membekali siswa dengan alat dan media untuk
memiliki pengetahuan, kemauan dan keterampilan; membekali siswa
pemahaman tentang berbagai kompetensi tentang nilai dan moral; dan
membiasakan siswa untuk selalu melakukan keterampilan-keterampilan
berperilaku baik. Berikut adalah tiga langkah kerangka pembelajaran
pendidikan karakter yaitu:

1. Langkah ke-1,
Dimaksudkan agar siswa memahami secara benar dan
menyeluruh tentang potensi diri dan peluang yang ada di
lingkungan sekitarnya. Potensi diri difokuskan kepada nilai dan
moral yang dapat didayagunakan untuk belajar, berhubungan dan
berusaha. Sedangkan peluang yang ada di lingkungan dijadikan
sumber motivasi agar siswa mau melibatkan diri secara aktif dalam
proses pembelajaran atau merekayasa sendiri proses pembelajaran
yang dibutuhkannya.
Potensi diri dan peluang yang ada di lingkungan sekitar meliputi
segenap nilai dan moral yang ada dan diperkirakan dapat dicapai
dan didayagunakan untuk pembelajaran dan penerapan hasil
pembelajaran yang diikutinya. Berdasarkan pemahaman ini,
peserta didik difasilitasi untuk memiliki dan mengembangkan
kerangka atau pola pikir yang komprehensif tentang
pendayagunaan dan pengembangan potensi diri dan peluang yang
ada di lingkungan sekitarnya bagi perilakunya kesehariannya.
Dalam tahapan ini tujuan pembelajaran di arahkan pada
kompetensi dalam membedakan nilai-nilai akhlak mulia dan
akhlak tercela, memahami secara logis tentang pentingnya akhlak
mulia dan bahayanya akhlak tercela dalam kehidupan, mengenal
sosok manusia yang berakhlak mulia untuk diteladai dalam
kehidupann Kegiatan utama guru pada tahap ini adalah:
a. a.merancang proses pembelajaran yang diarahkan pada
pemahaman tentang klarifikasi nilai (value clarification),
b. membekalinya berbagai alat (instrument) dan media
yang dapat digunakan secara mandiri baik secara
individual ataupun kelompok.
2. Langkah ke-2, diarahkan pada kepemilikan kepekaan kemampuan
dalam mendayagunakan dan mengembangkan potensi diri dan
peluang yang ada di lingkungan sekitarnya. Kompetensi dalam arti
nilai-nilai dan moral yang dituntut untuk dimiliki oleh para siswa yang
sesuai dengan kondisi dan peluang yang dihadapinya. Berbagai
kompetensi itu perlu dikaji dan diapresiasi oleh para siswa sampai
mereka memiliki cukup pilihan dalam menetapkan keputusan
kompetensi mana yang paling dibutuhkan sesuai kondisi potensi dan
peluang yang sedang dihadapinya. Tahapan ini dimaksudkan untuk
menumbuhkan rasa cinta dan rasa butuh terhadap nilai-nilai akhlak
mulia. Sasarannya ialah dimensi-dimensi emosional siswa yaitu
qolbu dan jiwa, sehingga tumbuh kesadaran, keinginan, kebutuhan
dan kemauan untuk memiliki dan mempraktekan nilai-nilai akhlak
tersebut. Melalui tahap ini pun siswa diharapkan mampu menilai
dirinya sendiri (muhasabah), semakin tahu kekurangan-
kekurangannya. Proses pembelajaran yang perlu dikembangkan oleh
guru ialah belajar menemukan (learning discovery) sehingga nilai-
nilai dan moral yang dipelajari itu dapat dihayati. Proses penemuan
dan penghayatan itu akan membentuk kedalaman apresiasi, sehingga
nilai-nilai dan moral yang dimilikinya itu benar-benar dibutuhkan
dalam kehidupannya.
3. Langkah ke-3, merupakan muara penerapan kompetensi-kompetensi
yang telah dimiliki para siswa melalui proses pembelajaran pada
tahapan sebelumnya. Arah pembelajaran pada tahap ini adalah
pendampingan kemandirian siswa agar memiliki kesempatan untuk
menerapkan nilai-nilai dan moral dalam perilaku keseharian sampai
berbentuk tabi’at reflektif pribadi. Ruang lingkup nilai dan moral yang
perlu dikuasai murid pada tahap ini erat kaitannya dengan instrumen
pendukung dalam berperilaku bagi para siswa. Pendampingan
terutama diarahkan untuk menguatkan kemampuan mereka tentang
nilai dan moral dalam berperilaku sehingga berdampak positif
terhadap sikap dan kemandiriannya di lingkungan hidup dan
kehidupannya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Karakter dapat diartikan sebagai nilai dasar yang
membangun kepribadian seseorang atau anak yang terbentuk
karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang
juga memikirkan seseorang dengan lain serta diwujudkan dalam
sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Dasar
pendidikan karakter, sebaiknya diterapkan dalam lingkungan
keluarga, bagaimana anak mendapatkan contoh yang baik dari
orang tua maka anak akan siap terjun dengan karakter yang baik
pula ke dalam lingkungan masyarakat. dalam mendidik anak untuk
menjadi manusia yang berkarakter diperlukan persiapan dan
perlakuan terhadap anak secara tepat sesuai dengan kondisi anak.
setiap anak mempunyai ciri-ciri individual yang berbeda-beda satu
dengan yang lain dengan pendidikan karakter yang diterapkan
secara sistematis dan konsultan, seorang anak akan menjadi cerdas
emosinya.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami susun, semoga makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca. Dalam penulisan ini kami sadari
masih banyak kekurangan, saran dan kritik yang membangun
sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah kami ini.
DAFTAR PUSTAKA

Winaputra, HUS. (2000). Pendidikan karakter. Universitas Terbuka.


Saripudin, U. W. (1989). Konsep dan Masalah Pengajaran pendidikan karakter di
Sekolah Menengah. Jakarta: Depdikbud, Ditjen Dikti. Proyek
Pengembangan LPTK.
Myers, C.B.et.al. (2000). Nasional Standards for Sosial Studies Teacher 1.
Washington DC: National Council for The Sosial Studies.

Anda mungkin juga menyukai