Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN

Dosen Pengampuh:

Dra. J. Wantah, M.Pd

Disusun Oleh:

NAMA : ANGLEN FERSIA

NIM : 19704032

KELAS :A

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah Subhasa wa ta’ala, Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpah kasih karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makakalh ini dengan
baik dan bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “PENDIDIKAN
KEWIRAUSAHAAN” tentang “PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERWIRAUSAHA”.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan baik dari segi penyusunan, penjelasan maupun tata bahasa yang digunakan.

Oleh sebab itu saya mengharapkan agar setiap mahasiswa ataupun dosen yang membaca
makalah ini bisa memberikan kritik dan saran kepada makalah ini agar supaya bisa diperbaiki
lebih baik lagi.

Semoga makalah ini boleh bermanfaat bagi kita semua yang membaca. Terimakasih

Tondano, 20 Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………… i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………… 1

 Latar Belakang ………………………………………………………………………


 Rumusan Masalah …………………………………………………………………...
 Tujuan ……………………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………..

2.1 Pengertian pembuatan keputusan ……………………………………………………..


2.2 Aspek - aspek pengambilan keputusan ………………………………………………..
2.3 Resiko pembuatan keputusan …………………………………………………………
2.4 Alat bantu pengambilan keputusan …………………………………………………...

BAB III PENUTUP ………………………………………………………………………..

3.1 Kesimpilan …………………………………………………………………………..


3.2 Saran …………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………..

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 

            Tidak dapat dipungkiri dunia bisnis dalam era global ini dihadapkan pada proses
perubahan yang begitu cepat dan rumit. untuk itu kebutuhan akan perubahan yang dinamis dalam
berbagai hal seperti visi, misi, tujuan dan sistem berpikir menjadi hal pokok yang harus dimiliki
perusahaan. dalam konteks organisasi belajar, setiap individu organisasi bisnis harus memiliki
komitmen dan kapasitas untuk belajar pada setiap tingkat apapun dalam perusahaannya. dengan
kata lain setiap pekerjaan harus mengandung unsur pembelajaran yang semakin aktif.
            Keterampilan membuat keputusan merupakan kemampuan untuk mendefinisikan
masalah dan menentukan cara terbaik dalam memecahkannya. kemampuan membuat keputusan
adalah yang paling utama bagi seorang manager, terutama bagi kelompok manager atas (top
manager). griffin mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan. pertama, seorang
manager harus mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat diambil untuk
menyelesaikannya. kedua, manager harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan memilih
sebuah alternatif yang dianggap paling baik. dan terakhir, manager harus mengimplementasikan
alternatif yang telah ia pilih serta mengawasi dan mengevaluasinya agar tetap berada di jalur
yang benar.

            Setiap orang dapat pula menginginkan perubahan dalam perjalanan hidup mereka, yang
memutuskan untuk berubah, sudah tentu menghadapi resiko dan tantangan. Untuk orang yang
ingin berubah, ia meyakini dalam berpikir untuk tidak terlalu cemas menghadapi masa depan.
Keberanian mengambil keputusan menjadi wirausaha, sudah tentu berdasarkan pertimbangan
yang mendalam dari satu keinginan untuk mencapai masa depan yang lebih baik.

            Merebut kesempatan yang ada disekeliling kita, kita meyakini pula memiliki kemampuan
memanfaatkan otak untuk pandai melihat, mengenalinya serta mengikuti perkembangannya. Jadi
memaksimumkan peluang masa datang pada orang sebanding dengan kecakapan, kemauan
bertindak, kemauan memandang jauh, pengalaman dan pengetahuan mereka tentang dunia usaha.
Kemampuan untuk merealisasikan keputusan atas kesempatan datang sekali dan tidak jarang
pula banyak orang mengatakan kurang kesempatan baginya, atau dengan kata lain ia membela
diri bahwa dirinya tidak pernah mendapat kesempatan.

            Oleh karena itu sekali keputusan yang diambil menjadi wirausaha, maka saat ini dan
seterusnya tidak pernah akan ada kesempatan untuk memaksimumkan peluang-peluang yang
ada, kecuali anda meyakini benar bahwa jangan cemas menghadapi masa depan dengan kemauan
yang keras untuk mewujudkannya melalui satu proses membangun kebiasaan yang efektif.

1
Di era modern seperti saat ini, harapan besar untuk diterima di dunia kerja tentunya tidaklah
keliru, namun tidak dapat dipungkiri bahwa kesempatan kerja pun sangat terbatas dan tidak
berbanding linear dengan lulusan lembaga pendidikan baik dasar, menengah maupun pendidikan
tinggi (Herwan, 2007). Lulusan yang menyandang gelar sarjana pun banyak yang tak
mendapatkan kesempatan untuk memperoleh lapangan pekerjaan yang layak. Oleh sebab itu,
semua pihak harus terus berpikir dan mewujudkan karya nyata dalam mengatasi kesenjangan
antara lapangan kerja dengan lulusan institusi pendidikan.

Salah satu solusi keadaan tersebut adalah dengan melakukan terobosan dan mengembangkan
keterampilannya menjadi usaha yang mandiri. Misalnya dengan cara menjadi wirausaha.
Wirausaha adalah penerapan kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan
upaya memanfaatkan peluang-peluang yang dihadapi orang setiap hari. Sedangkan
wirausahawan adalah orang yang berjiwa berani mengambil risiko untuk menciptakan usaha
dalam berbagai kesempatan, berjiwa berani mengambil risiko artinya bermental mandiri dan
berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti
(Kasmir, 2007 : 18)

Kemampuan berwirausaha tentunya memerlukan adanya kreatifitas guna menciptakan


inovasi yang berbeda dari yang sudah ada sebelumnya, kemudian dengan kreatifitas dan inovasi
tersebut pada akhirnya mampu memberi kontribusi bagi masyarakat banyak, sehingga dengan
semakin banyaknya pengusahapengusaha yang lahir, mampumenekan dan mengurangi
pengangguran yang ada.

Pada prakteknya tidaklah mudah memulai suatu usaha. Rasa takut yang berlebihan akan
kegagalan dan kerugian seringkali menghantui jiwa seseorang ketika akan memulai usahanya.
Keberanian untuk memulai merupakan modal utama yang harus dimiliki seseorang untuk terjun
dalam dunia usaha. Namun itu saja tidak cukup, keberanian tanpa disertai perhitungan dan
kemampuan berwirausaha seringkali menjerumuskan ke dalam situasi kegagalan yang
berkepanjangan.

Dalam berwirausaha, seseorang akan dihadapkan dengan tingkat keuntungan sekaligus


kemungkinan risiko yang akan terjadi, salah satunya adalah risiko dalam pengambilan
keputusan. Wirausahawan harus mempertimbangkan antara keuntungan dan resiko yang akan
dihadapinya kelak. Semakin tinggi return yang diinginkan, akan semakin tinggi pula risiko yang
akan dihadapi (Brigham E.Eugene, 2010). Berdasarkan penelitian Nosic dan Weber (2007)
dibutuhkan sikap dalam pengambilan keputusan investasi. Penelitian tersebut membahas
determinan pengambilan keputusan berisiko yang memasukkan variabel persepsi, sikap dan
perilaku terhadap risiko sekaligus belief yang berupa optimism dan overconfidence. Hasilnya
adalah bahwa tiga variabel yang diteliti yaitu risk perception, risk attitude dan belief memang
terbukti bisa dianggap sebagai determinan pengambilan keputusan berisiko di saham.

2
Demikian pentingnya isue tentang perilaku wirausaha terutama saat melakukan pengambilan
keputusan investasi dan bagaimana mereka melakukannya, faktor-faktor apa saja yang mereka
pertimbangkan merupakan alasan mengapa penelitian ini dilakukan. Penelitian ini akan menggali
lebih lanjut apakahsikap berhubungan dengan risk perception dan faktor belief yaitu
overconfidence dalam kegiatan penggambilan keputusan.

Variabel Sikap sendiri didefinisikan sebagai konstruk hipotetis tentang tingkat suka atau
tidak sukanya seseorang terhadap sesuatu (Weber, 2007). Jika dibandingkan dengan perilaku,
sikap lebih bersifat internal sementara perilaku merupakan tindakan yang bersifat eksternal.
Teori Planned Behavior dari Azjen dan Fishbein jelas menyatakan bahwa sikap berpengaruh
terhadap perilaku (Ajzen, 1991). Meskipun demikian, seseorang yang mempunyai sikap suka
kepada risiko dalam situasi tertentu bisa saja tidak melakukan pengambilan keputusan
(berperilaku) berisiko.

Berkaitan dengan pengambilan keputusan, persepsi risiko atau risk perception juga
dibutuhkan dalam berwirausaha guna mencegah munculnya kinerja yang buruk (Brush, 2003).
Persepsi risiko itu sendiri didefinisikan sebagai penilaian seseorang pada situasi berisiko,
penilaian tersebut sangat bergantung pada karakteristik psikologis dan keadaan orang tersebut
(Lee and Choa, 2006)

Adapun faktor overconfidence juga berpengaruh terhadap perilaku wirausaha.


Overconfidence itu sendiri merupakan suatu kondisi dimana seorang individu memiliki positive
rating yang terlalu tinggi tentang karakteristik personal dan mempunyai optimism yang tak
terbatas tentang masa depan atau memiliki perasaan mampu untuk mengontrol kejadian
(Bazerman, 2002, p. 65). Wirausaha dikatakan cenderung mengambil risiko dan overconfidence
(Ritter, 2003). Didukung pula oleh penelitian Weber (2007) yang menyebutkan jika
wirausahawan bukanlah orang yang mempunyai sikap risk seeker, tetapi cenderung
overconfidence dalam mengambil keputusan. Namun, peneliti lain mengatakan bahwa
wirausahawan lebih memilih risiko yang moderat (Brush, 2003) dan tidak mempunyai
keecenderungan terhadap risiko atau risk propensity yang tinggi (Simon, et.al, 1999).

Banyaknya isue tentang perilaku kewirausahaan terutama faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi adanya pengambilan keputusan guna memaksimalkan keuntungan, perlu
dibuktikan secara empiris. Sebab literatur teoritis dan empiris yang berkembang masih terdapat
kerancuan dan memunculkan banyak pendapat baru. Hal ini menarik sekaligus menjadi
tantangan untuk dieksplorasi, diuji, dan diverifikasi, hasilnya dapat dilaporkan sebagai salah satu
sumbangan bagi pengembangan ilmu keuangan keperilakuan (behavioral finance) mengingat
masih sedikitnya penelitian semacam ini.

3
Pada kesempatan ini, penelitian dilakukan di Sidoarjo dimana lokasi tersebut dipilih sebab
daerah ini merupakan salah satu daerah yang mempunyai sejumlah besar pengusaha atau
wirausaha hidup makmur yang secara langsung maupun tidak langsung juga mengembangkan
daerah dan kemakmuran masyarakatnya. Terlepas dari bencana yang melanda daerah Sidoarjo
hingga saat ini, yakni lumpur lapindo, potensi daerah, sumber daya dan pasar di Sidoarjo 5 masih
cukup baik. Masyarakat Sidoarjo merupakan masyarakat yang mengembangkan bisnis dengan
gigih. Terlihat dari banyaknya usaha kecil menengah yang berdiri di kota tersebut, hampir ditiap
daerah memiliki beragam usaha yang cukup berkembang, mulai dari usaha tasbih, sepatu hingga
Tanggulangin yang terkenal dengan kerajinan tasnya bahkan tidak hanya disekitar Sidoarjo saja,
bahkan kerajinan tersebut terkenal sampai ke luar Sidoarjo.

Penelitian ini membahas investasi riil berupa pembelian asset untuk usaha ataupun lainnya
yang dilakukan oleh seorang wirausaha, dengan melihat faktorfaktor yang mempengaruhi adanya
pengambilan keputusan dalam investasi tersebut. Oleh karena itu penelitian ini diberi judul :
“Pengaruh Overconfidence, Risk Perception dan Sikap terhadap Pengambilan Keputusan
Investasi Wirausaha” dengan studi kajian di Kabupaten Sidoarjo.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian pembuatan keputusan ?
2. Apa Apa Aspek - aspek pengambilan keputusan ?
3. Apa Resiko pembuatan keputusan ?
4. Apa Alat bantu pengambilan keputusan ?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apa Pengertian pembuatan keputusan
2. Untuk Mengetahui Apa Apa Aspek - aspek pengambilan keputusan
3. Untuk Mengetahui Apa Resiko pembuatan keputusan
4. Untuk Mengetahui Apa Alat bantu pengambilan keputusan

4
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian pembuatan keputusan

Pengertian Pengambilan Keputusan Drommond (1985) berpendapat bahwa


pengambilan keputusan merupakan usaha penciptaan kejadian-kejadian dan pembentukan
masa depan (peristiwa-peristiwa pada saat pemilihan dan sesudahnya). Pendapat ini
menegaskan bahwa pengambilan keputusan merupakan proses pada saat sejumlah langkah
yang harus dilakukan dengan pengevaluasian alternatif untuk membuat putusan dari semua
alternatif yang ada (Syaruddin:48),dari beberapa definisi dijelaskan di atas, maka
disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah proses pemecahan masalah dengan
menentukan pilihan dari beberapa alternatif untuk menetapkan suatu tindakan yang ingin
dilakukan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Pengambilan keputusan dengan kreatif
dan inovatif. Pengambilan keputusan dengan tidak kreatif mempunyai kecenderungan untuk
membuat keputusan secara emosional. Dengan menggunakan kreativitasnya,

pengambilan keputusan dapat menemukan alternatif-alternatif untuk memecahkan


masalah, kemudian memilih salah satu alternatif yang bermanfaat bagi pencapaian
organisasi. Inovasi memungkinkan pengambilan keputusan melaksanakan keputusan dengan
baik.

 Keputusan merupakan suatu pemecahan masalah sebagai suatu hukum situasi yang
dilakukan melaluipemilihan satu alternatif dari beberapa alternatif.

1.2 Aspek - aspek pengambilan keputusan

Irving Mann ,1979 dalam Hasan, 2002: 20-21 membagi pengambilan keputusan di
dalam 3 hal, yaitu pertama kemampuan menghadapi tantangan yaitu kemampuan untuk
menghadapi suatu yang mengganggu atau menarik perhatian untuk mencapai situasi yang
ingin dicapai, kedua adalah kemampuan mempertimbangkan beberapa alternatif dan yang
terakhir adalah kemampuan menerima resiko dan melaksanakan keputusan yang diambil.
Siagian 1991 dalam Kuntadi, 2004: 15 menyatakan bahwa ada aspek-aspek tertentu bersifat
internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan.

Adapun aspek internal tersebut antara lain :

a. Pengetahuan Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang secara langsung maupun


tidak langsung akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Biasanya
semakin luas pengetahuan seseorang semakin mempermudah pengambilan
keputusan.

5
b. Aspek kepribadian Aspek kepribadian ini tidak nampak oleh mata tetapi besar
peranannya bagi pengambilan keputusan.
Aspek eksternal dalam pengambilan keputusan, antara lain :
a. Kultur Kultur yang dianut oleh individu bagaikan kerangka bagi perbuatan
individu. Hal ini berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan.
b. Orang lain Orang lain dalam hal ini menunjuk pada bagaimana individu melihat
contoh atau cara orang lain terutama orang dekat dalam melakukan pengambilan
keputusan.
Sedikit banyak perilaku orang lain dalam mengambil keputusan pada gilirannya juga
berpengaruh pada perilkau individu dalam mengambil keputusan.

1.3 Konsekuensi dalam Pengambilan Keputusan

Konsekuensi merupakan hasil atau dampak dari sejumlah tindakan yang diambil oleh
pembuat keputusan. Konsekuensi dari sebuah tindakan yang diharapkan akan terwujud oleh
seseorang, terutama sekali yang memberikan hasil positif terhadap pencapaian tujuan,
disebut sebagai manfaat benefit. Manfaat merupakan konsekuensi yang akan dapat
menghindari terwujudnya resiko. Konsekuensi yang tidak masuk dalam perhitungan, karena
dianggap bernilai kecil atau tidak terlalu penting dalam analisis pencapaian tujuan, namun
tetap memiliki pengaruh terhadap pencapain tujuan kelompok atau orang lain diistilahkan
sebagai spillover atau externalities.Dermawan, 2004: 76.
faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen yang disajikan dalam
gambar berikut : Model yang diperkenalkan oleh Assael tersebut Sutisna, 2004:6
menggambarkan bahwa konsumen dipengaruhi oleh tiga faktor utama. Ketiga faktor tersebut
adalah:
1. Faktor pertama adalah konsumen individual. Artinya pilihan untuk membeli suatu produk
dengan merek tertentu dipengaruhi oleh hal-hal yang ada pada diri konsumen.
Kebutuhan, persepsi terhadap karakteristik merek, sikap, kondisi demografis, gaya hidup
dan karakteristik kepribadian individu akan mempengaruhi pilihan individu itu terhadap
berbagai alternatif yang tersedia.
2. Faktor kedua yaitu lingkungan yang mempengaruhi konsumen. Pilihan-pilihan konsumen
terhadap merek dipengaruhi oleh lingkungan yang mengitarinya. Jadi interaksi sosial
yang dilakukan oleh seseorang akan turut mempengaruhi pada pilihan-pilihan merek yang
dibeli.
3. Faktor ketiga yaitu strategi pemasaran. Stretegi pemasaran yang banyak dibahas adalah
salah satunya variabel dalam model ini yang dikendalikan oleh pemasar. Dalam hal ini,
pemasar berusaha mempengaruhi konsumen dengan menggunakan stimuli-stimuli
pemasaran seperti iklan dan sejenisnya agar konsumen bersedia memilih merek produk
yang ditawarkan.

6
Hal yang sama dinyatakan oleh Kotler 2003 : 183 bahwa budaya adalah faktor penentu
dasar bagi keinginan dan perilaku individu. Menurut Anwar Prabu 2009:39 budaya dapat
di definisikan sebagai hasil kreativitas dari satu generasi ke generasi berikutnya yang
sangat menentukan bentuk perilaku dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
Sedangkan menurut Ujang Sumarwan 2004:170 budaya adalah segala nilai, pemikiran,
symbol yang mempengaruhi perilaku, sikap, kepercayaan dan kebiasaan seseorang dan
masyarakat. Kotler 2003 : 183, Schiffman Kanuk 2004 : 440 menyatakan, budaya terdiri
dari sub budaya yang lebih kecil yang memberikan lebih banyak ciri-ciri dan sosialisasi
khusus bagi anggota-anggotanya. Sub budaya terdiri dari kebangsaan, agama, kelompok,
ras dan daerah geografis. Schiffman Kanuk 2004 : 442 menyatakan anggota-anggota dari
kelompok agama tertentu pada saat tertentu dalam memutuskan pembelian produk
dipengaruhi oleh identitas keagamaan mereka. Banyaknya sub budaya membentuk
segmen pasar penting dan pemasar sering merancang produk dan program pemasaran
yang sesuai dengan kebutuhan tiap sub budaya tersebut. Sedangkan menurut Ujang
Sumarwan 2004:171 unsur-unsur budaya terdiri dari: 1. Nilai Value 2. Norma Norms 3.
Kebiasaan Customs 4. Larangan Mores 5. Konvensi Conventions 6. Mitos 7. Simbol
Produk dan jasa memainkan peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi budaya,
karena produk mampu membawa pesan makna budaya. Makna budaya akan dipindahkan
ke produk dan jasa, dan kemudian dipindahkan ke konsumen.

4. Alat bantu pengambilan keputusan merupakan alat yang membantu mengoptimalkan fungsi dan
membantu klien dalam pemilihan alat kontrasepsi agar efektif. Dari survei awal yang dilakukan
peneliti dari 5 responden 3 diantaranya mengatakan merasa tidak cocok dengan alat kontrepsi
yang digunakan dikarenakan bidan tidak menggunakan alat bantu pengambilan keputusan. Tujuan
penelitian untuk mengetahui hubungan penggunaan (ABPK) alat bantu pengambilan keputusan
oleh petugas kesehatan dengan pemilihan alat kontrasepsi pada pus di Kelurahan Gang Buntu
Wilayah Kerja Puskesmas Glugur darat. Desain penelitian ini menggunakan survei analitik
dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam peneletian ini seluruh akseptor KB, tehnik
pengambilan sampel menggunkan stratified random sampling yaitu sebanyak 75 responden. Data
yang digunakan data primer yang pengumpulannya menggunakan kuesioner, dengan analisa data
univariat, bivariat dan analisa diuji menggunakan chi-square.

7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam era global ini dihadapkan pada proses perubahan yang begitu cepat dan rumit. untuk itu
kebutuhan akan perubahan yang dinamis dalam berbagai hal seperti visi, misi, tujuan dan sistem
berpikir menjadi hal pokok yang harus dimiliki perusahaan. dalam konteks organisasi belajar,
setiap individu organisasi bisnis harus memiliki komitmen dan kapasitas untuk belajar pada
setiap tingkat apapun dalam perusahaannya. dengan kata lain setiap pekerjaan harus mengandung
unsur pembelajaran yang semakin aktif.
            Keterampilan membuat keputusan merupakan kemampuan untuk mendefinisikan
masalah dan menentukan cara terbaik dalam memecahkannya. kemampuan membuat keputusan
adalah yang paling utama bagi seorang manager, terutama bagi kelompok manager atas (top
manager). griffin mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan. pertama, seorang
manager harus mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat diambil untuk
menyelesaikannya. kedua, manager harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan memilih
sebuah alternatif yang dianggap paling baik. dan terakhir, manager harus mengimplementasikan
alternatif yang telah ia pilih serta mengawasi dan mengevaluasinya agar tetap berada di jalur
yang benar.

3.2 Saran
Oleh karena itu sekali keputusan yang diambil menjadi wirausaha, maka saat ini dan seterusnya
tidak pernah akan ada kesempatan untuk memaksimumkan peluang-peluang yang ada, kecuali
anda meyakini benar bahwa jangan cemas menghadapi masa depan dengan kemauan yang keras
untuk mewujudkannya melalui satu proses membangun kebiasaan yang efektif.

8
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.perbanas.ac.id/1245/3/BAB%20I.pdf
https://cari-carimakalah.blogspot.com/2017/01/makalah-mengambil-keputusan.html
file:///C:/Users/os/Downloads/PENGAMBILAN%20KEPUTUSAN%20DALAM
%20MENINGKATKAN%20WIRAUSAHA%20CATERING%20MADINAH
%20DENGAN%20STRATEGI%20PEMASARAN.pdf
https://text-id.123dok.com/document/4yr2jj88z-aspek-aspek-dalam-pengambilan-
keputusan-konsekuensi-dalam-pengambilan-keputusan.html
http://repository.helvetia.ac.id/id/eprint/2533/6/DWI%20KURNIA%201801032318.pdf

Anda mungkin juga menyukai