DOSEN PENGAMPU :
Prof.Dr.Henny Indrawati,SP., MM
DISUSUN OLEH :
Kelompok 7
Adinda Nurul Izzah Salma 1905112671
Disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti mata kuliah
Ekonomi Syariah
UNIVERSITAS RIAU
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam semoga
selalutercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya
kamimampu menyelesaikan tugas makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Ekonomi Syariah”.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu yang berkaitan
dengan lembaga keuangan Syariah , yang kami sajikan berdasarkan pengamatan
dari berbagai sumber informasi dan referensi. Makalah ini kami susun dengan
berbagai rintangan, baik itu yang datang dari diri kami maupun yang datang dari
luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah
akhirnya makalah ini dapat kami selesaikan.
Kelompok 7
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 4
D. Manfaat 5
BAB II PEMBAHASAN 6
STUDI KASUS 20
Kesimpulan 24
DAFTAR PUSTAKA 26
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga keuangan syari’ah merupakan badan hukum yang bergerak di
bidang jasa keuangan sebagai perantara yang menghubungkan pihak pemilik
dana dengan pihak kekurangan dana dan membutuhkan dana dengan teknik
operasionalnya secara syari’ah. Dengan demikian lembaga keuangan syari’ah
berperan sebagai perantara keuangan pemilik modal (financial intermediary).
Posisi lembaga keuangan syari’ah merupakan bentuk implementasi system
islam. Islam tidak hanya sebagai agama tetapi juga sebagai way of life bagi
kehidupan manusia khususnya umat islam. Karenanya islam memberikan
bentuk lembaga keuangan syari’ah sebagai wadah keinginan masyarakat yang
ingin berinvestasi dan berusaha sesuai dengan kemampuan dan keinginan
secara syar’i. Hal ini sesuai dengan ajarannya yang diperuntukkan sekalian
alam (rahmatan lil’alamin).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian lembaga keuangan ?
2. Apa prinsip dasar lembaga keuangan syariah ?
3. Apa saja jenis-jenis lembaga keuangan syariah ?
4. Apa prinsip manajemen dalam lembaga keuangan syariah ?
5. Bagaimana akad-akad muamalah dalam lembaga keuangan syariah ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian lembaga keuangan
2. Untuk mengetahui prinsip dasar lembaga keuangan syariah
3. Untuk mengetahui jenis-jenis lembaga keuangan syariah
4. Untuk mengetahui prinsip manajemen dalam lembaga keuangan syariah
5. Untuk mengetahui akad-akad muamalah dalam lembaga keuangan Syariah
4
D. Manfaat
1. Bagi pembaca, diharapkan pembahasan ini dapat menambah pengetahuan
serta informasi bagi pembaca tentang lembaga keuangan syariah.
2. Bagi penulis, diharapkan pembahasan ini dapat menambah wawasan
sebagai pengetahuan khususnya tentang lembaga keuangan syariah, serta
dapat melatih dalam membuat makalah
5
BAB II
ISI
Dalam Bahasa Inggris, pengertian fisik, Lembaga dapat disebut institute, yaitu
sarana (organisasi) untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan Lembaga dalam
pengertian non fisik adalah institution, yaitu suatu system norma untuk memenuhi
kebutuhan. Sedangkan Lembaga keuangan, menurut SK Menkeu RI No. 792
tahun 1990, adalah semua badan yang kegiatannya di bidang keuangan melakukan
penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai
investasi perusahaan.
6
istilah perjudian. Maisir ini merupakan bentuk investasi yang tidak
produktif, karena tidak terkait langsung dengan sektor rill. Larangan
maisir sangat jelas sebagaimana dalam QS Al-Baqarah, [2] : 219
Gharar, artinya menipu, memperdaya, ketidakpastian. Gharar adalah
sesuatu yang memperdayakan manusia dalam masalah harta. Gharar
dapat terjadi pada transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki
keberadaannya atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi
dilakukan.
Riba adalah suatu tambahan yang tidak ada padanannya. Riba ini secara
tegas dilarang dalam Al-Qur’an.
2. Menjalankan bisnis dan aktivitas perdagangan berbasis pada perolehan
yang sah menurut syariah islam.
Ketika menjalankan bisnis atau bentuk perdagangan, maka transaksi
yang dilakukan hendaknya sesuai dan yang diakui oleh syariah.
Misalnya, akad yang dilakukan harus memenuhi syarat dan rukunnya
sesuai dengan ketentuan fiqh muamalah.
3. Menyalurkan zakat, infak, sedekah dan wakaf (ZISWA)
Lembaga keuangan syariah memiliki peran social. Artinya, di sampng
menjadi badan usaha dibidang keuangan, LKS ini juga menjadi
lembaga sosial, khususnya terkait dengan penyaluran zakat, infak,
sedekah, dan wakaf.
C. Jenis-Jenis Lembaga Keuangan Syariah
Ada beberapa macam atau jenis Lembaga keuangan Syariah, antara lain :
1. Perbankan Syariah
Sebagai sebuah bank dengan misi khusus, bank Syariah diharapkan menjadi
Lembaga keuangan yang tidak menjembatani antara pemilik modal atau
pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan
dana. Fungsi didirikannya bank Syariah ini antara lain :
Mengarahkan agar umat islam dalam melaksanakan kegiatan
muamalahnya secara islami, ddan terhindar dari praktik “maghrib”
7
Dalam rangka menciptakan keadilan dalam bidang ekonomi dengan
melakukan pemerataan pendapatan melalui berbagai kegiatan
investasi.
Dalam rangka meningkatkan kualitas hidup umat manusia dengan
jalan membuka peluang usaha yang lebih besar.
2. Asuransi Syariah
Yang dimaksud asuransi Syariah adalah asuransi yang sumber hukum, akad,
jaminan (resiko), pengelolaan dana, investasi, kepemilikan dan sebagainya
berdasarkan atas nilai dan prinsip Syariah. DSN-MUI dalam fatwanya
tentang pedoman umum asuransi islam mengartikan tentang asuransi islam
(ta’min, takaful, tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan saling
menolong di antara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam
bentuk aset atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi risiko tertentu melalui akad pertukaran sesuai dengan Syariah.
3. Pasar Modal Syariah
Definisi pasar modal sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal (UUPM) adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
Penawaran Umum dan Perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta Lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek. Terminologi pasar modal Syariah dapat diartikan
sebagai kegiatan dalam pasar modal sebagaimana diatur dalam UUPM yang
tidak bertentangan dengan prinsip Syariah. Pada dasarnya kegiatan pasar
modal Syariah tidak memiliki perbedaan dengan pasar modal konvensional,
namun terdapat beberapa karakteristik khusus pasar modal Syariah yaitu
bahwa produk dan mekanisme transaksi tidak bertentangan dengan prinsip-
prinsip Syariah. Pasar modal Syariah adalah pasar modal yang seluruh
mekanisme kegiatannya terutama mengebai emiten, jenis efek yang
diperdagangkan dan mekanisme perdagangannya telah sesuai dengan
prinsip-prinsip Syariah. Pasar modal Syariah berfungsi untuk
memungkinkan bagi masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan bisnis dengan
memperoleh bagian dari keuntungan dan resikonya.
8
4. Reksadana Syariah
Reksadana adalah wadah dan pola pengelolaan dana/modal bagi
sekumpulan investor untuk berinvestasi dalam instrument-instrume investasi
yang tersedia di pasar dengan cara membeli unit penyertaan reksadana.
Dana ini kemudian dikelola oleh Manajer Investasi (MI) ke dalam
portofolio investasi, baik berupa saham, obligasi, pasar uang ataupun efek
ataupun yang lainnya. Pada prinsipnya reksadana Syariah sama dengan
reksadana konvensional hanya saja dalam pengelolaannya tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip Syariah di pasar modal. Pada reksadana
Syariah (RD Syariah), pemilihan instrument investasi harus berdasarkan
DES (Daftar Efek Syariah) yang diterbitkan oleh DSN-MUI (Dewan
Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia) yang berkerja sama dengan
BAPEPAM-LAK (Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan).
Berdasarkan UU No. 21 Tahun 2011, terhitung mulai tanggal 31 Desember
2012, tugas dan fungsi BAPEPAM-LK berpindah ke OJK (Otoritas Jasa
Keuangan).
5. Pegadaian Syariah
Inplementasi operasi pegadaian Syariah hamper mirip dengan pegadaian
konvensional. Seperti halnya pegadaian konvensional, pegadaian Syariah
juga menyalurkan uang pinjaman dengan barang bergerak. Prosedur untuk
memperoleh kerdit gadai Syariah sangat sederhana, masyarakat hanya
menunjukkan bukti identitas diri dan barang bergerak sebagai jaminan, uang
pinjaman dapat diperoleh dalam waktu yang tidak relatif lama. Begitu pun
untuk melunasi pinjaman, nasabah cukup dengan menyerahkan sejumlah
uang dan surat bukti rahn saja dengan waktu proses yang juga singkat. Akan
tetapi jika ditinjau dari aspek landasan konsep, teknik transaksi, dan
pendanaan. Pegadaian Syariah memiliki ciri tersendiri yang
implementasinya sangat berbeda dengan pegadaian konvensional. Pegadaian
Syariah adalah Lembaga pembiayaan dengan sistem gadai yang sesuai
dengan prinsip-prinsip Syariah. Akad yang digunakan dalam pegadaian
Syariah ini biasanya ada 2 akad, yaitu akad rahn dan akad ijarah.
9
6. Baitul Mal wa Tamwil dan Koperasi Syariah
Nama Baitul Mal berasal dari Bahasa Arab, yaitu dari kata bait artinya
rumah, dan mal yang berarti harta. Baitul mal berarti rumah untuk
mengumpulkan atau menyimpan harta. Baitul mal, pada awalnya
merupakan suatu Lembaga yang mempunyai tugas khusus menangani
segala harta umat berupa pendapatan maupun pengeluaran negara.
Baitul mal yang merupakan bagian dan rangkaian kata dari Baitul Mal wa
al-tamwil (BMT) dengan tambahan kata al-tamwil yang berarti pengolahan
dan pendayagunaan harta untuk usaha, lebih diartikan sebagai Lembaga
sosial untuk menyalurkan zakat, infak dan shadaqah. Gerakan nasional
BMT tahun 1995 yang dimotori oleh PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha
Kecil) mempunyai peran yang signifikan. Pada saat inilah BMT yang
dikenal beroperasi di Indonesia dengan mendasarkan kegiatan
operasionalnya sebagai Lembaga keuangan dengan prinsip perbankan
Syariah telah diadopsi dan dilegalkan oleh pemerintah melalui Departemen
Koperasi dan UKMK terkait Keputusan Koperasi UKMK No.
91/Kep/M.KUKM/IX/2004.
Karena dibawah naungan departemen dan koperasi, BMT pun pada
dasarnya adalah koperasi yang berdasarkan prinsip-prinsip Syariah atau
koperasi Syariah. Adapun penyebutan KJKS didasarkan pada Keputusan
Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik
Indonesia Nomor 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) yang mana
memberikan pengertian bahwa Koperasi Simpan Pinjam Syariah atau
Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) adalah koperasi yang kegiatan
usahanya bergerak dibidang pembiayaan, investasi dan simpanan sesuai
pola bagi hasil (Syariah).
Pada tahun 2015, koperasi yang sudah atau akan menjalankan usaha simpan
pinjam dan pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah akhirnya diberi dasar
hukum yang kuat melalui Peraturan Menteri Koperasi dan UKM
10
no.16/2015. Bentuk yang dapat dipilih adalah Koperasi Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah (KSPPS) atau Unit Usaha Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah (USPPS). Berdasarkan Peraturan Menteri tersebut,
pada tahun 2016 ini Baitul Mal wa Tamwil (BMT) yang pada umumnya
berbadan hukum koperasi diberi opsi perundang-undangan untuk memilih
menjadi Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) yang tunduk kepada
rezim regulasi OJK atau menjadi KSPPS yang tunduk kepada rezim regulasi
Kementerian Koperasi dan UKM.
Perhimpunan BMT Indonesia (PBMTI), akhirnya memutuskan memilih
opsi regulasi Kemenkop dan UKM, sehingga semua BMT anggota PBMTI
diminta untuk memenuhi persyaratan sebagai KSPPS/USPPS selambat-
lambatnya 2016. Sebagai konsekuensinya, BMT anggota PBMTI tersebut
diminta untuk segera melakukan perubahan AD/ART dan mendaftarkan diri
untuk memperoleh Nomor Induk Koperasi. Dengan demikian, sampai saat
ini BMT identic dengan KSPPS berdasarkan PERMEN tersebut.
11
moderat tidak menzalimi masyarakat, khususnya kaum lemah
sebagaimana yang terjadi pada masyarakat kapitalis. Disamping itu, islam
juga tidak menzalimi hak individu sebagaimana yang dilakukan oleh kaum
sosialis, tetapi islam mengakui hak individual dan masyarakat.
12
Dalam membangun sebuah usaha, salah satu yang dibutuhkan adalah
modal. Modal dalam pengertian ekonomi Syariah bukan hanya uang,
tetapi meliputi materi baik berupa uang ataupun materi lainnya, serta
kemampuan dan kesempatan. Salah satu modal yang penting adalah
Sumber Daya Insani / SDI yang dibutuhkan oleh Lembaga keuangan
Syariah adalah seorang yang mempunyai kemampuan profesioanlitas yang
tinggi, karena kegiatan usaha Lembaga keuangan secara umum merupakan
usaha yang berlandaskan kepada kepercayaan masyarakat.
Penghimpunan Dana
o Al-wadi’ah
13
tanpa izin pemilik barang/uang dapat memanfaatkannya dan harus
bertanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan barang/uang
titipan tersebut. Semua manfaat dan keuntungan yang diperoleh dalam
penggunaan barang/uang tersebut menjadi hak penerima titipan. Bank
dapat memberi bonus yang tidak disyaratkan sebelumnya. Wadi’ah yad al-
damanah dalam kegiatan usaha perbankan Syariah dapat diaplikasikan
pada rekening giro dan rekening tabungan, yakni bank dapat menggunakan
uang itu dalam proyek berjangka pendek. Bank bertanggung atas
keselamatan uang tersebut. Tetapi peluang bagibank untuk
menggunakannya terbatas, sebab pemilik uang tersebut dapat mengambil
uang sewaktu waktu.
o Al-mudarabah
Istilah ini merupakan istilah “inti” dalam perbankan Syariah. Akad ini
juga dikenal sebagai qirad atau muqaradah. Muqaradah sendiri adalah
adalah perjanjian atas suatu jenis perkongsian dimana pihak pertama /
sahibul mal menyediakan dana dan pihak kedua / mudarib hasil usaha
dibagikan sesuai dengan nisbah porsi bagi hasil usaha dibagikan sesuai
dengan nisbah porsi bagi hasil yang telah disepakati bersama sejak awal.
14
dibagikan antara bank dan nasabah. Berdasarkan prinsip imi, dalam
kedudukannya sebagai mudarib, bank menyediakan jasa bagi para investor
berupa:
15
mengembalikan talangan dana tersebut ditambah margin
keuntungan bank secara menyicil sampai lunas dalam jangka
waktu tertentu atau tunai sesuai dengan kesepakatan. Bank
memperoleh margin keuntungan berupa selisih harga beli dari
pemasok dengan harga jual bank kepada nasabah. Dalam fatwa
Dewan Syariah Nasional no. 05/DSNMUI/IV2000 ditentukan
beberapa hal yang berkaitan dengan bai’al-salam, antara lain: objek
akad salam harus jelas ciri cirinya dan dapat diakui sebagai utang,
harus dapat dijelaskan spesifikasinya, waktu dan tempat
penyerahan harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan pembeli
tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya. Pelaksanaan
salam, selain antara nasabah dan bank dapat juga dilakukan antara
bank dengan penjual.salam yang kedua disebut salam parallel yang
dilakukan terpisah dari akad pertama dan dilakukan setelah akad
pertama sah. Biasanya, untuk pembiayaan pertanian jangka
pendek, seperti penanaman padi,cabai, dan sebagainya bank
Syariah biasanya menggunakan bai’al-salam. Disini bank sebagai
pembeli dan nasabah sebagai penjual. Bank lalu membayar harga
yang disepakati diawal kontrak, sementara nasabah akan mengirim
barang yang dipesan setelah jatuh tempo.ketika barang akan
dikirimkan oleh nasabah, bank dapat menjualnya kepada pihak lain
dengan harga yang lebih tinggi agar mendapat keuntungan.
c. Bai’ Istisna’
Untuk pembiayaan konstruksi dan barang barang manufaktur
jangka pendek, bank Syariah biasanya menggunakan akad
bai’istisna’. dalam hal ini bank bertindak sebagai pemesan
sedangkan nasabah bertindak sebagai penjual atau pembuat. Bank
dapat menyalurkan dana secara bertahap sesuai dengan prinsip
bai’istisna’. Letika barang akan atau sudah selesai, bank dapat
menjualnya secara cicilan kepada nasabah lain untuk mendapat
keuntungan. Dalam akad bai is’istisna’. Ketika barang akan atau
16
sudah selesai, bank dapat menjualnya secara cicilan kepada
nasabah lain untuk mendapat keuntungan. Dalam akad bai’ istisna’
ini, permasalahannya hampir sama dengan bai’ al-salam.
o Bagi hasil/ Muqasamah fi al-ribh
a. akad musyarakah
bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah musyarakah.
Pembiayaan Sebagian dengan akad musyarakah, yaitu pembiayaan
Sebagian modal pada suatu usaha untuk jangka waktu terbatas
sesuai kesepakatan. Hasil usaha bersih dibagi antara bank sebagai
penyandang dana dengan pengelola usaha. Pada akhir jangka
waktu pembiayaan, dana pembiayaan dikembalikan kepada bank.
Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang
bekerja sama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka miliki
secara bersama sama. Semua bentuk usaha melibatkan dua pihak
atau lebih untuk Bersama sama memadukan seluruh bentuk
sumber daya baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud.
Secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak yang bekerja sama
dapat berupa dana, barang dagangan, kewirausahaan, kepandaian,
kepemilikan, peralatan, kepercayaan dan barang barang lainnya
yang dapat dinilai dengan uang. Dengan merangkum seluruh
kombinasi dari berbagai bentuk kontribusi masing masing pihak
dengan atau tanpa waktu batasan menjadikan produk ini sangat
fleksibel.
b. Akad mudarabah
Untuk proyek jangka pendek maupun jangka Panjang, bank dapat
melakukan pembiayaan kepada nasabah dengan system bagi hasil
atas dasar prinsip al-mudarabah. Dalam hal ini bank bertindak
sebagai sahibul mal. dan nasabah bertindak sebagai mudarib. Jika
proyek itu mendapat sebagai keuntungan, maka keuntungan itu
dibagi menurut kesepakatan awal. Sedangkan jika terjadi kerugian
yang disebabkan bukan karena kelalaian nasabah, maka hal itu
17
menjadi resiko bank. Prinsip mudarabah dapat dilakukan oleh bank
untuk melaksanakan investasi pada reksadana atau portofolio
investasi lainnya.
Muudarabah merupakan kontrak pofit and loss sharing. dimana
satu pihak me percayakan sejumlah modl kepada seorang investor
dengan imbalan memperoleh suatu bagian yang ditentukan dari
keuntungan/kerugian bisnis yang dimodali. Prinsip ini merupakan
‘inti’ system perbankan Syariah karena Sebagian besar dana yang
diberikan kepada sebuah bank Syariah dikelola dalam aransemen
seperti itu. Dalam istilah lain, mudarabah dapat didefenisikan
sebagai sebuah perjanjian diantara paling sedikit dua pihak,
pemilik modal, mempercayakan sejumlah dana kepada pihak lain,
pengusaha, untuk menjalankan aktivitas atau usaha. Dalam
mudarabah, pemilik modal tidak diberikan peran dalam manajemen
perusahaan. konsekuensinya mudarabah merupakan perjanjian
profit and loss sharing dimana yang diperoleh para pemberi
pinjaman adalah bagian suatu bagian tertentu dari keuntungan/
kerugian proyek yang telah dibiayai.
c. Jasa pelayanan
Selain jenis jenis penghimpunan dan penyaluaran, perbankan
Syariah juga menyenggarakan pelayanan pelayanan dengan
memperoleh upah atau fee sebagaimana yang dilakukan bank
konvensional. Jenia jenis pelayanan yang biasanya
diselenggarakan oleh perbankan Syariah antara lain:
1. Al- kafalah, yaitu pemberian jaminan oleh bank sebagai
penanggung/kafil kepada pihak ketiga atas kewajiban pihak
kedua. Atas pemeberian jaminan ini bank memperoleh fee.
2. Al- hiwalah yaitu jasa pengalihan tanggung jawab
pembayaran utang dari seseorang yang berutang kepada
orang lain. Atas jasa pengalihan utang ini bank memperoleh
fee.
18
3. Al-wakalah, yaitu jasa melakukan Tindakan atau pekerjaan
mewakili nasabah sebagai pemberi kuasa. Untuk mewakili
nasabah melakukan Tindakan/pekerjaan tersebut nasabah
diminta untuk mendepositokan dananya secukupnya. Contoh
pembukaan L/C oleh bank atas nama nasabah. Untuk
menerima kuasa mewakili nasabah melakukan
Tindakan/pekerjaan, bank memperoleh fee.
4. Al-rahn, yaitu pembiayaan berupa pinjaman dana tunai
dengan jaminan barang bergerak yang nilai relatif tetap
seperti emas, perak, intan, berlian, batu mulia dan lain lain
dalam jangka tertentu sesuai kesepakatan. Bank memperoleh
pendapatan berupa sewa tempat penyimpanan jaminan.
5. Al- ju’alah yaitu jasa pelayanan pesanan/permintaan tertentu
dari nasabah, misalnya untuk memesan tiket pesawat atau
barang dengan mempergunakan kartu debet atau kredit
/cek/transfer. Atas jasa pelayanan ini bank memperoleh fee.
Dengan akad akad tersebut perbankan Syariah berupaya
untuk menghindarkan diri dari praktik riba yang jelas jelas
dilarang dalam al-quran. Sebab bunga yang selama ini
dikembangkan dalam perbankan konvensional diduga kuat
oleh banyak kalangan ulama dan cendikiawan muslim
adalah riba. Sebab, Ketika terjadi akad utang piutang dengan
penambahan tertentu, maka tambahan inilah yang dimaksud
dengan riba. Sebab tidak ada padanan apapun terhadap
tambahan tersebut. Oleh sebab itu, paling tidak secara legal
formal, kehadiran perbankan Syariah ini dalam rangka
menjunjung tinggi dan melaksanakan perintah Allah
mengenai larangan riba.
6. Problematika penerapan akad dilembaga keuangan Syariah.
19
Peran Lembaga Keuangan Syariah Dalam Mengimplementasikan Keuangan
Inklusif Bagi Pelaku UMKM Tasikmalaya
20
persen, India 35.2 persen, China 63.8 persen, Rusia 48.2 persen, dan Brazil
55.9 persen (Nengsih, 2015).
21
keuangan formal dan bertambahnya minat masyarakat untuk memiliki
rekening tabungan di bank, tetapi juga harus lebih didorong pada
pemberian fasilitas kredit/kredit mikro baik bagi individu, maupun untuk
kalangan UMKM. Ekonom senior Institute for Development of Economic
and Finance (Indef) Didin S Damanhuri mengatakan bahwa perbankan
harus dapat memenuhi kebutuhan pembiayaan pada sektor usaha mikro,
kecil dan menengah (UMKM) untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Hal ini disebabkan karena pelaku usaha akan mampu menggenjot
pertumbuhan ekonomi disamping pemerintah dan konsumsi masyarakat. Ia
mengatakan bahwa selama ini perbankan belum mengoptimalkan
penyaluran kredit pada pelaku UMKM dan hanya cenderung
mengakomodasi kebutuhan pembiayaan pengusaha skala besar. Padahal,
menurutnya, pelaku UMKM merupakan investor terbesar di dalam
struktur ekonomi sehingga jika tidak ada dukungan pada pelaku UMKM
maka akan menghambat pertumbuhan ekonomi. Sebesar 99,98 persen
struktur dunia usaha terdiri dari UMKM, dengan demikian hanya 0,02
persen terdiri dari pengusaha besar, akan tapi kredit perbankan 90 persen
diberikan kepada para pengusaha besar. Dengan demikian, perbankan
hanya menyasar pelaku bisnis berskala besar dan kurang melirik pelaku
UMKM sehingga mereka masih sulit mengakses pembiayaan kredit. Jika
pembiayaan yang diberikan oleh bank telah menjangkau seluruh pelaku
UMKM maka pertumbuhan ekonomi dapat mencapai 7-8%. Jika
perbankan memfasilitasi pembiayaan pada sektor UMKM maka
pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih adil, merata, berkelanjutan
dan berkualitas (Sukamto, 2015).
22
lapangan kerja dan sebagai instrumen pemerataan dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah.
23
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
24
ekonomi dan sosial yang dihadapi oleh masyarakat. Fungsi dan peran
lembaga keuangan syariah diantaranya memenuhi kebutuhan masyarakat
akan dana sebagai sarana untuk melakukan kegiatan ekonomi yang sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah. Misalnya mengonsumsi suatu barang,
tambahan modal kerja, mendapatkan manfaat atau nilai guna suatu barang,
atau bahkan per modalan awal bagi seseorang yang mempunyai usaha
prospektif namun padanya tidak memiliki permodalan berupa keuangan
yang memadai. Jadi, fungsi lembaga keuangan syariah secara terperinci
yaitu:
25
meningkatkan partisipasi masyarakat banyak sehingga menggalakkan
usaha-usaha ekonomi rakyat antara lain memperluas jaringan
lembaga-lembaga keuangan syariah ke daerah-daerah terpencil.
26
DAFTAR PUSTAKA
27