Anda di halaman 1dari 8

Khutbah Jum’at Singkat Tentang Bersyukur 

ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang


disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja,
Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor. Pada Jum’at, 25 Jumadal Awwal 1440 H / 01 Februari 2019 M.

KHUTBAH PERTAMA

‫ت‬ ِ ‫ُور أَ ْنفُ ِسنَا َو ِم ْن َسيِّئَا‬ ِ ‫ َونَعُو ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشر‬،ُ‫الـح ْم َد هّلِل ِ نَـحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُره‬
َ ‫إن‬ َّ
‫ َوأَ ْشهَ ُد أَن الَّ إِلَهَ إِالَّ هللا‬،ُ‫ي لَه‬ َ ‫ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَاَل هَا ِد‬،ُ‫ض َّل لَه‬ ِ ‫ َم ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَاَل ُم‬،‫أَ ْع َمالِنَا‬
‫ـح َّمداً َع ْب ُدهُ َو َرسُولُه‬ َ ‫ َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن ُم‬ ُ‫ك لَه‬ َ ‫َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي‬
‫ق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُموتُ َّن إِاَّل‬َّ ‫ين آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح‬ َ ‫ يَا أَيُّهَا الَّ ِذ‬،‫قال هللا تعالى فى كتابه الكريم‬
َ ‫َوأَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم‬
‫ون‬
‫ين آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَ ْواًل َس ِديدًا‬ َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذ‬ ،‫وقال تعالى‬
‫يُصْ لِحْ لَ ُك ْم أَ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َو َم ْن ي ُِط ِع هَّللا َ َو َرسُولَهُ فَقَ ْد فَا َز فَ ْو ًزا َع ِظي ًما‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه‬َ ‫ي ُم َح َّم ٍد‬ ُ ‫ي هَ ْد‬ ِ ‫ َوأَحْ َس َن ْالهَ ْد‬، ِ ‫ث ِكتَابُ هَّللا‬ ِ ‫ق ْال َح ِدي‬
َ ‫ص َد‬َ َ‫ فإِ َّن أ‬،‫أَ َّما بَ ْع ُد‬
ُ
‫ضاللَ ٍة‬ َ ‫ َو ُك َّل‬، ٌ‫ضاللَة‬ َ ‫ َو ُك َّل بِ ْد َع ٍة‬، ٌ‫ َو ُك َّل ُمحْ َدثَ ٍة بِ ْد َعة‬، ‫ور ُمحْ َدثَاتُهَا‬ ِ ‫ َو َش َّر األ ُم‬، ‫َو َسلَّ َم‬
ِ َّ‫فِي الن‬
‫ار‬
Ummatal Islam,
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji hamba-hambaNya yang bersyukur. Namun
itu sangat sedikit dari hamba-hambaNya. Allah Ta’ala berfirman:

…١٣﴿ ‫ي ال َّش ُكو ُر‬


َ ‫﴾ َوقَلِي ٌل ِّم ْن ِعبَا ِد‬

“…Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (QS. Saba[34]: 13)
Allah juga memuji Nabi Nuh, karena ia termasuk hamba Allah yang bersyukur. Allah Subhanahu
wa Ta’ala berjanji untuk memberikan tambahan kepada orang-orang yang bersyukur. Allah
berfirman:

…٧﴿ ‫﴾لَئِن َش َكرْ تُ ْم أَل َ ِزي َدنَّ ُك ْم ۖ َولَئِن َكفَرْ تُ ْم إِ َّن َع َذابِي لَ َش ِدي ٌد‬
“…Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan
jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS.
Ibrahim[14]: 7)
Mensyukuri nikmat Allah membutuhkan kekuatan Iman. Karena sesungguhnya nikmat-nikmat
tersebut seringkali melalaikan. Banyak orang yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala
nikmat, bukan semakin dekat kepada Allah. Akan tetapi semakin ia jauh kepada Allah.
Semakin banyak nikmat, semakin banyak harta yang Allah berikan kepada seorang hamba,
bukan menjadikan dia semakin dekat dan bertaqarrub kepada Allah. Akan tetapi semakin
menjadikan dia kufur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bersombong, karena ia merasa memiliki harta yang banyak. Ujub dengan kekayaannya dan
hartanya, dengan pakaiannya yang mewah. Seperti si Qorun yang ia keluar kepada kaumnya
dengan perhiasannya dan ia merasa sombong dengannya. Ia menganggap bahwasannya kekayaan
itu semua hasil jerih payahnya. Tanpa sama sekali menisbatkan kepada Allah pemberi 
kenikmatan tersebut.
Oleh karena itulah, berapa banyak kenikmatan-kenikmatan tersebut seringkali membuat kita lupa
kepada Allah. Cobalah kita renungkan dalam kehidupan kita. Allah memberikan kepada kita
nikmat-nikmat yang banyak. Berupa nikmat pakaian, demikian pula nikmat makanan, nikmat
tempat tinggal, demikian pula nikmat kendaraan, terutama nikmat ketika kita bisa berhubungan
dengan manusia berupa handphone. Demikian pula alat-alat komunikasi yang lainnya.
Semua itu adalah nikmat yang Allah berikan kepada kita. Tapi entah kenapa kamudian diantara
kita lebih disibukkan dengan WhatsApp, lebih disibukkan dengan Facebook, lebih disibukkan
dengan alat-alat tersebut daripada berdzikir kepada Allah, lebih disibukkan dari membaca Al-
Qur’anul Karim, lebih disibukkan daripada berdzikir kepada Allah.
Bahkan ia lebih banyak membaca WhatsApp daripada ia membaca Al-Qur’an, daripada ia
membaca kitab-kitab para ulama. Bukankah itu semua adalah nikmat Allah? Bukankah itu
sesuatu yang harus disyukuri? Sedangkan syukur itu kita gunakan untuk menaati Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Bukan Untuk kufur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Al-Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah menyebutkan bahwasannya syukur itu mempunyai rukun.
Rukun yang pertama, mengakui dengan hati kita bahwasannya nikmat ini adalah dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Tidak seperti sebagaimana seseorang yang sombong yang menganggap
bahwasannya kenikmatan tersebut hasil dari pada jerih payahnya, karena kecerdasannya, karena
keterampilannya, karena kemampuannya dalam berbisnis sehingga dia tidak menisbatkan itu
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Maka seorang yang mengakui bahwasanya nikmat ini semua dari Allah dan semua itu diberi oleh
Allah, maka ia telah mensukuri nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Rukun yang kedua, ia mengucapkan dengan lisannya puji dan syukur kepada Allah. Karena
sesungguhnya ia tahu dan yakin bahwasannya satu-satunya yang memberikan kenikmatan
hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukan atasannya, bukan pula siapa-siapa, dia yakin
dengan seyakin-yakinnya bahwa pemberi rezeki hanyalah Allah. Maka ia memuji Allah, ia puji
Allah atas seluruh kenikmatan-kenikmatan yang Allah berikan kepadanya.
Adapun rukun yang ketiga kata Ibnul Qayyim yaitu menggunakan nikmat-nikmat tersebut
untuk mentaati Allah. Kita gunakan HP kita untuk mentaati Allah, kita gunakan kendaraan kita
untuk menaati Allah, bahkan panca indra kita yang merupakan nikmat yang besar, kita gunakan
mata kita untuk melihat apa yang Allah ridhai, kita gunakan telinga kita untuk mendengarkan
apa yang Allah cintai, kita gunakan hati kita untuk memahami ayat-ayatNya, kita gunakan akal
yang berikan untuk memahami ayat-ayat Allah yang Allah turunkan kepada kita. Bukan untuk
menentang ayat-ayatNya.
Siapa yang menggunakan seluruh kenikmatan tersebut saudaraku, sungguh ketika ia gunakan
dalam kebaikan dan ketaatan, ketika ia gunakan dalam perkara yang diridhai oleh Ar-Rahman,
maka sungguh ia telah mensyukuri nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ummatal Islam,
Dahulu Salafush Shalih dengan diberikan banyak kenikmatan, mereka menjadi ketakutan.
Mereka takut sekali dengan hisab pada hari kiamat. Mereka sangat takut sekali, semua
kenikmatan yang diberikan kepada mereka akan dipertanyakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Mereka takut dengan jawaban apa yang harus mereka lakukan.
Maka dari itu Salafush Shalih, ketika mereka diberikan oleh kenikmatan-kenikmatan oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala, segera mereka infaqkan, segera mereka gunakan untuk ketaatan, bahkan
semakin mereka mencintai suatu harta semakin mereka malah menginfakkannya. Hal ini karena
mereka ingin mendapatkan keutamaan yang besar yang disebutkan oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala:

َ ‫… ۚ لَن تَنَالُوا ْالبِ َّر َحتَّ ٰى تُنفِقُوا ِم َّما تُ ِحب‬


‫ُّون‬
“Kalian tidak akan sampai kepada kebajikan, sampai kalian menginfakkan apa yang kalian
cintai…” (QS. Ali-Imran[3]: 92)
Subhanallah.. Demikianlah Salafush Shalih.
Sementara kita, gembira dan senang ketika kita mendapatkan kenikmatan dunia belaka. Lalu
setelah itu kita lupa untuk mensyukurinya. Sementara Salafush Shalih ketika diberikan
kenikmatan dunia, mereka sungguh malah ketakutan. Takut itu menjadi adzab pada hari kiamat
untuknya.
Maka dari itulah saudaraku sekalian, setiap kita wajib merenungi tentang harta, tentang karunia,
tentang kenikmatan yang Allah berikan kepada kita. Sudah untuk apa kita lakukan? Sebelum
dihari kiamat Allah tanya kita, tanyakanlah di dunia ini kepada diri kita sendiri.

‫أقول قولي هذا واستغفر هللا لي ولكم‬


KHUTBAH KEDUA – KHUTBAH JUM’AT SINGKAT TENTANG BERSYUKUR

‫ نبينا محمد و آله وصحبه ومن‬،‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا‬
ُ‫أن مح ّمداً عبده ورسوله‬
َّ ‫وأشهد‬ ،‫وأشهد أن ال إله إال هللا وحده ال شريك له‬ ،‫وااله‬
Ummatal Islam,
Orang yang bersyukur tak akan tertipu dengan banyaknya amal. Banyak diantara kita ketika kita
merasa telah banyak beramal, kita merasa sudah menjadi orang yang bersyukur. Sementara kita
melihat bagaimana Rasulullah dan para Sahabatnya, diberikan oleh Allah kenikmatan-
kenikmatan yang luar biasa dalam perkara dunia maupun agama. Terutama urusan akhiratnya.
Ini dia Rasulullah, semalam suntuk beliau shalat dan beliau perpanjang shalatnya sampai-sampai
kakinya bengkak. Kemudian ditanya oleh istrinya, “kenapa engkau lakukan itu ya Rasulullah?
Sementara Allah mengampuni dosamu yang telah lalu maupun yang akan datang” Maka
Rasulullah bersabda:

ُ
‫أكون عبدًا شكورًا‬ ‫يا عائشةُ ! أفال‬
“Wahai Aisyah, bukankah semestinya aku menjadi hamba yang bersyukur?” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Subhanallah..
Rasulullah tidak tertipu dengan janji Allah kepadanya berupa telah diampuni dosanya yang lalu
maupun yang akan datang. Bahkan Rasulullah tidak tertipu dengan janji surga Allah untuknya.
Justru semua itu menjadikan beliau semakin dekat kepada Allah.
Lihatlah para Sahabat yang telah dijamin masuk surga, Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali,
Rasulullah telah menyatakan bahwa mereka semua di surga. Apakah mereka tertipu dengan
janji-janji itu semuanya? Ataukah mereka semakin bertaqarrub kepada Allah sebagai rasa
syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Maka orang yang bersyukur tak akan tertipu dengan banyaknya amal. Karena ia tidak tahu
berapa amal yang akan diterima disisi Allah. Dia tidak tahu dan bahkan khawatir kalau ternyata
Allah jadikan hatinya berpaling dari amalan shalih. Ia dipalingkan karena cintanya kepada dunia,
karena ternyata harapannya kepada dunia naudzubillah.

‫ك‬ َ َّ‫ إِن‬،‫آل إِ ْب َرا ِه ْي َم‬ِ ‫ْت َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى‬ َ ‫صلَّي‬ ِ ‫صلِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
َ ‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما‬ َ ‫اَللَّهُ َّم‬
‫ت َعلَى إِب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل‬ َ ‫ار ْك‬ َ َ‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل ُم َح َّم ٍد َك َما ب‬ ِ َ‫ َوب‬.‫َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬ َ َّ‫ إِن‬،‫إِ ْب َرا ِه ْي َم‬
‫ت‬ِ ‫ت األَحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواألَ ْم َوا‬ ْ ‫المؤ ِمنِي َْن َو‬
ِ ‫المؤ ِمنَا‬ ْ ‫ت َو‬ ِ ‫اللهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِمي َْن َوالم ْسلِ َما‬
‫اللهُ َّم اجْ َعلنَا ِمن التَّ َّوابِين‬
‫اللهُ َّم اجْ َعلنَا ِمن المتَّقِين‬
‫ت التَّوابُ ال َّر ِحيم‬ َ ‫ك اَ ْن‬ َ َّ‫اللهُ َّم َوتُبْ َعلَ ْينَا اِن‬
‫ار‬ِ َّ‫اب الن‬ َ ‫اللهُ َّم آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي اآل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ‬
‫عباد هللا‬:
ِ ‫إِ َّن اللَّـهَ يَأْ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َواإْل ِ حْ َس‬
ۚ ‫ان َوإِيتَا ِء ِذي ْالقُرْ بَ ٰى َويَ ْنهَ ٰى َع ِن ْالفَحْ َشا ِء َو ْال ُمن َك ِر َو ْالبَ ْغ ِي‬
٩٠﴿ ‫ُون‬ َ ‫﴾يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكر‬
‫ ول ِذك ُر هللا أكبَر‬،‫ َوا ْش ُكرُوهُ َعلَى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُكم‬،‫فَ ْاذ ُكرُوا هللا ال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُكم‬

Analisis
1.  Mengucapkan Alhamdulillah, dengan bentuk ucapan apa pun yang mengandung pujian
pada Allah.

‫ُور أَ ْنفُ ِسنَا َو ِم ْن‬


ِ ‫ َونَعُو ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشر‬،ُ‫الـح ْم َد هّلِل ِ نَـحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُره‬
َ ‫إن‬ َّ
ُ‫ي لَه‬ ِ ‫ َم ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَاَل ُم‬،‫ت أَ ْع َمالِنَا‬
َ ‫ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَاَل هَا ِد‬،ُ‫ض َّل لَه‬ ِ ‫ َسيِّئَا‬،
Sesungguhnya, segala puji bagi Allah]
Nahmaduhu wanasta'inuhu wa nastaghfiruhu
Kami memuji-Nya dan kami memohon pertolongan dan ampunan-Nya]
Wana'udzubillahi min syururi anfusinaa
Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kami]
Wamin sayyi-ati a'malinaa
dan dari kejahatan amal perbuatan kami]

Man yahdihillahu falaa mudhillalah


Barangsiapa yang Allah berikan petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya]
Waman yudhlil falaa haadiyalah
dan barangsiapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberikan petunjuk
kepadanya]
Wa asyhadu alla ilaha illallah
Dan aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah]
Wahdahulaa syariikalah
Maha Esa Dia dan tidak ada sekutu bagi-Nya

2. Bershalawat pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan ucapan apa pun yang menunjukkan
shalawat. Di sini dipersyaratkan nama Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam disebut
secara jelas, seperti menyebut dengan Nabi, Rasul atau Muhammad. Tidak cukup
dengan dhomir (kata ganti) saja.
‫َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن ُمـ َح َّمداً َع ْب ُدهُ َو َرسُولُه‬
‫ق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُموتُ َّن‬ َ ‫ يَا أَيُّهَا الَّ ِذ‬،‫قال هللا تعالى فى كتابه الكريم‬
َّ ‫ين آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح‬
‫ون‬ َ ‫إِاَّل َوأَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم‬
Allahumma shali 'ala muhammad
Ya Allah, limpahkan rahmat kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam]
wa 'ala alihi
dan kepada keluarganya]
wa shahbihi
dan para sahabatnya]
wa man tabiahum bi ihsanin ilaa yaumiddiin
dan orang-orang yang istiqomah mengikutnya hingga hari akhir

3.  ً‫ين آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَ ْواًل َس ِديد‬ َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذ‬
َ َ‫يُصْ لِحْ لَ ُك ْم أَ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َو َم ْن ي ُِط ِع هَّللا َ َو َرسُولَهُ فَقَ ْد ف‬
‫از فَ ْو ًزا‬
‫َع ِظي ًما‬
Yaa ayyuhalladziina aamanuuttaqullaha wa quuluu qaulan sadiidaa
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah
perkataan yang benar
yushlih lakum a’maalakum
niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu
wa yaghfirlakum dzunuubakum
dan mengampuni bagimu dosa-dosamu
wa man yuthi’illaha wa rasulahu
Dan barangsiapa menta’ati Allah dan Rasul-Nya
faqad faaza fauzan adziima
maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar

‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه‬َ ‫ي ُم َح َّم ٍد‬ ِ ‫ َوأَحْ َس َن ْالهَ ْد‬، ِ ‫ث ِكتَابُ هَّللا‬
ُ ‫ي هَ ْد‬ ِ ‫ق ْال َح ِدي‬ َ َ‫فإِ َّن أ‬
َ ‫ص َد‬
ُ
‫ َو ُك َّل‬، ٌ‫ضاللَة‬ ِ ‫ َو َش َّر األ ُم‬، ‫َو َسلَّ َم‬
َ ‫ َو ُك َّل بِ ْد َع ٍة‬، ٌ‫ َو ُك َّل ُمحْ َدثَ ٍة بِ ْد َعة‬، ‫ور ُمحْ َدثَاتُهَا‬
ِ َّ‫ضاللَ ٍة فِي الن‬
‫ار‬ َ
Fainna ashdaqal haditsi kitabullah
Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah
wa ahsan hadyi hadyu muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam
dan sebaik-baik petunjuk, adalah petunjuk Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam

wa syarral `umuri muhdasatuha


dan sejelek-jelek perkara adalah sesuatu yang baru yang diada-adakan
wa kulla muhdasatin bid'ah
dan semua perkara baru yang diada-adakan adalah bid'ah
wa kulla bid'atin dhalalah
dan semua yang bid'ah adalah sesat
wa kulla dhalalatin fin-naar
dan semua yang sesat tempatnya di neraka

4. Membaca salah satu ayat dari Al Quran pada salah satu dari dua khutbah.
Ayat yang dibaca haruslah jelas, tidak cukup dengan hanya membaca ayat yang terdapat
huruf muqotho’ah (seperti alif laa mim) yang terdapat dalam awal surat.

…٧﴿ ‫﴾لَئِن َش َكرْ تُ ْم أَل َ ِزي َدنَّ ُك ْم ۖ َولَئِن َكفَرْ تُ ْم إِ َّن َع َذابِي لَ َش ِدي ٌد‬
Arti :
“…Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu,
dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
(QS. Ibrahim[14]: 7)
Dibaca pada saat khutbah pertama

5. Berdoa kepada kaum mukminin pada khutbah kedua dengan doa-doa yang sudah ma’ruf

‫ْت َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل‬ َ ‫صلَّي‬ َ ‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما‬ِ ‫صلِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬ َ ‫اَللَّهُ َّم‬
‫ت َعلَى‬ َ ‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َر ْك‬ ِ َ‫ َوب‬.‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬َ َّ‫ إِن‬،‫إِب َْرا ِه ْي َم‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬ َ َّ‫ إِن‬،‫إِب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل إِ ْب َرا ِه ْي َم‬
‫ت‬ِ ‫ت األَحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواألَ ْم َوا‬ ْ ‫المؤ ِمنِي َْن َو‬
ِ ‫المؤ ِمنَا‬ ْ ‫ت َو‬ِ ‫اللهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِمي َْن َوالم ْسلِ َما‬
‫اللهُ َّم اجْ َعلنَا ِمن التَّ َّوابِين‬
‫اللهُ َّم اجْ َعلنَا ِمن المتَّقِين‬
‫ت التَّوابُ ال َّر ِحيم‬ َ ‫ك اَ ْن‬ َ َّ‫اللهُ َّم َوتُبْ َعلَ ْينَا اِن‬
‫ار‬ِ َّ‫اب الن‬ َ ‫اللهُ َّم آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي اآل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ‬
‫عباد هللا‬:
‫إِ َّن اللَّـهَ يَأْ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َواإْل ِ حْ َسا ِن َوإِيتَا ِء ِذي ْالقُرْ بَ ٰى َويَ ْنهَ ٰى َع ِن ْالفَحْ َشا ِء َو ْال ُمن َك ِر‬
٩٠﴿ ‫ُون‬ َ ‫﴾ َو ْالبَ ْغ ِي ۚ يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكر‬
‫ ول ِذك ُر هللا أكبَر‬،‫ َوا ْش ُكرُوهُ َعلَى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُكم‬،‫فَ ْاذ ُكرُوا هللا ال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُكم‬

Anda mungkin juga menyukai