Anda di halaman 1dari 3

TUGAS

SISTEM ADMINSTRASI NEGARA

OLEH

NAMA : MARTILDE RENSIANA

NIM : 1903010009

SEMESTER/KELAS : III/A

DOSEN WALI : DR. HENDRIK TODA S.SOS, M.SI

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2020
ORGANISASI ADMINSTRASI NEGARA

A. Jenis-jenis Organisasi Administrasi Negara


Organisasi administrasi negara adalah sekelompok orang yang harus bekerja sama secara
tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Organisasi administrasi negara juga
merupakan struktur suatu tatanan hubungan hierarkis antara orang-orang yang masing-
masing memegang/menjalankan jabatan/tugas/fungsi. Struktur mengendalikan mekanisme
yang menggerakkan kegiatan-kegiatan dan sarana-sarana menuju tercapainya tujuan-tujuan.
Organisasi administrasi negara adalah kegiatan-kegiatan yang menggerakkan orang-orang
dan sarana-sarana secara tertib menuju tercapainya maksud dan tujuan-tujuan tertentu.
Organisasi administrasi negara biasanya disebut juga dengan organisasi pemerintahan.
Kedua organisasi ini telah menjadi satu sehingga pejabatnya yang bersangkutan harus selalu
tahu dan sadar bila dia sedang menjalankan fungsi pemerintahan dan sedang melakukan
fungsi administrasi (negara). Organisasi pemerintahan dan administrasi negara disesuaikan
dengan dan bergantung pada tipe negara yang bersangkutan. Negara Republik Indonesia
adalah Negara Pancasila. Hal tersebut berarti bahwa Negara Republik Indonesia tergolong
dalam tipe negara kesejahteraan dan kemakmuran (welfare state).
Karena merupakan organisasi politik, sosial, fungsional, dan teritorial, Negara Republik
Indonesia tersusun atas empat macam atau jenis organisasi pemerintahan. Adapun keempat
jenis organisasi pemerintah itu adalah sebagai berikut:
1. Organisasi pemerintahan politik
Organisasi pemerintahan politik adalah organisasi yang terdiri dari lembaga pembuat
Undang-Undang dan lembaga yang menjalankan seluruh kebijakan pemerintah,
seperti Majelis Permusyawaratan Rakyat, Presiden ditambah Dewan Perwakilan
Rakyat, Kepala Daerah ditambah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
2. Organisasi pemerintahan sosial otonom, yakni:
Negara Republik Indonesia = rukun nasional,
Daerah Tingkat I = rukun provinsial,
Daerah Tingkat II = rukun kabupaten,
Desa = rukun desa.
Rukun adalah unit sosial untuk mempersatukan atau mengatasi perbedaan antara
suku, agama, aliran kepercayaan, profesi, dan sebagainya. Unit rukun terkecil adalah
rukun tetangga (RT).
3. Organisasi pemerintahan fungsional, yakni organisasi pemerintahan sentral,
dekonsentral, dan desentral.
4. Organisasi pemerintahan teritorial, adalah organisasi pemerintahan kewilayahan:
a. Wijlayah Republik Indonesia, wilayah provinsi, wilayah kota,
b. Wilayah kabupaten, wilayah kotamadya, wilayah kecamatan, kota administratif.
c. Wilayah dibentuk melalui pembagian (secara) administratif dari teritorium atau
wilayah kedaulatan negara atau wilayah yurisdiksi negara.
d. Unit wilayah pada umumnya sekaligus menjadi wilayah jabatan (ambtsgebied,
yurisdiksi) dari jabatan atau seorang pejabat negeri (negara).
Dengan demikian, organisasi negara modern mana pun selalu rumit (kompleks), dan
harus dijaga jangan sampai menjadi ruwet, sehingga tidak terkendalikan oleh pemerintah.
Tidak ada organisasi negara modern masa kini yang sederhana. Semua rumit sehingga
organisasi negara tersebut memerlukan pejabat-pejabat negara dan negeri yang mampu
berpikir secara rumit (kompleks, sistematis, rasional, matematis) di dalam menjalankan
berbagai fungsi dan tugas negara. Oleh karena itu, banyak negara bekas jajahan setelah
dimerdekakan dan ditinggal oleh pejabat-pejabat administrasi negara penjajah yang
berpengalaman dan terdidik baik, menjadi berantakan dan kacau-balau.
Administrasi negara yang baik, efektif, dan sehat memerlukan:
1. pejabat-pejabat yang berpendidikan cukup tinggi,
2. pejabat-pejabat yang bermoral, paling tidak yang menjunjung tinggi etik kedinasan,
3. pejabat-pejabat yang mempunyai integritas tinggi, artinya yang mempunyai rasa tanggung
jawab besar, tidak mau mengkhianati sumpah jabatannya dan tugasnya, tidak mau diajak
kongkalikong atau korupsi, yang cukup bijaksana dan selalu berdaya upaya mencegah atau
memecahkan problema.
Banyak negara bekas jajahan menjadi hancur dan kacau balau admininistrasi negaranya
karena tidak dapat menggantikan pejabat-pejabat civil service penjajah (bangsa asing Barat)
dengan tenaga-tenaga bangsa sendiri yang memenuhi syarat-syarat mentalitas dan attituda
yang sederajat. Pendidikan akademik dan teknis-teknologis memang sudah menjadi
persyaratan utama dan dasar untuk pengadaan pegawai negeri dan penempatan personal
negeri, terutama pada jabatan-jabatan yang harus banyak melakukan kalkulasi, perkiraan,
planning, policy formulation dan decisions making secara modern. Dibalik itu, yang tidak
kalah pentingnya adalah syarat-syarat kepribadian karena para pejabat administrasi negara
Indonesia harus banyak berhubungan dengan warga masyarakat atau rakyat biasa. Dengan
perkataan lain, di samping pandai bekerja secara modern, mereka juga harus pandai
“merakyat”, pandai bergaul dengan dan melayani masyarakat yang masih belum modern
dengan penuh rasa pengertian dan hati yang tulus untuk melayani mereka tanpa pamrih,
artinya tanpa perhitungan untung rugi pribadi. Menyamaratakan perlakuan terhadap warga
masyarakat yang masih belum berpendidikan cukup dengan yang sudah pandai dan kaya
adalah tidak adil. Oleh sebab itu, organisasi daripada unit-unit atau instansi-instansi yang
harus melayani warga dan badan masyarakat merupakan problema yang sangat penting,
misalnya Kantor Kelurahan, Kantor Kepala Desa, Kantor Kecamatan, Kantor Dinas Daerah,
Kantor Kepala Daerah, Kantor Bupati, Kantor Gubernur, Kantor Walikotamadya, Kantor
Polisi, Kantor Kejaksaan, Kantor Panitera Pengadilan, Kantor Pajak, Kantor Imigrasi, Kantor
Bea Cukai, dan seterusnya.

Anda mungkin juga menyukai