Anda di halaman 1dari 2

Nama : Milia Yuliasari

NIM : 30501202503

“Poligami Ditinjau Dari Sisi Keadilan Dalam Hukum Islam”

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara bahasa poligini adalah ikatan perkawinan dimana laki-laki mengawini lebih dari
seorang perempuan pada waktu yang bersamaan. Sebaliknya, jika perempuan yang memiliki
suami lebih dari satu pada waktu yang bersamaan disebut poliandri. Kedua-duanya (baik
poligini maupun poliandri) disebut poligami.
Dalam islam poligini dibolehkan maksimal sampai empat orang dalam waktu yang
bersamaan berdasarkan Al-Qur’an. Dalil yang digunakan dari Al-Qur’an untuk
membolehkannya adalah Surat An-Nisa’ ayat 3:

Dalam ayat di atas, Allah SWT mengingatkan kepada para wali anak-anak yatim, bahwa
jika mereka khawatir tidak dapat berlaku adil terhadap anak-anak yatim perempuan yang berada
di bawah asuhan mereka, maka lebih baik mengawini perempuan-perempuan lain yang
disenangi satu sampai empat orang. Dan jika mereka khawatir pula tidak sanggup berlaku adil
terhadap isteri-isteri mereka, maka kawinilah satu orang saja atau buak-budak yang dimiliki.
Menurut ath-Thabari ada beberapa penafsiran tentang maksud khawatir dalam ayat
diatas: (1) para wali khawatir tidak dapat berlaku adil dalam memberi mahar jika mengawini
anak-anak yatim yang berada di bawah perwaliannya dibandingkan jika mereka mengawini
perempuan-perempuan lain yang setara, (2) jika para wali mengawini perempuan-perempuan
lebih dari empat orang dikhawatirkan mereka kesulitan memberikan nafkah kepada mereka
sehingga mengambil harta anak-anak yatim yang di bawah perwaliannya untuk memenuhi
nafkah itu sebagaimana yang pernah dilakukan oleh orang-orang Quraisy sebelum Islam, (3)
jika mereka khawatir tidak dapat berlaku adil terhadap anak-anak yatim yang berada di bawah
perwaliannya, harusnya mereka lebih khawatir lagi tidak dapat berlaku adil terhadap isteri-isteri
mereka. Oleh sebab itu jangan kawin lebih dari empat pada waktu yang bersamaan dan kalau
masih khawatir tidak dapat berlaku adli lebih baik kawini seorang perempuan saja, dan (4)
sebagaimana mereka khawatir tidak dapat berlaku adil terhadap anak-anak yatim yang berada di
bawah perwaliannya, seharusnya mereka juga khawatir untuk berbuat zina terhadap perempuan-
perempuan. Oleh sebab itu kawinilah satu sampai empat perempuan yang baik-baik bagi
mereka.
Dari empat penafsiran yang disebutkan di atas, penafsiran yang pertamalah yang paling
banyak dianut oleh para muffasir lain. Az- Zamakhsyari, ar-Razi, Ibn Katsir dan al-Alusi juga
menyebutkan pengertian seperti itu dalam kitab tafsir mereka. Tetapi kekhawatiran tidak dapat
berlaku adil terhadap anak-anak yatim yang berada di bawah perwalian itu tidaklah menjadi
syarat dibolehkannya poligini. Artinya tanpa ada kekhawatiran itu pun seorang laki-laki muslim
diizinkan berpoligini asal yakin dapat berlaku adil terhadap isteri-isternya. Satu-satunya syarat
boleh berpoligini dalam ayat ini hanyalah kemampuan untuk berlaku adail.

Anda mungkin juga menyukai