Anda di halaman 1dari 15

Prosiding PPI Standardisasi 2011 – Jakarta, 16 November 2011

PEMETAAN PRODUK TELEVISI DI INDONESIA


TERHADAP STANDAR EFISIENSI ENERGI
PARAMETER UJI KONSUMSI DAYA
Oleh
Wisnu Ananda 1

Abstrak
Indonesia belum memiliki regulasi tentang efisiensi energi untuk produk televisi.
Padahal televisi menempati posisi kedua sebagai produk elektronika rumah tangga
yang paling banyak menghabiskan konsumsi listrik. Kegiatan yang dilakukan disini
merupakan pengujian konsumsi daya terhadap 10 merek TV CRT, 2 merek TV LCD,
dan 1 merek TV Plasma yang beredar di Indonesia. Metode pengujian yang digunakan
mengacu pada standar SNI 04-6253-2003. Pengujian dilakukan di Laboratorium
Elektronika dan EMC Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung
berdasarkan hasil pengujian pada tahun 2008-2011. Hasil pengujian yang diperoleh
kemudian digunakan sebagai data untuk membandingkan persyaratan pada tiga
standar yang berbeda, yaitu: Energy Star versi 5.3, EC no.642/2009 dan AS/NZS
60287.2.2(Int):2009. Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua TV yang diuji tidak
memenuhi standar Energy Star, sebagian TV memenuhi standar EC No.642/2009, dan
semua TV memenuhi standar AS/NZS 60287.2.2(Int):2009.

Kata kunci : televisi, efisiensi energi, konsumsi daya

                                                            
1
 Staf laboratorium Elektronika dan EMC, Balai Besar Bahan dan Barang Teknik,
Kementerian Perindustrian
 

  25

 
Prosiding PPI Standardisasi 2011 – Jakarta, 16 November 2011

I PENDAHULUAN

Energi merupakan isu yang sudah sangat mendunia pada saat ini. Pada tanggal 16 –
17 Maret 2009 di Paris telah diselenggarakan suatu workshop, sebagai hasil
kerjasama ISO – IEC (International Organization for Standardization – International
Electrotechnical Commission), yang berjudul “International Standards to Promote
Energy Efficiency”. Workshop tersebut dihadiri oleh sekitar 300 peserta dari seluruh
dunia untuk membahas topik-topik yang sangat penting dan menarik terutama terkait
dengan pentingnya standardisasi bagi efisiensi energi di dunia saat ini.1 Sejumlah
negara di dunia telah menjalankan programnya untuk melaksanakan standardisasi
bagi efisiensi energi, misalnya : Energy Star2 (AS), Blue Angel3 (Jerman), Top Runner4
(Jepang), E35 (Australia), dan Procel Label6 (Brazil).
Pemerintah Indonesia juga telah memberikan perhatian terhadap masalah
efisiensi energi ini. Sejumlah peraturan telah dikeluarkan untuk mendukungnya,
diantaranya yaitu PP no.70 tahun 2009 tentang Konservasi Energi.7 Pada tahun 2010
Indonesia bersama dengan Bangladesh, China, Pakistan, Thailand, dan Vietnam
bergabung dalam sebuah proyek kerjasama yang disebut BRESL (Barrier Removal to
the cost-effective development and implementation of Energy efficiency Standard and
Labelling). Kegiatan utamanya adalah melakukan harmonisasi standar dan labelisasi
efisiensi energi terhadap tujuh produk elektronika rumah tangga, yaitu : AC, kipas
angin, kulkas, elektrik ballast, elektrik motor, lampu CFL, dan rice cooker.8 Produk
pertama di Indonesia yang telah dikeluarkan regulasinya untuk mencantumkan label
tanda hemat energi yaitu lampu swabalast/CFL melalui Permen ESDM no.06 tahun
2011.9 Pada tahun 2012 rencananya akan dibuat regulasi tentang labelisasi hemat
energi untuk produk kulkas.10
Selain tujuh produk elektronika yang tercakup dalam proyek BRESL
sebenarnya ada satu produk lagi yang perlu dibuatkan regulasi tentang efisiensi
energinya, yaitu televisi. Sejumlah negara di dunia telah membuat regulasi tentang
efisiensi energi produk televisi, diantaranya : AS, Uni Eropa, Korea, Jepang, China11,
Brazil6, dan Australia.5 Beberapa diantaranya bahkan memfokuskan pada program
penurunan daya standby televisi hingga di bawah satu Watt.
Televisi merupakan produk elektronika yang sudah dikenal luas oleh
masyarakat Indonesia saat ini. Berdasarkan hasil survey Electronic Marketer Club
pada tahun 2008, terdapat lima produk elektronika yang paling banyak permintaannya
di pasar Indonesia, yaitu : televisi, pompa air, mesin cuci, kulkas, dan AC.12 Data hasil
JICA Study on Energy Efficiency and Conservation Improvement in Indonesia pada
tahun 2008 menunjukkan bahwa rata-rata pemakaian konsumsi daya listrik televisi di
rumah tangga adalah sebesar 16,57% dari total pemakaian daya listrik. Angka tersebut
berada pada urutan kedua setelah kulkas (25,84%).13,14 Lebih lanjut, berdasarkan data
dari Handbook of Energy Economic Statistics of Indonesia 2009 menyatakan bahwa
pada tahun 2008 konsumsi energi listrik rumah tangga adalah sebesar 50.184 GWh
listrik.15 Sehingga jika dihitung total pemakaian daya listrik televisi di rumah tangga
pada tahun 2008 yaitu sebesar: 16,57% x 50.184 GWh = 8.315 GWh atau setara
dengan 6,44% dari total pemakaian daya listrik di Indonesia pada tahun 2008.15 Jika

26   

 
Prosiding PPI Standardisasi 2011 – Jakarta, 16 November 2011

diasumsikan bahwa pemakaian daya 1 kWh setara dengan 0,000724 ton emisi gas
CO2,16 maka pada tahun 2008 telah dihasilkan emisi sebanyak 6 juta ton gas rumah
kaca dari pemakaian televisi. Kemudian pada penjelasan pasal 12 ayat 2 PP no.70
tahun 2009 disebutkan bahwa 1,15 kilo liter (kl) minyak bumi setara dengan 11,63
MWh.7 Maka konsumsi daya listrik televisi di rumah tangga pada tahun 2008 sebesar
8.315 GWh berarti telah menghabiskan minyak bumi sebanyak:
8.315 GWh / (11,63 MWh / 1,15 kl) = 621.705 kl minyak bumi
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang pemetaan
efisiensi energi produk televisi di Indonesia dalam hal konsumsi daya.

II METODE PENELITIAN

Sejak tahun 2008 hingga tahun 2011, Laboratorium Elektronika dan EMC B4T
Bandung telah melakukan pengujian terhadap produk televisi yang berasal dari 13
perusahaan dengan total jumlah tipe/model sebanyak 71 buah. Pada tahun 2008 –
2010 sampel televisi diperoleh dengan tiga cara, yaitu : membeli di pasaran, dikirim
langsung oleh perusahaan, dan dikirim oleh Lembaga Sertifikasi Produk (LS-Pro).
Pada tahun 2011 pengambilan sampel televisi dilakukan sesuai dengan Peraturan
Dirjen Industri Alat Transportasi dan Telematika (IATT) Kementerian Perindustrian
Nomor 28/IATT/PER/9/2010.17
Mengingat keterbatasan ruang yang ada, maka pada makalah ini penulis
hanya menampilkan data-data pengujian 13 sampel televisi yang terdiri dari 10 TV
CRT, 2 TV LCD, dan 1 TV Plasma serta berasal dari 7 perusahaan lokal dan 5
perusahaan asing. Sepuluh sampel diantaranya diuji pada tahun 2011. Parameter
yang diuji yaitu konsumsi daya pada saat On (play) dan Standby. Peralatan yang
digunakan dalam pengujian ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Peralatan yang Digunakan dalam Pengujian Konsumsi Daya


No Nama Alat Kapasitas Ukur
1 Programmable AC Source 4 kW, resolusi : 0,1 V ; 0,01 A ; 0,1
W
2 Digital Phospor 500 MHz, 5 GS/s
Oscilloscope
3 TV Pattern Generator NTSC/PAL/SECAM
4 Pink Noise Generator Output : sinewave 1 kHz
5 Dummy Load Sesuai resistansi speaker TV

Metode pengujian mengacu pada SNI 04-6253-200318 yang merupakan standar


keselamatan (safety) untuk peralatan audio-video dan telah diberlakukan menjadi SNI
Wajib.19 SNI tersebut mengacu pada standar internasional IEC 60065.20 Metode ini
digunakan karena pengujian dilakukan bersamaan dengan pengujian safety untuk
keperluan penerapan SNI wajib produk televisi. Selain itu, pada saat pengujian
dilakukan penulis belum mengetahui adanya standar khusus untuk pengujian efisiensi
energi televisi. Namun demikian kami berasumsi bahwa nilai yang dihasilkan dari
pengujian ini bisa digunakan sebagai gambaran tentang efisiensi energi, yaitu

  27

 
Prosiding PPI Standardisasi 2011 – Jakarta, 16 November 2011

konsumsi daya, mengingat bahwa pengujian keselamatan untuk parameter konsumsi


daya menggunakan setting kondisi yang paling tidak menguntungkan (unfavourable).
Sehingga nilai yang dihasilkan diperkirakan akan lebih tinggi daripada pengujian
dengan menggunakan standar khusus efisiensi energi televisi. Oleh karena itu jika
nantinya pada penelitian lanjutan menggunakan standar khusus tersebut, tidak akan
mengakibatkan kekagetan pada pemetaan produk yang sudah dihasilkan, mengingat
standar yang digunakan sebelumnya sudah lebih tinggi kriterianya.
Pengujian konsumsi daya pada posisi On (play) sesuai SNI 04-6253-200318
dilakukan dengan pengaturan kondisi sebagai berikut :
- suhu ruangan dijaga pada rentang antara 15 – 35°C;
- kelembaban relatif ruangan maksimal 75%;
- TV berada pada posisi menyala (On);
- setting AC Source dengan tegangan uji 220 V dan frekuensi 50 Hz (sesuai
kondisi jala-jala listrik di Indonesia);
- input video menggunakan sinyal Color Bar dari TV Pattern Generator;
- sinyal audio diatur sebesar 1/8 non-clipped output audio wave menggunakan
osiloskop dan Pink Noise Generator dengan frekuensi 1 kHz;
- brightness dan contrast diatur pada kondisi maksimum;
- speaker diganti dengan dummy load sesuai dengan rating resistansinya.
Selanjutnya dilakukan rangkaian pengujian. AC Source dihubungkan dengan
jala-jala listrik 3 fase. Kabel power televisi dihubungkan dengan input AC Source.
Terminal video pada televisi dihubungkan dengan terminal video pada TV Pattern
Generator. Sedangkan terminal audio televisi dihubungkan dengan terminal audio
pada Pink Noise Generator. Titik pengukuran daya dilakukan pada kedua terminal
dummy load dengan menggunakan osiloskop. Setelah pengaturan kondisi dan
rangkaian pengujian selesai, daya yang dicatat yaitu daya terukur pada AC Source.
Pengujian konsumsi daya pada posisi standby hanya menggunakan alat AC
Source. Adapun pengaturan kondisinya yaitu sebagai berikut :
- suhu ruangan dijaga pada rentang antara 15 – 35°C;
- kelembaban relatif ruangan maksimal 75%;
- setting AC Source dengan tegangan uji 220 V dan frekuensi 50 Hz (sesuai
kondisi jala-jala listrik di Indonesia);
Selanjutnya dilakukan rangkaian pengujian. AC Source dihubungkan dengan
jala-jala listrik 3 fase. Kabel power televisi dihubungkan dengan input AC Source.
Setelah itu televisi dinyalakan menggunakan tombol atau saklar power yang terdapat
pada badan televisi. Selanjutnya gunakan fasilitas pencarian saluran agar televisi
dapat menangkap minimal satu siaran televisi. Kemudian matikan televisi
menggunakan remote control. Setelah pengaturan kondisi dan rangkaian pengujian
selesai, daya yang dicatat yaitu daya terukur pada AC Source.

28   

 
Prosiding PPI Standardisasi 2011 – Jakarta, 16 November 2011

III HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, hasil pengujian yang diperoleh kemudian digunakan sebagai data
untuk membandingkan persyaratan pada tiga standar yang berbeda. Ketiga standar
yang akan dibandingkan yaitu:
a. Energy Star Program Requirements for Televisions versi 5.3 yang digunakan
di AS dan Kanada serta mulai berlaku secara efektif sejak 30 September
2011.21
b. Commission Regulation (EC) No.642/2009 tentang Ecodesign Requirement
for Televisions yang berlaku di Eropa.22
c. AS/NZS 62087.2.2 (Int):2009 tentang Power consumption of audio, video,
and related equipment – Part 2.2 : Minimum Energy Performance Standards
(MEPS) and energy rating label requirements for television sets yang berlaku
di Australia dan Selandia Baru.23
Ketiga standar tersebut sebenarnya mengacu pada standar internasional IEC
yang sama, yaitu :
a. IEC 62087: Methods of measurement for the power consumption of audio,
video, and related equipment.24 Standar ini digunakan sebagai acuan metode
pengujian konsumsi daya pada posisi nyala (on).
b. IEC 62301: Household electrical appliances – Measurement of standby
power.25 Standar ini digunakan sebagai acuan metode pengujian konsumsi
daya pada posisi standby.
c. IEC 60107-1: Methods of measurement on receivers for television broadcast
transmissions – Part 1 : General considerations – Measurements at radio and
video frequencies.26 Standar ini digunakan sebagai acuan untuk menentukan
test signals yang digunakan dalam pengujian.
Pengukuran konsumsi daya On pada SNI 04-6253-2003 hanya menerapkan
satu mode, yaitu menggunakan static video signals dengan satu jenis input sinyal
video. Sedangkan pada IEC 62087 menerapkan tiga mode, yaitu: static video signals
dengan empat jenis input sinyal video, dynamic broadcast-content video signal, dan
internet-content video signal. Konsumsi daya On pada IEC 62087 merupakan rata-rata
dari hasil ketiga mode pengukuran tersebut. Sedangkan pengukuran konsumsi daya
standby pada SNI 04-6253-2003 dan IEC 62301 secara prinsip tidak ada perbedaan
yang berarti.

3.1 Persyaratan Standar Energy Star Program Requirement for Television


versi 5.3
Data hasil pengujian konsumsi daya televisi beserta kesesuaiannya terhadap standar
Energy Star versi 5.3 dapat dilihat pada Tabel 3. Luas layar yaitu ukuran panjang kali
lebar layar kaca televisi (tidak termasuk casing/cover). Daya On dan daya standby
merupakan daya terukur dengan menggunakan metode pengujian yang telah
dijelaskan pada bagian metode penelitian. Daya On maksimum dihitung berdasarkan
rumus pada standar Energy Star versi 5.3 yang dapat dilihat di Tabel 2.

  29

 
Prosiding PPI Standardisasi 2011 – Jakarta, 16 November 2011

Tabel 2 Perhitungan Daya On Maksimum Sesuai Standar Energy Star Versi 5.3
Luas Area, A Daya On Maksimum
(inchi2) (watt)
A < 275 (0,13 x A) + 5
275 ≥ A ≥ 1068 (0,084 x A) + 18
A > 1068 108

Daya standby maksimum yang ditetapkan standar tersebut yaitu sebesar satu
Watt. Adapun perkiraan konsumsi energi tahunan dihitung berdasarkan Persamaan 1.
(5 x365 xPon) + (19 x365 xPs)
E= (Persamaan 1)
1000
Keterangan:
E = Energi tahunan (kWh/tahun)
Pon = Daya on (Watt)
Ps = Daya standby (Watt)
Asumsi yang digunakan pada standar Energy Star versi 5.3 ini yaitu pemakaian televisi
pada kondisi on selama 5 jam/hari dan 19 jam/hari pada kondisi standby.
Berdasarkan data pada Tabel 3 nampak bahwa tidak satupun televisi yang
diuji memenuhi persyaratan pada nilai konsumsi daya on. Sedangkan pada nilai
konsumsi daya standby terdapat dua televisi yang memenuhi syarat di bawah 1 Watt
dimana keduanya merupakan TV LCD.
Konsumsi energi terendah untuk TV CRT dimiliki oleh TV merek H (asing)
sebesar 145,42 kWh/tahun diikuti oleh TV merek E (lokal) sebesar 145,56 kWh/tahun.
Sedangkan konsumsi energi tertinggi untuk TV CRT dimiliki oleh TV merek F (lokal)
sebesar 218,05 kWh/tahun. Secara keseluruhan, konsumsi energi terendah dimiliki
oleh TV LCD.

30   

 
Prosiding PPI Standardisasi 2011 – Jakarta, 16 November 2011

Tabel 3 Data Hasil Pengujian Konsumsi Daya Televisi Beserta Kesesuaiannya Terhadap Standar Energy Star Versi 5.3
Daya Perkiraan
Ukuran Luas Daya Daya On Daya
Standby Konsumsi
No Perusahaan Merek Teknologi Layar Layar On Maksimum Standby
Maksimum Energi Tahunan
(inchi) (inchi2) (Watt) (Watt) (Watt)
(Watt) (kWh/tahun)
1 PT. Lokal A CRT 21 208 63,7 32,04 8,2 1 173,12

2 PT. Lokal B CRT 21 208 57,4 32,04 12,7 1 192,83

3 PT. Lokal C CRT 21 208 71,1 32,04 5,4 1 167,21

4 PT. Lokal D CRT 21 208 69,7 32,04 11,6 1 207,65

5 PT. Lokal E CRT 21 208 63,8 32,04 4,2 1 145,56

6 PT. Lokal F CRT 21 208 77,3 32,04 11,1 1 218,05

7 CV. Lokal G CRT 21 208 47,1 32,04 12,8 1 174,73


PT. Asing (lokasi
8 H CRT 21 208 64,1 32,04 4,1 1 145,42
pabrik di Indonesia)
PT. Asing (lokasi
9 I CRT 21 208 65,5 32,04 3,9 1 146,58
pabrik di Indonesia)
PT. Asing (lokasi
10 J CRT 21 208 56,8 32,04 7,6 1 156,37
pabrik di Indonesia)
PT. Asing (lokasi
11 J LCD 19 147 36,1 24,11 0,1 1 66,58
pabrik di Malaysia)
PT. Asing (lokasi
12 K LCD 22 201 45,3 31,13 0,8 1 88,22
pabrik di Indonesia)
PT. Asing (lokasi
13 L Plasma 42 742 83,2 80,33 12,2 1 236,45
pabrik di Singapura)

  31 

 
Prosiding PPI Standardisasi 2011 – Jakarta, 16 November 2011

3.2 Persyaratan Standar Commission Regulation (EC) No.642/2009


Data hasil pengujian konsumsi daya televisi beserta kesesuaiannya terhadap standar
EC No.642/2009 dapat dilihat pada Tabel 5. Daya On maksimum dihitung berdasarkan
rumus pada standar EC No.642/2009 yang dapat dilihat di Tabel 4.

Tabel 4 Perhitungan Daya On Maksimum Sesuai Standar EC No.642/2009


All Resolutions
Television sets 16 Watts + (A x 3,4579 watts/dm2)
Television monitors 12 Watts + (A x 3,4579 watts/dm2)

Rumus yang digunakan yaitu Television sets, karena pengertian television monitors
menurut standar tersebut yaitu tidak bisa menerima dan memproses broadcast signals.
Sedangkan daya standby maksimum yang ditetapkan oleh standar tersebut
yaitu sebesar 1 Watt. Adapun perkiraan konsumsi energi tahunan dihitung berdasarkan
Persamaan 1 dengan asumsi waktu pemakaian yang sama, karena standar EC
No.642/2009 tidak memberikan rumus untuk perhitungan konsumsi energi tahunan.
Berdasarkan data pada Tabel 5 nampak bahwa terdapat 3 buah TV CRT, 2
TV LCD, dan 1 TV Plasma yang diuji memenuhi persyaratan pada nilai konsumsi daya
on. Sedangkan pada nilai konsumsi daya standby terdapat dua televisi yang memenuhi
syarat di bawah 1 Watt dimana keduanya merupakan TV LCD.

32   

 
Prosiding PPI Standardisasi 2011 – Jakarta, 16 November 2011

Tabel 5 Data Hasil Pengujian Konsumsi Daya Televisi Beserta Kesesuaiannya Terhadap Standar EC No.642/2009
Daya Perkiraan
Ukuran Luas Daya Daya On Daya
Standby Konsumsi
No Perusahaan Merek Teknologi Layar Layar On Maksimum Standby
Maksimum Energi Tahunan
(inchi) (dm2) (Watt) (Watt) (Watt)
(Watt) (kWh/tahun)
1 PT. Lokal A CRT 21 13,42 63,7 62,41 8,2 1 173,12

2 PT. Lokal B CRT 21 13,42 57,4 62,41 12,7 1 192,83

3 PT. Lokal C CRT 21 13,42 71,1 62,41 5,4 1 167,21

4 PT. Lokal D CRT 21 13,42 69,7 62,41 11,6 1 207,65

5 PT. Lokal E CRT 21 13,42 63,8 62,41 4,2 1 145,56

6 PT. Lokal F CRT 21 13,42 77,3 62,41 11,1 1 218,05

7 CV. Lokal G CRT 21 13,42 47,1 62,41 12,8 1 174,73

PT. Asing (lokasi


8 H CRT 21 13,42 64,1 62,41 4,1 1 145,42
pabrik di Indonesia)
PT. Asing (lokasi
9 I CRT 21 13,42 65,5 62,41 3,9 1 146,58
pabrik di Indonesia)
PT. Asing (lokasi
10 J CRT 21 13,42 56,8 62,41 7,6 1 156,37
pabrik di Indonesia)
PT. Asing (lokasi
11 J LCD 19 9,48 36,1 48,78 0,1 1 66,58
pabrik di Malaysia)
PT. Asing (lokasi
12 K LCD 22 12,97 45,3 60,85 0,8 1 88,22
pabrik di Indonesia)
PT. Asing (lokasi
13 L Plasma 42 47,87 83,2 181,53 12,2 1 236,45
pabrik di Singapura)

  33 

 
Prosiding PPI Standardisasi 2011 – Jakarta, 16 November 2011

3.3 Persyaratan Standar AS/NZS 62087.2.2(Int):2009


Data hasil pengujian konsumsi daya televisi beserta kesesuaiannya terhadap standar
AS/NZS 62087.2.2(Int):2009 dapat dilihat pada Tabel 6. PAEC (Projected Annual
Energy Consumption) dihitung berdasarkan rumus pada Persamaan 2.
PAEC = 0,365 x [(television avg on x 10) + (television sets passive x time passive)
(television active x time active)] kWh (Persamaan 2)
Keterangan :
Television avg on = pengukuran daya pada posisi on (watt)
Television passive = pengukuran daya pada posisi passive standby (watt)
Television active = pengukuran daya pada posisi active standby (watt)
Time passive = waktu yang digunakan pada posisi passive standby (jam)
Time active = waktu yang digunakan pada posisi active standby (jam)
Pada pengujian ini, pengukuran daya pada posisi active standby diabaikan
dan dianggap bahwa semua televisi yang diuji tidak memiliki mode active standby.
Sehingga nilai time passive = 14 jam.
Nilai PAEC maksimal dihitung berdasarkan rumus pada Persamaan 3.
PAEC maksimal = 127,75 kWh + (0,1825 x luas layar cm2 ) (Persamaan 3)
Nilai Star Rating Index (SRI) dihitung berdasarkan rumus pada Persamaan 4.
⎛ CEC ⎞
log⎜ ⎟
SRI = 1 + ⎝ BEC ⎠
(Persamaan 4)
log(1 − ERF )
Keterangan :
SRI = Star Rating Index
log = logaritma dengan basis 10
CEC = Comparative Energy Consumption
BEC = Base Energy Consumption, yaitu sebesar: 127,75 + (0,1825 x luas layar cm2)
ERF = Energy Rating Factor, yaitu sebesar 20% atau 0,2

34   

 
Prosiding PPI Standardisasi 2011 – Jakarta, 16 November 2011

Tabel 6 Data hasil Pengujian Konsumsi Daya Televisi Beserta Kesesuaiannya Terhadap Standar AS/NZS 62087.2.2(Int):2009
Star
Ukuran Luas Daya Daya PAEC
PAEC Rating SRI
No Perusahaan Merek Teknologi Layar Layar On Standby Maksimal
(kWh) Index (Pembulatan)
(inchi) (cm2) (Watt) (Watt) (kWh)
(SRI)
1 PT. Lokal A CRT 21 1342 63,7 8,2 274,41 372,67 2,4 2,5

2 PT. Lokal B CRT 21 1342 57,4 12,7 274,41 372,67 2,4 2,5

3 PT. Lokal C CRT 21 1342 71,1 5,4 287,11 372,67 2,2 2

4 PT. Lokal D CRT 21 1342 69,7 11,6 313,68 372,67 1,8 2

5 PT. Lokal E CRT 21 1342 63,8 4,2 254,33 372,67 2,7 2,5

6 PT. Lokal F CRT 21 1342 77,3 11,1 338,87 372,67 1,4 1,5

7 CV. Lokal G CRT 21 1342 47,1 12,8 237,32 372,67 3,0 3

PT. Asing (lokasi


8 H CRT 21 1342 64,1 4,1 254,92 372,67 2,7 2,5
pabrik di Indonesia)
PT. Asing (lokasi
9 I CRT 21 1342 65,5 3,9 259,00 372,67 2,6 2,5
pabrik di Indonesia)
PT. Asing (lokasi
10 J CRT 21 1342 56,8 7,6 246,16 372,67 2,9 3
pabrik di Indonesia)
PT. Asing (lokasi
11 J LCD 19 948 36,1 0,1 132,28 300,76 4,7 4,5
pabrik di Malaysia)
PT. Asing (lokasi
12 K LCD 22 1297 45,3 0,8 169,43 364,45 4,4 4,5
pabrik di Indonesia)
PT. Asing (lokasi
13 L Plasma 42 4787 83,2 12,2 366,02 1001,38 5,5 5,5
pabrik di Singapura)

  35 

 
Prosiding PPI Standardisasi 2011 – Jakarta, 16 November 2011

Untuk rating energi sampai 6 bintang, kenaikan setengah bintang harus


digunakan. Sedangkan untuk rating energi di atas 6 bintang digunakan kenaikan
bintang penuh. Hubungan antara CEC dengan PAEC yaitu sebagai berikut : PAEC ≤
1,1 x CEC. Pada pengujian ini nilai CEC yang digunakan sama dengan nilai PAEC.
Berdasarkan data pada Tabel 6 nampak bahwa semua televisi yang diuji
memiliki nilai PAEC di bawah batas PAEC maksimal. Sedangkan untuk jumlah bintang
yang memiliki bintang terbanyak yaitu TV Plasma diikuti oleh TV LCD. Sedangkan
untuk TV CRT yang memiliki jumlah bintang terbanyak yaitu TV merek J (asing) dan G
(lokal). Standar AS/NZS 62087.2.2(Int):2009 tidak mengatur tentang batas maksimal
nilai konsumsi daya standby.
Pada label hemat energi produk televisi yang diatur di standar AS/NZS
62087.2.2(Int):2009, dicantumkan jumlah bintang dan nilai PAEC. Semakin banyak
bintangnya berarti produk televisi tersebut semakin efisien tingkat energinya.
Sedangkan semakin tinggi nilai PAEC-nya berarti produk tersebut semakin tidak efisien
tingkat energinya.

IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa berdasarkan standar Energy Star
versi 5.3 yang berlaku di AS, tidak satupun produk televisi yang diuji memenuhi
persyaratan yang ditentukan. Sedangkan berdasarkan standar EC No.642/2009 yang
berlaku di Eropa, hanya dua buah TV LCD yang memenuhi standar. Kemudian sesuai
standar AS/NZS 62087.2.2(Int):2009 yang berlaku di Australia, semua televisi yang
diuji memenuhi persyaratan, hanya terdapat perbedaan pada tingkat efisiensi
energinya yang dirumuskan dengan jumlah bintang yang diperoleh.

4.2 Saran
Regulasi tentang labelisasi hemat energi untuk produk televisi di Indonesia harus
dibuat. Alasannya karena televisi menduduki posisi nomor dua dalam pemakaian
konsumsi listrik produk elektronika di rumah tangga. Selain itu, standar internasional
untuk melakukan pengujian tersebut sudah ada. Pemerintah, dalam hal ini BSN, perlu
segera membuat SNI berdasarkan standar internasional tersebut. B4T juga telah
memperoleh akreditasi dari KAN untuk pengujian keselamatan televisi pada tahun
2009 dengan nomor akreditasi: LP-007-IDN. Secara umum B4T bisa melakukan
pengujian konsumsi daya televisi sesuai standar IEC 62087 dan IEC 62301, hanya
membutuhkan beberapa alat uji tambahan jika televisi yang diuji memiliki spesifikasi
dan fitur yang kompleks, misalnya Internet TV. Selain B4T juga terdapat tiga
laboratorium lain yang telah memperoleh akreditasi dari KAN dan ditunjuk oleh Menteri
Perindustrian untuk melakukan pengujian televisi dalam rangka pelaksanaan SNI
wajib.27

36     

 
Prosiding PPI Standardisasi 2011 – Jakarta, 16 November 2011

Penulis menyarankan agar model regulasi yang dibuat mencontoh regulasi di


Australia, yaitu dengan menggunakan sistem labelisasi tanda bintang. Alasannya yaitu
agar bisa disesuaikan dengan SNI 04-6958-2003 tentang Label Tanda Hemat Energi.28
Selain itu agar semua produk televisi yang ada tetap dapat beredar, hanya nanti akan
terdapat perbedaan pada jumlah bintang yang diperoleh sesuai dengan tingkat
efisiensi energinya.

V DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Standardisasi Nasional. 2009. Dunia Membutuhkan Standar Efisiensi


Energi. (http://www.bsn.go.id/news_detail.php?news_id=819, diakses 30
Oktober 2011)
2. http://www.energystar.gov/ , diakses 30 Oktober 2011.
3. http://www.blauer-engel.de/en/index.php , diakses 30 Oktober 2011
4. http://www.asiaeec-col.eccj.or.jp/top_runner/index.html , diakses 30 Oktober
2011
5. http://www.energyrating.gov.au/ , diakses 30 Oktober 2011.
6. Novgorodcev, A. 2008. Standby Labeling and Procel Seal on TVs – The
Brazilian Experience. New Delhi : International Conference on Standby
Power. (http://www.emt‐india.net/StandbyPower/2‐
3Apr2008StandbyPower/Presentations/DAY%202/09MR.ALEXANDRE.pdf , diakses
31 Oktober 2011)
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2009 tentang
Konservasi Energi
8. Pusat Kebijakan Kerjasama Internasional Kementerian Keuangan. 2010.
Proyek Barrier Removal to the Cost-Effective development and
implementation of Energy efficiency Standards and Labelling (BRESL).
(http://www.pksi.depkeu.go.id/pub.asp?id=24 , diakses 30 Oktober 2011)
9. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor 06 tahun 2011
tentang Pembubuhan Label Tanda Hemat Energi untuk Lampu Swabalast
10. Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi,
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2011. Kulkaspun Akan
Diwajibkan Punya Labelisasi Hemat Energi.
(http://www.ebtke.esdm.go.id/energi/konservasi‐energi/261‐kulkas‐pun‐akan‐
diwajibkan‐punya‐labelisasi‐hemat‐energi.html , diakses 30 Oktober 2011).
11. Power Integrations. 2011. Energy Efficiency Program for Television and
Combo Units. (http://www.powerint.com/en/green‐room/applications/televisions
, diakses 1 Nopember 2011)
12. Data Consult. 2008. Penjualan Elektronik Semester I 2008, Naik 24,1%!
(http://www.research.marketing.co.id/2008/07/27/penjualan‐elektronik‐semester‐i‐
2008‐naik‐241/ , diakses 29 September 2011)

    37

 
Prosiding PPI Standardisasi 2011 – Jakarta, 16 November 2011

13. Hilmawan, E. dan Mustafa S. 2009. Energy Efficiency Standard and Labeling
Policy in Indonesia. Tokyo: International Cooperation for Energy Efficiency
Standard and Labeling Policy. (http://eneken.ieej.or.jp/en/data/pdf/491.pdf ,
diakses 1 Nopember 2011)
14. Sutrisna, K.F. 2010. Kelistrikan Indonesia.
(http://kadekadokura.wordpress.com/2010/08/10/kelistrikan‐indonesia/ , diakses
13 Nopember 2011)
15. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2009. Handbook of Energy
Economic Statistics of Indonesia 2009.
(http://www.esdm.go.id/publikasi/handbook.html , diakses 1 Nopember 2011).
16. Thomas, C. Tessa, T. dan Jon R. 2000. The GHG Indicator : UNEP
Guidelines for Calculating Greenhouse Gas Emissions for Businesses and
Non-Commercial Organizations. Paris : United Nations Environment
Programme.(http://www.unep.fr/energy/information/tools/ghg/pdf/GHG_Indicato
r.pdf , diakses 13 Nopember 2011)
17. Peraturan Direktur Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika Nomor:
28/IATT/PER/9/2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penerapan
Standar Nasional Indonesia Terhadap 3 (Tiga) Produk Industri Elektronika
18. 18SNI 04-6253-2003. Peralatan audio, video, dan elektronika sejenis –
Persyaratan keselamatan
19. 19Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor : 84/M-
IND/PER/8/2010 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia terhadap
3 (Tiga) Produk Industri Elektronika Secara Wajib
20. IEC 60065. Audio, video, and similar electronic apparatus – Safety
requirements
21. Energy Star. 2011. Energy Star Program Requirements for Televisions
version 5.3.
(http://www.energystar.gov/ia/partners/product_specs/program_reqs/Televisions_
Program_Requirements_V5_3.pdf , diakses 30 Oktober 2011)
22. European Commission. 2009. Commission Regulation (EC) No 642/2009 of
22 July 2009 implementing Directive 2005/32/EC of the European Parliament
and of the Council with regard to ecodesign requirements for televisions.
(http://eur‐
lex.europa.eu/LexUriServ/LexUriServ.do?uri=OJ:L:2009:191:0042:0052:EN:PDF ,
diakses 30 Oktober 2011)
23. AS/NZS 62087.2.2(Int):2009 - Power consumption of audio, video, and
related equipment – Part 2.2 : Minimum Energy Performance Standards
(MEPS) and energy rating label requirements for television sets
24. IEC 62087 edisi 2.0:2008. Methods of measurement for the power
consumption of audio, video, and related equipment
25. IEC 62301:2005. Household electrical appliances – Measurement of standby
power

38     

 
Prosiding PPI Standardisasi 2011 – Jakarta, 16 November 2011

26. IEC 60107-1 Third Edition:1997. Methods of measurement on receivers for


television broadcast transmissions – Part 1: General considerations –
Measurements at radio and video frequencies
27. Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor:109/M-
IND/PER/10/2010 tentang Penunjukan Lembaga Penilaian Kesesuaian
Dalam Rangka Pemberlakuan dan Pengawasan SNI Atas 58 Produk Industri
Secara Wajib
28. SNI  04‐6958‐2003  tentang  Pemanfaat  tenaga  listrik  untuk  keperluan  rumah  tangga 
dan sejenisnya – Label tanda hemat energi 

    39

Anda mungkin juga menyukai