Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN GLOMERULONEFRITIS

DI RUANG HEMODIALISA RSUD ULIN


BANJARMASIN

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Medikal Bedah


Program Profesi Ners

Disusun Oleh:

Utari Ermawati
NIM: 11194692110125

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Kasus : Laporan Pendahuluan Glomerulonefritis


Nama Mahasiswa : Utari Ermawati
NIM : 11194692110125

Banjarmasin, Oktober 2021

Mengetahui,

Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

(M. Sobirin Mochtar, Ns., M. Kep) (Asmadi, S.Kep., Ns., M.Kes)


NIK. NIP.
LAPORAN PENDAHULUAN

1. ANATOMI FISIOLOGI GINJAL


Anatomi ginjal menurut Price dan Wilson (2018) dan Smletzer dan
Bare (2018), ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak
pada kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah
dibandingkan ginjal kiri karena tekanan ke bawah oleh hati. Katub atasnya
terletak setinggi iga kedua belas. Sedangkan katub atas ginjal kiri terletak
setinggi iga kesebelas. Ginjal dipertahankan oleh bantalan lemak yang tebal
agar terlindung dari trauma langsung, disebelah posterior dilindungi oleh iga
dan otot-otot yang meliputi iga, sedangkan anterior dilindungi oleh bantalan
usus yang tebal. Ginjal kiri yang berukuran normal biasanya tidak teraba
pada waktu pemeriksaan fisik karena dua pertiga atas permukaan anterior
ginjal tertutup oleh limfa, namun katub bawah ginjal kanan yang berukuran
normal dapat diraba secara bimanual.

Gambar 1. Anatomi Ginjal

Ginjal terbungkus oleh jaringan ikat tipis yang dikenal sebagai


kapsula renis. Disebelah anterior ginjal dipisahkan dari kavum abdomen dan
isinya oleh lapisan peritoneum. Disebelah posterior organ tersebut dilindungi
oleh dinding toraks bawah. Darah dialirkan kedalam setiap ginjal melalui
arteri renalis dan keluar dari dalam ginjal melalui vena renalis. Arteri renalis
berasal dari aorta abdominalis dan vena renalis membawa darah kembali
kedalam vena kava inferior.
Pada orang dewasa panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13 cm
(4,7-5,1 inci) lebarnya 6 cm (2,4 inci) tebalnya 2,5 cm (1 inci) dan beratnya
sekitar 150 gram. Permukaan anterior dan posterior katub atas dan bawah
serta tepi lateral ginjal berbentuk cembung sedangkan tepi lateral ginjal
berbentk cekung karena adanya hilus.
Apabila dilihat melalui potongan longitudinal, ginjal terbagi menjadi
dua bagian yaitu korteks bagian luar dan medulla di bagian dalam. Medulla
terbagibagi menjadi biji segitiga yang disebut piramid, piranid-piramid
tersebut diselingi oleh bagian korteks yang disebut kolumna bertini. Piramid-
piramid tersebut tampak bercorak karena tersusun oleh segmen-segmen
tubulus dan duktus pengumpul nefron. Papilla (apeks) dari piramid
membentuk duktus papilaris bellini dan masukke dalam perluasan ujung
pelvis ginjal yang disebut kaliks minor dan bersatu membentuk kaliks mayor,
selanjutnya membentuk pelvis ginjal.
Ginjal tersusun dari beberapa nefron. Struktur halus ginjal terdiri atas
banyak nefron yang merupakan satuan fungsional ginjal, jumlahnya sekitar
satu juta pada setiap ginjal yang pada dasarnya mempunyai struktur dan
fungsi yang sama. Setiap nefron terdiri dari kapsula bowmen yang
mengintari rumbai kapiler glomerulus, tubulus kontortus proksimal, lengkung
henle dan tubulus kontortus distal yang mengosongkan diri ke duktus
pengumpul. Kapsula bowman merupakan suatu invaginasi dari tubulus
proksimal. Terdapat ruang yang mengandung urine antara rumbai kapiler dan
kapsula bowman dan ruang yang mengandung urine ini dikenal dengan
nama ruang bowmen atau ruang kapsular. Kapsula bowman dilapisi oleh sel-
sel epitel. Sel epitel parielalis berbentuk gepeng dan membentuk bagian
terluar dari kapsula, sel epitel veseralis jauh lebih besar dan membentuk
bagian dalam kapsula dan juga melapisi bagian luar dari rumbai kapiler. Sel
viseral membentuk tonjolan tonjolan atau kaki-kaki yang dikenal sebagai
pedosit, yang bersinggungan dengan membrana basalis pada jarak-jarak
tertentu sehingga terdapat daerah daerah yang bebas dari kontak antar sel
epitel. Daerah-daerah yang terdapat diantara pedosit biasanya disebut celah
pori-pori.
Vaskilari ginjal terdiri dari arteri renalis dan vena renalis. Setiap arteri
renalis bercabang waktu masuk kedalam hilus ginjal. Cabang tersebut
menjadi arteri interlobaris yang berjalan diantara pyramid dan selanjutnya
membentuk arteri arkuata yang melengkung melintasi basis piramid-piramid
ginjal. Arteri arkuata kemudian membentuk arteriola-arteriola interlobaris
yang tersusun oleh parallel dalam korteks, arteri ini selanjutnya membentuk
arteriola aferen dan berakhir pada rumbai-rumbai kapiler yaitu glomerolus.
Rumbai-rumbai kapiler atau glomeruli bersatu membentuk arteriola eferen
yang bercabangcabang membentuk sistem portal kapiler yang mengelilingi
tubulus dan kapiler peritubular. Darah yang mengalir melalui sistem portal
akan dialirkan ke dalam jalinan vena menuju vena intelobaris dan vena
renalis selanjutnya mencapai vena kava inferior. Ginjal dilalui oleh darah
sekitar 1.200 ml permenit atau 20%-25% curah jantung (1.500 ml/menit).
Menurut Price dan Wilson (2013), ginjal mempunyai berbagai macam
fungsi yaitu ekskresi dan fungsi non-ekskresi. Fungsi ekskresi diantaranya
adalah:
1. Mempertahankan osmolaritas plasma sekitar 285 mOsmol dengan
mengubah-ubah ekskresi air.
2. Mempertahankan kadar masing-masing elektrolit plasma dalam rentang
normal.
3. Mempertahankan pH plasma sekitar 7,4 dengan mengeluarkan kelebihan
H+ dan membentuk kembali HCO3
4. Mengekresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme protein, terutama
urea, asam urat dan kreatinin.
Sedangkan fungsi non-ekresi ginjal adalah:
1. Menghasilkan rennin yang penting untuk pengaturan tekanan darah.
2. Menghasilkan eritropoetin sebagai faktor penting dalam stimulasi produksi
sel darah merah oleh sumsum tulang.
3. Metabolisme vitamin D menjadi bentuk aktifnya.
4. Degradasi insulin.
5. Menghasilkan prostaglandin.

Gambar 2. Penampang
Ginjal
2. KONSEP DASAR
PENYAKIT
1. Definisi
Glomerulonefritis adalah suatu peradangan pada glomeruli yang
menyebabkan hematuria (darah dalam air kemih), dengan gumpalan sel
darah merah dan proteinuria (protein dalam air kemih) yang jumlahnya
bervariasi. Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk
menjelaskan berbagai ragam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi
dan inflamasi glomerulus yang disebabkan oleh suatu mekanisme
imunologis (Alam, 2017).

2. Etiologi
Timbulnya GNA didahului oleh infeksi ekstra renal, terutama di
traktus respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman streptokokkus beta
hemolitikus gol A. Faktor lain yang dapat menyebabkan adalah faktor
iklim, keadaan gizi, keadaan umum, faktor alergi, sifilis, keracunan
(keracunan timah hitam, tridion), penyakit amiloid, trombosis vena renalis,
purpura anafilaktoid dan lupus eritematosus (Price, 2016).

3. Klasifikasi
Menurut alam (2017) klasifikasi glomerulonefritis adalah:
a. Berdasarkan distribusi
a. Difus : Mengenai semua glomerulus, bentuk yang paling sering
terjadi menyebabkan gagal ginjal kronik
b. Fokal : Hanya sebagian glomerulus yang abnormal
c. Lokal : Hanya sebagian rumbai glomerulus yang abnormal,
misalnya satu sampai kapiler
b. Berdasarkan bentuk klinis glomerulonefritis difus
a. Akut : Jenis gangguan klasik dan jinak, yang hampir selalu
diawali oleh infeksi streptococcus dan disertai endapan
kompleks imun pada membrabasalis glomerulus (GBM)
dan perubahan proliferasi selular.
b. Subakut : Bentuk glomerulonefritis yang progresif cepat, ditandai
dengan perubahan proliferative selular nyata yang
merusak glomerulus sehingga mengakibatkan kematian
karena uremia dalam jangka waktu beberapa bulan
sejak timbulnya penyakit.
c. Kronik : Glomerulonefritis progesif lambat yang berjalan menuju
perubahan sklerotik dan obileratif pada glomerulus;
ginjal mengisut dan kecil; kematian akibat uremia;
seluruh perjalanan penyakit berlangsung dari 2 sampai
40 tahun.

4. Patofisiologi
a. Glomerulonefritis akut
Perubahan utama adalah penurunan kecepatan filtrasi
glomeruli tanpa penurunan yang tak sebanding dalam aliran darah
ginjal, menimbulkan penurunan keluaran urin. Fungsi tubulus
umumnya tidak terganggu terlalu berat. Peradangan akut glomerulus
terjadi akibat pengendapan kompleks antigen antibody di kapiler-
kapiler glomerulus.Kompleks biasanya terbentuk 7-10 hari setelah
infeksi faring/kulit oleh streptococcus (glomerulonefritis pasca
streptococcus) tetapi dapat timbul setelah infeksi lain. Pengendapan
kompleks Ag Ab di glomerulus akan memacu suatu reaksi
peradangan. Reaksi peradangan di glomerulus akan menyebabkan
pengaktifan komplemen, sehingga terjadi peningkatan aliran darah
dan peningkatan permeabilitas kapiler glomerulus dan filtrasi
glomerulus (Price, 2016).
Protein-protein plasma dan darah merah bocor melalui
glomerulus. Akhirnya membrane glomerulus rusak sehingga terjadi
pembengkakan dan edema di ruang intertisium bowman. Hal ini
meningkatkan cairan intertisium, yang dapat menyebabkan
kolapsnya setiap glomerulus di daerah tersebut. Akhirnya,
peningkatan cairan intertisium akan melawan filtrasi glomerulus lebih
lanjut. Pengaktifan komplemen menarik sel-sel darah putih dan
trombosit ke glomerulus. Pada peradangan terjadi pengaktifan factor-
faktor koagulasi, yang dapat menyebabkan pengendapan fibrin,
pembentukan jaringan parut dan hilangnya fungsi glomerulus.
Membrane glomrulus menebal dan menyebabkan penurunan GFR
lebih lanjut (Price, 2016).

b. Glomerulonefritis Kronik
Makroskopik tampak ginjal mengecil dan mengkerut,
permukaannya berbutir kecil-kecil, mikroskopik tampak banyak
glomerulus berdegenerasi hialin dan tubulus menjadi atrofik.nefron
yang menghilang diganti oleh jaringan ikat dengan infiltrasi limfosit
(Price, 2016).
5. Fathway
6. Manifestasi Klinis
Menurut Mansjoer (2017) manifestasi klinis glomelurunefritis
adalah:
a. Kadang-kadang tidak memberikan keluhan sama sekali sampai terjadi
gagal ginjal.
b. Lemah, nyeri kepala, gelisah, mula, coma dan kejang pada stadium
akhir.
c. Edema sedikit bertambah jelas jika memasuki fase nefrotik.
d. Suhu subfebril.
e. Kolestrol darah naik.
f. Penurunan kadar albumin.
g. Fungsi ginjal menurun.
h. Ureum meningkat + kreatinin serum.
i. Anemia.
j. Tekanan darah meningkat
k. Kadang-kadang ada serangan ensefalopatihipertensi.
l. Berat badan menurun.
m. Selalu merasa haus dan miksi pada malam hari (nokturia)
n. Hematuria.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pada urin ditemukan:
a) Albumin (+)
b) Silinder
c) Eritrosit
d) Lekosit hilang timbul
e) BJ urine 1,008 — 1,012 (menetap)
b. Pada darah ditemukan:
a) LED tetap meninggi
b) Ureum meningkat
c) Fosfor serum meningkat
d) Kalsium serum menurun
c. Pada stadium akhir:
a) Serum natrium dan klorida menurun
b) Kalium meningkat
c) Anemia tetap
d) Pada uji fugsional ginjal menunjukan kelainan ginjal yang progresif
(Smeltzer, 2016)

8. Komplikasi
a. Glomerulonefritis Akut
a) Gagal ginjal akut
b) Decompensasi kordis
c) Ensefalopati hipertensif
d) Gagal jantung
e) Edema paru
f) Retinopati hipertensif
b. Glomerulonefritis Kronik
a) Kegagalan ginjal kronis
b) Hipertensi
c) Hematuria makroskopik
d) Proteinuria
e) Sindrom nefrotik (Smeltzer, 2016).

9. Penatalaksanaan
a. Medis:
a) Pengobatan ditujukan pada gejala klinik dan gangguan elektrolit.
b) Pengobatan aktivitas sehari-hari sesuai batas kemampuan pasien.
c) Pengawasan hipertenasi antihipertensi.
d) Pemberian antibiotik untuk infeksi.
e) Dialisis berulang untuk memperpanjang harapan hidup
pasien.
b. Keperawatan:
a) Disesuaikan dengan keadaan pasien.
b) Pasien dianjurkan secara teratur untuk senantiasa kontrol pada
ahlinya.
c) Program diet ketat tetapi cukup asupan gizinya.
d) Penjelasan kepada pasien tentang pambatasan aktivitas sesuai
kemampuannya.
e) Anjuran kontrol ke dokter harus ditaati untuk mencegah berlanjut
ke sindrom nefrotik atau GGK.

10. Pengkajian Fokus Keperawatan


a. Genitourinaria
a) Urin berwarna coklat keruh
b) Proteinuria
c) Peningkatan berat jenis urine
d) Penurunan hlauaran urine
e) Hematuria
b. Kardivaskuler
a) Hipertensi ringan
c. Neorologis
a) Latergi
b) Iritabilitas
c) Kejang
d. Gastrointestinal
a) Anoreksia
b) Muntah
c) Diare
e. Mata, telingga, hidung dan tenggorokkan
a) Edema periorbital
f. Hematologis
a) Anemia sementara
b) Azotemia
c) Hyperkalemia

11. Diagnosa Keperawatan


a. Gangguan pertukaran gas
b. Gangguan rasa nyaman
c. Gangguan citra tubuh
d. Intoleransi aktivitas
e. Defisist nutrisi
f. Resiko ketidaksimbangan cairan
12. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA
NO KEPERAWATA SLKI SIKI
N

1. Gangguan Pertukaran Gas (L.01003) Terapi Oksigen (I.01026)


pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 1 x 24 1. Monitor kecepatan aliran
Jam diharapkan gangguan oksigen
pertukaran gas menurun 2. Monitor posisi alat terapi
dengan kriteria hasil: oksigen
1. Dispnea dari skala 3 3. Monitor aliran oksigen
(sedang) ke skala 5 secara periodik
(menurun) 4. Monitor efektivitas terapi
2. Bunyi nafas tambahan oksigen
dari skala 3 (sedang) 5. Monitor tanda-tanda
ke skala 5 (menurun) hipoventilasi
3. Pola nafas dari skala 3 Terapeutik
(sedang ke skala 5 1. Pertahankan kepatenan
(menurun) jalan napas
2. Siapkan dan atur
peralatan pemberian
oksigen
3. Berikan oksigen
tambahan. Jika perlu
4. Gunakan perangkat
oksigen yang sesuai
dengan tingkat mobilitas
pasien
Edukasi
Ajarkan pasien dan keluarga
tentang cara menggunakan
oksigen di rumah
Kolaborasi
1. Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
2. Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas dan
atau tidur
2. Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan Terapeutik
nyaman keperawatan selama 1 x 24 1. Gunakan pendekatan yang
Jam diharapkan gangguan menenangkan
rasa nyaman menurun 2. Dorong pasien untuk
dengan kriteria hasil: mengungkapkan perasaan
1. Status lingkungan ketakutan
yang nyaman 3. Dengarkan dengan penuh
2. Mengontrol nyeri perhatian
kualitas tidur dan Edukasi
istirahat yang 1. Instruksikan pasien
adekuat menggunakan tehnik
3. Kualitas tidur dan relaksasi
istirahat adekuat
4. Respon terhadap
pengobatan
3. Gangguan citra Citra Tubuh (L. 09067) Promosi citra tubuh (I.
tubuh Setelah dilakukan tindakan 09305)
keperawatan 3 X 24 jam Observasi
diharapkan gangguan citra 1. Identifiksai harapan citra
tubuh meningkat. tubuh berdasarkan tahap
perkembangan
Kriteria Hasil:
2. Identifikasi perubahan
1. Verbalisasi perasaan
citra tubuh yang
negatif tentang
mengakibatkan isolasi
perubahan tubuh
sosial
menurun
3. Monitor frekuensi
2. Verbalisasi
pernyataan kritik terhadap
kekhawatiran pada
diri sendiri
penolakan atau reaksi
Terapeutik
orang lain menurun
1. Diskusikan perubahan
3. Verbalisasi perubahan
tubuh dan fungsinya
gaya hidup menurun
2. Diskusikan perbedaan
4. Respon nonverbal pada
penampilan fisik terhadap
perubahan tubuh
harga diri
membaik
3. Diskusikan persepsi
5. Hubungan sosial
pasien dan keluarga
membaik
tentang perubahan citra
tubuh
Edukasi
1. Jelaskan kepada
keluarga tentang
perawatan perubahan
citra tubuh
2. Anjurkan mengikuti
kelompok pendukung
3. Latih fungsi tubuh yang
dimiliki
4. Latih peningkatan
penampilan diri
4 Intoleransi Mobilitas Fisik (L.05042) Dukungan mobilisasi
aktivitas (1.05173)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 24 Observasi :
Jam tingkat mobilitas klien 1. Identifikasi adanya nyeri
meningkat dengan kriteria atau keluhan fisik lainnya
hasil : 2. Monitor frekuensi jantung
dan tekanan darah
1. Kekuatan otot dari skala
sebelum memulai
3 (sedang) ke 5
mobilisasi
(meningkat)
Terapeutik
2. Kelemahan fisik dari
skala 4 (cukup 1. Fasilitasi klien dalam
menurun) menjadi 5 melakukan mobilisasi
(menurun) 2. Libatkan keluarga dalam
membantu mobilisasi klien
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
2. Ajarkan mobilisasi
sederhanan yang harus
dilakukan (mis; duduk
ditempat tidur,)

5. Deficit nutrisi Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi (I.03119)


Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan 3 X 24 jam 1. Identifikasi status nutrisi
diharapkan status nutrisi 2. Identifiksai alergi dan
membaik. intoleransi makanan
Kriteria hasil: 3. Identifikasi makanan yang
1. Nafsu makan meningkat di sukai
2. Pengetahuan tentang 4. Monitor asupan makanan
piihan makanan yang 5. Monitor hasil pemeriksaan
sehat meningkat laboratorium
3. Pengetahuan tentang Terapeutik
piihan minuman yang 1. Lakukan oral hygiene
sehat meningkat sebelum makan
4. Pengetahuan tentang 2. Berikan suplemen
strantar asupan nutrisi makanan
yang tepat Edukasi
5. Nyeri abdomen menurun 1. Anjurkan posisi duduk
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan

DAFTAR PUSTAKA

Alam, S dan Iwan, H. 2017. Gagal Ginjal. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Aru W, Sudoyo. 2019. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta:
Interna Publishing.
Mansjoer, Arief. 2015. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi. III. Jakarta: Media
Aeuscualpius.
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Price, S.A., Wilson, L.M. 2016. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses.
Penyakit. Edisi VI. Jakarta: EGC
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai