Disusun Oleh:
Utari Ermawati
NIM: 11194692110125
Mengetahui,
Gambar 2. Penampang
Ginjal
2. KONSEP DASAR
PENYAKIT
1. Definisi
Glomerulonefritis adalah suatu peradangan pada glomeruli yang
menyebabkan hematuria (darah dalam air kemih), dengan gumpalan sel
darah merah dan proteinuria (protein dalam air kemih) yang jumlahnya
bervariasi. Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk
menjelaskan berbagai ragam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi
dan inflamasi glomerulus yang disebabkan oleh suatu mekanisme
imunologis (Alam, 2017).
2. Etiologi
Timbulnya GNA didahului oleh infeksi ekstra renal, terutama di
traktus respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman streptokokkus beta
hemolitikus gol A. Faktor lain yang dapat menyebabkan adalah faktor
iklim, keadaan gizi, keadaan umum, faktor alergi, sifilis, keracunan
(keracunan timah hitam, tridion), penyakit amiloid, trombosis vena renalis,
purpura anafilaktoid dan lupus eritematosus (Price, 2016).
3. Klasifikasi
Menurut alam (2017) klasifikasi glomerulonefritis adalah:
a. Berdasarkan distribusi
a. Difus : Mengenai semua glomerulus, bentuk yang paling sering
terjadi menyebabkan gagal ginjal kronik
b. Fokal : Hanya sebagian glomerulus yang abnormal
c. Lokal : Hanya sebagian rumbai glomerulus yang abnormal,
misalnya satu sampai kapiler
b. Berdasarkan bentuk klinis glomerulonefritis difus
a. Akut : Jenis gangguan klasik dan jinak, yang hampir selalu
diawali oleh infeksi streptococcus dan disertai endapan
kompleks imun pada membrabasalis glomerulus (GBM)
dan perubahan proliferasi selular.
b. Subakut : Bentuk glomerulonefritis yang progresif cepat, ditandai
dengan perubahan proliferative selular nyata yang
merusak glomerulus sehingga mengakibatkan kematian
karena uremia dalam jangka waktu beberapa bulan
sejak timbulnya penyakit.
c. Kronik : Glomerulonefritis progesif lambat yang berjalan menuju
perubahan sklerotik dan obileratif pada glomerulus;
ginjal mengisut dan kecil; kematian akibat uremia;
seluruh perjalanan penyakit berlangsung dari 2 sampai
40 tahun.
4. Patofisiologi
a. Glomerulonefritis akut
Perubahan utama adalah penurunan kecepatan filtrasi
glomeruli tanpa penurunan yang tak sebanding dalam aliran darah
ginjal, menimbulkan penurunan keluaran urin. Fungsi tubulus
umumnya tidak terganggu terlalu berat. Peradangan akut glomerulus
terjadi akibat pengendapan kompleks antigen antibody di kapiler-
kapiler glomerulus.Kompleks biasanya terbentuk 7-10 hari setelah
infeksi faring/kulit oleh streptococcus (glomerulonefritis pasca
streptococcus) tetapi dapat timbul setelah infeksi lain. Pengendapan
kompleks Ag Ab di glomerulus akan memacu suatu reaksi
peradangan. Reaksi peradangan di glomerulus akan menyebabkan
pengaktifan komplemen, sehingga terjadi peningkatan aliran darah
dan peningkatan permeabilitas kapiler glomerulus dan filtrasi
glomerulus (Price, 2016).
Protein-protein plasma dan darah merah bocor melalui
glomerulus. Akhirnya membrane glomerulus rusak sehingga terjadi
pembengkakan dan edema di ruang intertisium bowman. Hal ini
meningkatkan cairan intertisium, yang dapat menyebabkan
kolapsnya setiap glomerulus di daerah tersebut. Akhirnya,
peningkatan cairan intertisium akan melawan filtrasi glomerulus lebih
lanjut. Pengaktifan komplemen menarik sel-sel darah putih dan
trombosit ke glomerulus. Pada peradangan terjadi pengaktifan factor-
faktor koagulasi, yang dapat menyebabkan pengendapan fibrin,
pembentukan jaringan parut dan hilangnya fungsi glomerulus.
Membrane glomrulus menebal dan menyebabkan penurunan GFR
lebih lanjut (Price, 2016).
b. Glomerulonefritis Kronik
Makroskopik tampak ginjal mengecil dan mengkerut,
permukaannya berbutir kecil-kecil, mikroskopik tampak banyak
glomerulus berdegenerasi hialin dan tubulus menjadi atrofik.nefron
yang menghilang diganti oleh jaringan ikat dengan infiltrasi limfosit
(Price, 2016).
5. Fathway
6. Manifestasi Klinis
Menurut Mansjoer (2017) manifestasi klinis glomelurunefritis
adalah:
a. Kadang-kadang tidak memberikan keluhan sama sekali sampai terjadi
gagal ginjal.
b. Lemah, nyeri kepala, gelisah, mula, coma dan kejang pada stadium
akhir.
c. Edema sedikit bertambah jelas jika memasuki fase nefrotik.
d. Suhu subfebril.
e. Kolestrol darah naik.
f. Penurunan kadar albumin.
g. Fungsi ginjal menurun.
h. Ureum meningkat + kreatinin serum.
i. Anemia.
j. Tekanan darah meningkat
k. Kadang-kadang ada serangan ensefalopatihipertensi.
l. Berat badan menurun.
m. Selalu merasa haus dan miksi pada malam hari (nokturia)
n. Hematuria.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pada urin ditemukan:
a) Albumin (+)
b) Silinder
c) Eritrosit
d) Lekosit hilang timbul
e) BJ urine 1,008 — 1,012 (menetap)
b. Pada darah ditemukan:
a) LED tetap meninggi
b) Ureum meningkat
c) Fosfor serum meningkat
d) Kalsium serum menurun
c. Pada stadium akhir:
a) Serum natrium dan klorida menurun
b) Kalium meningkat
c) Anemia tetap
d) Pada uji fugsional ginjal menunjukan kelainan ginjal yang progresif
(Smeltzer, 2016)
8. Komplikasi
a. Glomerulonefritis Akut
a) Gagal ginjal akut
b) Decompensasi kordis
c) Ensefalopati hipertensif
d) Gagal jantung
e) Edema paru
f) Retinopati hipertensif
b. Glomerulonefritis Kronik
a) Kegagalan ginjal kronis
b) Hipertensi
c) Hematuria makroskopik
d) Proteinuria
e) Sindrom nefrotik (Smeltzer, 2016).
9. Penatalaksanaan
a. Medis:
a) Pengobatan ditujukan pada gejala klinik dan gangguan elektrolit.
b) Pengobatan aktivitas sehari-hari sesuai batas kemampuan pasien.
c) Pengawasan hipertenasi antihipertensi.
d) Pemberian antibiotik untuk infeksi.
e) Dialisis berulang untuk memperpanjang harapan hidup
pasien.
b. Keperawatan:
a) Disesuaikan dengan keadaan pasien.
b) Pasien dianjurkan secara teratur untuk senantiasa kontrol pada
ahlinya.
c) Program diet ketat tetapi cukup asupan gizinya.
d) Penjelasan kepada pasien tentang pambatasan aktivitas sesuai
kemampuannya.
e) Anjuran kontrol ke dokter harus ditaati untuk mencegah berlanjut
ke sindrom nefrotik atau GGK.
DAFTAR PUSTAKA
Alam, S dan Iwan, H. 2017. Gagal Ginjal. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Aru W, Sudoyo. 2019. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta:
Interna Publishing.
Mansjoer, Arief. 2015. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi. III. Jakarta: Media
Aeuscualpius.
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Price, S.A., Wilson, L.M. 2016. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses.
Penyakit. Edisi VI. Jakarta: EGC
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC.