Anda di halaman 1dari 13

“Tugas Komunikasi’’

Dosen Pembimbing : Ns.M.Syukri,M.Kep,Sp.KepJ

Nama : Lisa Afriani

NIM : PO71200190023

Matkul : Komunikasi

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI

JURUSAN DIII KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................................4
1.3 Tujuan Perumusan Masalah .............................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Tujuan komunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwa..............................................6

2.2 Model dan faktor yang mempengaruhi komunikasi terapeutik pada pasien

gangguan jiwa.....................................................................................................................6

2.3 Penerapan Strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik pada gangguan


jiwa.....................................................................................................................................8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................12

3.2 Saran.................................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecenderungan meningkatnya angka gangguan mental halausinasi saat ini dan yang
akan datang akan terus menjadi masalah sekaligus tantangan bagi tenaga kesehatan
khususnya komunitas profesi keperawatan.

Krisis multi dimensi telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian besar
masyarakat dunia umumnya dan indonesia pada khususnya, masyarakat yang mengalami
krisis ekonomi tidak saja akan mengalami gangguan kesehatan fisik berupa gangguan gizi,
terserang berbagai penyakit infeksi tetapi juga dapat mengalami gangguan kesehatan mental
psikiatri, yang pada ahirnya menurunkan produktifitas kerja, kualitas hidup secara nasional.
Komunikasi memiliki peran penting dalam tenaga kesehatan, karena melalui komunikasi
perawat dapat mengetahu apa saja yang di butuhkan oleh pasien seperti saat perawat
meorientasi pasien atau saat, evaluasi perawat butuh komunikasi untuk memahami situasi dan
kondisi pasien saat itu juga..

Oleh karena itu tenaga kesehatan harus mepunyai kemampuan profesional dalam
memberikan asuhan keperawatan khususnya pada pasien gangguan jiwa yang butuh dengan
perhatian dan pengertian tentang apa yang sedang mereka butuhkan.

Dalam pembahasan komunikasi dengan pasien gangguan jiwa (halusinasi), akan


menjelaskan tentang pasien dengan gangguan jiwa dan bagai mana cara untuk berinteraksi
dengan pasien tersebut.

Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera

1.2 Rumusan masalah


1.Bagaimanakah tujuan komunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwa ?

2.Bagaimanakah model dan faktor yang mempengaruhi komunikasi terapeutik pada pasien
gangguan jiwa

3. penerapan strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik pada gangguan jiwa

4
1.3 Tujuan

1. Mahasiswa dapat memahami tujuan komunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwa

2. Mahasiswa dapat memahami model dan faktor yang mempengaruhi komunikasi terapeutik
pada pasien gangguan jiwa

3. mahasiswa dapat memahami penerapan strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik pada


gangguan jiwa

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Tujuan komunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwa

Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan


pikiran serta dapat mengambil tindakan yang efektif untuk pasien, membantu
mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri. Kualitas asuhan keperawatan
yang diberikan kepada klien sangat dipengaruhi oleh kualitas hubungan perawat-klien,
Bila perawat tidak memperhatikan hal ini, hubungan perawat-klientersebut bukanlah
hubungan yang memberikan dampak terapeutik yang mempercepat kesembuhan klien,
tetapi hubungan sosial biasa.

2.2 Model dan faktor yang mempengaruhi komunikasi terapeutik pada pasien
gangguan jiwa

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik

Dalam melakukan sebuah komunikasi salah satunya komunikasi yang terapeutik


dapat dipengaruhi beberapa hal antara lain ( Tamsuri 2005) :

a. Perkembangan

Perkembangan manusia mempengaruhi bentuk komunikasi dalam dua aspek, yaitu


tingkat perkembangan tubuh mempengaruhi kemampuan untuk menggunakan teknik
komunikasi tertentu dan untuk mempersepsikan pesan yang disampaikan. Agar dapat
berkomunikasi efektif seorang perawat harus mengerti pengaruh perkembangan usia baik
dari sisi bahasa, maupun proses berpikir orang tersebut.

b. Persepsi

Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu kejadian tau peristiwa.
Persepsi dibentuk oleh harapan atau pengalaman. Perbedaan persepsi dapat
mengakibatkan terhambatnya komunikasi.

6
c. Gender

Laki-laki dan perempuan menunjukkan gaya komunikasi yang berbeda dan


memiliki interpretasi yang berbeda terhadap suatu percakapan. Kaum perempuan
menggunakan teknik komunikasi untuk mencari informasi, meminimalkan perbedaan
dan meningkatkan keintiman,sementara kaum laki-laki lebih menunjukkan indepedensi
dan status dalam kelompoknya.

d. Nilai

Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga penting bagi perawat
untuk menyadari nilai seseorang. Perawat perlu berusaha mengklarifikasi nilai sehingga
dapat membuat keputusan dan interaksi yang tepat dengan klien. Dalam hubungan
profesionalnya diharapkan perawat tidak terpengaruh oleh nilai pribadinya. Sikap empati
sangat diperlukan dalam melakukanasuhan keperawatan karena sikap ini perawat akan
mampu merasakan dan memikirkan permasalahan klien seperti yang dirasakan dan
dipikirkan klien. Dengan bersikap empati perawat dapat memberikan alternatif
pemecahan masalah karena perawat tidak hanya merasakan perasaan klien tetapi juga
tidak berlarut-larut dalam perasaan tersebut dan turut berupaya mencari penyelesaian
masalah secara objektif tanpa dipengerahi oleh nilai- nilai pribadi dari seorang perawat.

e. Latar belakang sosial

Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor budaya.
Budaya juga akan membatasi cara bertindak dan komunikasi.

f. Pengetahuan

Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi komunikasi yang dilakukan. Seseorang


dengan tingkat pengetahuan rendah akan sulit merespon pertanyaan yang mengandung
bahasa verbal dengan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi. Hal tersebut berlaku juga
dalam penerapan komunikasi terapeutik di rumah sakit. Hubungan terapeutik akan
terjalin dengan baik jika didukung oleh pengetahuan perawat tentang komunikasi
terapeutik baik tujuan,manfaat dan proses yang akan dilakukan. Perawat juga perlu
mengetahui tingkat pengertahuan klien sehingga perawat dapat berinteraksi dengan baik
dan akhirnya dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada klien ssecara
profesional.

7
2.3 Penerapan Strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik pada gangguan jiwa

STRATEGI PELAKSANAAN

Masalah keperawatan : Halusinasi Penglihatan

Pertemuan : Ke 2

SP :1

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

DS : Klien mengatakan sering melihat bayangan-bayangan wanita raksasa. Bayangan itu


kadang- kadang membuat saya sangat takut

DO : Klien tampak tenang, kontak mata kurang

Klien tampak sering berbicara sendiri

Klien terlihat hipoaktifitas

2. Diagnosa : Gangguan persepsi sensori : Halusinasi penglihatan

3. Tujuan Khusus :

a. Klien mampu menyebutkan isi, waktu, frekuensi, situasi pencetus, perasaan

b. Klien mampu memperagakan cara mengontrol halusinasinya dengan menghardik.

4. Tindakan Keperawatan

a. Evaluasi klien dalam mengenal halusinasi

- Isi

- Waktu

- Frekuensi

- Situasi

8
- Respon terhadap / terjadinya halusinasi

b. Ajarkan dan latih klien cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan

a. Orientasi :

· Salam terapeutik:

”Assalamualaikum Pak Syamsir, apa kabar? ”

· Memperkenalkan Diri

Pak Syamsir masih ingat dengan saya? Ayo,siapa coba namanya saya? Iya, betul sekali nama
saya Bruder Eben yang sedang praktek disini.

· Membuka Pembicaraan dengan Topik Umum:

”Bagaimana perasaan Pak Syamsir hari ini? Oh iya, tadi pagi Pak Syamsir bangun jam
berapa? Kemudian sudah melakukan apa saja pagi ini? Apa Pak Syamsir sudah mandi?”

· Evaluasi/Validasi :

“Pak Syamsir masih ingat apa yang kemarin kita bicarakan? Hari ini kita mau berbincang-
bincang tentang apa? Hari ini kita bercakap-cakap tentang bayangan-bayangan yang Pak
Syamsir lihat dan cara mengontrolnya dengan menghardik. “

· Kontrak :

“Pak Syamsir masih ingat kemarin kita mau bicara dimana dan berapa lama? Pak Syamsir
lupa yah? Hari ini kita akan berbincang-bincang di teras, waktunya tidak lama hanya sekitar
15 menit. Bagaimana Pak Syamsir sudah siap?”

b. Kerja :

9
“ Apakah Pak Syamsir melihat bayangan tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan bayangan
itu?”

“Apakah terus-menerus terlihat atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering Pak Syamsir
lihat bayangan itu? Berapa kali sehari Pak Syamsir alami? Pada keadaan apa bayangan itu
terdengar? Apakah pada waktu sendiri?”

“ Apa yang Pak Syamsir rasakan pada saat melihat bayangan itu?”

“ Apa yang Pak Syamsir lakukan saat melihat bayangan itu? Apakah dengan cara itu
bayangan-bayangan itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah
bayangan-bayangan itu muncul?

“Pak Syamsir, ada empat cara untuk mencegah bayangan-bayangan itu muncul. Pertama,
dengan menghardik bayangan tersebut. Kedua dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat
dengan teratur.”

“ Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.

“ Caranya sebagai berikut: saat bayangan-bayangan itu muncul, langsung Pak Syamsir tutuo
mata dan katakan dalam hati, pergi saya tidak mau lihat kamu, kamu tidak nyata . Kamu
hanya bayangan. Begitu diulang-ulang sampai bayangan itu tak terlihat lagi. Coba Pak
Syamsir peragakan! Nah begitu ….bagus! Coba lagi ! Ya bagus Pak Syamsir sudah bisa”

” Jadi ada 4 cara untuk mengontrol halusinasi, yaitu dengan cara menghardik, bercakap-
cakap, melakukan aktivitas dan minum obat secara teratur. Hari ini yang kita pelajari yaitu
dengan cara menghardik.”

C.Terminasi:

· Evaluasi Subjektif

“Bagaimana perasaan Pak Syamsir setelah peragaan latihan tadi?”

Evaluasi Objektif

” Coba Pak Syamsir ulangi lagi apa yang sudah kita pelajari hari ini? Iya bagus Pak Syamsir”

· Rencana tindak lanjut

10
” Kalau bayangan-bayangan itu muncul lagi, silahkan coba cara tersebut! Terus berlatih ya
Pak Syamsir walaupun saya sedang tidak ada. Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya.
Mau jam berapa saja latihannya?.

· Kontrak

Topik : “Baiklah Pak Syamsir besok kita akan bertemu untuk belajar dan melatih cara kedua
mengontrol halusinasi dengan becakap-cakap dengan orang lain.”

Tempat : “Pak Syamsir mau dimana tempatnya? Oh Pak Syamsir ingin di tempat tidur yah?”

Waktu : ”Jam berapa Pak Syamsir bisa. Bagaimana klo jam 10 saja?Waktunya hanya 15
menit saja.”

“Baiklah, sampai jumpa. Assalamu’alaikum”

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pengertian diatas tentang komunikasi pada pasien gangguan jiwa (halusinasi)
dapat di ambil pengeertian bahwa kita sebagai seorang perawat harus bisa berkomunikasi
dengan baik agar dapat menjalin hubungan saling percaya antara perawat dan pasien demi
kesembuhan pasien. Maka dari itu perawat harus bisa mengelola kata-kata yang baik untuk
membuat pasien percaya, seperti memenuhi kebutuhan pasien dan yang lainnya. Bisa
memberikan saran dan pengarahan kepada pasien memberikan penghargaan jika yang kita
suruh dia lakukan seperti iya bagus, bagus sekali.

3.2 Saran

Saran kami untuk semua perawat agar belajar bagaimana komunikasi dengan baik
dan benar untuk memenuhi kebutuhan pasien bukan hanya obat yang bisa menyembuhkan
tapi dengan kita mendengarkan keluhan pasien itu akan membuat pasien merasa nyaman.

12
DAFTAR PUSTAKA

Lalongkoe M, Maksimus.2013.”Komunikasi keperawatan”.Yogyakarta; Graha ilmu.

Zan P, Herri.2012.”Pengantar psikologi dalam keperawatan”.jakarta;Kharisma putra utama.

Rasmun.2009.”Keperawatn kesehatan mental psijiatri terintergrasi dengan


keluarga”.jakarta;cv sagung seto.

https://www.academia.edu/5112195/komunikasi_terapeutik_pada_gangguan_jiwa

13

Anda mungkin juga menyukai