1 4 1 PB
1 4 1 PB
1 4 1 PB
Munawir
Ketua Jurusan PGMI Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya
Pendahuluan
Seperti mata pelajaran yang lain, Sejarah Kebudayaan Islam
mengembangan misi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan
kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Es.
Tujuan ini merupakan salah satu amanat Undang-Undang Pendidikan Nasional
Nomor 20 Tahun 2003, Bab II Pasal 3 yaitu: “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”.1
Secara spesifik pendidikan Sejarah Kebudayaan Islam tingkat Madrasah
Ibtidaiyah di Indonesia memiliki tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan-
kemampuan sebagai berikut: (a) membangun kesadaran peserta didik tentang
pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang
telah dibangun oleh Rasulullah SAW dalam rangka mengembangkan kebudayaan
dan peradaban Islam. (b) membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya
waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini,
dan masa depan. (c) melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta
sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah. (d)
menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan
sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau. (e)
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari
peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan
mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni,
dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam. 2
Dengan beragamnya tujuan yang ditetapkan, sudah seharusnya
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di sekolah merupakan suatu kegiatan
yang disenangi, menatang, dan bermakna bagi peserta didik. Karena dalam proses
1
UU RI No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. (Bandung: Citra Umbara)
2
http://abubed.blogspot.com/2012/04/makalah-pembelajaran-ski-mi.html
(05/04/2012)16.45
belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang di dalamnya terjadi proses siswa
belajar dan guru mengajar dalam konteks interaktif, dan terjadi interaksi edukatif
antara guru dan siswa, sehingga terdapat perubahan dalam diri siswa baik
perubahan pada tingkat pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan atau sikap.3
Konteks ideal ini berbeda manakala melihat persepsi yang berkembang di
masyarakat yang beranggapan bahwa pelajaran sejarah kebudayaan Islam hanya
mempelajari sejarah masa lampau yang tidak ada pengaruhnya di zaman sekarang
ini sampai masa yang akan datang. Sejarah dikatakan mirip dengan novel, cerpen,
roman atau mungkin dongeng pengantar tidur. Akibatnya Sejarah Kebudayaan
Islam tidak menarik dan membosankan.
Oleh sebab itu perlu adanya pemikiran bagaimana supaya mata pelajaran
sejarah menjadi menarik, berbobot, disukai dan mendapat tempat dihati setiap
para siswa. Salah satu upaya yang harus dilakukan peneliti yaitu mengusahakan
penggunaan sistem pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam
kegiatan belajar mengajar mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam.
CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah suatu strategi
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh
untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan
situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan mereka. Karena itu strategi pembelajaran CTL (Contextual
Teaching and Learning) dalam proses belajar mengajar merupakan model
pembelajaran yang melibatkan siswa dalam mencari informasi, dan melakukan
penyelidikan. Sebagaimana keberhasilan pembelajaran CTL (Contextual Teaching
and Learning) tergantung pada pengambilan tindakan, pola belajar ini juga
bergantung pada pengetahuan dan keahlian siswa yang menghasilkan prilaku dan
proses berpikir mandiri. Oleh karena itu untuk menjadi mandiri, semua siswa
harus bisa mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menarik.4
Untuk dapat melaksanakan pembelajaran SKI melalui strategi
pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) maka diperlukan adanya
3
Oemar Hamalik. Proses Belajar Mengajar. (Bandung : Bumi Aksara, 2001), 48.
4
Elaine B. Johnson, Contextual Teaching Learning, (Bandung : MLC. 2007),158.
kerja sama antara guru Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dan peneliti yaitu melalui
penelitian tindakan kelas (PTK). Proses PTK ini memberikan kesempatan kepada
peneliti dan guru Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) untuk mengidentifikasi
masalah-masalah pembelajaran di sekolah sehingga dapat dikaji, ditingkatkan dan
dituntaskan. Dengan demikian proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
(SKI) di sekolah yang menerapkan pembelajaran melalui strategi pembelajaran
CTL (Contextual Teaching and Learning), diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) siswa.
Dengan menggunakan pembelajaran CTL (Contextual Teaching and
Learning) yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu serta
dapat menumbuhkan cara berfikir siswa dari pengetahuan yang diperoleh siswa
dari hasil belajar, dan dapat memberikan pembelajaran yang berpengaruh dalam
memahami pembelajaran sejarah kebudayaan Islam. Dari 18 siswa di MI As
Syafi’iyah, hanya 10 siswa (55,56%) perolehan nilai kurang maksimal yaitu
kurang dari 65 sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah lebih besar
sama dengan 65 ada 8 siswa (44,44%). Oleh karena perlu adanya peningkatan
yang dilakukan pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam tersebut.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) kelas IV MI. As
Syafi’iyah Tanggul Wonoayu Sidoarjo dengan strategi pembelajaran CTL
(Contextual Teaching and Learning)?
2. Bagaimana penerapan strategi Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and
Learning) pada pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) kelas IV MI. As
Syafi’iyah Tanggul Wonoayu Sidoarjo?
3. Bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
dengan menggunakan strategi pembelajaran CTL (Contextual Teaching and
Learning) kelas IV MI. As Syafi’iyah Tanggul Wonoayu Sidoarjo?
5
http://www.sekolahdasar.net/2011/06/pengertian-hasil-belajar.html (1/05/2012) 12.00
6
Siti Maryam dkk, Sejarah Peradaban Islam , (Yogyakarta: LESFI, 2004), 4.
ajaran Islam. Agar tetap berjalan antara kebudayaan dengan ajaran agama maka
harus pula dipelajari tentang pengertian kebudayaan dan Islam itu sendiri.
Menurut bahasa, kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu
budh yang berarti akal. Kemudian dari kata budh itu berubah menjadi kata budhi
dan jamaknya budaya. Dalam bahasa Arab kata kebudayaan itu disebut Ats-
Tsaqafah. Dalam bahasa Inggris kebudayaan ini disebut culture. dalam bahasa
Belanda disebut cultuur, dalam bahasa Latin cultura.
Hamka dalam buku berjudul Pandangan hidup muslim menguraikan kata
kebudayaan itu terdiri dari dua kata, yang tadinya terpisah, yaitu budi dan daya.
Kata budi berarti cahaya atau sinar yang terletak di dalam bentuk manusia dan
daya pikiryang berkaitan dengan upaya, yakni usaha keaktifan manusia
melaksanakan dengan anggota badan yang digerakkan oleh budinya.
Al-Kroeber dan C. Kluckhohn dalam buku yang berjudul Culture, A
Critical Review of Concepts and Definitions (tahun 1952) telah berhasil
menghimpun 160 definisi kebudayaan. Dari pendapat yang banyak itu, dapat
disimpulkan bahwa kebudayaan adalah manifestasi atau penjelmaan dari kerja
jiwa manusia dalam arti yang seluas luasnya. 7
Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada
manusia melalui Muhammad sebagai Rasul.8 Dan datangnya dari Allah, baik
dengan perantaraan malaikat Jibril, maupun langsung kepada Nabi Muhammad
SAW. Dalam Al qur’an, Allah sendiri mendefisinikan Islam dengan al-‘amilush
shalihat atau iman dan amal. Menurut Abdul qodir audah, Islam sebagai berikut :
a. al-Islam ‘aqidah wa nizham ( Islam adalah kepercayaan dan system (syari’ah)
b. al-Islam dinum wa daulah ( Islam adalah agama dan Negara )
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Islam berarti
seorang mukmin yang saleh atau seorang mukmin yang sungguh-sungguh
menjalankan syariat Islam. Kebudayaan Islam, berarti penjelmaam dari al-
‘amilush shalihat seorang muslim atau golongan kaum muslimin. Kebudayaan
7
Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer, (Jakarta:Amzah 2006),16.
8
Tim Penyusun Iain Sunan Ampel, Pengantar Studi Islam, (Surabaya:IAIN AMPEL
PRESS 2004), 1.
Islam penjelmaan kerja jiwa dan akal pikiran manusia yang di dasari pencerminan
ajaran Islam dalam arti seluas-luasnya yaitu manifestasi keimanan sejati.
Kebudayaan Islam mengandung tiga unsur yaitu :
1) Kebudayaan Islam adalah ciptaan orang Islam
2) Kebudayaan Islam adalah di dasarkan kepada ajaran Islam
3) Kebudayaan Islam merupakan cerminan dari ajaran Islam.
9
Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer, (Jakarta: Amzah 2006),17.
Peraturan menteri agama RI NOMOR 2 TAHUN 2008 tentang Standar
10
Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab di
Madrasah Ibtidaiyah
11
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2004), 33.
12
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Kencana, 2006), 54.
13
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Beroriantasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana 2011), 255.
Jika bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh
yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya secara terpisah. Setiap
bagian CTL (Contextual Teaching And Learning) yang berbeda-beda memberikan
sumbangan dalam menolong siswa memahami tugas sekolah. Secara bersama-
sama mereka membentuk suatu sistem yang memungkinkan para siswa melihat
makna didalamnya, dan mengingat materi.14 Untuk itu ada beberapa catatan dalam
penerapan CTL (Contextual Teaching And Learning) sebagai suatu strategi
pembelajaran, diantaranya:
a) Strategi pembelajaran kontekstual adalah model pembelajaran yang
menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental.
b) Strategi pembelajaran kontekstual memandang bahwa belajar bukan
menghafal akan tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata.
c) Kelas dalam pembelajaran CTL (Contextual Teaching And Learning) bukan
sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat
untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan.
d) Materi pelajaran ditemukan oleh siswa sendiri bukan hasil pemberian dari
orang lain. 15
14
Elaine B. Johnson, Contextual Teaching Learning, 65.
15
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, 272.
Rencana Tindakan
Dalam penelitian ini akan dilaksanakan dalam dua siklus. Adapun
penjelasan dari masing-masing siklus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Siklus I
Perencanaan
Di tahap perencanaan ini merupakan kegiatan yang dilaksanakan peneliti
bekerjasama dengan guru mata pelajaran SKI dalam permasalahan yang sedang
dialami dalam proses kegiatan belajar mengajar, untuk itu perlu menetapkan
rencana tindakan dan jadwal pelaksanaan serta merumuskan langkah-langkah
tindakan yang diperlukan, seperti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dengan pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning), lembar
kerja siswa, media pembelajaran yang digunakan, instrumen penelitian atau
evaluasi, dan kelengkapan lain yang diperlukan. Dan peneliti harus
memperhatikan merencanakan kriteria keberhasilan perbaikan pembelajaran
(dalam penelitian ini ditetapkan 80% siswa mencapai ketuntasan belajar dengan
nilai minimal 65). Dengan adanya kriteria ketuntasan itu, diharapkan hasil belajar
yang diperoleh siswa dapat melebihi dari kriteria yang ditetapkan.
Implementasi Tindakan
Pada tahap ini diimplementasikan rencana yang disusun pada tahap
perencanaan. Langkah-langkah pembelajaran dengan pembelajaran CTL
(Contextual Teaching and Learning) untuk pertemuan ke satu adalah sebagai
berikut:
Tabel 1
Langkah-langkah pembelajaran dengan pembelajaran CTL
Refleksi
Dilaksanakan untuk mengetahui hasil pembelajaran. Adapun tabel
observasinya adalah sebagai berikut:
Tabel 3
Objek, metode dan hasil evaluasi
No Objek Evaluasi Metode evaluasi Hasil evaluasi
1 Hasil pengamatan kerja siswa Tes Tulis dan Skor hasil tes
dalam pembelajaran CTL observasi Presentase
(Contextual Teaching and
Learning) terhadap materi
hijrahnya nabi Muhammad saw.
ke Thaif
2 Respon siswa dalam Observasi dan Persentase respon
pembelajaran CTL (Contextual angket siswa terhadap
Teaching and Learning) pembelajaran.
Kemampuan guru dalam Persentase tingkat
3 mengelola pembelajaran Observasi keberhasilan
pembelajaran
Siklus II
Perencanaan
Pada tahap ini peneliti dan guru sejarah kebudayaan Islam (SKI)
melakukan diskusi secara mendalam tentang pencapaian indikator yang telah
dicapai, untuk dianalisis indikator mana yang belum tercapai untuk kemudian
dilakukan tindakan dalam siklus ke II, untuk mencapai indikator kinerja, sampai
mencapai keberhasilan.
Implementasi Tindakan
Pada tahap ini diimplementasikan rencana yang disusun pada tahap
perencanaan. Langkah-langkah pembelajaran dengan pembelajaran CTL untuk
pertemuan ke dua adalah sebagai berikut:
Tabel 4
Langkah-langkah pembelajaran dengan pembelajaran CTL
No. Kegiatan guru Kegiatan siswa
A Awal
1 Apersepsi,
Penggalian pengetahuan awal siswa Menyanyi lagu tentang Nabi
tentang materi yang akan diajarkan, Muhammad
dengan mengajak siswanya bernyanyi
tentang nabi Muhammad.
2 Menyinggung tentang pelajaran yang Mendengarkan dan melakukan apa
sudah diajarkan kemarin dan yang sudah diinstruksikan oleh
menyampaikan tujuan pembelajaran, guru
dan membagi siswa menjadi beberapa
kelompok
B Inti
1 Dalam siklus I menugaskan siswa Melihat atau menyaksikan film
mencari informasi kepada orang yang tentang hijrah nabi Muhammad
ada di sekitar lingkungan sekolah SAW. ke Thaif. Dan setiap
tentang hijrah nabi Muhammad SAW. kelompok mencatat hal yang
ke Thaif. Di siklus ini guru ditangkap.
memutarkan film untuk
mempermudah dalam mencari
informasi tentang hijrah nabi
Observasi
Pada tahap ini peneliti dan guru melakukan pengamatan terhadap aktifitas
pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran CTL (Contextual
Teaching and Learning) seperti pada siklus pertama.
Refleksi
Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua seperti
pada siklus pertama, serta menganalisis untuk membuat kesimpulan atas
pelaksanaan strategi pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)
terhadap hasil belajar siswa dalam pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
pada materi hijrah nabi Muhammad SAW. ke Thaif kelas IV MI. Assyafiah
Tanggul Wonoayu Sidoarjo.
Hasil Penelitian
Adapun hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang berjudul “Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Siswa Kelas IV
Dengan Strategi Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) Di
Madrasah Ibtidaiyah As Syafi’iyah Tanggul Wonoayu Sidoarjo” dalam bentuk
tahapan yang terdiri dari dau siklus pembelajaran yang dilakukan dalam proses
belajar mengajar di kelas. Data penelitian tindakan kelas yang diperoleh peneliti
dapat diuraikan sebagai berikut:
Hasil Belajar
Mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam mempunyai nilai yang sangat
penting dalam mempersiapkan masa yang akan datang untuk mencapai prestasi
fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain. Untuk
mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam dengan mengetahui sejarah.
Hal yang menjadi hambatan selama ini dalam pembelajaran sejarah kebudayaan
Islam adalah disebabkan kurang dikemasnya pembelajaran kebudayaan Islam
dengan metode yang menarik, menantang siswa, dan menyenangkan. Hal itu
karena para guru sering kali menyampaikan materi dan penugasan. Sehingga
cenderung para siswa bosan dan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang
kurang memuaskan.
Setelah melakukan penelitian tindakan kelas, data hasil belajar siswa pada
siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:
Table 5
Hasil belajar siswa dalam pembelajaran siklus I
Keterangan
No. Nama Siswa L/P Nilai Tidak
Tuntas
Tuntas
1 Ahmad Hasan L 90 √
2 Gusti Bagus Indandi L 90 √
3 Ivan Prasetiya Nur Hidayah L 80 √
4 M. Abu Bakar L 40 √
5 M. Ali Shodiqin L 100 √
6 M. Alif Saifullah L 90 √
7 M. Aliy Mas’udy L 80 √
8 M. Arifin L 40 √
9 M. Jakta Ramadan L 60 √
10 M. Rozikin L 80 √
11 Nabila Putri Camelia P 80 √
12 Putri Amelia P 80 √
13 Putri Maharani P 100 √
14 Rizka Rahma Islamiati P 60 √
15 Sri Handayani P 60 √
16 Sri Wahyuni P 90 √
17 Tita Aulia P 100 √
18 Zulfiana Rahma P 100 √
Jumlah Nilai 1420
Rata-rata Kelas 78,88
Nilai maksimum 100
Nilai minimum 40
Jumlah anak yang tuntas 13
Jumlah anak yang tidak tuntas 5
Persentase ketuntasan 72,22%
Keterangan :
X = Nilai Rata-rata (mean)
∑X = Jumlah semua nilai siswa
N = Banyaknya peserta didik
Jadi nilai rata-rata untuk hasil belajar pada siklus I adalah :
∑
X=
X =
= 78.88
b) Untuk menghitung persentase hasil belajar digunakan rumus :
p= x 100
Keterangan :
p = Persentase yang akan dicari
f = Jumlah siswa yang tuntas
N = Jumlah seluruh siswa
Jadi persentase ketuntasan hasil belajar pada siklus I adalah :
p= x 100
p = x 100
= 72,22%
Dari data yang diatas hasil belajar yang dilakukan siswa dapat diketahui
bahwa siswa yang tidak tuntas yaitu 5 siswa dengan persentase 27,77% dan siswa
yang tuntas 13 siwa dengan persentase 72,22%, sehingga rata-rata kelas masih
mencapai 78,88. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus I secara klasikal
siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya
sebesar 72,22% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu
sebesar 80% sehingga perlu dilaksanakan perbaikan pada siklus II untuk
meningkatkan hasil belajar sejarah kebudayaan Islam siswa kelas IV MI As
Syafi’iyah Tanggul Wonoayu Sidoarjo.
Setelah melakukan siklus I dan hasil persentasenya lebih kecil dari
persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu 80%, maka perlu memperbaiki hasil
belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6
Hasil belajar siswa dalam pembelajaran siklus II
Keterangan
No. Nama Siawa L/P Nilai Tidak
Tuntas
Tuntas
1 Ahmad Hasan L 100 √
2 Gusti Bagus Indandi L 100 √
3 Ivan Prasetiya Nur Hidayah L 95 √
4 M. Abu Bakar L 60 √
5 M. Ali Shodiqin L 100 √
6 M. Alif Saifullah L 95 √
7 M. Aliy Mas’udy L 85 √
8 M. Arifin L 80 √
9 M. Jakta Ramadan L 90 √
10 M. Rozikin L 80 √
11 Nabila Putri Camelia P 90 √
12 Putri Amelia P 80 √
13 Putri Maharani P 100 √
14 Rizka Rahma Islamiati P 65 √
15 Sri Handayani P 70 √
16 Sri Wahyuni P 95 √
X =
= 88,05
Dan persentase ketuntasan hasil belajar pada siklus II adalah :
p= x 100
p = x 100
= 94,44%
Dari data hasil belajar pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.2 diatas,
dapat dijelaskan bahwa dengan pembelajaran CTL pada siklus II diperoleh nilai
rata-rata 88,05 dan ketuntasan belajar mencapai 94,44% atau 17 siswa sudah
tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus II secara klasikal
siswa sudah tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 sebesar
94,44% lebih besar dari persentase ketuntasan yang ditentukan yaitu sebesar 80%
sehingga penelitian sudah tuntas pada siklus II. Dari hasil pengamatan pada siklus
II siswa sudah dapat dikatakan bahwa dengan menggunakan strategi pembelajaran
CTL dalam pembelajaran sejarah kebudayaan Islam kelas IV dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini tentang penggunaan
strategi pembelajaran CTL (Contextual Teaching And Learning) pada mata
pelajaran sejarah kebudayaan Islam kelas IV MI. As Syafi’iyah Tanggul Wonoayu
Sidoarjo, bahwa :
1. Hasil belajar siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran CTL
(Contextual Teaching And Learning) pada mata pelajaran sejarah kebudayaan
Islam kelas IV MI. As Syafi’iyah Tanggul Wonoayu Sidoarjo sudah masuk
dalam kategori sangat baik. Hal ini terbukti bahwa ada peningkatan dari
hasil nilai rata-rata kelasnya yaitu 88,05 dengan prosentase ketuntasan
94,44%.
2. Berdasarkan observasi awal hasil belajar siswa kelas IV MI. As Syafi’iyah
Tanggul Wonoayu Sidoarjo pada mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam
masih belum bisa maksimal, hal ini dikarenakan proses pembelajaran yang
digunakan oleh guru terlalu monoton selalu menggunakan metode ceramah
dan penugasan. Oleh karena itu peneliti mencoba menggunakan strategi
pembelajaran CTL (Contextual Teaching And Learning) pada mata pelajaran
sejarah kebudayaan Islam kelas IV MI. As Syafi’iyah Tanggul Wonoayu
Sidoarjo. Hal ini juga dibantu dengan respon para siswa yang sangat antusias
dan bersemangat mengikuti proses pembelajaran.
3. Penggunaan strategi pembelajaran CTL (Contextual Teaching And Learning)
berjalan dengan baik dan lancar, sehingga hasil belajar siswa meningkat tidak
hanya hasil belajar saja yang meningkat, akan tetapi juga dari hasil observasi,
dan kuesioner terhadap siswa dan guru ketika proses belajar berlangsung.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dengan
menggunakan strategi pembelajaran CTL (Contextual Teaching And Learning),
bahwa strategi pembelajaran tersebut dapat meningkatkan kemampuan
berinteraksi sosial siswa dan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam
pembelajaran di kelas. Oleh sebab itu peneliti menyarankan:
Daftar Pustaka
Asnawir dan M. Basyiruddin Usman. Media Pembelajaran. 2002. Jakarta: Ciputat
Pers.
Basrowi, Suwandi. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. 2008. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Daniel Muijs & David Reynolds. Effective Teaching. 2008. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Departemen Pendidikan Nasional , 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar Tingkat SD/MI. ( Jakarta : DEPDIKNAS)
E. Mulyasa. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. 2010. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Learning Assistance Program for Islamic Schools, LAPIS-PGMI. Matematika 1.
2009. Surabaya: Aprinta.
Learning Assistance Program for Islamic Schools, LAPIS-PGMI. Pembelajaran
Matematika MI. 2009. Surabaya : Aprinta.
Learning Assistance Program for Islamic Schools, LAPIS-PGMI. Penelitian
Tindakan Kelas. 2009. Surabaya: Aprinta.
Maryam, Siti. Upaya Meningkatkan Pemahaman Aturan Pengerjaan Operasi
Hitung Campuran dengan Metode Latihan pada Siswa Kelas II SD Negeri
Sewawung Kembaran Tahun Pelajaran 2010/2011. 2010. UNMUH
Purworejo.
Mustakim. Psikologi Pendidikan. 2008. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Trianto, M.Pd. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. 2010. Jakarta:
Kencana Predana Media Group.
Simanjuntak, Lisnawaty. Metode Mengajar Matematika 1. 1993. Jakarta: Rineka
Cipta.