Anda di halaman 1dari 8

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Jurnal Elektronik Universitas Cenderawasih

JURNAL BIOLOGI PAPUA ISSN: 2086-3314


Volume 3, Nomor 1 April 2011
Halaman: 39–45

REVIEW

Eksploitasi dan Konservasi Sumberdaya Hayati Laut dan Pesisir di


Indonesia

HENGKY K. BARANSANO* DAN JUBHAR C. MANGIMBULUDE


Program Pascasarjana Magister Biologi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga–Jawa Tengah

Diterima: tanggal 22 April 2010 - Disetujui: tanggal 15 Oktober 2010


© 2011 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Cenderawasih

ABSTRACT

Based on the Central Bureau of Statistics (BPS), the total population in 2010 is predicted to reach 231 million
people, or increase 29 million people compared with the 2000 population census data report, which recorded 202
million people. This condition demands the availability of food, clothing, and shelter. One of the solutions to
manage human needs is by exploiting sea life and shoreline resources in Indonesia. Indonesia is an archipelago
with its enormously potential sea life resources and shorelines. Over utilizing sea life resources can damage the sea
and shoreline ecosystems. The efforts have been conducted to protect a balance in building and continuing sea life
in water and sea life ecosystems through the conservation done by society, scientists, and the government. In this
scientific review, the shoreline and sea life resources in Indonesia are revealed.

Key words: exploitation, conservation, sea life resources, shoreline, sea.

PENDAHULUAN sebagai komponen penting pembangunan


ekonomi (Ibrahim, 2007). Secara umum perairan
Indonesia merupakan negara kepulauan laut dan pantai mempunyai fungsi sebagai
yang terdiri dari sekitar 17.508 pulau dengan total cadangan sumber air di dunia, pengatur iklim
panjang garis pantai kurang lebih 81.000 km. dunia, habitat berbagai jenis biota, lahan dan mata
Sepanjang garis pantai ini terdapat wilayah pesisir pencaharian penduduk terutama yang bermukim
yang relatif sempit, tetapi memiliki potensi di sekitar pantai, dan bahan makanan dari
sumberdaya alam hayati dan non-hayati, berbagai ragam biota laut (Anonim, 2009a).
sumberdaya buatan, serta jasa lingkungan yang Pembagian wilayah laut sampai saat ini
penting bagi kehidupan masyarakat. Diperkirakan belum dapat diterima secara universal. Ekosistem
hampir 60% dari populasi penduduk Indonesia perairan laut dapat dibagi menjadi dua, yaitu
bermukim di wilayah pesisir (Arbi, 2008). perairan laut pesisir, yang meliputi daerah
Sumberdaya perairan berperan ganda sebagai paparan benua, dan laut lepas atau laut oseanik.
sumberdaya alam dalam mendukung kehidupan Penetapan batas wilayah pesisir sampai saat ini
manusia, mendukung ekosistem perairan dan belum ada definisi yang baku, namun ada
kesepakatan dunia bahwa wilayah pesisir
merupakan suatu wilayah peralihan antara
daratan dan laut. Ditinjau dari garis pantai suatu
*Alamat Korespondensi:
Kampus UKSW Jl. Diponegoro No. 52-60, Salatiga- wilayah pesisir memiliki dua macam batas yaitu
Jawa Tengah 50711. Tlp : + 62 298 321212, Fax: +62298 batas yang sejajar dengan garis pantai dan batas
321443 Email : baransanohengky@yahoo.co.id yang tegak lurus terhadap garis pantai. Batas
BARANSANO & MANGIMBULUDE., Eksploitasi dan Konservasi 40

wilayah pesisir secara tegak lurus belum diperoleh bagi kehidupan masyarakat di Indonesia sejak
kesepakatan karena batas wilayah pesisir dari satu dahulu. Sumberdaya di wilayah pesisir
negara ke negara lain berbeda (Dahuri, 2003). merupakan penopang hidup bagi masyarakat
Nurmalasari (2008) menjelaskan, sumber yang hidup di pesisir untuk memperoleh
daya perairan berperan penting bagi makanan, kayu bakar, bangunan, dan fungsi
pembangunan di Indonesia. Sumberdaya pesisir lainnya.
dan kelautan merupakan potensi penting dalam
pembangunan di masa depan. Luas wilayah laut Potensi terumbu karang
Indonesia adalah 62% dari luas wilayah nasional, Ikawati et al. (2001) dalam Gianto (2007),
belum termasuk zona ekonomi eksklusif seluas 2,7 mengatakan, salah satu dari sekian banyak
juta kilometer persegi. Laut Indonesia yang begitu ekosistem yang dimiliki Indonesia adalah
luas dengan sumber daya yang melimphah bila ekosistem terumbu karang. selanjutnya kurang
dimanfaatkan untuk pembangunan dengan tepat lebih 14% terumbu karang dunia berada di
diprediksikan pembangunan di Indonesia akan Indonesia yakni mencapai luas sekitar 75.000 Km2.
maju dengan pesat. Berbagai kekayaan Terumbu karang mempunyai fungsi yang penting,
keanekaragaman hayati, dan jasa-jasa lingkungan antara lain sebagai penahan ombak dan pelindung
yang diberikan, sumberdaya pesisir dan lautan pantai dari abrasi, tempat berkumpul dan
mempunyai nilai ekonomis dan ekologis yang berkembang biaknya ikan-ikan dan biota laut lain
tinggi dan dapat dipergunakan dalam pem- yang merupakan sumber protein dan sumber
bangunan. bahan obat. Manuputty (2008) melaporkan,
Pemanfaatan sumberdaya perairan di terumbu karang juga memiliki fungsi sebagai
Indonesia dalam pembangunan pada dasarnya tempat rekreasi bawah air dengan panorama
untuk perbaikan kehidupan umat manusia keindahan bawah air yang menarik yang berbeda
menuju arah yang lebih baik, terutama kehidupan dengan di darat, oleh karena itu ekosistem
sosial, ekonomi dan budaya. Pembangunan dalam terumbu karang memiliki nilai ekonomis yang
sektor kelautan selain memberikan manfaat besar, tinggi.
juga memberikan pengaruh negatif terhadap Konferensi kelautan dunia (WOC) yang
sumberdaya dan lingkungan, misalnya kerusakan berlangsung di Manado, Sulawesi Utara 11-15 Mei
terumbu karang, sedimentasi, penurunan kualitas 2009 menyepakati bahwa untuk mengurangi
perairan, abrasi pantai, illegal fishing bencana akibat perubahan iklim tentu harus
(Masyhudzuldhak, 2005). Mengingat pemanfaatan dihindari dengan mengurangi tingkat emisi
sumberdaya hayati pesisir dan kelautan di karbon. Negara-negara berkembang mesti
Indonesia dalam pembangunan dapat menjaga kelestarian laut dan hutan sebagai paru-
menguntungkan dan merugikan, maka ulasan paru dunia. Potensi terumbu karang di Indonesia
ilmiah ini membahas permasalahan di sekitar sebagai paru-paru dunia di dasar laut bahwa
eksploitasinya dan konservasi sumberdaya hayati untuk mengatasi perubahan iklim pengaruh emisi
pesisir dan kelautan di Indonesia. karbon sangat besar (Protopo, 2009).

Potensi perikanan
POTENSI SUMBERDAYA PESISIR DAN Sektor perikanan, potensi perikanan
LAUT DI INDONESIA Indonesia secara keseluruhan mencapai 65 juta
ton, terdiri 7,3 juta ton pada sektor perikanan
Indonesia terkenal sebagai negara kepulauan tangkap khususnya ikan-ikan pelagis dan 57,7 juta
terbesar di dunia, dengan potensi sumberdaya ton pada sektor perikanan budidaya (Kusuma,
laut dan pesisir yang sangat menjanjikan. Wilayah 2004). Sektor budidaya biota laut yang di
pesisir dan lautan merupakan wilayah yang budidaya seperti ikan belanak, ikan kakap putih,
memiliki arti penting secara ekonomi dan politik udang, kepiting bakau, dan teripang. Tingkat
41 JU R NA L BI OL O GI PA PU A 3(1): 39–45

konsumsi ikan penduduk Indonesia mencapai makanan berupa laminarin, selulose, dan algin.
20,18 kg perkapita pertahun, dan mengalami Selain bahan-bahan tadi, ganggang merah dan
peningkatan 4,5% pertahun (Dahuri, 2003). cokelat banyak mengandung yodium (Prabowo,
Tingkat konsumsi dan permintaan ikan 2007).
dunia cenderung meningkat. Sejak tahun 1990,
dunia sebenarnya telah mengalami kekurangan Potensi hutan mangrove
pasokan ikan diperkirakan sebesar 19,6 juta ton Indonesia mempunyai mempunyai salah
pada tahun 2000; 37,5 juta ton pada tahun 2010 satu hutan mangrove yang terluas di dunia yaitu
dan 62,4 juta ton pada tahun 2020 (FAO, 2000). sekitar 4,25 juta ha sebelum tahun 1969. Luas
Hingga saat ini Indonesia menempati urutan ke-12 ekosistem mangrove di Indonesia mencapai 75%
sebagai Negara pengekspor produk perikanan di dari total mangrove di Asia Tenggara, atau sekitar
bawah posisi Thailand dan Vietnam (Kusuma, 27% dari luas mangrove di dunia. Kekhasan
2004). ekosistem mangrove Indonesia adalah memiliki
Potensi perikanan Indonesia yang mencapai keragaman jenis yang tertinggi di dunia (Dahuri,
65 juta ton sebenarnya cukup untuk mencukupi 2002 dalam Kusuma, 2002).
kebutuhan ikan dalam negeri dan kebutuhan ikan Kusuma (2002) menjelaskan, mangrove
dunia. Indonesia mempunyai potensi ikan yang merupakan sumberdaya alam yang dapat
banyak tetapi banyak ikan juga dicuri oleh dipulihkan (renewable resources atau flow resources)
nelayan-nelayan asing dan alat tangkap nelayan yang mempunyai manfaat ganda (manfaat
Indonesia masih banyak yang kurang mendukung ekonomis dan ekologis). Manfaat ekonomis
sehingga potensi ikan di Indonesia belum dikelola diantaranya terdiri atas hasil berupa kayu (kayu
dengan baik. bakar, arang, kayu konstruksi, dan lain-lain) dan
hasil bukan kayu (hasil hutan ikutan dan
Potensi rumput laut pariwisata). Kawaroe (2001) menyebutkan
Rumput laut merupakan salah satu manfaat ekologis, yang terdiri atas berbagai fungsi
sumberdaya kelautan yang telah dikenal sejak lindungan baik bagi lingkungan ekosistem
puluhan atau bahkan ratusan tahun di indonesia daratan dan lautan maupun habitat berbagai jenis
bahkan manca negara. Umumnya rumput laut fauna, di antaranya: sebagai proteksi dari abrasi
digunakan sebagai bahan makanan dan minuman, atau erosi, gelombang atau angin kencang,
namun seiring dengan perkembangan iptek tsunami, pengendali intrusi air laut, habitat
dewasa ini rumput laut dapat dikembangkan dan berbagai jenis fauna, sebagai tempat mencari
dimanfaatkan dalam berbagai macam industri makan, memijah dan berkembang biak berbagai
misalnya tekstil, kosmetik dan industri jenis ikan dan udang, pembangun lahan melalui
kefarmasian (Syafikri, 2009). proses sedimentasi, pengontrol penyakit malaria,
Rumput laut yang banyak dimanfaatkan memelihara kualitas air, penyerap CO2 dan
adalah dari jenis ganggang merah (Rhodophyceae) penghasil O2 yang relatif tinggi dibanding tipe
karena mengandung agar-agar, keraginan, hutan lain.
porpiran, furcelaran maupun pigmen fikobilin
(terdiri dari fikoeretrin dan fikosianin) yang Potensi padang lamun
merupakan cadangan makanan yang Di Indonesia, lamun yang ditemukan terdiri
mengandung banyak karbohidrat. Ada juga yang atas tujuh marga, dari 20 jenis lamun yang
memanfaatkan jenis ganggang coklat dijumpai di perairan Asia Tenggara, 12 di
(Phaeophyceae). Ganggang coklat ini banyak antaranya dijumpai di Indonesia. Penyebaran
mengandung pigmen klorofil a dan c, beta padang lamun di Indonesia cukup luas, mencakup
karoten, violasantin dan fukosantin, pirenoid, dan hampir seluruh perairan Nusantara yakni Jawa,
lembaran fotosintesa (filakoid). Selain itu Sumatera, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku,
ganggang coklat juga mengandung cadangan Nusa Tenggara, dan Papua. Jenis Thalassia
BARANSANO & MANGIMBULUDE., Eksploitasi dan Konservasi 42

hemprichii merupakan yang paling dominan di EKSPLOITASI SUMBERDAYA LAUT DI


Indonesia (Husein, 2005). INDONESIA
Sebagaimana terumbu karang, padang
lamun menjadi menarik karena wilayahnya sering Sensus penduduk yang berlangsung pada
menjadi tempat berkumpul berbagai flora dan bulan Mei tahun 2010, dari biro stastitik
fauna akuatik lain dengan berbagai tujuan dan memperkirakan jumlah penduduk indonesia akan
kepentingan (Arlyza, 2007). Di padang lamun juga mencapai 231 juta orang, atau naik 29 juta orang
hidup alga (rumput laut), kerang-kerangan dibandingkan hasil pendataan sensus penduduk
(moluska), beragam jenis Echinodermata (teripang- tahun 2000 lalu yang tercatat sebanyak 202 juta
teripangan), udang, dan berbagai jenis ikan. Ikan- orang (Santoso & Martina, 2009). Bertambahnya
ikan amat senang tinggal di padang lamun. Ada penduduk bisa berdampak positif atau negatif
jenis ikan misalnya yang sepanjang hayatnya terhadap pemanfaatan sumberdaya hayati
tinggal di padang lamun, termasuk untuk perairan. Peningkatan populasi manusia,
berpijah, tetapi beberapa jenis lain memilih tinggal berdampak pada meningkatnya pola konsumsi
sejak usia muda (juvenil) hingga dewasa, merupakan ancaman terhadap keanekaragaman
kemudian pergi untuk berpijah di tempat lain. hayati (Indrawan et al. 2007).
Ada juga yang hanya tinggal selama juvenil, Wilayah pesisir memiliki arti strategis
sebagian lagi memilih tinggal hanya sesaat. karena merupakan wilayah peralihan antara
Penyu hijau (Chelonia mydas) dan ikan ekosistem darat dan laut, serta memiliki potensi
duyung atau dugong (Dugong dugon) adalah dua sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang
hewan ‘pencinta berat’ padang lamun, yang sangat kaya (Anonim, 2007). Sugiarti et al (2000)
merupakan beberapa contoh hewan laut yang mengatakan, kekayaan sumberdaya laut tersebut
cukup banyak dijumpai. Boleh dikatakan, dua menimbulkan daya tarik bagi berbagai pihak
hewan ini amat bergantung pada lamun, untuk memanfaatkan sumberdayanya dan
kebergantungan kedua hewan ini terhadap lamun berbagai instansi untuk meregulasi pe-
karena tumbuhan tersebut merupakan sumber manfaatannya. Kekayaan sumberdaya pesisir,
makanan penyu hijau dan dugong. Penyu hijau meliputi pulau-pulau besar dan kecil sekitar
biasanya menyantap jenis lamun Cymodoceae, 17.500 pulau, yang dikelilingi ekosistem pesisir
Thalassia, dan Halophila, sedangkan dugong tropis, seperti hutan mangrove, terumbu karang,
senang memakan jenis Poisidonia dan Halophila. padang lamun, berikut sumberdaya hayati dan
Dugong mengkonsumsi lamun terutama bagian non-hayati yang terkandung di dalamnya. Akan
daun dan akar rimpangnya karena dua bagian ini tetapi, kekayaan sumberdaya pesisir tersebut telah
memiliki kandungan nitrogen cukup tinggi atau sedang mengalami kerusakan. Sejak awal
(Aswandi, 2008). tahun 1990, fenomena degradasi biogeofisik
Wilayah pesisir dan laut Indonesia telah sumberdaya pesisir semakin berkembang dan
menjadi tumpuan harapan dimasa depan baik meluas. Laju kerusakan sumberdaya pesisir telah
untuk pemenuhan kebutuhan bangsa dan dunia. mencapai tingkat yang mengkhawatirkan, ter-
Harus disadari bahwa sumberdaya kelautan kalau utama pada ekosistem mangrove, terumbu
tidak dikelola dengan baik akan mengalami karang, dan estuary atau muara sungai.
kerusakan dan kerugian yang besar. Agar bisa Dahuri (2003) menyebutkan berdasarkan
mengelola sumberdaya kelautan secara faktor utama yang mengancam kelestarian
berkelanjutan salah satu faktor penting adalah sumberdaya keanekaragaman hayati pesisir dan
perlu menguasai sains dan teknologi secara lautan adalah :
terpadu. (1). Pemanfaatan berlebihan (over exploitation)
sumberdaya hayati.
43 JU R NA L BI OL O GI PA PU A 3(1): 39–45

Ketika tingkat usaha pemanfaatan Pembangunan wilayah pesisir dan laut


kelestarian sumber daya hayati, akan tercipta mempunyai ruang lingkup yang luas, meliputi
tingkat pemanfaatan yang berlebihan. Salah satu banyak aspek dan faktor. Beberapa aspek yang
sumberdaya laut yang telah dieksploitasi secara perlu diperhatikan adalah aspek ekologis, sosial,
berlebihan adalah sumberdaya perikanan. budaya, ekonomi, politik serta pertahanan dan
keamanan. Beberapa sektor yang terkait secara
(2). Penggunaan teknik dan peralatan langsung maupun tidak langsung, dengan
penangkapan ikan yang merusak lingkungan. kawasan pemukiman, indutri, rekreasi, dan
Pengunaan bahan peledak, bahan beracun pariwisata, transportasi, budidaya tambak, serta
(sodium dan potassium sianida) dan pukat kehutanan dan pertanian. Sering kali kegiatan
harimau dapat memusnahkan organisme dan pembangunan tidak memperhatikan aspek
merusak lingkungan. ekologis (kelestarian lingkungan), melainkan
hanya memperhatikan aspek ekonomis.
(3). Perubahan dan degradasi fisik habitat Beberapa ancaman yang telah diuraikan
Kerusakan fisik pada habitat ekosistem sebelumnya merupakan faktor utama penyebab
pesisir dan laut di Indonesia telah terjadi pada terjadinya degradasi lingkungan di wilayah
ekosistem terumbu karang, padang lamun, estuari pesisir dan laut. Terdapat lima alasan kehidupan
dan hutan mangrove. Hutan mangrove diberbagai di wilayah pesisir dan laut berisiko terhadap
daerah di Indonesia telah mengalami penurunnan keanekaragaman hayati laut, pertama, tingkat
luas dari tahun ke tahun. Degradasi tersebut kepadatan penduduk yang tinggi dan kemiskinan;
akibat adanya konversi hutan mangrove untuk kedua, tingkat konsumsi yang berlebihan dan
lahan tambak, pertanian, pemukiman, pelabuhan, penyebaran sumberdaya yang tidak merata; ketiga,
dan industry. kelembagaan; keempat, kurangnya pemahaman
tentang ekosistem alam; dan kelima, kegagalan
(4). Pencemaran system ekonomi dan kebijakan dalam menilai
Sebagian besar bahan pencemar yang ekosistem alam.
ditemukan di laut berasal dari kegiatan manusia.
Sumber pencemaran terdiri dari industri, limbah
cair pemukiman, limbah cair perkotaan, per- KONSERVASI SUMBERDAYA PERAIRAN
tambangan, pelayaran, pertanian, dan perikanan DI INDONESIA
budidaya.
Minat masyarakat umum untuk melindungi
(5). Introduksi spesies asing keanekaragaman hayati di dunia semakin
Adanya introduksi spesies-spesies asing ke meningkat dalam beberapa dekade ini (Stanis &
dalam suatu ekosistem dapat menjadi ancaman Nurbambang, 2007). Baik ilmuwan maupun
bagi keanekaragaman hayati di daerah pesisir dan masyarakat umum, kini memahami bahwa kita
laut. Hasil penelitian yang dilakukan Amerika dan hidup dalam periode pemusnahan keaneka-
Australia menunjukkan bahwa di dalam air ballast ragaman hayati yang luar biasa (Indrawan et al.
kapal pada setiap perjalanan kapal ditemukan 2007). Pemerintah Indonesia juga menaruh
lebih dari 50 jenis asing yang terdiri dari perhatiaan yang sangat besar terhadap
fitoplanton dan zooplankton. Bila air ballast penyelamatan keanekaragaman hayati perairan.
tersebut dibuang, bahan pencemar biotik tersebut Bukti keseriusan pemerintah dalam melindungi
akan memasuki perairan, sehingga meng- keanekaregaman hayati adalah dengan
akibatkan struktur komunitas, baik fitoplankton dikeluarkannya UU No. 31 tahun 2004 tentang
maupun zooplankton berubah. perikanan, dan UU N0. 27 tahun 2007 tentang
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
(6). Konversi kawasan lindung perlindungan laut. serta peraturan pemerintah No. 60 tahun 2007
BARANSANO & MANGIMBULUDE., Eksploitasi dan Konservasi 44

tentang konservasi sumberdaya ikan, kewenangan tanggungjawab dalam memanfaatkan sumber-


pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan kawasan daya secara bijaksana ( Kaimuddin, 2008).
pelestarian alam (Anonim, 2009b). Keanekaragaman hayati laut merupakan
Pendekatan pembangunan dan perencanaan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui,
wilayah yang dilakukan secara sektoral tidak artinya jika kita manfaatkan dengan cara-cara
membuahkan hasil dalam mencapai pemanfaatan yang ramah lingkungan (berdasarkan pada
ekosistem pesisir dan lautan secara berkelanjutan. prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan),
Alternatif yang lebih baik adalah melalui pembangunan ekonomi berbasiskan keaneka-
pendekatan pengelolaan pesisir secara terpadu. ragaman hayati laut dapat berlangsung secara
Pengelolaan pesisir secara terpadu didefinisikan kesinambungan. Disinilah keyakinan kita
sebagai suatu proses yang dinamis secara terus mendapatkanpembenaran, bahwa pembanguan
menerus, dimana segala keputusan dibuat untuk ekonomi berbasis sumberdaya alam dapat
penggunaan yang berkelanjutan, pembangunan diselamatkan kembali, termasuk keanekaragaman
dan perlindungan terhadap daerah serta hayati laut. Pengelolaan keanekaragaman hayati
sumberdaya pesisir dan laut (Indra, 2008). laut secara tepat dan benar dapat menghantarkan
Alternatif pembangunan yang lain yaitu Indonesia menuju cita-cita luhurnya, yakni bangsa
pengelolaan sumberdaya berbasis masyarakat yang adil dan sejahtera.
dapat didefinisikan sebagai proses pemberi
wewenang, tanggung jawab, dan kesempatan
kepada masyarakat untuk mengelola sumberdaya KESIMPULAN
lautnya, keinginan, dan tujuan serta aspirasinya
(Viktor & Nikijuluw, 2001). Secara garis besar ada Indonesia adalah Negara kepulauan dengan
lima prinsip dasar yang penting dalam potensi sumberdaya hayati pesisir dan kelautan
pengelolaan berbasis masyarakat yaitu, pem- cukup tinggi di dunia. Potensi sumberdaya hayati
berdayaan, pemerataan akses dan peluang, ramah pesisir dan kelautan sudah sangat terkenal di
lingkungan dan lestari, pengakuan terhadap dunia, mengundang investor baik dalam dan luar
pengetahuan dan kearifan tradisional, kesetaraan negeri untuk mengeksploitasi sumberdaya yang
jender (COREMAP-LIPI, 2001). ada. Eksploitasi yang berlebihan mengakibatkan
Masyarakat adat di Indonesia umumnya kerusakan ekosistem dan penurunan populasi
telah mengenal dan memiliki kearifan lokal dalam bahkan pemusnahan spesies.
mengelola sumberdaya perikanan di wilayahnya Kesadaran masyarakat dan ilmuan serta
(Karubaba et al. 2001). Kearifan lokal muncul, pemerintah untuk menjaga kelestarian
sebagai interaksi dari masyarakat terhadap keanekaragaman hayati semakin gencar
keterbatasan dan kelangkaan sumberdaya dilaksanakan. Kearifan lokal merupakan bukti
perikanan akibat meningkatnya kebutuhan dan perhatian masyarakat menjaga kelestarian
akses pemanfaatannya. Beberapa studi keanekaragaman hayati. Kearifan lokal perlu
menunjukkan bahwa masyarakat adat di dijaga dan dilestarikan. Perhatain pemerintah
Indonesia secara tradisional telah berhasil dalam untuk menjaga kelestarian keanekaragaman
menjaga dan memperkaya keanekaragaman hayati perlu di tingkatkan penaganannya agar
hayati melalui praktek konservasi tradisional sumberdaya hayati pesisir dan perairan dapat
(Patinama, 2009). Aturan adat dalam mengelola terselamatkan.
sumberdaya oleh masyarakat tradisional sangat
penting sehingga rasa kepedulian dalam
melestarikan sumberdaya bersumber dari dalam DAFTAR PUSTAKA
diri masyarakat. Adanya rasa kepemilikan Anonim, 2009a. Menteri DKP dorong IPB kembangkan food
terhadap sumberdaya perikanan dalam wilayah security bidang kelautan. J. Bogor. http://www.
adatnya mendorong masyarakat untuk ber- ipb.ac.id/?b=1226.
45 JU R NA L BI OL O GI PA PU A 3(1): 39–45

Anonim, 2007. Advokasi pesisir dan kelautan. Fakultas Manuputty, A.E.W. 2008. Oktoral penghasil antivirus. J.
Geografi Universitas Gadjah Mada (http:// Oseana. 33(1): 19-24
geo.ugm.ac.id/archives/72) Masyhudzulhak. 2005. Pengelolaan sumberdaya pesisir di
Anonim. 2009b. Satuan kerja pengawasan sumberdaya kota bengkulu (Tinjauan Bioekonik terhadap
kelautan dan perikanan kendari. DEPHUT alihkan sumberdaya perikanan). J.Penelitian UNIB 11 (1): 21-28
kawasan suaka alam dan pelestarian alam ke DKP Nurmalasari, Y. 2008. Informan’n. J. Ilmu-ilmu manajemen dan
(http://www.P2sdkpkendari.com/?pilih=new&aksi=l informatika 1(2): 1-7.
ihat&id=544). Pattinama, M. J. 2009. Pengentasan kemiskinan dengan
Arbi, U.Y. 2008. Burung pantai pemangsa krustaceae. J. kearifan lokal ( Studi kasus di Pulau Buru-Maluku dan
Oseana. 33 (2): 1-8. Surade–Jawa Barat. J. Makara, Sosial Humaniora. 13 (1):
Arlyza, I.S. 2007. Bahan Aktif dari organisme laut sebagai 1-12.
pengendali biota penempel. J. Oseana. 32 (1): 39-48 Prabowo, A.Y. 2007. Budi daya rumput laut. teknik budidaya
Aswandi, I. 2008. Crustacean sebagai konsumen di padang Agrokompleks.(http://teknik-budidaya.blogspot.com
lamun. J. Oseana. 33 (1): 1-9 /2007/10/budidaya-rumput-laut.html
COREMAP-LIPI. 2001. Buku Panduan Pengelolaan Berbasis Protopo, W.M. 2009. Merawat laut demi kehidupan. J. Ilmu-
Masyarakat (PBM) COREMAP. Kantor Pengelolaan ilmu hayati 9 (4) 2009.
Program CREMAP-LIPI. 216p. Santosos, U. A. dan P. Martina. 2009. Jumlah penduduk
Dahuri, R. 2003. Kenakaragaman hayati laut. Aset Indonesia mencapai 231 juta orang. http://
pembangunan berkelanjutan Indonesia. PT. Gramedia www.kontan.co.id/index.php/nasional/news/20031/
Pustaka utama. Jakarta. Jumlah-pendudu-Indonesia-Mencapai-231-Juta-Orang
FAO. 2000. The Status of world Fisherie and Aquaculture. Stanis, S. S. dan Azis Nurbambang, 2007. Coastal and marine
FAO Fisheries Department, Rome, Italia resource management by empowering the communal
Gianto. 2007. Perdagangan karang hias: suatu ancaman wisdom in Lembata Regency, east Nusa Tenggara
terhadap ekosistem terumbu karang? J. Oseana 32 (4): Timur Province. J. Pesisir Laut. 2(2): 67 – 87.
21-27 Sugiarti, G.B. Dietriech., dan R. Dahuri. 2000. Analisis
Husein, A. 2005. Menguak misteri lamun . Duamata. (http:// kebijakan pemanfaatan ruang wilayah pesisir di kota-
dua mata. Blogspot.com/2005/12/menguak-misteri- pasuruan-jawatimur. J. Pesisir dan kelautan 3(2): 4-21
lamun.htm). Syafikri, D. 2009. Budidaya rumput laut dalam mendukung
Ibrahim, Y. 2007. Komunitas pulau dalam era pembangunan : pembangunan ekonomi berbasis kelautan di
terpingir atau memingir? J. Akademika 70 (1): 57-76 kabupaten sumba. Sumba New.com. (http://
Indra. 2008. Perkembangan sasi sebagai konservasi laut secara www.Sumbawa news.com/berita/opini/prospek-bu-
tradisional di papua. didaya-rumput-laut-dalam-mendukung-pembanguan-
http://seputarberita.blogspot.com/2008/07/perkemb ekonomi-kelautan-di-kabupaten-sumba.html.
angan-sasi-sebagai-konservasi.html Viktor, P.H., dan Nikijuluw. 2001. Kajian pemenuhan
Indrawan, M., B.P. Richard, dan J. Supriyatna. 2007. Biologi kebutuhan pangan nelayan pada musim timur dan
konservasi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. musim barat kaitanya dengan pemanfaatan
Kaimuddin. 2008. Studi kelembagaan lokal masyarakat dalam sumberdaya pesisir. J. Pesisir dan Kelautan. 3(3) 14-21.
pengunaan hutan mangrove di desa munte, kecamatan
Bone-bone (kajian baseline kelembagaan untuk
adaptasi terhadap perubahZan iklim global). J.Hutan
dan masyarakat. 3(1): 40-46.
Karubaba, C.T.H, G. B. Dietriech., P.H. Viktor and Nikijuluw
2001. Kajian pemenuhan pemenuhan kebutuhan
pangan nelayan pada musim timur dan barat kaitanya
dengan sumberdaya pesisir. J. Pesisir dan Laut. 3(3): 3-
12.
Kawaroe, M. 2001. Kajian pemenuhan kebutuhan pangan
pada musim timur dan musim barat kaitanya dengan
pemanfaatan sumberdaya pesisir. J. Pesisir dan
Kelautan 3(3): 3-12.
Kusuma. 2002. Pengelolaan Ekositem mangrove secara
berkelanjutan dan berbasis masyarakat. Lokakarya
ekosistem mangrove. Jakarta.
Kusuma. 2004. Departemen Kelautan targetkan produksi
perikanan 2009 10 juta ton.
http://www.infoanda.com/linksfollow.php?lh=UFBb
DFZUBltW
BARANSANO & MANGIMBULUDE., Eksploitasi dan Konservasi 46

Anda mungkin juga menyukai