Materi : Terlampir
Strategi Kegiatan :
Evaluasi :
a. Standar persiapan
a) Peserta hadir di tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan.
b) Penyelenggara pendidikan kesehatan di Tempat tinggal
kien dan keluarga.
c) Penyelenggaraan penyuluhan di lakukan terstruktur sesuai
dengan rincian kegiatan yang telah di tetapkan.
b. Standar proses
a) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b) Peserta mengikuti jalannya penyuluhan sampai selesai
c) Peserta mengajukan pertanyaan den menjawab pertanyaan
secara benar
c. Standar hasil
a) Peserta mengetahui tentang penyakit tuberculosis (TB
paru) mulai dari pengertian, penyebab dan gejalanya
b) Peserta mengetahui faktor risiko dari penyakit tuberculosis
(TB paru) dan termotivasi untuk menghindarinya
c) Peserta mengetahui tentang tujuan dan manfaat
pencegahan dan penatalaksanaan penyakit tuberculosis
(TB paru) serta termotivasi untuk mencegah terjadinya
penyakit tuberculosis (TB paru).
Literatur :
A. PENGERTIAN
Tuberculosis paru-paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat juga menyebar ke bagian tubuh lain
seperti meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Irman Somantri, 2016).
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Tuberkulosis
(Mycobacterium tuberculosa) yang ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien
Tuberkulosis batuk dan percikan ludah yang mengandung bakteri tersebut terhirup oleh orang lain saat
bernapas (Widoyono, 2017)
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang menyerang pada saluran pernafasan yang
disebabkan oleh bakteri yaitu mycobacterium tuberculosis, (Smeltzer, 2018).
Tuberkulosis merupakan infeksi paru akut atau kronis yang ditandai dengan infiltrasi paru dan
pembentukan granulasi dengan perkijuan, fibrosis, dan kavitasi. prognosis penyakit ini sangat bagus
dengan program pengobatan yang benar dan lengkap.
B. ETIOLOGI
Mycobacterium tuberkulosis merupakan jenis kuman berbentuk batang berukuran panjang 1-4 mm
dengan tebal 0,3-0,6 mm. sebagian besar komponen M. tuberkulosis adalah berupa lemak atau lipid
sehingga kuman mampu tahan terhadap asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik.
Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. oleh karena itu, M.
tuberkulosis senang tinggal di daerah apeks paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi. daerah tersebut
menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit tuberkulosis.
C. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama TB paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum, malaise, gejala
flu, demam derajat rendah, nyeri dada, dan batuk darah.
Pasien TB Paru menampakkan gejala klinis, yaitu :
a. Tahap asimtomatis.
b. Gejala TB Paru yang khas, kemudian stagnasi dan regresi.
c. Eksaserbasi yang memburuk
d. Gejala berulang dan menjadi kronik.
D. FAKTOR PENCETUS
a. Kontak dekat dengan seseorang yang menderita TB aktif.
b. Riwayat terpajan TB sebelumnya.
c. Status gangguan imun (missal: lansia, kanker, HIV)
d. Penggunaan obat injeksi dan alkoholisme.
e. Masyarakat yang kurang mendapat pelayanan kesehatan yang memadai (missal : gelandangan,
penduduk miskin, minoritas, dll)
f. Kondisi medis yang sudah ada, termasuk diabetes, gagal ginjal kronis, silicosis, dan malnutrisi).
g. Imigran dari Negara dengan insidensi TB yang tinggi (misal:Asia Tenggara)
h. Institusionalisasi (misal: penjara)
i. Tinggal di lingkungan padat penduduk bawah standar.
j. Pekerjaan (misal: tenaga kesehatan)
E. PATOFISIOLOGI
Ketika seorang klien TB Paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tidak sengaja keluarlah
droplet nuclei dan jatuh ke tanah, lantai, dan tempat lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara
yang panas, droplet nuclei menguap. Menguapnya bakteri droplei ke udara dibantu dengan pergerakan
angin akan membuat bakteri tuberculosis yang mengandung dalam droplet nuclei terbang ke udara.
Apabila bakteri ini dihirup oleh orang sehat, maka orang itu berpotensi terkena infeksi bakteri tuberculosis.
Penularan bakteri lewat udara disebut dengan istilah air borne infection. Bakteri yang terhisap akan
melewati pertahanan mukosilier saluran pernapasan dan masuk hingga alveoli. Pada titik lokasi dimana
terjadi implantasi bakteri, bakteri akan menggandakan diri ( multiplying). Bakteri tuberculosis dan focus ini
disebut focus primer, lesi primer, atau focus Ghon. Reaksi juga terjadi pada jaringan limfe regional, yang
bersama dengan focus primer disebut sebagai kompleks primer. Dalam waktu 3-6 minggu, inang yang baru
terkena infeksi akan menjdi sensitive terhadap protein yang dibuat bakteri tuberculosis dan bereaksi positif
terhadap tes tuberculin atau tes Mantoux.
Berpangkal dari komples primer, infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui berbagai jalan,
yaitu :
1. Percabangan bronkus
Penyebaran infeksi lewat percabangan bronchus dapat mengenai area paru atau melalui sputum
menyebar ke laring (menyebabkan ulserasi laring), maupun ke saluran pencernaan.
1. Tuberkulosis Primer
Tuberculosis primer adalah infeksi penderita TB dari penderita yang belum mempunyai
reaksi spesifik terhadap bakteri TB. Bila banteri TB terhirup dari udara melalui saluran
pernapasan dan mencapai alveoli atau bagian terminal saluran pernapasan, maka bakteri akan
ditangkap dan dihancurkan oleh makrofag yang berada di alveolar. Jika pada proses ini
bakter ditangkap oleh makrofag lemah, maka bakteri akan berkembang biak dalam tubuh
makofag yang lemah dan menghancurkan makrofag. Dari proses ini dihasilkan bahan kemoktasis
yang menarik monosit dan aliran darah membentuk tuberkel.
Bakteri TB menyebar melalui saluran pernapasan ke kelenjar getah bening regional
(hilus) membentuk epiteloid granuloma. Granuloma mengalami nekrosis sentral sebagai akibat
timbulnya hipersensitivitas seluler ( delayed hipersensitivitas) terhadap bakteri TB. Hal ini terjadi
sekitar 2-4 minggu dan akan terlihat pada tes tuberkulin.
Bakteri TB yang berada di alveoli akan membentuk focus Ghon, sedangkan focus inisial
bersama-sama dengan limfadenopati bertempat di hilus dan disebut juga TB Primer. Bakteri
menyebar lebih lanjut melalui saluran limfe atau aliran darah dan akan tersangkut pada berbagai
organ. Jadi TB Primer merupakan infeksi yang bersifat sistematis.
2. Tuberculosis Sekunder
Setelah terjadi resolusi dari infeksi primer, sejumlah kecil bakteri TB masih hidup dalam
keadaan dorman di jaringan parut. Sebanyak 90% di antaranya tidak mengalami kekambuhan.
Reaktivasi penyakit TB terjadi bila daya tahan tubuh menurun.
Berbeda dengan TB Primer, pada TB sekunder kelenjar limfe regional dan organ lainnya
jarang terkena. Lesi lebih terbatas dan terlokalisasi. Reaksi imunologis terjadi dengan adanya
pembentukan granuloma. Nekrosis jaringan lebih mencolok dan menghasilkan lesi kaseosa
(perkijuan) yang luas dan disebut tuberkuloma. Protease yang dikeluarkan oleh makrofag aktif
akan menyebabkan pelunakan bahan kaseosa. Secara umum dapat dikatakan bahwa,
pembentukan kavitas dan manifestasi lainnnya dari TB Sekunder adalah akibat dari reaksi
nekrotik yang dikenal sebagai hipersensitivitas seluler ( delayed hipersensitivitas).
TB Paru pasca primer dapat disebabkan oleh infeksi lanjutan dari sumber eksogan,
terutama pada usia tua, yang semasa mudanya pernah mempunyai riwayat terkena TB. Lesi
sekunder berkaitan dengan kerusakan paru, kerusakan paru diakibatkan oleh produksi sitokin
yang berlebihan. (Isa, 2015)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Rontgen Thoraks sangat berguna untuk mengevaluasi hasil pengobatan dan ini
tergantung pada tipe keterlibatan dan kerentanan bakteri tuberkel terhadap OAT, apakah sama
baiknya dengan respon dari klien. Penyembuhan yang lengkap sering kali yang terjadi di beberapa
area dan ini adalah observasi yang dapat terjadi pada penyembuhan yang lengkap.
2. CT scan atau MRI memperlihatkan adanya gangguan meluasnya kerusakan paru.
3. Radiologis TB Paru Milier
Pemeriksaan Laboratorium :
Diagnostic terbaik dari penyakit TB diperoleh dengan pemeriksaan mikrobiologi melalui isolasi
bakteri. Bahan pemeriksaan untuk isolasi Mycobacterium Tuberculosis berupa :
a) Sputum, diambil pada pagi hari / sputum yang baru keluar.
b) Urine. Urine pertama di pagi hari
c) Cairan kumbah lambung. Pemeriksaan ini digunakan jika klien tidak dapat mengeluarkan
sputum.
d) Bahan-bahan lain, misalnya pus.
G. KOMPLIKASI
sembuh
Infeksi primer
Risiko infeksi
Bakteri dorman
Bersihan jalan
napas tidak Intoleransi Gangguan
Ketidakseimbangan
efektif aktifitas pola tidur
nutrisi kurang dari
kebutuhan
H. PENATALAKSANAAN
Zain (2001) membagi penatalaksanaan tuberculosis paru menjadi tiga bagian yaitu pencegahan,
pengobatan, dan penemuan penderita (active case finding).
Pencegahan TB Paru
1. Pemeriksaan kontak yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat dengan penderita TB BTA
positif. Pemeriksaan meliputi : tes tuberculin, klinis, dan radiologis. Bila tes tuberculin positif maka
pemeriksaan radiologis foto thoraks diulang pada 6 dan 12 bulan mendatang. Bila masih negative
diberikan BCG vaksinasi.
2. Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan terhadap kelompok-kelompok populasi tertentu, misal :
penghuni rumah tahanan, petugas kesehatan, siswa-sisiwi pesantren.
3. Vaksinasi BCG
4. Kemoprofilaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-12 bulan dengan tujuan
menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang masih sedikit.
5. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberculosis kepada masyarakat di tingkat
puskesmas maupun di tingkat rumah sakit.
Penemuan penderita. Terdapat empat kategori yaitu : kategori I,II,III, dan IV. Kategori ini didasarkan
pada urutan kebutuhan pengobatan