Anda di halaman 1dari 24

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Narkoba

2.1.1 Definisi Narkoba

Narkoba yang merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika dan

bahan berbahaya lain, sangat populer dimasyarakat karena sering dipakai

oleh aparat penegak hukum dan media massa. Disebut juga dengan istilah

napza yang merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif.

Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan

bahan adiktif. Dalam Undang Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 narkoba

dijelaskan sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau pun bukan

tanaman, baik sintesis ataupun semi sintesis yang dapat menyebabkan

penerunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi bahkan

sampai menghilangkan rasa nyeri, serta dapat menimbulkan ketergantungan

yang dibedakan ke dalam berbagai golongan.

2.1.2 Bahaya Narkoba

Bahaya narkoba pada seseorang sangat tergantung pada jenis

narkoba, kepribadian, situasi dan kondisi pengguna, dan yang dimaksud

narkoba adalah semua zat padat, cair maupun gas dari unsur narkoba bila

dimasukkan kedalam tubuh dapat merubah fungsi tubuh secara fisik dan

psikis (24). Zat narkoba masuk peredaran darah otak ketemu dengan

reseptor spesifik tepat berada di neuron terjadi ikatan maka muncul efek.

contoh ikatannya seperti ikatan neurotransmiter (endorfin) yang bisa

mengurangi impuls nyeri. Seperti halnya neurotransmiter, zat ini bisa

menaikkan (stimulan SSP) atau menekan (depresan SSP) sebagai transfer

impuls antar neuron di otak (25).

Pada halusinogen, ternyata zat ini tidak meluruskan transfer impuls

antar neuron, dan juga disinyalir berefek langsung pada ‘titik nikmat’

(pleasure centres). Kondisi ini pada otak biasa disebut dengan ‘euphoria
sesaat’, sehingga bisa membuat/menciptakan kondisi rasa nuansa yang

sangat menyenangkan dan ini merupakan efek berbagai macam narkoba,

dan tidak tergantung pada dosis tertentu (26).

Gambar 2-1. Mekanisme kerja penghantaran impuls di neuron susunan syaraf


pusat. Sumber: Biological Science, 2005
1) Bahaya Narkoba pada Emosional Kejiwaan (Psikologis)

Zat narkoba adalah racun, karena afeknya berbahaya pada susunan syaraf

pusat, dengan memacu atau menghambat reseptor, neurotransmiter, ataupun

neuron yang ada di susunan syaraf pusat, namun juga tergantung jenis

narkobanya. Efek narkoba membuat jiwa menjadi riang (euphoric) namun sifat ini

hanya sesaat, lalu terpacu (stimulated), kemudian menjadi tertekan (depressed)

sehingga menimbulkan rasa letih dan lesu (27).

Efek narkoba yang lain seperti halnya pada kondisi normal, bila seseorang

mengingat sesuatu, pikirannya bekerja sangat cepat untuk memunculkan

informasi dari gambar-gambar yang telah tersimpan di memori (28). Tetapi karena

narkoba kondisi menjadi lesu sehingga mengaburkan gambar-gambar yang

tersimpan, pada akhirnya informasi arsip gambarnya menjadi kabur dan

berantakan. Narkoba menyebabkan seseorang jadi lamban, apatis bodoh, dan

kegagalan. Narkoba tidak membuat bahagia, tetapi menghancurkan seluruh

kebahagiaan, harapan dan keceriaan (29). Efek ketagihan (addicted) muncul karena

dalam keadaan lesu, tiba-tiba teringat perasaan riang, sehingga ingin riang dengan

narkoba lagi. Narkoba menyebabkan lingkaran setan yang merusak jiwa dan bisa

mengarah pada ganggguan jiwa sampai ke sakit jiwa (30).

2) Bahaya Narkoba pada Raga

Susunan syaraf pusat pengendali semua sistem organ tubuh, bila narkoba

masuk ke otak berarti sistem dipengaruhi narkoba yang akan menyebabkan

kekacauan pada semua sistem organ tubuh. Efek narkoba tersebut terjadi

terutama pada sistem syaraf, sistem pernafasan, kardiovaskuler, pencernaan,

urinaria dan sistem imun sehingga mudah sakit, sulit berpikir, depresi respirasi,

mual, gastritis, disorientasi, depresi, gangguan tidur, cemas berat, kecurigaan,

ketegangan otot, rahang mengatup tanpa disengaja, penglihatan kabur,

keletihan, kedinginan, gangguan memori, gangguan berfikir, kehilangan kontrol

diri, halusinasi, stres berulang, depresi berat, dan bunuh diri (31).
Gambar 2-2. Efek narkoba di SSP mempengaruhi seluruh system organ
tubuh.

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Remaja Menggunakan Narkoba

Penelitian Badan Narkotikaa Nasional Republik Indonesia (2019)

menujukkan, ada beberapa sebab remaja mempergunakan narkoba,

diantaranya: 1) Untuk membuktikan keberanian dalam melakukan tindakan

yang berbahaya; 2) Untuk menunjukkan tindakan menentang otoritas

orangtua atau norma-norma sosial; 3) Untuk mempermudah perbuatan seks;

4) Untuk melepaskan diri dari kesepian; 5) Untuk mencari arti hidup; 6) Untuk

mengisi kekosongan; 7) Untuk menghilangkan kegelisahan, frustasi, dan

kepekatan hidup; 8) Untuk mengikuti kemauan teman; 9) Hanya iseng ingin

tahu karena tidak tahu, faktor kurang pemgetahuan merupakan penentu

remaja menggunakan narkoba (32).


2.2 Konsep Edukasi

2.2.1 Definisi Edukasi

Edukasi kesehatan merupakan bentuk yang paling banyak ditemukan

dari pemberian promosi kesehatan (Nies & McEwen, 2014). Edukasi dinilai

dapat meningkatkan pemahaman akan pengetahuan, sikap, dan

keterampilan dalam melaksanakan perilaku kesehatan (Grabowski, Aagaard-

Hansen, Willaing, & Jensen, 2017). Kegiatan ini dapat dilakukan secara

langsung ataupun tidak langsung. di dalam maupun di luar gedung. sesuai

kebutuhan dari masyarakat. Edukasi langsung dapat dilakukan dengan

melakukan interaksi langsung yang sifatnya dua arah antara pemberi edukasi

dan penerima edukasi kesehatan. Edukasi tidak langsung dilakukan dengan

interaksi searah hanya dari pemberi edukasi terhadap penerima edukasi

kesehatan. Kedua jenis edukasi kesehatan ini dapat dipilih sesuai dengan

kebutuhan dari pemberi dan penerima edukasi.

2.2.2 Tujuan edukasi

Tujuan edukasi kepada orang lain mengenai kesehatan meraka adalah

untuk membantu individu, keluarga, atau masyarakat mencapai tingkat

kesehatan yang optimal (Edelman et al, 2014). Seian itu pemberian

edukasimengenai perawatan kesehatan preventif membnatu mengurangi

kesulitan ekonomi dan biaya pelayanan kesehatn individu serta hal lain yang

berkaitan. Edukasi yang komprehensif meliputi tiga tujuan penting, setiap

tujuan mencakup pelayanan kesehatan yang berbeda, promosi kesehatan,

dan pencegahan penyakit, restorasi kesehatan dan koping.

1. Pertahanan dan promosi kesehatan serta pencegahan penyakit

Sebagai seorang perawat, Anda merupakan samber daya yang tersedia

dan kompeten bagi pasien yang ingin meningkaáan kesejahteraan fisik

dan psikologis mereka. Anda menyediakan informasi dan keterampilan di

sekolah, rumah kinik, atau tempat kerja untuk membuntu pasien

mengadopsi perilaku yang lebih sehat. Sebugai contoh. dalam kelas

pengasuhan anak, Anda mengajarkan pasien yang akan menjadi orang


tua mengenai perubahan fisik dan pskologis perempuan. Setelah

pembelajaran mengenai pengasuhan anak normal, ibu yang menerapkan

pengetahuan baru akan memiliki kecenderungan untuk mengonsumsi

makanan sehat, terlibat dalam latihan fisik, dan menghindari zat- zat yang

dapat berbahaya bagi janin. Promosi perilaku yang sehat melalui edukasi

memungkinkan pasien untuk lebih bertanggung jawab terhadap

kesehatannya (Thom et al, 2013). Peningkatan pengetahuan berakibat

pada kebiasaan mempertahankan kesehatan dengan lebih baik. Selain

itu, ketika pasien menjadi lebih sadar terhadap kesehatanmya, mereka

akan memiliki kecenderungan untuk mencari diagnosis awal terhadap

suatu masalah kesehatan (lawkins et al, 2011).

2. Restorasi kesehatan

Pasien yang sakit atau mengalami cedera membutuhkan informasi

dan keterampilan untuk membantu mereka mendapatkan kembali atau

pertahankan tingkat kesehatan mereka. Pasien yang mengalami

pemulihan dari dan beradaptasi terhadap perubahan yang disebabkan

oleh penyakit atau cedera seringkali mencari informasi mengenai

kondisinya, Namun, berapa pasien mengalami kesuiltan untuk

beradaptasi terhadap peanyakit dan menjadi lebih pasif daa tidak tertarik

dalam pembelajaran (Bastable, 2014 Bastable, 2014). Keluarga seringkali

menjadi bagian vital dalam mengembalikan kesehatan pasien. Pengasuh

(caregiver) dalam keluarga membutuhkan edukasi yang sama banyaknya

dengan pasien, termasuk informasi mengenai cara melakukan

keterampilan tertentu di rumah. Konfik dapat terjadi jika tidak melibatkan

keluarga dalam rencana pengajaran. Namun, perlu menghindari asumsi

bahwa keluarga harus dilibatkan, kaji hubungan pasien- keluarga

sebelum memberikan edukasiuntuk pengasuh keluarga.

3. Koping dan perubahan fungsi

Tidak semua pasien sepenuhnya pulih dari penyakit atau cedera.

Selain itu. pasien dengan penyakit mental yang telah ada menjadi
tantangan selama pemulihan (Lorig et al, 2014b). Banyak pasien harus

belajar menghadapi perubahan kesehatan yang permanen. Pengetahuan

dan kemampuan baru seringkali diperlukn untuk pasien yang kehilangan

kemampuan untuk berbicara setelah menjalani operasi laring harus

belajar cara baru untuk berkomunikasi. Perubahan fungsi yang terjadi

mencangkup perubahan fisik dan psikososial.

2.3 Konsep Sikap

Sikap yaitu reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap

suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan ataupun

aktivitas, namun merupakan prediposisi tindakan atau perilaku (36). Menurut

Allport, seperti dikutip Notoatmodjo (2014), sikap memiliki 3 (tiga) komponen

pokok yaitu keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek yang cendrung untuk

bertindak (tend to behave). Ketiga komponen ini secara bersama-sama

membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh

ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

Sikap yang didasari dengan pengetahuan yang kuat dan baik akan membentuk

sikap positif dan atau sebaliknya pengetahuan yang kuat dan negatif akan

membentuk sikap negatif (37). Dalam hal ini adalah sikap tentang bahaya

narkoba, seseorang cendrung tidak akan mau melakukan bila orang itu sudah

mempunyai sikap negatif pada objek karena apa yang akan dilakukannya bisa

berdampak negatif.

Pengukuran sikap dilakukan menggunakan model Likert, dengan kategori :

1) Baik jika mampu menjawab pernyataan ≥76-100%, 2) Cukup jika mampu

menjawab pernyataan ≥56-75%, 3) Kurang jika mampu menjawab pernyataan

<56% (38).

2.4 Konsep Remaja

2.4.1 Definisi Remaja

Masa remaja adalah periode di mana individu mengalami transisi dari

masa kanak-kanak sampai dewasa, biasanya antara usia 13 dan 20 tahun.


Istilah remaja biasanya mengacu pada pematangan psikologis individu,

sedangkan istilah pubertas mengacu pada titik di mana memungkinkan

terjadinya reproduksi. Perubahan hormonal pada masa pubertas

menyebabkan perubahan pada penampilan dan perkembangan kognitif yang

menghasilkan kemampuan untuk berhipotesis dan setuju terhadap hal yang

abstrak. Penyesuaian dan adaptasi diperlukan untuk mengatasi perubahan

simultan ini dan upaya untuk membangun identitas diri yang matang. Di

masa lalu banyak orang yang memyebut masa remaja sebagai masa badai

dan dipenuhi tekanan dengan kekacauan batin, namun pada saat ini

diketahui bahwa kebanyakan remaja berhasil menghadapi tantangan pada

periode ini.

2.4.2 perubahan fisik pada remaja

Perubahan fisik terjadi dengan oepat pada remaja. Pematangan selksual

terjadi dengan perkembangan karakteristik scksual primer dan sekunder.

Empat perubahan fisik utama adalah:

1. Meningkatnya pertumbuhan rangka, oiot, dan organ wiscera.

2. Perubahan scksual khusus pada jenis kelamin tertentu seperti peruhahan

bahu dan pinggul

3. Perubahan pada otot dan karakteristik seksual Berkembangnya sistem

reproduksi dan karakteristik seksual sckundet.

Terdapat herbagai variasi waktu perubahan fisik yang terkait dengan

pubertas di antara jenis kelamin yang berbeda dan jenis kelamin yang

sama. Anak perempuan umumnya mengalami perubahan prepubertas 1

sampai 2 tahun lebih cepat dari anak laki-laki. Tingkat kenaikan tinggi

badan dan berat badan biasanya proposional, dan sekuen perubahan

pertumbuhan pubertas sama pada kebanyakan individu. Perubahan

hormonal di dalam tubuh membuat perubahan saat hipotalamus mulai

memproduksi bormon gonadotropinl-releusing yang merangsang sel

ovarium untuk menghasilkan sel estrogen dan testis untuk memproduksi

testosteron. Hormon ini berkontribusi pada perkembangan karalkteristik


seksual sekunder seperti pertumbuhan rambut dan perubahan suara

yang memainkan peran penting dalam reproduksi. Perubahan

konsentrasi hormon ini juga terkait dengan jerawat dan bau badan.

Memahami perubahan hormone ini memungkinkan Anda untuk

meyakinkan remaja dan mendidik mercka tentang kcbutuhan perawatan

tubuh.
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian

yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti

pada seluruh proses penelitian (Nursalam, 2016).

Penelitian ini menggunakan desain quasy experiment dengan pendekatan

metode one-group pre-post test design merupakan metode penelitian yang

mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok

subjek diberi intervensi. Kelompok subjek dites sebelum dilakukan intervensi,

kemudian dites lagi setelah intervensi dengan rancangan time series, karena

pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan secara berulang dalam waktu

tertentu yang ditentukan oleh peneliti (45).


4.2 Kerangka kerja penelitian

Kerangka kerja penelitian adalah tahapan dalam suatu penelitian yang

menyalurkan alur penelitian terutama variabel yang di gunakan dalam penelitian

(Nursalam, 2016).

Pengaruh edukasi tentang bahaya narkoba terhadap sikap pencegahan penyalahgunaan


narkoba pada remaja

Populasi
Semua siswa SMAN 1 Krucil dari kelas X, Xi, dan XII sebanyak 200 orang

Tehnik Sampling
purposive sampling

Sampel
Siswa SMAN 1 Krucil sebanyak 30 orang

Desain Penelitian
Rancangan Penelitian : one group pre-post test

Pengumpulan Data
Kuesioner

Pengolahan Data
Editing, coding, scoring, tabulating

Analisa Data
Wilcoxon

Kesimpulan
H1 di terima jika p value ≤ α dengan α = 0,05
Hο di terima jika p value > α dengan α = 0,05

4.1 : Kerangka kerja penelitian Pengaruh Edukasi Tentang Bahaya Narkoba


Terhadap Sikap Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja di
SMAN 1 Krucil.
4.3 Populasi dan sampel

4.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek/objek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Hidayat, Aziz,

2018).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMAN 1 Krucil

mulai kelas X, XI dan XII masih aktif berjumlah 200. Pemilihan populasi

sebagai sasaran penelitian dikarenakan lingkungan berada pada daerah

resiko / rawan terhadap penyalahgunaan narkoba.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Populasi adalah

objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Dalam

penelitian dibidang kesehatan terdapat istilah kriteria sampel meliputi

kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, yakni kriteria tersebut digunakan

untuk menentukan dapat tidaknya dijadikan sampel sekaligus untuk

membatasi hal yang akan diteliti ( Hidayat, Aziz, 2018).

Sampel pada penelitan ini seorang remaja yang berjumlah 30 orang.

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah subjek penelitian dapat mewakili dalam sampel

penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Nursalam, 2018). Kriteria

inklusi pada sampel ini adalah adalah remaja sebagai siswa, usia 15 – 18

tahun, berstatus aktif, tinggal serumah dengan orangtua, tidak merokok, tidak

menggunakan narkoba, bersedia menjadi sampel dalam penelitian dan

dalam kondisi sehat.

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dengan subjek penelitian yang

tidak dapat mewakili sample karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel

penelitian (Nursalam,2018).
Kriteria eklusi dari penelitian ini adalah siswa yang masuk dalam

kelompok inklusi, apabila dalam proses penelitian siswa mengalami

hambatan tidak bisa melanjutkan sebagai responden, seperti mengalami

sakit, pindah sekolah, siswa yang mendapatkan peringatan dari sekolah atau

siswa yang mendapatkan tugas dari sekolah.

4.3.3 Teknik Pengambilan sampel

Teknik Sampling merupakan suatu proses dalam menyeleksi sampel

yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah

sampel akan mewakili dari keseluruhan populasi yang ada, secara umum

ada dua jenis pengambilan sample yakni probability sampling dan non

probability sampling (Hidayat, Aziz, 2018).

Dalam penelitian ini sampling penelitian dilakukan dengan purposive

sampling yaitu suatu tehnik penetapan sampel dengan cara memilih sampel

diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel

tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya

(46)

4.4 Variabel Penelitian

Variabel merupakan karakteristik subjek penelitian yang berubah dari satu

subjek ke subjek lainnya, sebuah konsep yang dapat dibedakan menjadi dua

yakni yang bersifat kuantitatif dan kualitatif (Hidayat, Aziz, 2018).

Dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu variabel independen dan

variabel dependen.

4.4.1 Variabel Independen (bebas)

Variabel independen ini sering disebut sebagai variabel stimulus,

prediktor, ancedent. Dalam bahasa indonesia sering disebut dengan nama

variabel bebas yang artinya variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. (Sugiyono, 2017).


Dalam penelitian ini variabel independen yang digunakan pada

penelitian ini adalah edukasi tentang bahaya narkoba.

4.4.2 Variabel dependen (terikat)

Variabel dependen ini merupakan variabel yang dipengaruhi nilainya

ditentukan oleh variabel lain. Variabel ini disebut juga variabel terikat yang

artinya aspek tingkah laku yang diamati dari suatu organisme yang dikenai

stimulus. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah sikap remaja.

4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.5.1 Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Krucil untuk mengetahui pengaruh

edukasi tentang bahaya narkoba terhadap sikap pencegahan penyalahgunaan

narkoba pada remaja.

4.5.2 Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret dan April 2021

4.6 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan berdasarkan karakteristik

yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat

diamati artinya memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau

pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian

dapat diulang lagi oleh orang lain (Nursalam, 2016). Dalam penelitian ini definisi

operasionalnya adalah sebagai berikut:

Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala Skor

Oprasional
Variabel Edukasi - - - -
independen: kesehatan
Edukasi
merupakan
tentang
bahaya bentuk yang
narkoba paling
banyak
ditemukan
dari
pemberian
promosi
kesehatan
Variabel Sikap yaitu - Kuesioner Ordinal 1. Kurang
reaksi atau
dependen: 2. Cukup
respons
sikap remaja 3. Baik
seseorang
yang masih Dikategorikan
tertutup
adalah:
terhadap
1. < 56%
suatu
stimulus 2. ≥ 56-75
atau objek.
%
Sikap belum
3. ≥ 76 %
merupakan
suatu
tindakan
ataupun
aktivitas,
namun
merupakan
prediposisi
tindakan
atau
perilaku

Tabel 4.2 Definisi Operasional Pengaruh Edukasi Tentang Bahaya Narkoba


Terhadap Sikap Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Pada
Remaja di SMAN 1 Krucil.

4.7 Prosedur Penelitian

4.7.1 Prosedur Administratif

Mendapatkan surat izin penelitian dari Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Hafshawaty Jurusan S1 Keperawatan, Kemudian peneliti

mengajukan permohonan izin, peneliti juga mengajukan ijin kepada kepala

Sekolah SMAN 1 Krucil.

4.7.2 Prosedur Teknis atau Alur Penelitian


1. Peneliti meminta izin dari Kepala Sekolah SMAN 1 Krucil.

2. Memberi informed consent pada yang setuju menjadi responden untuk

mendatangani .

3. Peneliti mengumpulkan data dengan cara memberikan kuesioner pada

remaja sebagai pre test untuk mengetahui sikap sebelum diberikan

edukasi.

4. Peneliti menjelaskan tujuan dan maksud dalam penelitian yang akan

dilakukan.

5. Setelah memberikan edukasi peneliti mengobservasi memberikan

kuesioner pada remaja sebagai post test untuk mengetahui sikap setelah

dilakukan intervensi

6. Peneliti menganalisa hasil data dari pengisian kuesioner

7. Kemudian peneliti melakukan olah data untuk mendapatkan hasil

penelitiannya.

4.8 pengumpulan Data

4.8.1 instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar penelitiannya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga

lebih mudah diolah. Kuesioner merupakan cara pengumpulan data melalui

pemberian kusioner dengan beberapa pertanyaan kepada responden

( Hidayat, Alimul Aziz, 2018).

Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner yang

dikembangkan dari kuesioner pada penelitian sebelumnya yang sudah

tervalidasi (49). Pengembangan kuesioner tersebut kemudian dikonfirmasi 3

orang expert judgement dan kuesioner yang akan diberikan terdiri dari dua

jenis pernyataan, yaitu :

1. Pernyataan mengenai fakta

Pernyataan-pernyataan pada kuesioner berisi tentang data-data

demografi responden seperti nama, usia, jenis kelamin, alamat tempat


tinggal, serta latar belakang pendidikan responden.

2. Pernyataan-pernyataan informatif

Tujuan dari pernyataan ini untuk mengetahui jawaban yang diberikan

responden mengenai aspek sikap pencegahan penyalahgunaan

narkoba. Aspek sikap tersebut terdiri dari 10 aitem pernyataan yang

terbagi menjadi 5 aitem favorable dan 5 aitem unfavorable. Tanggapan

yang dapat diberikan pada bagian ini menggunakan skala Likert dengan

pilihan jawaban “Sangat Tidak Setuju” (STS), “Tidak Setuju” (TS), “Ragu-

Ragu” (RR), “Setuju” (S), dan “Sangat Setuju” (SS). Berikut ini dapat

dilihat secara terperinci aitem-aitem pada kuesioner berdasarkan pokok

bahasan peryataan aspek sikap.

Tabel 4.3 Pernyataan Favorable dan Unfavorable pada Pokok Bahasan

Aspek Sikap

Aspek Pokok Bahasan Nomor Pertanyaan


Favorable Unfavorable
a. kriteria pola asuh demokratis 10
b. bisnis narkoba 7
Sikap c. bahaya narkoba 1,5,9
d. pola asuh 2,4,6,8 3
Jumlah Aitem 5 5
Total Aitem 15 15

4.8.2 Teknik pengumpulan data

Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan pengelolahan data yaitu

dengan cara :

1. Editing

Upaya umtuk mememeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau

dikumpulkan. Editing data dilakukan pada tahap pengumpulan data atau

setelah data terkumpul.

Dalam hal ini, dilakukan pemeriksaan data, hasil data harus dilakukan

penyuntingan (editing) terlebih dahulu

a. Apakah lengkap, dalam arti semua pertanyaan sudah terisi


b. Apakah jawaban atau tulisan masing-masing pertanyaan cukup

jelas atau terbaca.

c. Apakah jawabannya relevan dengan pertanyaannya.

d. Apakah jawaban-jawaban pertanyaan konsisten dengan jawaban

pertanyaan yang lainnya (Notoatmodjo, 2012)

Kuesioner yang telah diisi pada saat pengumpulan data, perlu dilihat

kembali apakah semua jawaban terbaca, semua pertanyaan terjawab, hasil

isian sesuai tujuan yang diinginkan penelit.

2. Coding

Yang dimaksud dengan coding adalah mengubah data berbentuk kalimat

atau huruf menjadi data angka atau bilangan (Notoatmodjo, 2012).

3. Scoring

Scoring merupakan memberikan penilaian terhadap item-item yang

perlu diberikan penilaian atau skor. Untuk variabel independen, media

bergambar tidak membutuhkan scoring. Untuk variabel dependen di ukur

menggunakan observasi. Skor untuk perkembangan aspek kognitif, yaitu :

a. Baik :3

b. Cukup :2

c. Kurang :1

4. Tabulating

Tabulating adalah menampilkan data yang diperoleh dalam bentuk

tabulasi. Proses ini merupakan tahapan akhir pengolahan data yang

sangat berguna untuk kegiatan selanjutnya yaitu tehnik penyajian data.

4.9 Analisa Data

Penelitian ini datanya berbentuk ordinal, maka setelah data dikumpulkan dan

diperiksa, kemudian akan dilakukan analisa data dengan komputerisasi untuk

menguji hipotesis yang akan dilakukan. Untuk menguji hipotesisi yang

menyatakan pengaruh edukasi tentang bahaya narkoba terhadap sikap

pencegahan penyalahgunaan narkoba pada remaja di SMAN 1 Krucil, digunakan


uji statistik “ uji marginal homogeneity/wilcoxcon” kemudian peneliti

menyimpulkan hasil penelitian sebagai beriku : “ apabila nilai p < 0,05 maka H1

diterima, H0 ditolak artinya ada pengaruh edukasi tentang bahaya narkoba

tehadap sikap pencegahan penyalahgunaan narkoba pada remaja.

4.9 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memberikan penjelasan kepada

responden tentang berbagai hal terkait dengan penelitian yang akan dilakukan.

Hal yang perlu diperhatikan:

4.10.1 Nilai Sosial atau Nilai Klinis

Parameter nilai sosial adalah adanya kebaruan fenomena (novelty)

dan upaya mendiseminasikan hasil (KEPPKN, 2017). Penelitian memiliki nilai

keterbaruan karena informasi yang didapatkan valid dari jurnal dan buku

terbaru, relevansi dengan masalah yang sedang menjadi fenomena

kesehatan.

4.10.2 Nilai Ilmiah

Penelitian ini dilengkapi dengan desain penelitian yang jelas,

memberikan informasi yang valid dan dapat berkontribusi dalam

penciptaan penelitian-penelitian terbaru sebelumnya.

4.10.3 Pemerataan Beban dan Manfaat

Penelitian dapat diterima secara etik apabila telah meminimalisir

dampak negatif yang mungkin terjadi dan manfaat dari penelitian lebih besar

dibandingkan risiko yang ditimbulkan (KEPPKN, 2017).Dalam penentuan

subjek penenlitian harus di dasarkan oleh pertimbangan ilmiah, kekhususan

subjek dengan menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi.

Dalam penentuan subjek penenlitian harus di dasarkan oleh

pertimbangan ilmiah, ke khususan subjek dengan menggunakan kriteria

inklusi dan eksklusi. Prinsip keadilan menjamin bahwa semua subjek

penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama tanpa

membedakan gender, agama, etnis, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).


4.10.4 Potensi Risiko dan Manfaat

Sebuah penelitian harus memberikan manfaat yang maksimal bagi

masyarakat terutama bagi responden penelitian,maka peneliti hendaknya

mengurangi risiko atau dampak negatif yang merugikan responden seperti

cedera, stres dan lain sebagainya.

4.10.5 Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan adalah hak responden untuk tetap terjaga privasi terkait

informasi dirinya yang didapat selama penelitian berlangsung (Notoatmodjo,

2012). Hanya kelompok data tertentu saja yang disajikan dalam laporan

penelitian. Peneliti tidak dibenarkan untuk menyampaikan informasi kepada

pihak lain diluar kepentingan pencapaian tujuan penelitian. Peneliti juga

menggunakan anonym (tanpa nama) untuk merahasiakan identitas

responden dan diganti dengan memberikan tanda atau kode pada lembar

pengumpulan data.

4.10.6 Persetujuan setelah Penjelasan (PSP) atau Inform Consent (IC)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan anatara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan

informed consent tersebut diberiakn sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden (Notoatmodjo,

2012).

4.10.7 Bujujan (Inducements)

Penelitian harus dihindari dari kecurigaan atas klaim adanya

“eksploitatif” terhadap subjek yang berkaitan dengan aspek manfaat dan

bahaya (benefit and harm) kerentanan (vulnerability) dan persetujuan

(consent). Secara etis penelitian dapat diterima apabila peneliti mengganti

biaya apapun untuk individu yang berhubungan dengan keikut sertaan dalam

penelitian, termasuk biaya transport, pengasuhan anak (child caree

kehilangan penghasilan saat mengikuti penelitian dan mengganti waktu yang

dipakai saat mengikuti penelitian (KEPPKN,2017)


DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis


Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika

Notoadmojo, Soekijo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Hidayat, A Aziz. 2018. Metodologi Penelitian Keperawatan dan


Kesehatan.Jakarta:SalembaMedika.

Westfall, T.C., and Westfall, D.P. Chapther 8 : Neurotransmission; The Autonomic


and Somatic Motor Nervous System. 2011. Dalam Brunton, L.L., Chabner, B.A.,
and Knollmann, B.C., 2011, Goodman and Gilman’s The Pharmacolgical Basis of
Therapeutics. 12th edition. Mc Graw Hill. New York

Lisa, F.R & Sutrisna, W. NARKOBA, PSIKOTROPIKA, dan Gangguan Jiwa


Tinjauan Kesehatan dan Hukum. Penerbit: Nuha Medika. 2013.

Potter JS, et al. The multi-site Prescription Opioid Addiction Treatment Study: 18-
month outcomes. Journal of Substance Abuse Treatment. Schoenfelder EN, et
al. Combined effects of orally administered methylphenidate and delta-9-
tetrahydrocannabinol (THC) on cardivascular function, subjective effects, and
preformance in healthy adults. Journal of Substance Abuse Treatment.
2014;7(3):143-220.

Potter JS, Marino EN, Hillhouse MP, Nielsen S, Wiest K, Canamar CP, Ling W.
Buprenorphine/naloxone and methadone maintenance treatment outcomes for
opioid analgesic, heroin, and combined users: findings from starting treatment
with agonist replacement therapies (START). Journal of Studies on Alcohol
and Drugs. 2013;2(1): 605–613

Wu LT, Woody GE, Yang C, Blazer DG. How do prescription opioid users differ from
users of heroin or other drugs in psychopathology: results from the National
Epidemiologic Survey on Alcohol and Related Conditions. Journal of Addiction
Medicine. 2011;2(1):110-212.

Zalesky, A., Solowij N, Yucel, M. Lubman, D.I., Takagi M., Harding, I.H., Lorenzetti,
V., Wang, R., Searle, K., Pantelis, C., and Seal, M., Effect of long-term
cannabisuse on axonal fibre connectivity. Brain. 2012;13(5):91-112.

Badan Narkotikaa Nasional Republik Indonesia. Hasil Survey Nasional


Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba pada Kumpulan Pelajar Dan
Maharemaja di 33 Propinsi di Indonesia. 2019.

Lestari, I., dkk. Hubungan Pengetahuan, Sikap Remaja dan Pekerjaan


Orangtua tentang Narkoba pada Remaja SMA Negeri 1 Takalar. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Diagnosis. 2014;5(2):117-122.

Hadriansyah. Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Dalam Upaya Pencegahan


Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja Di Desa Seuleukat Kecamatan
Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan. Jurnal Ilmiah Dikdaya.
2014;6(2):149-202.
Purnomo , K. I, Murti, B dan Suriyasa, P. Perbandingan pengaruh metode
pendidikan sebaya dan metode ceramah terhadap pengetahuan dan sikap
pengendalian HIV/AIDS pada maharemaja fakultas olahraga dan
kesehatan unversitas pendidikan ganesha. Jurnal Magister Kedokteran
Keluarga. 2013;17(1): 49-56.

Effendi dan Tukiran, Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta. 2012. ;pp. 181.

Kusnan, Adius. 2020. Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap


Tentang Bahaya Narkotika. Holistik Jurnal Kesehatan, vol 14 (195-201).

Andika, Mira. 2018. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja dengan Upaya
Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di SMPN 29 Padang. Jurnal
Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi (9) 100-108

Julaecha. 2019. Penyuluhan Bahya Penyalahgunaan Napza Terhadap Sikap

Remaja di SMPN 13 Jambi. Jurnal Kesehatan (12) 57-65.


PENGARUH EDUKASI TENTANG BAHAYA NARKOBA TERHADAP SIKAP

PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

PADA REMAJA DI SMAN 1 KRUCIL

PROBOLINGGO

Nama peneliti : Amaliatul Fitri Fatima

Nim : 14201.09.17004

A. Data Umum

Nomor Responden :

Tanggal Pengumpulan Data :

Nama Responden :

A. Sikap

Beri tanda (√) pada kotak yang telah tersedia sesuai dengan jawaban

responden

SS = Sangat Setuju

S = Setuju

R = Ragu - Ragu

TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju


No. Pernyataan Jawaban
SS S R TS STS
1. Mengkonsumsi narkoba akan bisa mengurangi
masalah

2. Saya suka dengan saran orangtua agar tidak


mencoba menggunakan narkoba.

3. Mengkonsumsi narkoba merupakan gaya hidup


modern

4. Saya akan mengikuti seluruh program


kegiatan yang positif dari orangtua supaya
terhindar dari narkoba

5. Hidup dengan nerkoba akan lebih


menyenangkan

6. Saya akan mengikuti asuhan orangtua untuk


hidup bebas narkoba

7. Jual beli narkoba sangat menguntungkan dan


tidak dilarang

8. Saya membutuhkan dukungan orangtua


melawan narkoba

9. Hidup dengan narkoba akan bisa mencapai


prestasi

10. Saya sependapat dengan orangtua bahwa


narkoba adalah media yang akan merusak masa
depan saya

Anda mungkin juga menyukai