Anda di halaman 1dari 15

posted by Asad Ad-Dien at 3:55 PM 0 comments

Thursday, May 18, 2006


AMBILLAH PELAJARAN AYYUHAL IKHWAH

KOREKSI TERHADAP JAMA'AH-JAMA'AH ISLAMIYIN

??? ???? ?????? ??????

Adapun metode kaum muslimin dalam mengadakan perubahan adalah jelas yaitu bukan
dengan cara demokrasi yang syirik, akan tetapi dengan metode Nabi SAW yang dimulai
dengan dakwah : Berdakwah yang terbuka di masjid-masjid dan tempat-tempat
pertemuan yang lainnya serta berdakwah secara pribadi disetiap tempat yang
memungkinkan baik siang maupun malam, terang-terangan maupun sembunyi. Semua ini
dimulai dari keluarga terdekat dengan cara menyampaikan kebenaran dengan terang-
terangan dan memberitahukan orang-orang yang terjerumus kedalam kekafiran bahwa
mereka adalah kafir dan kita berlepas diri dari mereka serta kekafiran mereka, bagi
mereka agama mereka dan bagi kita agama kita, Allah Ta’ala berfirman :

???? ??????????? ?????????????..... ?????? ????????? ?????? ?????

“Katakanlah (Muhammad) : "Hai orang-orang yang kafir,…. Untukmulah agamamu, dan


untukkulah, agamaku".(QS.Al Kafiruun : 1-6)

Dan Firman Allah :

???? ??????? ?????? ???????? ???????? ??? ???????????? ??????????? ?????? ???? ??????
? ???????????? ?????? ??????? ???????? ???????? ??????????? ???? ????? ??????? ??????
??? ?????? ??????? ????????? ???????????? ???????????? ?????????????? ??????? ??????
?????????? ????????? ????????

“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang
yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya
kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari
(kekafiran) mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat
selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.” (QS. Mumtahanah : 4)

Dan yang termasuk orang-orang yang kafir adalah orang-orang yang menjalankan hukum
berdasarkan undang-undang positif seperti para hakim dan orang-orang yang seperti
mereka, dan orang-orang yang berperan serta dalam menyelenggarakan demokrasi,
seperti tokoh-tokoh partai politik, anggota-anggotanya, anggota parlemen dan orang-
orang yang memilih mereka, dan yang termasuk orang kafir juga adalah para tentara yang
membela sistem kafir tersebut dengan jiwa raga mereka dan juga orang-orang yang
membelanya dengan lisan-lisan dan pena-pena mereka, maka mereka semua adalah kafir
dan hal ini wajib dikatakan kepada mereka siapa tahu mereka atau sebagian dari mereka
bertaubat, sampai terjadi pemisahan barisan. Dan terus berlanjut dakwah dengan berbagai
macam sarana yang disyari’atkan hingga terbentuk jama’ah yang kuat dari kaum
muslimin yang mampu untuk melakukan perubahan terhadap sistem kafir yang berkuasa,
dan mampu untuk berhukum dengan hukum Islam apabila Allah memberikan
kemenangan bagi jama’ah tersebut. Dan tergesa-gesa dalam melaksanakan hal ini akan
mengakibatkan kerugian yang banyak, para fuqoha berkata :”Barangsiapa yang tergesa-
gesa dalam melakukan sesuatu sebelum datang waktunya maka akan dihukum dengan
kegagalan”, Dan mereka berkata :”Tergesa-gesa adalah sebab kegagalan” (Al Jami’ fi
Tholabil ‘ilmisy Syariif, XII/112)

Faedah : Pembahasan tentang cara merubah system pemerintahan Kafir.

Allah Ta’ala berfirman :

????????? ?????????? ?????? ????????? ???????????? ?????????? ????????? ????????? ??


???? ???????????? ??????

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu
(QS. Al Maaidah : 3)

Ini merupakan nash yang menunjukkan bahwa Islam adalah nikmat dari Allah Ta’ala
bahkan ia merupakan nikmat yang paling besar dan paling agung. Dan bagian seorang
hamba dalam mendapatkan nikmat ini sesuai dengan kualitas Islamnya dan pelaksanaan
dia terhadap syari’at-syari’atNya, dan nikmat yang didapatkan oleh ummat ini sesuai
dengan andil ummat dalam melaksanakan Syari’at Islam.
Ini artinya bahwa hilangnya hukum Islam dari negeri kaum muslimin dan berkuasanya
hukum-hukum kafir sebagai penggantinya adalah disebabkan kekurangannya dalam
mengamalkan dinul Islam dan kekurangan dari nikmat Allah Ta’ala ini selamanya tidak
akan terjadi kecuali apabila kaum muslimin melakukan kerusakan yang mencapai pada
batas yang menyebabkan seperti ini. Sebagaimana firman Allah Ta’ala :

?????? ??????? ??????? ???? ???? ?????????? ???????? ??????????? ????? ?????? ??????
??????????? ??? ?????????????? ??????? ??????? ??????? ???????

“Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan
merubah sesuatu ni`mat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga
kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. Al Anfaal : 53)

Dan Firman Allah :

????? ??????????? ???? ????????? ??????? ???????? ??????????? ????????? ???? ???????

Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu
sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).(QS. Asy
Syuro : 30)
Bersamaan dengan terjadinya musibah ini, yaitu hilangnya hukum Islam dari kaum
muslimin dan berkuasanya hukum kafir di negara Islam yang ditandai dengan runtuhnya
khilafah Islam, kaum muslimin secara individu maupun berjama’ah berusaha untuk
menyelesaikan masalah ini. Maka banyak jama’ah-jama’ah yang berusaha menegakkan
kembali khilafah dan menegakkan hukum Islam, namun belum ada yang ditakdirkan
untuk mendapatkan kemenangan dan keberhasilan satupun diantara jama’ah tersebut, hal
ini pasti kembali kepada kekurangan dalam keimanan. Allah Ta’ala berfirman :

??????? ?????? ????????? ?????? ??????????????

“..Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman”


(QS.Ar Ruum : 47)

Dan janji Allah itu pasti benar, sehingga apabila belum datang kemenangan itu
menunjukkan akan kurangnya iman dan hamba itu belum memenuhi syarat-syarat untuk
mendapatkan kemenangan. Dan kekurangan itu bisa jadi berkenaan dengan amal dlohir
yaitu mengikuti syari’at atau berkenaan dengan amal batin, dan yang paling pokok adalah
keikhlasan. Allah Ta’ala berfirman :

?????? ????? ???????? ??????? ??????? ???????????? ??????? ???????? ????? ???????? ??
????????? ??????? ???????

“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan


amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada
Tuhannya".
(QS. Al Kahfi : 110)

Ayat ini mengandung dua syarat diterimanya amal yaitu sesuai dengan syari’at
(???????????? ??????? ???????? ) “hendaknya mengerjakan amal shaleh”, dan ikhlash
(????? ???????? ) “dan jangan menyekutukan”.
Disini saya tidak bermaksud mengkritik secara keseluruhan, akan tetapi saya akan
menyinggung beberapa bentuk kekurangan dalam beramal Islami, dari apa yang saya
alami dan dialami oleh banyak orang selain saya, dan berbagai macam bentuk
kekurangan ini terpulang bisa kepada kurangnya dalam mengikuti kebenaran atau kepada
kurangnya keikhlasan, dan keduanya adalah bentuk kekurangan iman yang menyebabkan
kegagalan.
Yang pertama : Termasuk kekurangan adalah : Tergesa-gesa dalam beramal Islami.
Tergesa-gesa adalah penyebab kegagalan, sebagaimana para fuqoha berkata :”Barang
siapa yang tergesa-gesa dalam melakukan suatu amal maka ia akan dihukum dengan
kegagalan”. Dan diantara bentuk ketergesaan adalah :
1. Menempuh jalan demokrasi yang dikira bahwa itu merupakan jalan yang paling cepat
dalam melakukan perubahan
2. Melakukan persekutuan dengan pihak-pihak kafir – baik negara-negara atau partai-
partai sekuler – padahal Rasulullah SAW bersabda :
??? ?? ?????? ????? . ???? ????.

“Sesungguhnya aku tidak akan meminta pertolongan kepada orang musyrik” (HR.
Muslim)
3. Berkumpul tidak diatas suatu manhaj : seperti dibentuknya beberapa jama’ah dengan
mengumpulkan anggotanya tanpa manhaj atau diatas prinsip-prinsip yang umum, yang
mengandung banyak penafsiran yang bertentangan. Untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan politik. Dan untuk merekrut jumlah anggota yang banyak dari berbagai
kalangan yang berbeda-beda. Jama’ah-jama’ah ini lebih mirip dengan partai politik dari
pada jama’ah diniyyah. Ini semua menyelisihi manhaj Nabi SAW dan seluruh para Nabi
‘alaihis salam. Sesungguhnya kebenaran itu harus dijelaskan walaupun tidak diikuti oleh
seorangpun dan tidak boleh disembunyikan, diselewengkan dan dicampur adukkan
dengan kebatilan, hanya untuk memperbanyak pengikut. Allah Ta’ala berfirman :

???? ??? ????????? ?????????? ???????????? ?????? ?????????? ???????? ??????????

“Katakanlah: "Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang
buruk itu menarik hatimu..” (QS. Al Maaidah :100)

Dan seorang da’i itu bertanggung jawab dihadapan Allah terhadap perkataan yang benar
bukan terhadap jumlah pengikutnya. Nabi SAW telah bersabda :

???? ??? ????? ????? ????? ???? ?????? ?????? ??? ????? ???????? ?????? ??? ??? ???

“Dinampakkan padaku ummat-ummat, maka aku melihat Nabi bersama sekelompok


orang, dan Nabi bersama seorang atau dua orang, dan Nabi tidak bersama seorangpun”
(HR. Muttafaqun ‘alaih)

Nabi ini tidak diikuti oleh seorangpun dari kaumnya, dan ini tidak membahayakannya
selama telah tersampaikan kebenaran yang dia bawa.
4. Tergesa-gesa dalam menulis buku dan membuat manhaj bagi jama’ah sebelum
memiliki kemampuan yang cukup didalam hal itu. Maka keluarlah buku-buku dan
manhaj-manhaj yang mengandung berbagai macam penyelewengan-penyelewengan
aqidah dan keanehan-keanehan dalam hukum. Dan hal ini telah saya sebutkan pada akhir
pembahasan masalah aqidah, contoh-contoh seperti itu sampai-sampai anda dapatkan
sebuah jama’ah atau ada beberapa jama’ah yang tujuannya satu namun manhajnya jelas-
jelas bertentangan, padahal kebenaran itu satu, tidak bermacam-macam dan tidak saling
bertentangan. Dan tidaklah terjadi perbedaan kecuali disebabkan rusaknya manhaj yang
dibuat secara tergesa-gesa dengan begitu anda dapatkan :

????? ?????? ????? ?????????? ??????????

“Setiap kelompok membanggakan diri dengan apa yang mereka miliki”


5. Mengangkat pemimpin yang bodoh, padahal semuanya ingin berusaha menuju kepada
khilafah rasyidah, dan khilafah itu tidak akan diwujudkan oleh para pemimpin yang
bodoh terhadap ilmu syari’ah, Rasulullah SAW, telah bersabda :
?? ???? ?? ???? ????? ??????? ?????? ?? ?????? ???? ???? ????? ???? ??????? ?????? ????
??? ??? ??? ?? ??? ????? ???? ????? ????? ????? ?????? ????? ???? ??? ????? ?????? .????
????.

“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu itu dari hambanya, namun mencabut ilmu itu
dengan mematikan para ulama (ulama syari’at) hingga apabila tidak ada lagi orang yang
berilmu, maka manusia mengambil pemimpin-pemimpin yang bodoh, kemudian mereka
ditanya, lalu berfatwa tanpa ilmu, maka mereka sesat dan menyesatkan”
(HR. Muttafaqun ‘alaih)

Maka pemimpin yang bodoh tidak bisa menegakkan khilafah rasyidah, bahkan mereka
tidak mendatangkan kecuali kesesatan sebagaimana yang terdapat dalam hadits ini. Telah
kulihat beberapa pemimpin jama’ah melarang anggotanya untuk membaca buku-buku
salaf, saya melihat juga lainnya, melarang para pengikutnya untuk membaca buku-buku
dakwah najdiyah karena dianggap bahwa buku itu berpaham takfir, inilah beberapa
bentuk kesesatan yang disebutkan dalam hadits diatas. Saya melihat yang lainnya berbuat
berdasarkan pendapat-pendapat akal mereka, kemudian mereka membuat-buat
pembahasan syar’i agar dapat membenarkan perbuatan mereka. Dan saya melihat
beberapa jama’ah yang dipimpin oleh pemimpin-pemimpin yang bodoh, sedangkan
diantara pengikutnya ada yang mempunyai sedikit ilmu syar’i, mereka diangkat sebagai
mufti yang pekerjaannya adalah membuat fatwa syar’i yang membenarkan kegiatan-
kegiatan para pemimpin mereka. Dan mereka juga memiliki fatwa-fatwa yang saling
bertentangan dalam suatu permasalahan sesuai dengan petunjuk para pemimpin mereka
dan hawa nafsunya. Mereka mirip sekali dengan mufti yang diangkat oleh para penguasa
thoghut.
6. Mengangkat pemimpin yang masih kanak-kanak dan masih muda. Itu adalah termasuk
penyebab-penyebab terjadinya fitnah dan perselisihan, maka dari itu Al Bukhori
membuat bab tersendiri dalam kitab Al Fitan dalam shohihnya. Dalam Bab (Sabda Nabi
yang berbunyi “hancurnya umatku melalui tangan anak kecil yang bodoh”).
Ibnu Hajar berkata dalam menjelaskan hadits ini (Ibnu Bathol berkata) : yang dimaksud
dengan kehancuran oleh Ibnu Ma’bad dan Ibnu Abi Syaibah dari jalan lain dari Abu
Hurairoh yang dimarfu’kan :

???? ????? ?? ????? ???????. ????? ??? ????? ???????? ??? ?? ???????? ??????
– ?? ?? ????? – ??? ???????? ???????

“Aku berlindung dari kepemimpinan anak kecil, mereka bertanya apa yang dimaksud
dengan kepemimpinan anak kecil ?, beliau menjawab: apabila kamu mentaati mereka
maka kamu akan binasa – yang dimaksud adalah diin kamu – dan apabila kamu
menentangnya maka kamu akan dibinasakan mereka”
Yang dimaksud adalah dunia kamu dengan cara menghabisi nyawamu atau mengambil
hartamu atau kedua-duanya (Fathul Bari, XIII / 10). Dan Nabi menyebutkan ciri-ciri
orang khowarij bahwa mereka adalah
(????? ???????) orang-orang yang masih kecil, artinya umurnya masih muda.
7. Berdakwah dengan cara terbalik. Nabi memulai dengan dakwah dan membedakan
kebenaran dari kebathilan serta memisahkan orang-orang mukmin dari orang-orang kafir,
sampai-sampai orang-orang kafir berkata bahwa Nabi SAW memisahkan antara bapak
dengan anaknya dan antara suami dengan istrinya, nabi juga memulai dengan beradu
argumentasi dengan orang-orang kafir dan membantah syubhat-syubhat serta kebathilan-
kebathilan mereka, maka beliaupun diikuti oleh orang-orang yang mengikutinya
berdasarkan ilmu terhadap apa-apa yang didakwahkannya, dan ditentang oleh orang-
orang yang menentang berdasarkan ilmu juga. Lalu beliau menanamkan keimanan
didalam jiwa pengikutnya lalu beliau mencari pertolongan dan dukungan, kemudian
memulai peperangan dengan musuh-musuh Allah.
Sedangkan pada masa sekarang ini dilaksanakan dengan cara terbalik, yang dimulai
peperangan sebelum menanamkan iman dan sebelum menyebarkan dakwah serta
sebelum memahami mana yang haq dan mana yang bathil. Maka dari itu jangan heran
apabila kamu melihat beberapa jama’ah Islamiyyah mencari dalil syar’i, sedang ia
didalam penjara, terhadap apa yang dilakukan sebelumnya lalu terjadilah pertentangan
pandangan, kemudian manusia saling mengkafirkan sebagian terhadap sebagian yang
lainnya dan membid’ahkan sebagian dengan sebagian yang lainnya. Ini semua dampak
dari ketergesaan yang merupakan penyebab kegagalan dan penyesalan.
8. Tergesa-gesa untuk mengadakan konfrontasi senjata melawan pemerintah kafir
sebelum melakukan persiapan yang mencukupi yang kadang-kadang ketergesaan ini
mengakibatkan kehancuran. Dalam hal ini yang menjadi kewajiban syar’i bukan hanya
membuat kerusakan terhadap pemerintah kafir sehingga mengorbankan beberapa puluh
orang dari kaum muslimin walaupun pengerusakan itu sendiri termasuk amal shaleh,
sebagaimana firman Allah :

????? ?????????? ???? ??????? ??????? ?????? ?????? ?????? ???? ?????? ???????

“…dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi
mereka dengan yang demikian itu suatu amal saleh…”(QS. At Taubah : 120)

Namun yang wajib itu adalah mengganti pemerintahan ini dan menggulingkannya
kemudian menegakkan pemerintahan Islam, tidak hanya sekedar merusak saja.
Hal itu sebagaimana firman Allah :

?????????????? ?????? ??? ??????? ???????? ????????? ???????? ??????? ???????

“Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata
untuk Allah..”(QS. Al Anfaal :39)

Tergesa-gesa dalam mengangkat senjata ini bersumber pada beberapa sebab diantaranya :
A. Tidak memahami perbedaan antara mengimani suatu kewajiban dan kemampuan
untuk melaksanakannya. Sesungguhnya beriman dengan kewajiban jihad melawan
pemerintah ini wajib hukumnya berdasarkan dalil-dalil yang telah kami kemukakan, akan
tetapi melaksanakan kewajiban ini selain memerlukan ilmu dan iman juga memerlukan
kemampuan untuk melaksanakannya, seperti haji, zakat, dan ibadah lainnya : Iman
kepadanya adalah wajib, akan tetapi dalam melaksanakannya tergantung pada
kemampuan, apabila benar-benar tidak mampu maka kewajibannya gugur dan :

??? ????????? ??????? ??????? ?????? ?????????


“Tidaklah Allah membebani kecuali sesuai dengan kemampuannya”

Namun khusus dalam masalah jihad, wajib melakukan I’dad ketika dalam keadaan
lemah, ini berdasarkan nash yang berkenaan dengan masalah ini yaitu firman Allah :

????? ??????????? ????????? ???????? ???????? ????????? ??? ???????????


(59)??????????? ?????? ??? ????????????? ???? ???????

“Dan janganlah orang-orang yang kafir itu mengira, bahwa mereka akan dapat lolos (dari
kekuasaan Allah). Sesungguhnya mereka tidak dapat melemahkan (Allah). Dan
siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi..” (QS. Al
Anfaal : 59-60)

Ibnu Taimiyyah berkata :”Ayat-ayat tersebut merupakan kewajiban orang-orang mukmin


yang lemah yang tidak mampu membela Allah dan RasulNya dengan tangannya atau
dengan lisannya, sehingga dia hanya melakukan apa yang dia mampu seperti dengan hati
atau yang lainnya. Dan ayatush shoghor (ayat-ayat yang memerintahakan untuk
menghinakan) terhadap orang-orang kafir yang berdamai adalah kewajiban orang-orang
mukmin yang kuat yang mampu melakukan pembelaan terhadap Allah dan RasulNya
dengan tangan atau lisannya. Ayat-ayat semacam inilah yang dilaksanakan oleh kaum
muslimin pada akhir hidup Rasulullah SAW, dan pada masa khulafaur Rasyidin, dan
akan senantiasa dilaksanakan sampai hari kiamat. Dan akan senantiasa ada satu kelompok
dari umat ini yang tegak diatas kebenaran yang membela Allah dan RasulNya dengan
pembelaan yang maksimal. Maka apabila orang-orang beriman berada disuatu tempat
atau disuatu masa, ia dalam keadaan tertindas dan lemah, maka hendaknya ia
mengamalkan ayat-ayat yang memerintahkan untuk bersabar, berlapang dada dan
memaafkan terhadap orang-orang yang mencela Allah dan RasulNya dari kalangan ahlul
kitab dan orang-orang musyrik. Adapun orang-orang yang kuat, mereka harus
mengamalkan ayat-ayat yang memerintahkan untuk memerangi aimmatul kufri (para
pemimpin kekafiran) yang mencela agama, dan juga mengamalkan ayat yang
memerintahkan untuk memerangi ahlul kitab sampai mereka mau membayar jizyah
dalam keadaan hina”. (Ash shorimul Maslul, hal. 221)
Dan Beliau berkata juga :”Kemashlahatan dalam hal itu bermacam-macam, kadang-
kadang mashlahat syar’i itu terdapat pada peperangan, kadang-kadang yang mashlahat itu
adalah melakukan perjanjian damai dan kadang-kadang mashlahat itu adalah menahan
diri dan bersiap-siap tanpa harus dengan mengadakan perjanjian damai” (Majmu’
Fatawa, XV/174)
Dan dalam perkataan yang berkenaan dengan dengan Saddudz dzaro’i, Ibnul Qoyyim ra,
berkata :”Sesungguhnya Allah Ta’ala melarang orang-orang di Makkah untuk melakukan
perlawanan dengan tangan dan memerintahkan untuk memaafkan dan berlapang dada,
supaya perlawanan mereka tidak menyebabkan terjadinya kerugian yang lebih besar dari
pada kedzoliman yang ditanggung. Sedangkan menjaga jiwa dan diin mereka lebih utama
dari pada perlawanan dan konfrontasi” (I’lamul Muwaqi’in, III/150).
Alhasil harus dibedakan antara iman dengan wajib dan kemampuan untuk
melaksanakannya.
B. Kadang-kadang yang menyebabkan tergesa-gesa untuk mengadakan konfrontasi
adalah keinginan yang kuat untuk mendapatkan kemenangan, dan ini bukanlah tanggung
jawab individu kaum muslimin, namun merupakan tanggung jawab kaum muslimin
secara menyeluruh, kemenangan itu bukan merupakan tanggung jawab individu atau
jama’ah tertentu akan tetapi merupakan tanggung jawab seluruh kaum muslimin,
sedangkan tiap individu wajib untuk berusaha sesuai dengan kemampuannya dan ia akan
mendapatkan pahala yang sempurna disisi Allah sesuai dengan usahanya walaupun
belum mencapai kepada tujuannya, sebagaimana firman Allah :

?????? ????????? ??? ??????? ??????? ?????? ??? ????????? ?????????? ???????? ???????
? ?????? ???????? ???? ???????? ?????????? ????? ??????? ??????????? ????? ??????????
????????? ?????? ?????? ???????? ????? ???????

“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini
tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya
dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya
(sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi
Allah”.
(QS. An Nisaa’ : 100)

Untuk itu Allah berfirman :

?????? ????????? ??? ??????? ??????? ?????????? ???? ???????? ???????? ????????? ????
??? ????????

“Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan
maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar”.(QS. AnNisaa’ : 74)

Bagi seorang Mujahid dia akan mendapatkan pahalanya, sama saja dia terbunuh atau
menang, sedangkan meraih kemenangan dan keberhasilah itu kewajiban bagi seluruhnya,
sebagaimana firman Allah Ta’ala :

?????????????? ?????? ??? ??????? ???????? ????????? ???????? ??????? ???????

“Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata
untuk Allah”.(QS. Al Anfaal : 39)

Maka wajib untuk terus berusaha dengan berbagai macam usaha sampai tercapai
kemenangan yang sempurna untuk diin Allah.
C. Kadang-kadang sebab tergesa-gesa dalam melakukan konfrontasi adalah taat kepada
amir yang memerintahkan untuk itu, dan meniru keberhasilan perang yang pernah terjadi
dinegeri lain yang keadaannnya berbeda dengan negerinya sehingga keberhasilan tidak
dapat diraih. Disini apabila para pengikut bersepakat bahwa tidak ada kebaikannya dalam
konfrontasi maka wajib bagi mereka untuk tidak mentaatinya, Muhammad bin hasan Asy
Syaibani berkata didalam (bab hal-hal yang wajib ditaati dan hal-hal yang tidak
wajib) :”Apabila mereka berpendapat jika mentaatinya mereka akan binasa, maka
perintahnya kepada mereka seperti itu berarti sengaja untuk membinasakan dan
merendahkan mereka, dan Allah mencela ketaatan seperti itu, Allah berfirman :

???????????? ???????? ???????????? ????????? ??????? ??????? ??????????

Maka Fir`aun mempengaruhi kaumnya (dengan perkataan itu) lalu mereka patuh
kepadanya. Karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik. (QS. Az Zukhruf : 54)
(Kitab As Sairul Kabir I/166)
D. Kadang-kadang penyebab tergesa-gesa melakukan konfrontasi adalah mengikuti
pengalaman perang yang sukses disuatu negara. Dinegara lain berbeda kondisinya
dengan negara yang pertama, sehingga ia tidak meraih kesuksesan. Pendapat disini :
bahwa uslub (cara-cara) perubahan yang sesuai disuatu negara itu adalah metode yang
telah dicoba dan sukses sebelumnya, ini yang seharusnya diikuti dengan dimasukkan
perbandingan (penyeimbang) yang sesuai dengan perubahan keadaan dan waktu.

Inilah beberapa bentuk ketergesaan yang merupakan sebab kegagalan, Umar bin Khottob
berkata :”Sesungguhnya peperangan itu tidak pantas dilakukan kecuali oleh orang yang
cermat”, artinya hati-hati, Allah berfirman :

???????? ???????? ?????? ???????? ?????????? ???? ?????????? ????????? ???????? ????
??????? ???????? ?????????? ???? ????????????

“Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi


kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu
dari pintunya” (QS. Al Baqarah : 189)

Maka segala sesuatu – termasuk perubahan yang Islami – mempunyai pintu masuk yang
harus dilalui, sehingga apabila masuk dengan cara melompat pagar – dengan jalan
demokrasi, atau berkumpul tanpa dilandasi dengan manhaj, atau tergesa-gesa didalam
membuat buku atau tergesa-gesa didalam mengadakan konfrontasi – itu semua bukan
merupakan kebaikan dan bukan termasuk ketaqwaan dan tidak membuahkan kecuali
kegagalan dan penyesalan.

Yang kedua : bentuk dari kekurangan didalam beramal Islami adalah : kurangnya
keikhlasan, itu walaupun termasuk amalan hati yang tidak nampak, namun memiliki
tanda-tanda yang dlohir, diantaranya :
1. Tidak mau kembali dari kesalahan dan tetap terus melakukannya, khususnya kesalahan
didalam menulis buku-buku syar’i yang ditulis secara tergesa-gesa dengan tanpa
memiliki kemampuan yang cukup, saya tidak melihat seorangpun yang kembali dari
kesalahannya terutama orang-orang yang telah memiliki pengikut karena dengan
kebodohannya dia berpendapat jika ia mengakui, akan terbuka aib-aibnya, padahal ini
baik baginya didunia dan di akhirat dari pada terus menerus didalam kebathilan dan keras
kepala. Hal ini terjadi walaupun mereka semua mengaku ingin mencari ridho Allah dan
ingin membela agamaNya. Mereka itu bohong, seandainya maksudnya seperti itu pasti
akan mengakui kesalahannya. Dan telah saya sebutkan beberapa contoh tentang itu pada
beberapa tempat dalam kitab ini, khususnya pada akhir pembahasan aqidah, bahkan
mereka masih terus diatas kesalahan dan menjadikannya sebagai diin dan madzhab
sehingga mereka menanggung dosa-dosa mereka dengan sempurna pada hari kiamat dan
juga dosa-dosa orang-orang yang mereka sesatkan tanpa dasar ilmu, mereka itu seperti
orang-orang yang Allah sebutkan dalam firmanNya :

???????????? ????????? ?????? ????????????? ?????? ????????? ??????? ???????????? ??


????? ???? ??????? ????????? ???????? ????????? ??????? ??? ????????? ?????? ????????
(42)????????????? ??? ????????? ???????? ?????????? ????? ??????? ????????? ????????
?? ?????? ??????????

“Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuat sumpah; sesungguhnya
jika datang kepada mereka seorang pemberi peringatan, niscaya mereka akan lebih
mendapat petunjuk dari salah satu umat-umat (yang lain). Tatkala datang kepada mereka
pemberi peringatan, maka kedatangannya itu tidak menambah kepada mereka, kecuali
jauhnya mereka dari (kebenaran), karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan
karena rencana (mereka) yang jahat. Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain
orang yang merencanakannya sendiri”. (QS. Fathir : 42-43)
2. Menolak untuk berhukum dengan hukum syar’i, Sesungguhnya wajib bagi kaum
muslimin untuk memutuskan perkara diantara mereka dengan hukum syar’i – ini akan
saya bahas pada satu judul tersendiri setelah pembahasan “Berhukum dengan selain apa
yang diturunkan oleh Allah”- dan telah saya lihat beberapa jama’ah Islamiyyah menolak
untuk bertahkim kepada syari’at pada perselisihan yang terjadi pada mereka, padahal
mereka menyeru untuk berhukum kepada syar’i dan jama’ahnya tidak dibentuk kecuali
untuk memerangi orang-orang yang berhukum dengan selain apa yang diturunkan oleh
Allah. Namun ketika mereka diajak untuk berhukum dengan hukum Allah mereka
berpaling, mereka itu lebih berhak untuk diperangi dari pada penguasanya dan ini jelas-
jelas merupakan kemunafikan, sebagaimana firman Allah :

??????? ????? ?????? ?????????? ????? ??? ???????? ??????? ??????? ?????????? ???????
? ??????????????? ?????????? ?????? ????????

“Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah
telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang munafik
menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu”. (QS. An Nisaa’ :
61)

Dan atas kehendak Allah saya pernah menjadi pemutus perkara pada beberapa
perselisihan yang terjadi antara beberapa da’i yang terkenal, dan ketika diputuskan harus
melaksanakan suatu kewajiban dia lari darinya dan menolak untuk melakukan apa yang
diwajibkan kepadanya, maka kukatakan :”Wallahi, (demi Allah) Allah tidak akan
menganugerahkan kepada kita untuk dapat berhukum dengan Islam sampai kita ridho
dengan hukum Allah pada apa yang terjadi diantara kita. Allah Ta’ala telah berfirman :

????? ??????? ??? ????????? ??? ???????? ?????? ??????????? ??? ??????????????

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka


mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”.
(QS. Ar Ra’du : 11)

3. Fanatisme kelompok terhadap kebathilan.


Ini adalah keadaan kebanyakan para pengikut-pengikut jama’ah dan kelompok-kelompok
Islam. Sebagian para pengikut tidak menggunakan akal dan tidak berpikir apakah
kelompoknya diatas kesesatan atau diatas kebenaran ? dan tidaklah penghuni neraka itu
menjadi penghuni neraka kecuali karena dia tidak menggunakan akalnya, sebagaimana
firman Allah Ta’ala :

????????? ???? ?????? ???????? ???? ???????? ??? ?????? ??? ????????? ??????????

“Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu)
niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala".(QS. Al
Mulk : 10)

Dan ada sebagian pengikut ketika nampak kesalahan kelompoknya dia membelanya
dengan cara yang bathil keadaannya ini seperti firman Allah :

??????? ????? ?????? ?????????? ????? ??? ???????? ??????? ??????? ?????????? ???????
????????? ??? ????????? ???????? ??????????? ???????? ????? ???????????? ??? ????????
??? ??????? ????? ???????????

Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan
mengikuti Rasul". Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati
bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek
moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak
(pula) mendapat petunjuk? (QS. Al Maidah : 104)
4. Saya lihat beberapa pemimpin jama’ah Islamiyah berkata :”Seandainya jama’ah-
jama’ah Islam selain jama’ahnya menang dinegaranya dan menegakkan hukum Islam
disana, maka ia akan meninggalkan negerinya dan hidup ditempat yang lain. Ini bukan
sekedar hanya karena kurangnya keikhlasan, lebih dari itu perkataan seperti itu adalah
kesesatan yang nyata, karena perkataan seperti itu menunjukkan bahwa mereka
sebenarnya tidak menghendaki kekuasaan Islam, tetapi mereka hanya menghendaki
kekuasaan mereka sendiri, seandainya mereka menghendaki hukum Islam, pasti mereka
akan senang bagaimanapun keadaannya lebih-lebih taat kepada imam yang menang
adalah wajib hukumnya berdasarkan ijma’ ahlus sunnah.
5. Saya lihat juga beberapa jama’ah Islamiyyah – sedang mereka itu dalam keadaan
lemah dan terusir di muka bumi – mereka mengancam jama’ah-jama’ah lain yang
berselisih dengannya dan akan balas dendam apabila Allah memenangkan mereka !! ini
semua bentuk-bentuk dari kurangnya keikhlasan, Allah Ta’ala telah berfirman :

????? ????????? ?????? ???? ?????? ???????

“Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah”(QS. Ali Imran : 126)

Padahal Allah menurunkan pertolonganNya berdasarkan kebenaran dan keikhlasan yang


terdapat dalam hati yang Allah ketahui, sebagaimana firman Allah :

???????? ??? ??? ??????????? ?????????? ???????????? ?????????? ????????????? ??????


? ????????

“Maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan
atas mereka dengan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat
(waktunya)”. (QS. Al Fath : 18)

Apakah hati seperti ini yang mendapatkan pertolongan dan kemenangan ?!


Ini semua menjelaskan kepada anda bahwa sebagian orang-orang yang mengangkat
bendera dakwah Islam itu sebenarnya hanya menyeru kepada diri mereka sendiri – untuk
mendapatkan kekuasaan, kedudukan dan kekayaan – tidak menyeru kepada Allah
sebagaimana konsekwensi keikhlasan. Mereka itu bukanlah pengikut Nabi SAW,
Rasulullah telah mensifati para pengikutnya bahwa mereka adalah :

???? ?????? ???????? ??????? ????? ??????? ????? ????????? ????? ?????? ???????????

Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak
(kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata” (QS. Yusuf : 108)

Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahab ra, berkata :”Tentang pelajaran-pelajaran
yang dapat diambil dari ayat ini, pertama : bahwa berdakwah kepada Allah adalah
jalannya orang-orang yang mengikuti nabi SAW, kedua : peringatan terhadap keikhlasan,
karena seringkali katika mendakwahkan kebenaran, orang berdakwah hanya untuk
dirinya sendiri”. (Fathul Majid sarh kitab Tauhid, hal. 94, cet, Ansharus Sunnah). Maka
pengikut Nabi SAW adalah yang menyeru kepada Allah bukan menyeru kepada diri
sendiri. Diriwayatkan oleh Al Bukhori ra, dengan sanadnya dai Abu Minhal
berkata :”Ketika Ibnu Ziyad dan Marwan berada di Syam, Ibnu Zubair memberontak di
Makkah dan Qurro’ (pembaca Al qur’an) memberontak di Basrah, maka aku bertolak
bersama bapakku kepada Abu Barzah Al Aslami sampai kami masuk ke rumahnya dan
dia dalam keadaan duduk dibawah atap yang terbuat dari bambu, lalu kami duduk disitu,
maka ayahku memintanya untuk berbicara, ayahku berkata :”Wahai Abu Barzah, apakah
engkau tidak melihat apa yang terjadi pada manusia? Maka ucapannya yang pertama kali
saya dengar adalah :”Aku hanya berharap apa yang disisi Allah, saya marah terhadap
orang-orang quraisy sebagai orang arab dahulu dalam keadaan hina dan sesat
sebagaimana yang kalian ketahui, lalu Allah menyelamatkan kalian dengan Islam dan
Nabi Muhammad SAW, hingga kalian mencapai apa yang kalian lihat, lalu dunia ini
merusak hubungan antara kalian, sesungguhnya orang-orang yang di Syam demi Allah
tidak berperang kecuali untuk dunia, dan orang-orang yang berada diantara kalian demi
Allah tidak berperang kecuali untuk dunia dan orang-orang di Mekkah demi Allah tidak
berperang kecuali untuk dunia” (Hadits 7112, di kitab Fitan dari shohihnya).
Dan saya katakan seperti yang dikatakan oleh Abu Barzah ra, :”Demi Allah, banyak
diantara para pemimpin jama’ah Islam yang tidak mengharapkan kecuali dunia, dan tidak
menyeru kecuali kepada diri mereka sendiri, seandainya mereka menyeru kepada Allah
dan kepada kebenaran niscaya mereka akan belajar kebenaran dahulu, lalu kedua,
berkumpul diatasnya. Akan tetapi (setiap kelompok bangga dengan apa yang mereka
miliki) dan saya sesungguhnya mengharap apa yang disisi Allah, saya marah terhadap
mereka dan orang-orang yang seperti mereka. Ketika orang-orang salib mulai menguasai
negeri Andalus (Spanyol) dan mencaplok sedikit demi sedikit, sebelum itu Andalus
terbagi menjadi beberapa kerajaan yang saling bermusuhan, disetiap kota ada kerajaan,
maka kemudian raja-raja setiap kerajaan tersebut meminta pertolongan kepada Sultan
Marokis Yusuf bin Tasifin dan pasukannya untuk menghadapi orang-orang Eropa, maka
kemudian dia menolong raja-raja tersebut. Setelah mendapatkan kemenangan, para raja
tersebut meminta kepada Yusuf untuk meninggalkan sebagian pasukannya di negara
mereka untuk membantu melawan Eropa, maka Yusuf menolak dan berkata kepada
mereka :”Ikhlaskan niat kalian, niscaya Allah akan mencukupi kalian untuk menghadapi
musuh-musuh kalian”, hal itu karena beliau melihat mereka saling berselisih dan
bermusuhan. Nasehat ini masih terus berlaku untuk setiap orang yang menyibukkan diri
dengan amal Islami hingga hari ini.
Sedangkan tentang akhlaq jelek yang tersebar didalam ruang lingkup amal Islami, orang-
orang yang menganut fanatisme jahiliyyah dalam menghadapi orang yang berbeda
pendapat, orang-orang yang mengikut prinsip-prinsip mikafiliyah yang menghalalkan
segala cara untuk mencapai tujuannya, jarangnya orang-orang yang berlaku amanah, dan
egois, maka ceritakanlah semau anda (karena itu semua telah merajalela), ini semua
adalah sebab-sebab kegagalan. Sedangkan keberhasilan itu memiliki sebab-sebab yang
sudah diketahui didalam syari’at dan yang paling penting adalah akhlaq yang baik dan
akhlaq-akhlaq yang mulia, dengan inilah Khadijah menilai Nabi SAW sebagaimana yang
terdapat dalam riwayat Bukhori ra – dalam permulaan wahyu – Aisyah berkata :”Sampai
datang kebenaran kepadanya ketika dia di gua hira, maka ia didatangi oleh malaikat dan
berkata :”bacalah !” – sampai Aisyah berkata – kemudian Rasulullah pulang sampai
tergoncang hatinya kemudian masuk ke rumah Khadijah lalu berkata :”Selimuti aku,
selimuti aku !”, maka Khadijah menyelimutinya sampai hilang rasa takutnya, maka Nabi
menceritakan apa yang terjadi kepada Khodijah dan berkata :”Sungguh aku khawatir
terhadap diriku sendiri”, kemudian Khadijah berkata :”Tidak demi Allah, Allah tidak
akan menghinakanmu selamanya karena kamu seorang yang selalu menyambung tali
silaturrahim, menanggung orang yang lemah, memberi orang yang tidak punya dan
memuliakan tamu, serta menolong orang-orang yang dirampas hartanya” (Hadits no. 3)
Khadijah ra, bersumpah pada Allah bahwa Allah tidak akan menghinakan Nabi SAW dan
menjadikan dalil akan hal itu, ia simpulkan dari pokok-pokok akhlaq yang mulia yang ia
lihat, inilah kesimpulan dari apa yang disebutkan oleh Ibnu Hajar didalam Syarahnya
Fathul Bari I/24.
Apakah dalam keadaan seperti ini kita mengharap pertolongan Allah?,sesungguhnya
meragukan orang-orang yang melaksanakan amal Islami itu lebih ringan dibandingkan
meragukan janji Allah untuk menolong orang-orang mukmin, Allah berfirman :

??????????? ????????? ????????? ??????? ??????????? ??????????? ????????? ??????? ??


???? ????? ???????????? ???? ?????????????? ????????????????

“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak
keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan
kaum kerabatmu”.(QS. An Nisaa’ : 135)

Dan termasuk kesempurnaan pada kesaksian adalah mengakui kesalahan diri sendiri,
karena tidak diragukan lagi bahwa didalam perjuangan Islam ini terdapat orang-orang
yang sholeh dan orang-orang yang selalu berusaha untuk beramal secara benar, semoga
Allah memberikan manfaat dengan adanya mereka, akan tetapi permasalahannya
sebagaimana yang ditanyakan kepada Rasulullah SAW :”Apakah kita akan binasa
padahal diantara kita ada orang-orang yang sholeh?’, beliau menjawab:”ya!, apabila
terjadi banyak kejelekan”. (HR. Bukhori)
Dan apa yang saya sampaikan disini adalah pengalaman, dan ini merupakan pandangan
orang yang netral yang tidak bergabung dengan suatu jama’ah Islamiyyah, atau kelompok
Islam tertentu, memang jama’ah itu adalah benar dan wajib diadakan pada zaman ini,
saya telah mengarang kitab Al Umdah Fii I’dadil Uddah Lil Jihad Fi Sabilllah, yang
membahas tentang fiqih dalam beramal Islami serta berjama’ah – akan tetapi
sebagaimana yang telah saya katakan sebelumnya – sesungguhnya disana ada perbedaan
antara memahami dan mengimani terhadap suatu kewajiban dengan kemampuan untuk
melaksanakan kewajiban tersebut. Sedangkan kewajiban yang memiliki tujuan-tujuan
tertentu seperti ini, tidak akan terlaksana apabila bergabung dengan jama’ah-jama’ah
yang terdapat padanya kekurangan-kekurangan sebagaimana yang tersebut diatas. Dalam
keadaan seperti ini tidak bisa diharapkan mendapatkan pertolongan dan keberhasilan.
Akan tetapi barangsiapa yang mendapati sebuah jama’ah yang sholeh, baik diin maupun
amalnya maka ia harus bergabung dengannya, hal itu disebabkan karena saya tidak
mengatakan paham dengan keadaan seluruh jama’ah-jama’ah diberbagai macam negara,
tetapi saya hanya memberikan contoh-contoh negatif yang merajalela diberbagai jama’ah
Islam, supaya hal-hal negatif tersebut dapat dijauhi. Inilah pembahasan tentang tata cara
merubah sistem pemerintahan kafir.
Saya simpulkan apa yang telah dibahas sebelumnya, saya katakan :”Sesungguhnya cara
kaum muslimin dalam merubah pemerintahan kafir adalah dengan dakwah dengan
berbagai macam bentuknya, setelah memiliki manhaj yang benar dan aqidah yang lurus,
dibarengi dengan menyatakan kebenaran dengan terang-terangan dan berlepas diri dari
orang-orang kafir dan kekafiran mereka, bukan dengan cara mengikuti kekafiran mereka
seperti menyertai mereka dalam pemerintahan sekuler atau parlemen syirik, akan tetapi
berlepas diri dan memisahkan diri sehingga terjadi pemisahan barisan, dengan bersabar
diatas siksaan orang-orang kafir dan mencari pertolongan dari orang-orang mukmin
sampai terbentuk suatu jama’ah yang kuat yang mampu untuk melakukan perubahan dan
mampu menjalankan hukum Islam apabila Allah memenangkannya. Dan ini merupakan
suatu kewajiban seluruh ummat Islam, sedangkan kewajiban bagi tiap-tiap individu
adalah berusaha untuk merealisasikan hal itu sesuai dengan kemampuannya.
???? ???????? ????????? ??????? ??????? ??????. ?????? ???????? ????????? ??????? ???
??? ??????

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat
(balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya
dia akan melihat (balasan) nya pula”.
(QS. Al Zilzal : 7-8)

Dan wajib untuk menjadikan kekhususan setiap negara dan kekhususan penduduknya
sebagai bahan pertimbangan, dan hendaknya setiap permasalahan itu diserahkan kepada
ahlinya.
Penulis:Syaikh Abdul Qodir bin Abdul Aziz
Diterjemahkan dari kitab: Al Jami’ Fi Tholabil Ilmisy Syariif, , XII / 211-221
Penerjemah: Abu Musa Ath-Thoyar

Anda mungkin juga menyukai