Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja dan terjadi

berulang-ulang untuk menyerang seorang target atau korban yang lemah,

mudah dihina dan tidak bisa membela diri sendiri (Sejiwa 2008 dala Rina

Kundre 2018) . Menurut Olweus (1993 dalam: Adhita Nur Khasanah 2017)

bullying itu sendiri terjadi ketika seorang berusaha untuk menyakiti secara

psikologis ataupun fisik terhadap seseorang atau sekelompok orang yang

lebih “lemah”, oleh seseorang / sekelompok orang yang lebih “kuat”.

Sedangkan, Tisna (2010: dalam Riri Yurika 2017) mengemukakan bahwa

bullying adalah prilaku agresif dan negatif seseorang atau sekelompok orang

secara berulang kali yang menyalah gunakan ketidak seimbangan kekuatan

dengan tujuan untuk menyakiti targetnya (korban) secara mental atau secara

fisik. Hal serupa juga dikemukakan oleh Rigby (2007: dalam Riri Yurika

2017), bahwa ketidak seimbangan antara pelaku dan korban sangat jelas

seperti seseorang atau pelaku yang ingin menganiaya korban yang jauh lebih

kecil atau lemah darinya. Hal ini bisa menjadi penyebab perilaku bullying ini

bertahan dalam waktu yang lama karena tidak adanya korban untuk

menyelesaikan konflik dengan pelaku.

Perilaku bullying merupakan salah satu perilaku agresif yang di

dalamnya memiliki aspek kesengajaan untuk mendominasi, menyakiti, atau

menyingkirkan. Di dalamnya juga terdapat ketidakseimbangan kekuatan fisik

maupun mental, keterampilan,status sosial, dan kemampuan kognitif, dimana

perilaku agresif ini dilakukan secara berulangkali oleh seseorang atau

1
sekelompok orang kepada anak atau beberapa anak yang lainnya (Andhita

Nurul Khasanah 2017). Menurut Olweus (1993; Rigby, dalam Khasanah,

2014) seorang siswa dapat dikatakan di-bully (digertak) atau disakiti ketika

secara terang-terangan, berulangkali dan lebih dari sekali, mengalami

perilaku negatif dari satu atau lebih siswa yang lainnya.

Bullying termasuk dalam 3 masalah yang paling memprihatinkan di

Amerika Serikat terdapat 2 golongan menurut latar belakang ras atau etnis

disebut dengan among black adults (orang dewasa berkulit hitam) dan

among white adults ( orang dewasa bekulit putih) prosentase masalah pada

among black adults (orang dewasa berkulit hitam) sebanyak 71% yang

mengalami bullying sedangkan prosentase pada among white adults ( orang

dewasa bekulit putih) sebanyak 52%. (C.S Mott Children’s Hospital: National

Poll on Children’s Health, 2016).

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melaporkan kasus

bullying menempati urutan tertinggi dalam pengaduan masyarakat. Dalam

kurun waktu 9 tahun, dari 2011 sampai 2019, ada 37.381 pengaduan

kekerasan terhadap anak. Untuk Bullying baik di pendidikan maupun sosial

media, angkanya mencapai 2.473 dan trennya terus menerus meningkat

(https://jabar.tribunnews.com). Bentuk-bentuk bullying kekerasan di sekolah

berupa tawuran siswa, dan diskriminasi pendidikan (KPAI, 2015). Kasus

tertinggi terjadi di daerah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang,

Bekasi) dan Bandung dengan jumlah 487 kasus. Disusul Sumatera Utara 37

kasus, Aceh 35 kasus, Jawa Timur 32 kasus, Sumatera Barat 30 kasus, dan

Lampung 22 kasus. Kasus yang sebenarnya terjadi diyakini lebih banyak

jumlahnya. Karena kemugkinan tidak dilaporkan dan tidak terpantau KPAI.

2
Menurut beberapa kajian penelitian, prevalensi yang paling besar

munculnya tindakan bullying adalah pada usia sekolah menengah pertama

atau usia 12-18 tahun. Mereka yang menjadi korban bullying umumnya

adalah remaja yang memiliki kesulitan atau tidak mampu berhubungan

dengan kelompok teman sebayanya bila dibandingkan dengan remaja pada

umumnya (Andhita Nurul Khasanah 2017).

Berdasarkan hasil study pendahuluan pada tanggal 09 Desember

2020 di SMA Unggulan Hafshawaty dengan metode wawancara dan skrining

kuisioner pada 10 siswa SMA Unggulan Hafshawaty menunjukkan hasil 8

siswa (80%) dari 10 siswa kelas X didapatkan bahwa siswa kelas X pernah

mengalami perilaku bullying beberapa kali dalam seminggu baik itu berupa

cemoohan, ejekan, dan dikucilkan. Bahkan, siswa sering dimintai uang oleh

kakak kelasnya, baik dengan cara yang halus dengan alasan pinjam uang

dan mereka merasa tidak percaya diri akibat perilaku bullying tersebut.

Pelaku bullying sendiri merupakan siswa kelas XI yang berperan sebagai

senior disekolah. Sedangkan 2 siswa (20%) didapatkan hasil bahwa 2 siswa

tersebut tidak pernah mengalami perilaku bullying disekolah.

Menurut keterangan dari guru BK beberapa siswa malu untuk

bertanya, malu untuk mengungkapkan pendapat dan cenderung diam,

canggung dalam menghadapi pertanyaan dari guru, tidak punya motivasi

untuk bersaing dalam bidang akademik, sehingga nilai akademiknya pun

cenderung rendah. Selain itu, siswa juga merasa bahwa dirinya tidak mampu

melakukan sesuatu, hal ini terlihat dari perilaku siswa yang tidak

mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, tidak mempunyai keyakinan

untuk memperoleh bantuan dari orang lain, sehingga siswa menutup diri

3
terhadap bantuan dari orang lain yang mana pemaparan tersebut termasuk

dalam indikator-indikator kepercayaan diri.

Menurut Rahmat (2017: 99), konsep diri adalah gambaran dan

penilaian pada diri kita. Ketika seseorang mempunyai kepercayaan diri

rendah biasanya memiliki konsep diri yang negatif, sebaliknya ketika

seseorang mempunyai rasa percaya diri akan memiliki konsep diri yang

positif. Hal inilah yang menjadikan seorang anak korban bullying memiliki

kepercayaan diri rendah, karena mereka beranggapan bahwa dirinya tidak

berguna dan lemah. Selain itu korban bullying juga mempuyai harga diri

rendah yang mengakibatkan kurang percaya diri dan biasanya terbentur pada

kesulitan sosial serta pesimis dalam pergaulan. Kepercayaan diri juga

diperoleh dari pengalaman yang mengecewakan salah satu faktor yang

menjadi sumber timbulnya rasa tidak percaya diri (Susilawati 2018).

Korban bullying biasanya akan merasa kurang mampu untuk

melindungi dirinya dari tindakan negative, hal ini disebabkan karena lemah

secara fisik atau mental,sehingga dapat menyebabkan terjadinya stress

pada korban karena didasarkan pada perasaan takut yang luar biasa. Jika ini

terjadi pada siswa maka tentu saja akan berakibat pada konsetrasi belajar

maupun pergaulan mereka akan terhambat (Enyi Masrukoyah 2018).

Dampak dari bullying di sekolah membuat siswa menjadi minder, menutup

diri, takut untuk bersosialisasi, dan malas untuk masuk ke sekolah sehingga

siswa yang pernah mengalami bullying disekolah mengalami kepercayaan

diri yang rendah.

Bentuk-bentuk bantuan yang perlu diberikan kepada pelaku

hendaknya fokus kepada upaya menurunkan agresivitasnya dan

4
meningkatkan empatinya. Sementara itu, pada korban, yang perlu

ditingkatkan adalah assertiveness dan kepercayaan dirinya. Konseling

menurut Prayitno dan Erman (2014) adalah proses pemberian bantuan yang

dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli yang disebut

konselor kepada individu yang mengalami suatu masalah yang bermuara

pada masalah yang dihadapi individu tersebut diatasnya.

Dari hasil beberapa penelitian Rational Emotive Behavior Therapy

(REBT) efektif untuk menyelesaikan penurunan kepercayaan diri remaja yang

menjadi korban bullying (Susilawati 2018). Penelitian Susilawati (2018)

menjelaskan bahwa konseling individual berbasis REBT terbukti efektif untuk

meningkatkan keperayaan diri remaja korban bullying.

Dalam konseling Rational Emotive Behavior Therapy (REBT), tujuan

utamanya adalah untuk mengubah keyakinan irasional dan mendorong

dukungan keyakinan rasional untuk menyebarkan kesehatan dan

kesejahteraan psikologis ( Ellis & Dryden, 2007 ; dalam L. Outar 2020 ).

Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik untuk memberikan

konseling individual berbasis Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)

sebagai salah satu solusi dalam upaya meningkatkan kepercayaan diri pada

remaja korban bullying di SMA ungulan hafshawaty.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah

“Bagaimana pengaruh konseling individual berbasis Rational Emotive

Behavior Therapy (REBT) terhadap kepercayaan diri remaja korban bullying

di SMA Unggulah Hafshawaty Kab. Probolinggo?”

5
1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui konseling individual

berbasis Rational Emotive Behavior Therapy REBT terhadap peningkatan

kepercayaan diri remaja korban bullying di SMA Unggulan Hafshawaty kab.

Probolinngo.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi kepercayaan diri sebelum dilakukan konseling

individual berbasis Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)

terhadap remaja korban bullying

2. Mengidentifikasi kepercayaan diri sesudah dilakukan konseling

individual berbasis Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) terhadap

remaja korban bullying.

3. Menganalisis pengaruh konseling individual berbasis Rational Emotive

Behavior Therapy (REBT) terhadap peningkatan kepercayaan diri

remaja korban bullying di SMA Unggulan Hafshawaty Kab. Probolinggo.

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk memperkaya

pengetahuan mahasiswa tentang Pengaruh konseling individual berbasis

Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) terhadap kepercayaan diri

remaja korban bullying guna sebagai ilmu tambahan dan pencegahan

6
terjadinya bullying.

1.4.2 Bagi Lahan Penelitian

Memberikan informasi bagi remaja dalam upaya pencegahan

masalah khususnya dalam mencegah masalah bullying dengan terapi yang

maksimal di SMA Unggulan Hafshawaty tentang bagaimana pengaruh

konseling individual berbasis Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)

terhadap peningkatan kepercayaan diri di SMA Unggulan Hafshawaty Kab.

Probolinggo.

1.4.3 Bagi Responden

Hasil penelitian diharapkan bisa meningkatkan kepercayaan diri,

motivasi dan pemikiran yang rasional bagi remaja korban bullying di SMA

Unggulan Hafshawaty Kab. Probolinggo

1.4.4 Bagi Peneliti

Sebagai bahan masukan dan pengalaman menambah wawasan di

bidang penelitian keperawatan. Khususya yang berkaitan dengan

pengetahuan dalam mengaplikasikan konseling dengan prosedur dan

aturan aturannya.

Anda mungkin juga menyukai