Bab I Revisi Iik
Bab I Revisi Iik
PENDAHULUAN
Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja dan terjadi
mudah dihina dan tidak bisa membela diri sendiri (Sejiwa 2008 dala Rina
Kundre 2018) . Menurut Olweus (1993 dalam: Adhita Nur Khasanah 2017)
bullying itu sendiri terjadi ketika seorang berusaha untuk menyakiti secara
bullying adalah prilaku agresif dan negatif seseorang atau sekelompok orang
dengan tujuan untuk menyakiti targetnya (korban) secara mental atau secara
fisik. Hal serupa juga dikemukakan oleh Rigby (2007: dalam Riri Yurika
2017), bahwa ketidak seimbangan antara pelaku dan korban sangat jelas
seperti seseorang atau pelaku yang ingin menganiaya korban yang jauh lebih
kecil atau lemah darinya. Hal ini bisa menjadi penyebab perilaku bullying ini
bertahan dalam waktu yang lama karena tidak adanya korban untuk
1
sekelompok orang kepada anak atau beberapa anak yang lainnya (Andhita
2014) seorang siswa dapat dikatakan di-bully (digertak) atau disakiti ketika
Amerika Serikat terdapat 2 golongan menurut latar belakang ras atau etnis
disebut dengan among black adults (orang dewasa berkulit hitam) dan
among white adults ( orang dewasa bekulit putih) prosentase masalah pada
among black adults (orang dewasa berkulit hitam) sebanyak 71% yang
dewasa bekulit putih) sebanyak 52%. (C.S Mott Children’s Hospital: National
kurun waktu 9 tahun, dari 2011 sampai 2019, ada 37.381 pengaduan
Bekasi) dan Bandung dengan jumlah 487 kasus. Disusul Sumatera Utara 37
kasus, Aceh 35 kasus, Jawa Timur 32 kasus, Sumatera Barat 30 kasus, dan
2
Menurut beberapa kajian penelitian, prevalensi yang paling besar
atau usia 12-18 tahun. Mereka yang menjadi korban bullying umumnya
siswa (80%) dari 10 siswa kelas X didapatkan bahwa siswa kelas X pernah
mengalami perilaku bullying beberapa kali dalam seminggu baik itu berupa
cemoohan, ejekan, dan dikucilkan. Bahkan, siswa sering dimintai uang oleh
kakak kelasnya, baik dengan cara yang halus dengan alasan pinjam uang
dan mereka merasa tidak percaya diri akibat perilaku bullying tersebut.
cenderung rendah. Selain itu, siswa juga merasa bahwa dirinya tidak mampu
melakukan sesuatu, hal ini terlihat dari perilaku siswa yang tidak
untuk memperoleh bantuan dari orang lain, sehingga siswa menutup diri
3
terhadap bantuan dari orang lain yang mana pemaparan tersebut termasuk
seseorang mempunyai rasa percaya diri akan memiliki konsep diri yang
positif. Hal inilah yang menjadikan seorang anak korban bullying memiliki
berguna dan lemah. Selain itu korban bullying juga mempuyai harga diri
rendah yang mengakibatkan kurang percaya diri dan biasanya terbentur pada
melindungi dirinya dari tindakan negative, hal ini disebabkan karena lemah
pada korban karena didasarkan pada perasaan takut yang luar biasa. Jika ini
terjadi pada siswa maka tentu saja akan berakibat pada konsetrasi belajar
diri, takut untuk bersosialisasi, dan malas untuk masuk ke sekolah sehingga
4
meningkatkan empatinya. Sementara itu, pada korban, yang perlu
menurut Prayitno dan Erman (2014) adalah proses pemberian bantuan yang
sebagai salah satu solusi dalam upaya meningkatkan kepercayaan diri pada
5
1.3 Tujuan
Probolinngo.
1.4 Manfaat
6
terjadinya bullying.
Probolinggo.
motivasi dan pemikiran yang rasional bagi remaja korban bullying di SMA
aturan aturannya.