Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usaha mewujudkan pembangunan dibidang kesehatan menuju


“Indonesia Sehat 2025” yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal, salah satunya adalah pembangunan dibidang kesehatan
gigi. Kesehatan mulut merupakan hal penting dalamkehidupan manusia, termasuk
didalamnya kesehatan gigi dan mulut. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian
dari kesehatan jasmani dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Kesehatan gigi dan mulut yang terganggu dapat menjadi tanda atau bahkan dapat
menjadi factor timbulnya gangguan kesehatan lainnya (Maribun dkk, 2016).
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan secara
keseluruhan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang (Notoadmojo,
2015).

Upaya kesehatan gigi dinilai dari beberapa aspek, salah satunya


pengetahuan. Pengetahuan adalah hasil ranah tahu dan ini terjadi karena seseorang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu, melalui panca indera manusia.
Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran
(telinga) dan indera pengelihatan (mata) (Notoatmodjo, 2012). Perilaku merupakan
segala sesuatu kegiatan yang dilakukan oleh individu (seseorang), baik yang dapat
diamati (dilihat) secara langsung maupun tidak langsung (Bety, 2019). Pengetahuan
dapat diperoleh secara alami maupun secara terencana, yaitu melalui proses
pendidikan (Rakhmatto, 2017).

Pengetahuan ibu merupakan dasar terbentuknya perilaku positif anak untuk


menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan perawatan yang baik dan benar. Orang
tua, khususnya ibu perlu mengetahui, mengajarkan serta melatih anak sejak dini
untuk merawat gigi sendiri karena di usia ini ibu harus mampu mengikuti
perkembangan intelektual anak sehingga anak mudah memahami dan belajar
(Purwaka, 2014). Pengetahuan orang tuakhususnya ibu tentang karies gigi akan
sangat menentukan status kesehatan gigi anaknya kelak. Orang tuadengan
pengetahuan rendah mengenai kebersihan gigi dan mulut merupakan faktor
predisposisi dari perilaku yang tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak
sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya karies gigi pada anak (Hamadi dkk,
2015). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. Orang tua dengan pengetahuan yang rendah mengenai
kebersihan gigi dan mulut merupakan faktor predisposisi dari perilaku yang tidak
mendukung kebersihan gigi dan mulut anak (Worang, 2014) disitasi oleh
(Erikawati & Utami, 2020).

Dari hasil riskesdas di Indonesia tahun 2018, status kesehatan gigi dan
mulut dengan populasi 267 juta, rata-rata penduduk Indonesia memiliki 4-5 gigi
yang bermasalah, dari hasil riset kesehatan dasar pada prevalensi karies gigi
menurut standar WHO pada tahun 2018 rerata usia5-6, 8,43% dan 67,3% anak usia
5 tahun memiliki angka pengalaman karies gigi (dmft) ≥ 6, termasuk dalam
kategori karies anak usia dini yang parah (Riskesdas 2018). Penyakit gigi dan
mulut yang banyak diderita masyarakat Indonesia adalah karies dan penyakit
periodontal. Karies gigi merupakan penyakit keras gigi, yaitu email, dentin dan
sementum, yang dapat disebabkan oleh aktivitas jasad renik suatu karbohidrat yang
dapat diragikan. Ditandai dengan adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang
kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organikanya. Akibatnya terjadi invasi
bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksi kejaringan periapeks yang
dapat menyababkan nyeri. Adanya beberapa faktor utama yang memegang peranan
yaitu faktor (host), agen (mikroorganisme), substrat (diet) dan faktor waktu (Kidd
dan Bechal, 2013).

Di Indonesia, penyakit gigi dan mulut berada pada sepuluh besar penyakit
terbanyak yang tersebar di berbagai wilayah (Mikail et al., 2011) disitasi oleh
(Arsyad, Roesmono, & Hidayati, 2018). Anak usia prasekolah yaitu 3-5 tahun
memiliki persentase karies yang tinggi yaitu 40%-75%. Faktor penyebab karies
pada anak usia prasekolah yaitu frekuensi menyikat gigi anak, suplai air yang
kurang mengandung fluor, jauhnya jarak untuk akses pelayanan kesehatan gigi, diet
dan yang paling penting adalah pengetahuan orang tua mengenai kesehatan gigi
dan mulut serta kesadarannya untuk membimbing anak (Purwaka, 2014).

Salah satu masalah di Indonesia yang perlu diperhatikan adalah masalah


kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat
Indonesia meremehkan masalah kesehatan gigi dan mulut dan hanya berobat ke
tenaga kesehatan saat sudah merasakan rasa sakit. Karies merupakan penyakit gigi
dan mulut yang menduduki posisi teratas penyakit gigi dan mulut yang paling
sering diderita oleh masyarakat Indonesia. Survey dari Riset Kesehatan Dasar
(2018) mengatakan bahwa Indeks DMF-T (decayed missing filled tooth) Indonesia
sebesar 7,1. DMF-T yang berarti kerusakan gigi penduduk Indonesia sebesar 710
buah gigi per 100 orang (Kemenkes RI, 2018). Proporsi yang bermasalah dengan
gigi dan mulut dan mendapatkan pelayanan dari tenaga medis dari 57,6%, hanya
10,2% yang mendapatkan pelayanan dari tenaga medis, yang berperilaku menyikat
gigi setiap hari pada penduduk umur ≥ 3 tahun 94,7%, yang menyikat gigi dengan
benar pada penduduk umur ≥ 3 tahun 2,8%. Memiliki masalah gigi dan mulut
dibawa ratarata 13 provinsi dan memiliki masalah gigi dan mulut diatas rata-rata 12
provinsi (Kemenkes RI, 2018).

Karies gigi merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh


demineralisasi email dan dentin yang erat hubungannya dengan konsumsi makanan
yang kariogenik. Terjadinya karies gigi akibat peran dari bakteri penyebab karies
yang secara kolektif disebut Streptoccocus mutans. Karies gigi banyak terjadi pada
anak-anak karena anak-anak cenderung lebih menyukai makanan manis yang bisa
menyebabkan terjadinya karies gigi. Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sangat
erat kaitannya dengan kontrol plak. Kontrol plak yang paling sederhana yang dapat
kita lakukan di rumah adalah dengan cara menyikat gigi (Risti Afiati, Rosihan
Adhani, & Sherli Diana 2017). Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras
gigi yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas jasad renik
dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah demineralisasi
jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Dalam
pencapaian target Indonesia Sehat 2030, dilakukan peningkatan status kesehatan
gigi juga peningkatan kemampuan masyarakat untuk melakukan pencegahan secara
global (Kemenkes RI, 2018). Dampak yang ditimbulkan akibat karies gigi yang
dialami anak-anak akan menghambat perkembangan anak sehingga akan
menurunkan tingkat kecerdasan anak, yang secara jangka panjang akan berdampak
pada kualitas hidup masyarakat (Widayati, 2014) disitasi oleh (Riwanti,
Purwaningsih, & Sarwo, 2021)
Peran orangtua terutama seorang ibu terhadap bagaimana menjaga
kesehatan gigi sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang
mendukung kebersihan gigi anak sehingga kesehatan gigi anak dapat terjaga
dengan baik (Praba Diyan Rachmawati, 2016). Orang tua perlu mengetahui
tentang perawatan gigi dan mulut yang baik dan benar. Teknik menyikat gigi yang
benar merupakan tindakan preventif dalam mencegah penyakit gigi dan mulut dan
dapat membersihkan deposit lunak pada permukaan gigi dan gusi. Menyikat gigi
bertujuan mengangkat sisa-sisa makanan yang masih menempel di permukaan
ataupun di sela-sela gigi dan gusi. Susi, (2012) mengatakan bahwa sisa-sisa
makanan yang telah dibersihkan akan menyebabkan resiko terjadi karies rendah.
Pengetahuan orang tua dalam pemeliharaan kebersihan anaknya akan menentukan
status kesehatan gigi anaknya, mulai gigi tumbuh merupakan proses yang penting
dari pertumbuhan anak. Orang tua harus dapat mengetahui cara menjaga,
mengajari, dan merawat gigi anak dengan baik (Oktarina dkk, 2016). Faktor
penyebab karies pada anak usia prasekolah yaitu frekuensi menyikat gigi anak,
suplai air yang kurang mengandung fluor, jauhnya jarak untuk akses pelayanan
kesehatan gigi, diet dan yang paling penting adalah pengetahuan orang tua
mengenai kesehatan gigi dan mulut serta kesadarannya untuk membimbing anak
(Khrisma, 2019) disitasi oleh (Riwanti, Purwaningsih, & Sarwo, 2021).

Studi pendahuluan yang dilakukan pada anak usia pra sekolah di Desa Jaten
menunjukan bahwa hasil pemeriksaan yang memiliki 59 anak dengan karies gigi
50%, dan dari wawancara dengan orang tua bahwa gigi anaknya terdapat lubang
dan anak sering merasa sakit gigi. Penyebab gigi anak sering merasa sakit adalah
tidak adanya pengawasan dan bimbingan orang tua tentang perawatan gigi. Orang
tua jarang memberikan pengawasan dikarenakan sedang sibuk bekerja diluar kota
sehingga minimnya pengawasan dari orang tua. Berdasarkan uraian tersebut
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian guna memberikan gambaran mengenai
hubungan tingkat pengetahuan orang tua tentang kesehatan gigi dengan perilaku
perawatan gigi pada anak pra sekolah di desa jaten, kecamatan juwiring, kabupaten
klaten

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah tersebut di atas maka
permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang tua Tentang Kesehatan Gigi Dengan
Perilaku Perawatan Gigi Pada Anak Pra Sekolah di Desa Jaten, Kecamatan
Juwiring, Kabupaten Klaten.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan orang tua tentang perawatan gigi dengan
perawatan gigi anak usia pra sekolah di Desa Jaten, Kecamatan Juwiring, Kabupaten
Klaten.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik responden diantaranya umur, jenis kelamin,
pekerjaan dan pendidikan
b. Mengetahui tingkat pengetahuan orang tua tentang perawatan gigi dan mulut
pada anak usia pra sekolah di Desa Jaten, Kecamatan Juwiring, Kabupaten
Klaten
c. Mengetahui perilaku perawatan gigi dan mulut pada anak usia pra sekolah di
Desa Jaten, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten
d. Menganalisis hubungan pengetahuan orang tua tentang perawatan gigi
dengan perawatan gigi anak usia pra sekolah di Desa Jaten, Kecamatan
Juwiring, Kabupaten Klaten

D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi ilmu
pengetahuan dan pendidikan, khususnya untuk orangtua bagi anak pra sekolah pada
umumnya.
2. Secara Praktis
a. Bagi Masyarakat
Dapat meningkatkan motivasi orang tua agar dapat membiasakan perawatan
gigi pada anak. Serta anak dapat mempraktikan cara menggosok gigi dengan
baik dan benar.
b. Bagi Tenaga Kesehatan
Dengan penelitian ini diharapkan tenaga kesehatan seperti dokter gigi, dokter
umum, perawat serta tenga kesehatan yang lain,nantinya dapat memberikan
pendidikan kesehatan (penkes) kepada masyarakat dan anak-anak pada usia pra
sekolah.
c. Bagi Institusi Kesehatan
Dapat digunakan untuk mengaplikasikan masalah kesehatan gigi sebagai salah
satu prioritas masalah pada pendidikan kesehatan dalam pendidikan
keperawatan.
d. Bagi Peneliti
Dengan penelitian ini nantinya dapat dijadikan sebagai bahan peneliti untuk
mengaplikasikan sebagai bahan pendidikan kesehatan (penkes) khususnya
untuk anak usia pra sekolah dan memberiikan gambaran kepada peneliti
selanjutnya sebagai acuan untuk mengembangkan penelitian ini menjadi lebih
baik lagi.
E. Keaslian Penelitian

Untuk melihat keaslian penelitian dapat di lihat perbedaan dari penelitian


sebelumnya. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan, yaitu : Penelitian yang
pernah dilakukan oleh Setiyawati (2012) yang berjudul hubungan kebiasaan
menggosok gigi sebelum tidur dengan karies gigi di Madrasah Ibtidaiyah Al-
Istiqomah Tangerang. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif
korelatif. Populasi penilitian ini adalah seluruh siswa/siswi Madrasah Ibtidaiyah Al-
istiqomah Tanggerang yang bersediia menjad responden penelitian ini. Teknik
pengambilan sampel yang diigunakan stratified random sampling yaitu mengambil
sampel secara acak, didapatkan jumlah sampel sebanyak 108 orang. Instrumen
penelitian pada variabel kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur, menggunakan
kuesioner, sedangkan pada variable karies gigi menggunakan lembar observasi.
Untuk analisa univariatnya menggunakan rumus proporsi untuk penyusunan
distribusi frekuensi. Untuk analisa bivariat menggunakan rumus uji chi-square.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian saya terletak pada populasi dan
instrumen penelitian pada variabel dependen. Populasi yang digunakan pada
penelitian terdahulu adalah siswa/siswi madrasah ibtidaiyah AL-Istiqomah
Tangerang, sedangkan populasi penelitian saya yaitu anak usia pra sekolah (3-6
tahun) di Desa Jaten, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten. Pada instrumen
penelitian terdapat perbedaan yang terletak pada variabel dependen, pada variabel
penelitian saya yaitu perawatan gigi pada anak usia pra sekolah, instrument
penelitian yang digunakan kuesioner, sedangkan penelitian terdahulu pada variabel
dependennya yaitu karies gigi menggunakan lembar observasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Anitasari dan Rahayu (2005) dengan judul
penelitian hubungan frekuensi menyikat gigi dengan tingkat kebersihan gigi dan
siswa Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Palaran Kotamadya Samarinda Provinsi
Kalimantan Timur. Jenis penelitian ini adalah observasional. Populasi penelitian ini
adalah siswa kelas 1-6 SDN yang berada di Kecamatan Palaran Kotamadya
Samarinda. Sampel diplih 10 SDN dari setiap SDN dilakukan teknik pengambilan
sampel menggunakan metode stratified random sampling agar mendapatkan sampel
dari masing SDN didapatkan sebanyak 1650 siswa dari 10 SDN. Variabel frekuensi
menyikat gigi diukur dengan instrumen penelitian menggunakan kuesioner
sedangkan variabel tingkat kebersihan mulut diukur dengan menggunakan indeks
Oral Hygiene Index simplified (OHI-S) dengan cara observasi. Untuk analisis
bivariatnya menggunakan rumus uji chi-square. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian saya terletak pada desain penelitian, populasi dan instrumen penelitian
pada variable dependen. Populasi yang digunakan pada penelitian terdahulu adalah
siswa/siswi kelas 1-6 SDN yang berada di Kecamatan Palaran Kotamadya
Samarinda, sedangkan penelitian saya anak usia pra sekolah (3-6 tahun) di Desa
Jaten, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten. Pada instrumen penelitian terdapat
perbedaan yang terletak pada variabel dependen, pada variabel penelitian
perawatan gigi pada anak usia pra sekolah, instrumen penelitian yang digunakan
kuesioner, sedangkan penelitian terdahulu pada variabel dependennya tingkat
kebersihan mulut diukur menggunakan indeks Oral Hygiene Index simplified
(OHI-S) dengan cara observasi.
Nono (2019) Hubungan Pengetahuan dan Perilaku ibu Tentang Deteksi Dini
Dengan Kejadian Rampan Karies Pada Anak Balita” Persamaan dengan penelitian
ini yaitu pengetahuan dan karies gigi dan perbedaan dekteksi dini dan kebersihan
gigi dan mulut. Maria (2018) dengan judul“ Hubungan Pengetahuan Tentang
Karies Gigi Dengan Motivasi Melakukan Penumpatan Gigi”. Persamaan dengan
penelitian ini yaitu variabel independent yaitu pengetahuan dan perbedaanya
dengan karies gigi.

Penelitian yang di lakukan oleh Dewanti (2012) dengan judul penelitian


hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dengan perilaku perawatan
gigi pada anak usia sekolah di SDN Pondok Cina 4 Depok.Desain penelitian ini
adalah deskriptif korelatif.Populasi penelitian ini yaitu anak usiasekolah (7-12
tahun) di SDN Pondok Cina 4 Depok. Teknik pengambilan sampel dilakukan
secara acak dengan menggunakan stratified random sampling, didapatkanjumlah
sampel yang diteliti 156 responden. Kedua Variabel baik variabel independen
maupun dependen menggunakan instrumen penelitian kuesioner. Untuk analisis
bivariatnya menggunakan rumus uji chi-square. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian saya terletak pada populasi dan teknik pengambilan sampel. Populasi
yang digunakan pada penelitian terdahulu adalah siswa/siswi anak usia sekolah (7-
12 tahun) di SDN Pondok Cina Depok, sedangkan penelitian saya anak usia pra
sekolah (3-6 tahun) di Desa Jaten, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten.

Anda mungkin juga menyukai