Anda di halaman 1dari 37

STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA


TENTANG KESEHATAN GIGI DENGAN PERILAKU PERAWATAN GIGI PADA ANAK
USIA PRA SEKOLAH
DI DESA JATEN, KECAMATAN JUIWIRNG

Proposal
Diajukan sebagai persyaratan melakukan penelitian

Oleh:
Ikhwana Giri Pasca Ramadhan
NIM. 1701024

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KLATEN
AGUSTUS, 2021

i
STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA
TENTANG KESEHATAN GIGI DENGAN PERILAKU PERAWATAN GIGI PADA ANAK
USIA PRA SEKOLAH
DI DESA JATEN, KECAMATAN JUIWIRNG

Proposal
Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh
gelar Sarjana Keperawatan

Oleh:
Ikhwana Giri Pasca Ramadhan
NIM. 1701024

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KLATEN
AGUSTUS, 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah dan Karunia-nya kepada kita semua
sehingaa kami dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul “HUBUNGAN TINGKAT
PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG KESEHATAN GIGI DENGAN PERILAKU
PERAWATAN GIGI PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI DESA JATEN, KECAMATAN
JUIWIRING”
Proposal skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengajukan skripsi pada program
studi sarjana keperawatan STIKes muhammadiyah klaten. Saya menyadari dalam penyusunan proposal
skirpsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini kami
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Sri Sat Titi Hamrarani, S.Kep., Ns., M.Kep, Ketua STIKes Muhammadiyah Klaten
2. Istianna Nurhidayati, M.Kep., Ns., Sp.Kep.Kom., Ketua Program Studi S1 ilmu keperatan
STIKes Muhammadiyah Klaten
3. Daryani, S,Kep., Ns., M.Kep, selaku dosen pembimbing 1 yang telah memberikan banyak
bimbingan, arahan, dan masukan dalam penyusunan proposal skripsi ini
4. Cahyo Pramono, S,Kep., Ns., M.Kep, selaku dosen pembimbing 1 yang telah memberikan
banyak bimbingan, arahan, dan masukan dalam penyusunan proposal skripsi ini
5. Semua dosen dan rekan mahasiswa di Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes
Muhammadiyah Klaten yang telah memberi dukungan dalam penyusunan proposal skripsi ini.
6. Orang tua dan keluarga besar saya yang selalu memberikan dukungan dalam proses penyusunan
proposal skripsi ini.

Sangat disadari bahwa dalam penulisan proposal skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan.
Saya mengharpakan saran dan kritik demi memaksimalkan dalam penulisan proposal penelitian ini untuk
dilanjutkan pada penelitian, sehingga pada akhir penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
yang membutuhkan

i
LEMBAR PERSETUJUAN

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR............................................................................................................... iii
DAFTAR ISI............................................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah.................................................................................................... 4
C. Tujuan..................................................................................................................... 5
D. Manfaat.................................................................................................................... 5
E. Keaslian penelitian.................................................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Teori.............................................................................................................. 9
1. Konsep dasar pengetahuan..................................................................................... 9
2. Konsep dasar orang tua.......................................................................................... 12
3. Konsep dasar anak usia pra sekolah....................................................................... 14
4. Konsep dasar kesehatan gigi.................................................................................. 15
5. Konsep dasar menyikat gigi................................................................................... 19
B. Kerangka Teori............................................................................................................. 22
C. Hipotesis....................................................................................................................... 23

BAB III METODE PENELITIAN


A. Kerangka konsep.......................................................................................................... 24
B. Desain penelitian.......................................................................................................... 25
C. Populasi dan sampel..................................................................................................... 25
D. Variable penelitian....................................................................................................... 26
E. Definisi operasional...................................................................................................... 27
F. Tempat dan waktu........................................................................................................ 28
G. Etika penelitian............................................................................................................. 28
H. Instrument penelitian.................................................................................................... 29
I. Uji validitas dan reliabilitas.......................................................................................... 29
J. Jalannya penelitian....................................................................................................... 29
K. Metode pengolahan data dan analisis data.................................................................... 30

BAB I

i
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usaha mewujudkan pembangunan dibidang kesehatan menuju “Indonesia


Sehat 2025” yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
optimal, salah satunya adalah pembangunan dibidang kesehatan gigi. Kesehatan mulut
merupakan hal penting dalamkehidupan manusia, termasuk didalamnya kesehatan gigi
dan mulut. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan jasmani dan tidak
dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Kesehatan gigi dan mulut yang terganggu
dapat menjadi tanda atau bahkan dapat menjadi factor timbulnya gangguan kesehatan
lainnya (Maribun dkk, 2016). Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari
kesehatan secara keseluruhan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang
(Notoadmojo, 2015).

Upaya kesehatan gigi dinilai dari beberapa aspek, salah satunya pengetahuan.
Pengetahuan adalah hasil ranah tahu dan ini terjadi karena seseorang melakukan
penginderaan terhadap objek tertentu, melalui panca indera manusia. Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga) dan indera
pengelihatan (mata) (Notoatmodjo, 2012). Perilaku merupakan segala sesuatu kegiatan
yang dilakukan oleh individu (seseorang), baik yang dapat diamati (dilihat) secara
langsung maupun tidak langsung (Bety, 2019). Pengetahuan dapat diperoleh secara alami
maupun secara terencana, yaitu melalui proses pendidikan (Rakhmatto, 2017).

Pengetahuan ibu merupakan dasar terbentuknya perilaku positif anak untuk


menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan perawatan yang baik dan benar. Orang tua,
khususnya ibu perlu mengetahui, mengajarkan serta melatih anak sejak dini untuk
merawat gigi sendiri karena di usia ini ibu harus mampu mengikuti perkembangan
intelektual anak sehingga anak mudah memahami dan belajar (Purwaka, 2014).
Pengetahuan orang tuakhususnya ibu tentang karies gigi akan sangat menentukan status
kesehatan gigi anaknya kelak. Orang tuadengan pengetahuan rendah mengenai
kebersihan gigi dan mulut merupakan faktor predisposisi dari perilaku yang tidak
mendukung kebersihan gigi dan mulut anak sehingga dapat meningkatkan risiko

i
terjadinya karies gigi pada anak (Hamadi dkk, 2015). Pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Orang tua dengan
pengetahuan yang rendah mengenai kebersihan gigi dan mulut merupakan faktor
predisposisi dari perilaku yang tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak
(Worang, 2014) disitasi oleh (Erikawati & Utami, 2020).

Dari hasil riskesdas di Indonesia tahun 2018, status kesehatan gigi dan mulut
dengan populasi 267 juta, rata-rata penduduk Indonesia memiliki 4-5 gigi yang
bermasalah, dari hasil riset kesehatan dasar pada prevalensi karies gigi menurut standar
WHO pada tahun 2018 rerata usia5-6, 8,43% dan 67,3% anak usia 5 tahun memiliki
angka pengalaman karies gigi (dmft) ≥ 6, termasuk dalam kategori karies anak usia dini
yang parah (Riskesdas 2018). Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat
Indonesia adalah karies dan penyakit periodontal. Karies gigi merupakan penyakit keras
gigi, yaitu email, dentin dan sementum, yang dapat disebabkan oleh aktivitas jasad renik
suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Ditandai dengan adanya demineralisasi jaringan
keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organikanya. Akibatnya terjadi
invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksi kejaringan periapeks yang
dapat menyababkan nyeri. Adanya beberapa faktor utama yang memegang peranan yaitu
faktor (host), agen (mikroorganisme), substrat (diet) dan faktor waktu (Kidd dan Bechal,
2013).

Di Indonesia, penyakit gigi dan mulut berada pada sepuluh besar penyakit
terbanyak yang tersebar di berbagai wilayah (Mikail et al., 2011) disitasi oleh (Arsyad,
Roesmono, & Hidayati, 2018). Anak usia prasekolah yaitu 3-5 tahun memiliki persentase
karies yang tinggi yaitu 40%-75%. Faktor penyebab karies pada anak usia prasekolah
yaitu frekuensi menyikat gigi anak, suplai air yang kurang mengandung fluor, jauhnya
jarak untuk akses pelayanan kesehatan gigi, diet dan yang paling penting adalah
pengetahuan orang tua mengenai kesehatan gigi dan mulut serta kesadarannya untuk
membimbing anak (Purwaka, 2014).

Salah satu masalah di Indonesia yang perlu diperhatikan adalah masalah


kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat
Indonesia meremehkan masalah kesehatan gigi dan mulut dan hanya berobat ke tenaga

i
kesehatan saat sudah merasakan rasa sakit. Karies merupakan penyakit gigi dan mulut
yang menduduki posisi teratas penyakit gigi dan mulut yang paling sering diderita oleh
masyarakat Indonesia. Survey dari Riset Kesehatan Dasar (2018) mengatakan bahwa
Indeks DMF-T (decayed missing filled tooth) Indonesia sebesar 7,1. DMF-T yang berarti
kerusakan gigi penduduk Indonesia sebesar 710 buah gigi per 100 orang (Kemenkes RI,
2018). Proporsi yang bermasalah dengan gigi dan mulut dan mendapatkan pelayanan dari
tenaga medis dari 57,6%, hanya 10,2% yang mendapatkan pelayanan dari tenaga medis,
yang berperilaku menyikat gigi setiap hari pada penduduk umur ≥ 3 tahun 94,7%, yang
menyikat gigi dengan benar pada penduduk umur ≥ 3 tahun 2,8%. Memiliki masalah gigi
dan mulut dibawa ratarata 13 provinsi dan memiliki masalah gigi dan mulut diatas rata-
rata 12 provinsi (Kemenkes RI, 2018).

Karies gigi merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh demineralisasi


email dan dentin yang erat hubungannya dengan konsumsi makanan yang kariogenik.
Terjadinya karies gigi akibat peran dari bakteri penyebab karies yang secara kolektif
disebut Streptoccocus mutans. Karies gigi banyak terjadi pada anak-anak karena anak-
anak cenderung lebih menyukai makanan manis yang bisa menyebabkan terjadinya karies
gigi. Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sangat erat kaitannya dengan kontrol plak.
Kontrol plak yang paling sederhana yang dapat kita lakukan di rumah adalah dengan cara
menyikat gigi (Risti Afiati, Rosihan Adhani, & Sherli Diana 2017). Karies merupakan
suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan
oleh aktivitas jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah
demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan
organiknya. Dalam pencapaian target Indonesia Sehat 2030, dilakukan peningkatan status
kesehatan gigi juga peningkatan kemampuan masyarakat untuk melakukan pencegahan
secara global (Kemenkes RI, 2018). Dampak yang ditimbulkan akibat karies gigi yang
dialami anak-anak akan menghambat perkembangan anak sehingga akan menurunkan
tingkat kecerdasan anak, yang secara jangka panjang akan berdampak pada kualitas hidup
masyarakat (Widayati, 2014) disitasi oleh (Riwanti, Purwaningsih, & Sarwo, 2021)

Peran orangtua terutama seorang ibu terhadap bagaimana menjaga kesehatan gigi
sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung kebersihan gigi

i
anak sehingga kesehatan gigi anak dapat terjaga dengan baik (Praba Diyan Rachmawati,
2016). Orang tua perlu mengetahui tentang perawatan gigi dan mulut yang baik dan
benar. Teknik menyikat gigi yang benar merupakan tindakan preventif dalam mencegah
penyakit gigi dan mulut dan dapat membersihkan deposit lunak pada permukaan gigi dan
gusi. Menyikat gigi bertujuan mengangkat sisa-sisa makanan yang masih menempel di
permukaan ataupun di sela-sela gigi dan gusi. Susi, (2012) mengatakan bahwa sisa-sisa
makanan yang telah dibersihkan akan menyebabkan resiko terjadi karies rendah.
Pengetahuan orang tua dalam pemeliharaan kebersihan anaknya akan menentukan status
kesehatan gigi anaknya, mulai gigi tumbuh merupakan proses yang penting dari
pertumbuhan anak. Orang tua harus dapat mengetahui cara menjaga, mengajari, dan
merawat gigi anak dengan baik (Oktarina dkk, 2016). Faktor penyebab karies pada anak
usia prasekolah yaitu frekuensi menyikat gigi anak, suplai air yang kurang mengandung
fluor, jauhnya jarak untuk akses pelayanan kesehatan gigi, diet dan yang paling penting
adalah pengetahuan orang tua mengenai kesehatan gigi dan mulut serta kesadarannya
untuk membimbing anak (Khrisma, 2019) disitasi oleh (Riwanti, Purwaningsih, & Sarwo,
2021).

Studi pendahuluan yang dilakukan pada anak usia pra sekolah di Desa Jaten
menunjukan bahwa hasil pemeriksaan yang memiliki 59 anak dengan karies gigi 50%,
dan dari wawancara dengan orang tua bahwa gigi anaknya terdapat lubang dan anak
sering merasa sakit gigi. Penyebab gigi anak sering merasa sakit adalah tidak adanya
pengawasan dan bimbingan orang tua tentang perawatan gigi. Orang tua jarang
memberikan pengawasan dikarenakan sedang sibuk bekerja diluar kota sehingga
minimnya pengawasan dari orang tua. Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian guna memberikan gambaran mengenai hubungan tingkat
pengetahuan orang tua tentang kesehatan gigi dengan perilaku perawatan gigi pada anak
pra sekolah di desa jaten, kecamatan juwiring, kabupaten klaten

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah tersebut di atas maka


permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang tua Tentang Kesehatan Gigi Dengan Perilaku

i
Perawatan Gigi Pada Anak Pra Sekolah di Desa Jaten, Kecamatan Juwiring, Kabupaten
Klaten.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan orang tua tentang perawatan gigi dengan
perawatan gigi anak usia pra sekolah di Desa Jaten, Kecamatan Juwiring, Kabupaten
Klaten.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik responden diantaranya umur, jenis kelamin, pekerjaan
dan pendidikan
b. Mengetahui tingkat pengetahuan orang tua tentang perawatan gigi dan mulut pada
anak usia pra sekolah di Desa Jaten, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten
c. Mengetahui perilaku perawatan gigi dan mulut pada anak usia pra sekolah di Desa
Jaten, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten
d. Menganalisis hubungan pengetahuan orang tua tentang perawatan gigi dengan
perawatan gigi anak usia pra sekolah di Desa Jaten, Kecamatan Juwiring,
Kabupaten Klaten

D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi ilmu pengetahuan dan
pendidikan, khususnya untuk orangtua bagi anak pra sekolah pada umumnya.
2. Secara Praktis
a. Bagi Masyarakat
Dapat meningkatkan motivasi orang tua agar dapat membiasakan perawatan gigi pada
anak. Serta anak dapat mempraktikan cara menggosok gigi dengan baik dan benar.
b. Bagi Tenaga Kesehatan
Dengan penelitian ini diharapkan tenaga kesehatan seperti dokter gigi, dokter umum,
perawat serta tenga kesehatan yang lain,nantinya dapat memberikan pendidikan
kesehatan (penkes) kepada masyarakat dan anak-anak pada usia pra sekolah.
c. Bagi Institusi Kesehatan

i
Dapat digunakan untuk mengaplikasikan masalah kesehatan gigi sebagai salah satu
prioritas masalah pada pendidikan kesehatan dalam pendidikan keperawatan.
d. Bagi Peneliti
Dengan penelitian ini nantinya dapat dijadikan sebagai bahan peneliti untuk
mengaplikasikan sebagai bahan pendidikan kesehatan (penkes) khususnya untuk anak
usia pra sekolah dan memberiikan gambaran kepada peneliti selanjutnya sebagai
acuan untuk mengembangkan penelitian ini menjadi lebih baik lagi.
E. Keaslian Penelitian

Untuk melihat keaslian penelitian dapat di lihat perbedaan dari penelitian


sebelumnya. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan, yaitu : Penelitian yang pernah
dilakukan oleh Setiyawati (2012) yang berjudul hubungan kebiasaan menggosok gigi
sebelum tidur dengan karies gigi di Madrasah Ibtidaiyah Al-Istiqomah Tangerang.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif. Populasi penilitian ini
adalah seluruh siswa/siswi Madrasah Ibtidaiyah Al-istiqomah Tanggerang yang bersediia
menjad responden penelitian ini. Teknik pengambilan sampel yang diigunakan stratified
random sampling yaitu mengambil sampel secara acak, didapatkan jumlah sampel
sebanyak 108 orang. Instrumen penelitian pada variabel kebiasaan menggosok gigi
sebelum tidur, menggunakan kuesioner, sedangkan pada variable karies gigi
menggunakan lembar observasi. Untuk analisa univariatnya menggunakan rumus
proporsi untuk penyusunan distribusi frekuensi. Untuk analisa bivariat menggunakan
rumus uji chi-square. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian saya terletak pada
populasi dan instrumen penelitian pada variabel dependen. Populasi yang digunakan pada
penelitian terdahulu adalah siswa/siswi madrasah ibtidaiyah AL-Istiqomah Tangerang,
sedangkan populasi penelitian saya yaitu anak usia pra sekolah (3-6 tahun) di Desa Jaten,
Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten. Pada instrumen penelitian terdapat perbedaan
yang terletak pada variabel dependen, pada variabel penelitian saya yaitu perawatan gigi
pada anak usia pra sekolah, instrument penelitian yang digunakan kuesioner, sedangkan
penelitian terdahulu pada variabel dependennya yaitu karies gigi menggunakan lembar
observasi.

i
Penelitian yang dilakukan oleh Anitasari dan Rahayu (2005) dengan judul
penelitian hubungan frekuensi menyikat gigi dengan tingkat kebersihan gigi dan siswa
Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Palaran Kotamadya Samarinda Provinsi Kalimantan
Timur. Jenis penelitian ini adalah observasional. Populasi penelitian ini adalah siswa
kelas 1-6 SDN yang berada di Kecamatan Palaran Kotamadya Samarinda. Sampel diplih
10 SDN dari setiap SDN dilakukan teknik pengambilan sampel menggunakan metode
stratified random sampling agar mendapatkan sampel dari masing SDN didapatkan
sebanyak 1650 siswa dari 10 SDN. Variabel frekuensi menyikat gigi diukur dengan
instrumen penelitian menggunakan kuesioner sedangkan variabel tingkat kebersihan
mulut diukur dengan menggunakan indeks Oral Hygiene Index simplified (OHI-S)
dengan cara observasi. Untuk analisis bivariatnya menggunakan rumus uji chi-square.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian saya terletak pada desain penelitian, populasi
dan instrumen penelitian pada variable dependen. Populasi yang digunakan pada
penelitian terdahulu adalah siswa/siswi kelas 1-6 SDN yang berada di Kecamatan Palaran
Kotamadya Samarinda, sedangkan penelitian saya anak usia pra sekolah (3-6 tahun) di
Desa Jaten, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten. Pada instrumen penelitian terdapat
perbedaan yang terletak pada variabel dependen, pada variabel penelitian perawatan gigi
pada anak usia pra sekolah, instrumen penelitian yang digunakan kuesioner, sedangkan
penelitian terdahulu pada variabel dependennya tingkat kebersihan mulut diukur
menggunakan indeks Oral Hygiene Index simplified (OHI-S) dengan cara observasi.

Nono (2019) Hubungan Pengetahuan dan Perilaku ibu Tentang Deteksi Dini
Dengan Kejadian Rampan Karies Pada Anak Balita” Persamaan dengan penelitian ini
yaitu pengetahuan dan karies gigi dan perbedaan dekteksi dini dan kebersihan gigi dan
mulut. Maria (2018) dengan judul“ Hubungan Pengetahuan Tentang Karies Gigi Dengan
Motivasi Melakukan Penumpatan Gigi”. Persamaan dengan penelitian ini yaitu variabel
independent yaitu pengetahuan dan perbedaanya dengan karies gigi.

Penelitian yang di lakukan oleh Dewanti (2012) dengan judul penelitian hubungan
tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dengan perilaku perawatan gigi pada anak
usia sekolah di SDN Pondok Cina 4 Depok.Desain penelitian ini adalah deskriptif
korelatif.Populasi penelitian ini yaitu anak usiasekolah (7-12 tahun) di SDN Pondok Cina

i
4 Depok. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan menggunakan
stratified random sampling, didapatkanjumlah sampel yang diteliti 156 responden. Kedua
Variabel baik variabel independen maupun dependen menggunakan instrumen penelitian
kuesioner. Untuk analisis bivariatnya menggunakan rumus uji chi-square. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian saya terletak pada populasi dan teknik pengambilan
sampel. Populasi yang digunakan pada penelitian terdahulu adalah siswa/siswi anak usia
sekolah (7-12 tahun) di SDN Pondok Cina Depok, sedangkan penelitian saya anak usia
pra sekolah (3-6 tahun) di Desa Jaten, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten.

i
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Konsep dasar pengetahuan
a. Definisi
Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan melalui proses
sensoris, terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan
merupakan domain yang penting dalam terbentuknya perilaku terbuka atau open
behavior (Donsu, 2017) disitasi oleh (Afnis, 2018). Pengetahuan adalah hasil
penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera
yang dimiliki (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2017).
Pengetahuan seseorang sebagian besar diperoleh melalui indra pendengaran dan
indra penglihatan (Notoatmodjo, 2014) disitasi oleh (Afnis, 2018). Pengetahuan
adalah hasil ranah tahu dan ini terjadi karena seseorang melakukan penginderaan
terhadap objek tertentu, melalui panca indera manusia.Pengetahuan mengenai
kesehatan gigi anak menjadi hal keharusan bagi seorang ibu demi perkembangan
dan pertumbuhan gigi-geligi anak yang baik. Pengetahuan dan kemampuan orang
tua dalam menjaga kesehatan gigi anak dapat dipengaruhi oleh beberapa hal,
antara lain yaitu usia, pendidikan, status sosial ekonomi, pengalaman, informasi
media massa dan lingkungan (Rompis et al., 2016)
Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal dan sangat erat
hubungannya. Diharapkan dengan pendidikan yang tinggi maka akan semakin
luas pengetahuannya. Tetapi orang yang berpendidikan rendah tidak mutlak
berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh
dari pendidikan formal saja, tetapi juga dapat diperoleh dari pendidikan non
formal. Pengetahuan akan suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif
dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang. Semakin
banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan men imbulkan sikap
semakin positif terhadap objek tertentu (Notoatmojo, 2014) disitasi oleh (Afnis,
2018)
b. Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (dalam Afnis, 2018) pengetahuan seseorang
terhadap suatu objek mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda. Secara
garis besar dibagi menjadi 6 tingkat pengetahuan, yaitu :
1) Tahu (know)

i
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu meteri yang dipelajari sebelumnya.
Termasuk kedalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari.

2) Memahami (comprehension)
Memahami dapat diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang real (sebenarnya).
4) Analisis (analysis)
Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam
komponen-komponen, tetapi masih ada di dalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukanjustifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek.
c. Proses Perilaku Tahu
Menurut Rogers yang dikutip oleh Notoatmodjo (dalam Donsu, 2017)
mengungkapkan proses adopsi perilaku yakni sebelum seseorang mengadopsi
perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi beberapa proses, yaitu:
1) Awareness ataupun kesadaran yakni apda tahap ini individu sudah menyadari
ada stimulus atau rangsangan yang datang padanya.
2) Interest atau merasa tertarik yakni individu mulai tertarik pada stimulus
tersebut.
3) Evaluation atau menimbang-nimbang dimana individu akan
mempertimbangkan baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Inilah
yang menyebabkan sikap individu menjadi lebih baik.
4) Trial atau percobaanyaitu dimana individu mulai mencoba perilaku baru.
5) Adaption atau pengangkatan yaitu individu telah memiliki perilaku baru
sesuai dengan penegtahuan,, sikap dan kesadarannya terhadap stimulus.
d. Factor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Putra Fadlil (2011),
yaitu:

i
1) Faktor Internal
a) Usia
Semakin tua usia seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya
bertambah baik. Akan tetapi, pada usia tertentu bertambahnya proses
perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan
tahun.
b) Pengalaman
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu
cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu,
pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk
memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang
kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan
yang dihadapi pada masa lalu.
c) Intelegensia
Intelegensia diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir
abstrak guna menyesuaikan diri secra mental dalam situasi baru.
Intelegensia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari
proses belajar. Intelegensia bagi seseorang merupakan salah satu modal
untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah, sehingga ia
mampu menguasai lingkungan.
d) Jenis Kelamin
Beberapa orang beranggapan bahwa pengetahuan seseoarng dipengaruhi
oleh jenis kelaminnya. Dan hal ini sudah tertanam sejak zaman
penjajahan. Namun, hal itu di zaman sekarang ini sudah terbantahkan
karena apapun jenis kelamin seseorang, bila dia masih produktif,
berpendidikan, atau berpengalaman maka ia akan cenderung mempunyai
tingkat pengetahuan yang tinggi.
2) Faktor eksternal
a) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk
meningkatkan kemampuan tertentu, sehingga sasaran pendidikan itu dapat
berdiri sendiri. Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya
seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh,
pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik
pula pengetahuannya.
b) Pekerjaan
Memang secara tidak langsung pekerjaan turut andil dalam mempengaruhi
tingkat pengetahuan seseorang. Hal ini dikarenakan pekerjaan
berhubungan erat dengan faktor interaksi sosial dan kebudayaan,
sedangkan interaksi sosial dan budaya berhubungan erat dengan proses

i
pertukaran informasi. Dan hal ini tentunya akan mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang.
c) Sosial budaya dan ekonomi
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang.
Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan
orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar
dan memperoleh suatu pengetahuan. Status ekonomi seseorang juga akan
menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan
tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi
pengetahuan seseorang.
d) Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi
seseorang, di mana seseorang dapat mempelajarai hal-hal yang baik dan
juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam
lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan
berpengaruh pada cara berfikir seseorang.
e) Informasi
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang.
Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah, tetapi jika ia
mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media, misal TV, radio
atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan
seseorang.
2. Konsep dasar orang tua
a. Definisi orang tua
Orang tua menurut Wahib (2015) orang tua adalah orang yang telah
melahirkan kita yaitu bapak dan ibu. Karena orang tua adalah pusat kehidupan
rohani anak, maka setiap rekasi emosi anak dan pemekiriannya dikemudian
adalah hasil dari ajaran orang tuanya. Sehingga orang tua memegang peraan
penting dana mat berpengaruh atas pendidikan anak. Setiap orang yang
bertanggung jawab di dalam keluarga disebut sebagai bapak ibu (Nisa, 2015).
Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan
merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk
sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh
dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang
menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan
pengertian orang tua di atas, tidak terlepas dari pengertian keluarga, karena orang
tua merupakan bagian keluarga besar yang sebagian besar telah tergantikan oleh
keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak (Endriani, 2016)
Orang tua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang dituakan. namun
umumnya di masyarakat pengertian orang tua itu adalah orang yang telah

i
melahirkan kita yaitu Ibu dan Bapak. Ibu dan bapak selain telah melahirkan kita
ke dunia ini, ibu dan bapak juga yang mengasuh dan yang telah membimbing
anaknya dengan cara memberikan contoh yang baik dalam menjalani kehidupan
sehari-hari, selain itu orang tua juga telah memperkenalkan anaknya kedalam hal-
hal yang terdapat di dunia ini dan menjawab secara jelas tentang sesuatu yang
tidak dimengerti oleh anak (Endriani, 2016). Orang tua merupakan orang pertama
yang dikenal anak. Melalui orang tua anak mendapatkan kesan-kesan pertama di
dunia, dan orang tualah yang membimbing tingkah laku anak (Mardiyah, 2015).
b. Peran orang tua
Di era globalisasi, orang tua di tuntut untuk menyadari bahwa sumber
nilai-nilai moral yang diupayakan kepada anaknya perlu disadarkan kepada
sumber nilai yang memiliki kebenaran mutlak. Peranan orang tua semakin jelas
dan penting terutama dalam penanaman sikap dan nilai atau norma-norma hidup
bertetangga dan bermasyrakat, pengembangan bakat dan minat setara pembinaan
bakat dan kepribadian. Berikut peranan orang tua menurut Yusuf LN (2011)
disitasi oleh (Endriani, 2016) didalam keluarga terutama terhadap anak :
1) Pendidikan
Keluarga merupakan lingkungan pendiidkan pertama dan utama bagi anak.
Fungsi pendidikan menyangkut penanaman, pembimbingan agama, budaya
ketrampilan. Orangtua berperan sebagai pendidik sebab dalam pekerjaannya
tidak hannya mengajar, tetapi juga melatih ketrampilan anak, terutama sekali
melatih sikap mental anak. Maka dalam hal ini, orang tua harus dan mampu
bertanggung jawab untuk menemukan bakat dan minat anak, sehingga anak
diasuh dan dididik, baik langsung oleh orangtua atau melalui bantuan orang
lain, seperti guru, sesuai dengan bakat dan minat anak sendiri, sehingga anak
dapat memperoleh prestasi belajar secara lebih optimal.
2) Perlindungan
Berfungsi sebagai pelindung bagai para anggota keluarga dari gangguan,
ancaman atau kondisi yang menimbulkan ketidak nyamanan. perlindungan
yang bisa dan biasa diberikan orang tua kepada anak-anaknya terdiri atas
perlindungan terhadap kesehatan anak-anaknya, perlindungan terhadap
keamanan anak-anaknya, dan perlindungan terhadap jaminan kesejahteraan
bagi anakanaknya. Perlindungan yang diberikan oleh orang tua kepada
anakanaknya tersebut bersifat naluriah. Orang tua sebagai pelindung disini
disebutkan bahwa orang yang selalu melindungi anaknya ketika dimana pun
berada.
3) Rekreatif
Orang tua harus diciptakan sebagai lingkungan yang memberikan
kenyamanan, keceriaan, kehangatan dan penuh semangat bagi anggotanya.
Hubungan komunikasi yang tidak kaku, makan bersama, bercengkrama
bersama dan sebagainya.

i
4) Keagamaan
Penanaman nilai-nilai agama kepada anak agar mereka memiliki pedoman
hidup yang benar. orang tua berkewajiban mengajar, membimbing atau
membiasakan anggotanya untuk mempelajari atau mengamalkan agama yang
dianutnya. Anak yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap Tuhan akan
memiliki mental yang sehat, yakni mereka akan terhindar dari beban
psikologis dan mampu menyesuaikan dirinya secara harmonis dan
berpartisipasi dalam menyejahterakan masyrakat.
c. Pembagian umur dewasa
Menurut Papalia dalam Maulidya (2016) pembagian tahap umur deasa adalah
sebagai berikut:

1) Dewasa muda/young adulthood (20 tahun-40 tahun)


Tahap ini merupakan tahap yang paling penting diantara tahap perkembangan
lainnya, karena orang harus mencapai tingkat identitas ego yang cukup baik.
2) Dewasa menengah/middle adulthood (40 tahun-65 tahun)
Dalam tahap ini keintiman dan isolasi harus seimbang untuk memunculkan
nilai positif yaitu cinta. Cinta yang dimaksud tidak hanya dengan kekasih
melainkan cinta secara luas dan universal.
3) Dewasa akhir/late adulthood (>65 tahun)
Dalam tahap ini juga terdapat salah satu tugas yang harus dicapai yaitu dapat
mengabdikan diri untuk mencapai keseimbangan antara sifat melahirkan
sesuatu dengan tidak melakukan apa-apa.
3. Konsep dasar anak usia pra sekolah
a. Definisi anak usia pra sekolah
Anak prasekolah adalah anak yang berumur antara 3-6 tahun, pada masa ini anak-
anak senang berimajinasi dan percaya bahwa mereka memiliki kekuatan. Pada usia
prasekolah, anak membangun kontrol sistem tubuh seperti kemampuan ke toilet,
berpakaian, dan makan sendiri (Potts & Mandeleco, 2012) disitasi oleh (Rita Eka
Izzaty, 2017). Usia 3-6 tahun anak-anak dapat diajari menulis, membaca, dan belajar
mengetik. Usia prasekolah merupakan kehidupan tahun-tahun awal yang kreatif dan
produktif bagi anak-anak (Rita Eka Izzaty, 2017)
b. Ciri-ciri anak usia pra sekolah
Menurut Dewi dalam Atiequrrahman (2017) mengemukakan ciri-ciri anak usia
pra sekolah meliputi aspek fisik, sosial, emosi, dan kognitif anak.
1) Ciri fisik anak usia pra sekolah
Anak usia pra sekolah umumnya sangat aktif. Mereka telah memiliki
penguasaan terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan
sendiri. Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan

i
istirahat yang cukup. Otot-otot besar pada pada anak usia sekolah lebih
berkembang dari kontrol terhadap jari dan tangan. Anak masih sering
mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan pandangannya pada objek-
objek yang kecil ukurannya, itulah sebabnya kordinasi tangan dan mata masih
kurang sempurna. Rata-rata kenaikan berat badan per tahun sekitar 16,7-18,7
kg dan tiggi badan sekitar 103-11 cm. Mulai terjadi erupsi gigi permanen.
2) Ciri sosial anak usia pra sekolah
Anak usia pra sekolah biasanya mudah bersosialisasi engan orang sekitarnya.
Biasanya mereka mempunyai sahabat yang berjenis kelamin sama. Kelompok
bermainnya cenderung kecil dan tidak terlalu terorganisasi secara baik, oleh
karena itu kelompok tersebut cepat berganti-ganti. Anak menjadi seangat
mandiri agresif secara fisik dan verbal, bermain secara asosiatif, dan mulai
mengeksplorasi seksualitas.
3) Ciri emosional anak usia pra sekolah
Anak cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap
sering marah dan iri hati sering diperlihatkan.
4) Ciri kognitif anak usia pra sekolah
Anak usia pra sekolah umumnya telah terampil dalam berbahasa. Sebagian
besar dari mereka sering bicara, khususnya dalam kelompoknya. Sebaliknya
anak diberi kesempatan untuk berbicara. Sebagian dari mereka perlu dilatih
untuk menjadi pendengar yang baik.
c. Pembagian umur anak
Menurut Departemen Kesehatan RI dalam Al Amin (2017) umur anak dibagi
menjadi:
1) Masa toddler (0-5 tahun)
Anak belajar menggunakan kemampuan bergrerak sendiri untuk
melaksanakan dua tugas penting, yaitu pemisahan diri dari ibu dan mulai
menguasai diri, lingkungan, dan ketrampilan dasar untuk hidup
2) Masa kanak-kanak (6-12 tahun)
Anak belajar mencontoh orang tuanya, pusat perhatian anak berubah dari
benda ke orang

4. Konsep dasar kesehatan gigi


a. Definisi kesehatan gigi
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang
tidak dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan
tubuh keseluruhan. Gigi merupakan salah satu bagian tubuh yang berfungsi untuk
mengunyah, berbicara dan mempertahankan bentuk muka, sehingga penting untuk
menjaga kesehatan gigi sedini mungkin agar dapat bertahan lama dalam rongga
mulut. Kesehatan mulut berarti terbebas kanker tenggorokan, infeksi dan luka
pada mulut, penyakit gusi, kerusakan gigi, kehilangan gigi, dan penyakit lainnya,

i
sehingga terjadi gangguan yang membatasi dalam menggigit, mengunyah,
tersenyum, berbicara, dan kesejahteraan psikososial (WHO, 2012) disitasi oleh
(Ariastuty, 2018).
Salah satu kesehatan mulut adalah kesehatan gigi, kesehatan gigi menjadi
hal yang penting khususnya bagi perkembangan anak. Karies gigi merupakan
salah satu gangguan kesehatan gigi. Karies gigi terbentuk karena ada sisa
makanan yang menempel pada gigi, yang pada akhirnya menyebabkan
pengapuran gigi. Dampaknya, gigi menjadi keropos, berlubang, bahkan patah.
Karies gigi membuat anak mengalami kehilangan daya kunyah dan terganggunya
pencernaan, yang mengakibatkan pertumbuhan kurang maksimal (Sinaga, 2013)
disitiasi oleh (Aryanti Dewi, 2018)
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut
1) Plak
Plak merupakan lapisan tipis, tidak berwarna dan tidak dapat dilihat oleh
mata, mengandung bakteri, melekat pada permukaan gigi dan selalu terbentuk
di dalam mulut. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan plak sama dengan
faktorfaktor yang mempengaruhi kuman. Kuman membutuhkan tempat yang
aman, waktu untuk berkembang biak dan makanan untuk hidup ( Putri,
Herijulianti, Nurjannah, 2010) disitasi oleh (Putra Hendrika, 2018).
Pertumbuhan plak juga dipengaruhi oleh:
a) Tempat yang aman Tempat yang aman bagi kuman-kuman di dalam mulut
antara lain:
(1) Tempat yang sukar dicapai oleh sikat gigi, misalnya daerah
interdental atau saku gigi.
(2) Gigi-geligi yang tidak beraturan.
(3) Gigi yang mempunyai bentuk anatominya kurang sempurna atau
struktur email kurang baik.
b) Waktu yang cukup untuk perkembangan plak didapatkan bila seseorang
mengabaikan tindakan kebersihan gigi dan mulut. Bertambah sering kita
menyikatgigi bertambah tipislah plak, sebaiknya bertambah lama kita
abaikan menyikat gigi bertambah teballah plak tersebut.
c) Makanan
(1) Makanan dapat mempengaruhi pertumbuhan plak, hal ini
tergantung: Macam makanan (manis/asin) Makanan manis seperti
karbohidrat, khususnya sukrosa dapat menyebabkan coccus
berkembang biak dengan subur.
(2) Konsistensi (lunak/keras)
Makanan yang lunak lebih menguntungkan kuman untuk
berkembang biak daripada makanan yang keras.
(3) Daya lekat makanan (melekat/cair)

i
Makanan yang melekat lebih menguntungkan kuman untuk
berkembang biak dari pada makanan yang hanya melewati gigi
sepintas seperti minuman.
(4) Frekuensi makanan (sering/tidaknya)
Semakin sering kita makan, semakin tebal plak yang tertimbun.
2) Debris
Menurut Putri, Herijulianti, dan Nurjannah (2010) dalam Putra Hendrika
(2018), debris adalah deposit lunak yang berwarna putih, terdapat disekitar
leher gigi yang terdiri dari bakteri, partikel-partikel sisa makanan, jaringan-
jaringan mati epithel yang lepas dan leukosit. Debris akan segera mengalami
liquifikasi oleh enzim bakteri dan bersih dalam waktu 5-30 menit setelah
makan, akan tetapi ada kemungkinan sebagian masih tertinggal pada
permukaan gigi membrane mukosa. Debris juga mengandung bakteri, berbeda
dari plak dan material alba, debris ini lebih mudah dibersihkan.
3) Calculus
Calculus atau karang gigi adalah plak yang terklasifikasi terbentuk dan
melekat erat pada permukaan gigi, calculus mempunyai permukaan kasar
dapat mempererat perlekatan plak dan kuman selain itu calculus yang kasar
dapat menyebabkan kerusakan-kerusakan dan luka pada gusi sehingga
mengakibatkan pendarahan bila gusi tergesek pada calculus, pendarahan ini
mudah dilihat pada gerakan atau gesekan tertentu seperti menyikat gigi,
makan, dan berbicara (Pico, 2012).

a) Proses terbentuknya plak


Bila gigi jarang dibersihkan, lama-kelamaan, sisa makanan bersama-sama
bahan-bahan yang asam di dalam ludah akan bersatu menjadi keras dan
meleka tpada permukaan gigi biasanya mulai dari leher gigi, hingga
menyelimuti permukaan mahkota gigi. Warnanya kekuning-kuningan, bila
sampai di bawah gusi warnanya jadi cokelat sampai kehitaman. Karang
gigi ini juga dapat terbentuk apabila sederet gigi tidak berfungsi atau
digunakan. Maka gigi-gigi yang tidak digunakan itu, lama-kelamaan
dipenuhi karang gigi (Riana, 2012).
b) Hal-hal yang memudahkan terbentuknya calculus
Faktor yang mempermudah terjadinya calculus adalah keadaan ludah yang
kental, permukaan gigi yang kasar atau licin, keadaan gigi yang tidak
teratur.
c) Macam-macam calculus
(1) Supra gingiva calculus
Supra gingiva calculus adalah yang melekat pada permukaan gigi
mulai dari gingiva margin dan dapat dilihat. Calculus ini pada
umumnya berwarna putih kekuning-kuningan, mudah dilepas dari

i
permukaan gigi dengan scaler (Putri, Herijulianti, dan Nurjannah,
2010) disitasi oleh (Putra Hendrika, 2018)
(2) Sub gingival calculus
Sub gingival calculus adalah calculus di bawah batas gingival
margin, biasanya pada daerah saku gusi dan tidak dapat terlihat
pada waktu pemeriksaan. Sub gingival calculus biasanya padat dan
keras. Calculus ini pada umumnya berwarna cokelat kehitam-
hitaman (Putri, Herijulianti, dan Nurjannah, 2010) disitasi oleh
(Putra Hendrika, 2018).
c. Pemeliharaan kesehatan gigi
Upaya memelihara kesehatan gigi yang utama harus ditujukan untuk
mengendalikan pertumbuhan bakteri di dalam rongga mulut karena pertumbuhan
bakteri mulut yang tidak terkontrol merupakan penyebab utama terjadinya
permasalahan gigi dan mulut (Maitra, 2012). Menurut Maitra (2012) beberapa hal
bisa dilakukan untuk pemeliharaan kesehatan gigi antara lain:
1) Menggosok gigi minimal dua kali dalam sehari dengan pasta gigi yang
mengandung fluoride, pagi setelah sarapan dan malam ssebelum tidur.
2) Sikat gigi dengan baik dan benar, yaitu dengan menjangkau ke seluruh
permukan gigi denngan arah dari gusi ke gigi.
3) Mempergunakan benang gigi untuk membersihkan sisa makanan di sela-sela
gigi.
4) Berkumur setelah makan atau setelah menyikat gigi dengan obat kumur yang
tidak mengandung bahan yang dapat menyebabkan iritasi.
5) Kurangi konsumsi makanan yang mengandung gula misal permen, atau
makanan bertepung karena sisa makanan tersebut dapat melekat pada gigi.
6) Perbanyak konsumsi buah dan sayur yang dapat membersihkan gigi seperti
apel, wortel, dan seledri
d. Akibat pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang tidak tepat
1) Bau mulut
Bau mulut atau halitosis adalah keadaan yang tidak mengenakkan, apabila
pada saat berbicara dengan orang lain yang merupakan salah satu penyebab
sisa-sisa makanan yang membusuk di mulut karena lupa melakukan
perawatan gigi (Tarigan, 2010) disitasi oleh (Mimik Aryanti Dewi, 2016)
2) Karang gigi
Karang gigi merupakan suatu masa yang mengalami klasifikasi yang
terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi dan objek solid lainnya di
dalam mulut, misalnya restorasi gigi geligi dan gigi tiruan. Calculus adalah
plak terklasifikasi (Putri, Herijulianti, dan Nurjannah, 2010) disitasi oleh
(Mimik Aryanti Dewi, 2016)
3) Gusi berdarah
Penyebab dari gusi berdarah karena kebersihan gigi yang kurang baik,
sehingga terbentuk plak pada permukaan gigi dan gusi. Kuman-kuman pada

i
plak menghasilkan racun yang dapat merangsang gusi sehingga terjadi radang
gusi menjadi mudah berdarah (Tarigan, 2013)
4) Gigi berlubang
Gigi berlubang merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email,
dentin, dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik di dalam suatu
karbohidrat yang dapat diragikan (Putri, Herijuliati, dan Nurjannah 2010).

5. Konsep dasar menyikat gigi


a. Pengertian menyikat gigi
Menyikat gigi adalah tindakan untuk membersihkan gigi dan mulut dari sisa
makanan dan debris yang bertujuan mencegah terjadinya penyakit pada jaringan
keras maupun jaringan lunak di mulut (Putri, Herijulianti, dan Nurjannah, 2010)
disitasi oleh (Mimik Aryanti Dewi, 2016)
b. Tujuan menyikat gigi
Menurut Ramadhan (2012), ada beberapa tujuan menyikat gigi :
1) Gigi menjadi bersih dan sehat sehingga gigi tampak putih.
2) Mencegah timbulnya karang gigi, lubang gigi dan lain sebagainya.
3) Memberi rasa segar pada mulut.
c. Frekuensi menyikat gigi
Menurut Manson dalam Mimik Aryanti Dewi (2016), berpendapat bahwa
menyikat gigi sebaiknya dua kali sehari, yaitu setiap kali setelah makan pagi dan
malam sebelum tidur. Lama menyikat gigi dianjurkan antara dua sampai lima
menit dengan cara sistematis supaya tidak ada gigi yang terlewatkan yaitu mulai
dari posterior ke anterior dan berakhir pada bagian posterior sisi lainnya.
d. Peralatan dan bahan menyikat gigi
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyikat gigi agar mendapatkan
hasil yang baik, yaitu :
1) Pengertian sikat gigi
Sikat merupakan salah satu alat oral physiotherapy yang digunakan secara
luas untuk membersihkan gigi dan mulut, di pasaran dapat ditemukan
beberapa macam sikat gigi baik manual maupun elektrik dengan berbagai
ukuran dan bentuk, walaupun banyak jenis sikat gigi di pasaran, harus
diperhatikan keefektifan sikat gigi untuk membersihkan gigi dan mulut (Putri,
Herijulianti, dan Nurjannah, 2010) disitasi oleh (Mimik Aryanti Dewi, 2016).
2) Syarat sikat gigi yang ideal
Menurut Manson dalam Mimik Aryanti Dewi (2016), syarat sikat gigi yang
ideal secara umum mencakup :
a) Tangkai sikat harus enak dipegang dan stabil, pegangan sikat harus cukup
lebar dan cukup tebal.

i
b) Kepala sikat jangan terlalu besar, untuk orang dewasa maksimal 25-29
mm×10 mm, untuk anak-anak 15-24 mm × 8 mm. Jika gigi molar kedua
sudah erupsi maksimal 20 mm × 7 mm, untuk anak balita 18 mm × 7 mm.
c) Tekstur harus memungkinkan sikat digunakan dengan efektif tanpa
merusak jaringan lunak maupun jaringan keras.
3) Pasta gigi
Pasta gigi biasanya digunakan bersama-sama dengan sikat gigi untuk
membersihkan dan menghaluskan sikat gigi geligi, serta memberikan rasa
nyaman dalam rongga mulut, karena aroma yang terkandung dalam pasta
tersebut nyaman dan menyegarkan (Putri, Herijulianti, dan Nurjannah, 2010)
disitasi oleh (Mimik Aryanti Dewi, 2016). Pasta gigi biasanya mengandung
bahan-bahan abrasif, pembersih, bahan penambah rasa dan warna, serta
pemanis, selain itu dapat juga ditambahkan bahan pengikat, pelembab,
pengawet, flour, dan air. Bahan abrasif dapat membantu melepaskan plak dan
pelikel tanpa menghilangkan lapisan email. Bahan abrasive yang biasanya
digunakan adalah kalsium karbonat atau aluminium hidroksida dengan jumlah
20%-40% dari isi pasta gigi (Putri, Herijulianti, dan Nurjannah, 2010)
disiatasi oleh (Mimik Aryanti Dewi, 2016).
4) Gelas kumur
Gelas kumur digunakan untuk kumur-kumur pada saat membersihkan setelah
penggunaan sikat gigi dan pasta gigi. Dianjurkan air yang digunakan adalah
air matang, tetapi paling tidak air yang digunakan adalah air yang bersih dan
jernih (Ramadhan, 2012).
5) Cermin
Cermin digunakan untuk melihat permukaan gigi yang tertutup plak pada saat
menggosok gigi. Selain itu, juga bisa digunakan untuk melihat bagian gigi
yang belum disikat (Ramadhan, 2012).

e. Cara menyikat gigi


Menurut Sariningsih dalam Mimik Aryanti Dewi (2016), cara menyikat gigi yang
baik adalah sebagai berikut:
1) Siapkan sikat gigi yang kering dan pasta yang mengandung fluor, banyaknya
pasta gigi sebesar sebutir kacang tanah.
2) Kumur-kumur dengan air sebelum menyikat gigi.
3) Pertama-tama rahang bawah dimajukan ke depan sehingga gigi-gigi rahang
atas merupakan sebuah bidang datar. Kemudian sikatlah gigi rahang atas dan
gigi rahang bawah dengan gerakan ke atas dan ke bawah.
4) Sikatlah semua dataran pengunyahan gigi atas dan bawah dengan gerakan
maju mundur dan pendek-pendek. Menyikat gigi sedikitnya delapan kali
gerakan untuk setiap permukaan gigi.

i
5) Sikatlah permukaan gigi yang menghadap ke pipi dengan gerakan naik turun
sedikit memutar.
6) Sikatlah permukaan gigi depan rahang bawah yang menghadap ke lidah
dengan arah sikat keluar dari rongga mulut.
7) Sikatlah permukaan gigi belakang rahang bawah yang menghadap ke lidah
dengan gerakan mencongkel keluar.
8) Sikatlah permukaan gigi depan rahang atas yang menghadap ke langit-langit
dengan gerakan sikat mencongkel keluar dari rongga mulut.
9) Sikatlah permukaan gigi belakang rahang atas yang menghadap ke langit-
langit dengan gerang mencongkel.

f. Peran orang tua dalam menjaga kesehatan gigi


Menurut Rahayu (2013), peran orang tua sebagai pemelihara kesehatan anak
adalah sebagai berikut:
1) Pengasuh
Peran orang tua sebagai pengasuh kesehatan gigi meliputi peberian asupan
makanan yang baik untuk kesehatan gigi sesuai umur. Pada dasarnya,
makanan yang bai adalah sayur dan buah yang mengandung serat dan berair,
biji-bijian dan ikan yang banyak engandung fluor alami dan mengandung
fluor alami dan mengurangi asupan makanan manis dan lengket
2) Pendidikan
Pendidikan kesehatan gigi pada anak harus didapat pertama kali dari
lingkungan keluarga. Inilah pentingnya wawasan paradigm sehat yang harus
ditanamkan pada orang tua. Pendidikan ini meliputi bagaimana cara menyikat
gigi yang baik, apa makanan yang baik dan harus dihindari dan juga
pemberian wawasan atau pengenalan mengenai perawatan ke dokter gigi
sebagai perawatan yang tidak menakutkan. Pemberian ppendidikan ini bisa
diberikan oleh orang tua dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak-
anak, dengan mendongeng, membacakan buku atau memutarkan video
edukasi kesehatan gigi.
3) Pendorong
Peran orang tua daam mendampingi si anak belajar adalah dengan
memberikan semangat agar si anak tetap melakukan tugas hariannya dengan
teratur. Hal ini sebagai upaya dalam membentuk kebiasaan perilaku di masa
depan. Pemberian motivasi, hadiah dan pujian sangat dianjurkan terutama jika
si anak berhasil melakukan apa yang ditugaskan atau ketika si anak berhasil
mecapai tingkatan yang lebih baik lagi. Hindari kritik yang tidak membangun
jika anak gagal. Pendekatan motivatif lebih dianjurkan unutk membangun
urgensi dan kesadaran si anak untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
4) Pengawas

i
Orang tua sebagai pengawasa kesehatan gigi dimulai dari menjaga agar anak
tidak melakukan perilaku yang berdampak buruk pada kesehatan gigi.
Misalnya, menggigit benda-benda, bertopang dagu, mengunyah satu sisi yang
berakibat terganggunya pertumbuhan rahang dan gigi. Pola makan juga perlu
perhatian khusus selama si anak masih gema makan makanan atau minuman
manis. Pelarang tidak selalu diperlukan, yang terpenting bagaimana
membiasakan minum air putih sebagai penetral makanan atau minuman manis
yang telah dikonsumsi tersebut.

B. Kerangka Teori

PERAWATAN GIGI ANAK

Cara melakukan
PENGETAHUAN ORANG TUA
perawatan gigi:

 Menggosok gigi
minimal 2 kali
sehari
 Menggunakan Tingkat Faktor yang mempengaruhi
benang gigi untuk pengetahuan: pengetahuan orang tua:
sela-sela gigi  Baik 1. Umur
 Berkumur dengan  Cukup 2. Pendidikan
obat kumur  kurang 3. Pekerjaan
 Kurang konsumsi 4. Lingkungan
makanan yang 5. Social budaya
mengandung 6. Social ekonomi
Peningkatan
banyak gula 7. informasi
pemeliharaan
 Konsumsi buah
perawatan
dan sayur secara
kesehatan
rutin
 Memeriksakan
gigi secara Pengetahuan orang Kesehatan gigi anak
berkala di pelayan tua tentang meningkat
kesehatan perawatan gigi dan
terdekat mulut meningkat
Kasus karies gigi berkurang,
pengetahuan perawatan gigi
meningkat

i
C. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian
(Sugiyono, 2011). Hipotesis dirumuskan dalam bentuk hubungan antar dua variable yaitu
variable bebas dan variable terikat (Notoatmodjo, 2012). Hipotesis penelitian ini adalah:
Ha : Ada hubungan pengetahuan orang tua dengan perawatan gigi anak usia pra
sekolah

H0 : Tidak ada hubungan pengetahuan orang tua dengan perawatan gigi anak usia pra
sekolah

i
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visusalisasi hubungan atau kaitan
antarakonsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antar variabel yang satu dengan
variabel yang lainnyaa dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2012; h.83). Kerangka
konsep penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel bebas Variabel terikat

Pengetahuan orang tua Perawatan gigi pada


anak usia pra sekolah

Variabel Pengganggu

1. Jenis kelamin
2. Status ekonomi
3. Usia

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Keterangan :

: variabel yang diteliti

: variabel yang tidak diteliti

i
B. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah metode atau cara yang akan digunakan dalam penelitian
(Notoatmodjo, 2012). Desain penelitian ini menggunakan pendekkatan cross sectional
dimana data yang menyangkut variabel bebas atau risiko dan variabel terikat atau akibat,
akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan, (Notoadmojdo, 2012). Dalam
penelitian ini peneliti akan mencari hubungan tingkat pengetahuan orang tua tentang
perawatan gigi dengan perilaku perawatan gigi pada anak usia pra sekolah di Desa Jaten,
Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten.

C. Populasi dan Sempel


a. Populasi
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
darikarakteristik yang dimiliki oleh populasi, (Hidayat, 2017). Dalam populasi
dijelaskan secara spesfik tentang siapa atau golongan mana yang menjadi sasaran
penelitian, (Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua yang
memiliki anak usia 0-7 tahun di Desa Jaten Kecamatan Juwiring yang berjumlah 148
anak.
b. Sampel penelitian
Sempel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari
karakteristik yang dimiliki oleh populasi, (Hidayat, 2017). Teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Random sampling, yaitu pengambilan sampel
secara random atau acak disebut random sampling dan sampel yang diperoleh disebut
sampel random. Dalam pengambilan sampel menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi
sebagai berikut :
a. Kriteria inklusi
1) Orang tua yang bisa membaca dan menulis
2) Orang tua yang mampu mengikuti penelitian sampai dengan selesai
3) Bersedia menjadi responden
b. Kriteris eksklusi
1) Orang tua yang saat penelitian tidak berada di Desa Jaten
c. Besar sampel
Berikut rumus yang digunakan untuk menentukan besar sampel menurut Zainuddin
(2000) disitasi oleh (hidayat, 2017) adalah sebagai berikut:

i
N . Z∝2 P . q
n= 2
d ( N−1 ) + Z 2∝ P .q

Keterangan:
d : Tingkat penyimpangan yang di inginkan (0,1)
2
Z∝ : Harga kurva normal yang bergantung pada alpha (1,96)
n : jumlah sampel
p : estimator proporsi populasi (0,5)
q : 1-p (0,5)
N : Jumlah unit populasi

Dari rumus diatas dapat kita hitung populasi sebagai berikut:

148(1,96)2 ( 0,5 )( 0,5 )


n=
( 0,1 )2 ( 148−1 ) +(1,96)2 ( 0,5 ) ( 0,5 )

142,13
n=
2,43
N= 58.4897119
Dibulatkan menjadi 58.4897119, jadi besar sempel dalam penelitian adalah 59 orang tua.

D. Variabel Penelitian
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota
suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain. Definisi lain
mengatakan bahwa variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau
ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep
pengertian tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan,
pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).

Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebeut menurut (Hidayat, 2017) sebagai
berikut:
1) Variabel bebas (independen)
Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya
variabel dependent(terikat). Variabel ini juga dikenal dengan nama variabel bebas
artinya bebas dalam mempengaruhi variabel lain, variabel ini punya nama lain
seperti variabel predikot, risiko, atau kausa. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah tingkat pengetahuan orang tua.
2) Variabel terikat (dependen)

i
Variabel dependen ini merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat
karena variabel bebas. Variabel ini bergantung pada variabel bebas terhadap
perubahan. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perawatan gigi pada anak.
3) Variabel confounding (penganggu)
Variabel pengganggu atau confounding variables adalah variabel yang
mengganggu terhadap hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen. Variabel penganaggu ini ada apabila terapat faktor atau variabel ketiga
pengganggu yang berkaitan dengan faktor risiko dan faktor akibat outcome
(Notoatmodjo, 2012).

Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah:


a) Jenis kelamin tidak dikendalikan, dengan memilih orang tua baik ibu atau ayah
yang mempunyai anak usia pra sekolah.
b) Status ekonomi tidak dikendalikan karena rata pendapatan di daerah penelitian
sebagian besar berasal dari swasta/bertani/pekerjaan lain yang pendapatannya
kurang lebih dari UMR Klaten.

E. Definisi Operasional
Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel diamati/diteliti,
perlu sekali variabel-variabel tersebut diberi batasan atau “definisi operasional”. Definisi
operasional ini juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau
pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan
instrumen (alat ukur), (Notoatmodjo, 2012).

Tabel 3.1 Definisi operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat ukur Hasil Ukur Skala


. Pengukuran

1. Tingkat Pengetahuan orang Kuesioner  Baik Skala ordinal


pengetahuan tua tentang perawatan  Cukup
orang tua gigi pada anak  Kuran
meliputi: pengertian, g
tujuan perawatan cara
perawatan gigi, tanda
–tanda gigi sehat,
masalah pada gigi dan
cara penanganan bial
ada masalah pada

i
gigi.

2. Perawatan Tindakan yang Kuosioner  Baik Skala ordinal


gigi pada dilakukan oleh orang  Cukup
anak tua untuk melakukan  Kuran
perawatan gigi pada g
anak usia prasekolah.

F. Tempat dan waktu


1. Tempat penelitian
Tempat penelitian akan dilakukan di Desa Jaten, Kecamatan Juwiring
2. Waktu pelaksanaan penelitian
Waktu penelitian akan dilakukan pada periode bulan Agustus 2021

G. Etika Penelitian
Etika membantu manusia untuk melihat atau menilai secara kritis moralitas yang
dihayati dan dianut oleh masyarakat. Etika juga membantu dalam merumuskan pedoan
etis atau norma-norma yang diperlukan dalam kelompok masyarakat, termasuk
masyarakat profesional (Notoatmodjo, 2012).
a. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)
Penelitian perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk mendapatkan
informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian tersebut. Disamping itu,
peneliti juga akan memberikan kebebasan kepada subjek untuk memberikan
informasi atau tidak memberikan informasi (berpartisipasi).
b. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek peneitian (respect for privacy and
confidentiality)
Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan lebebasan
inividu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak untuk tidak memberikan
apa yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh sebab itu, peneliti tidak boleh
menampilkan informasi mengenai identitas dan kerahasian identitas subjek. Peneliti
akan menggunakan coding sebagai pengganti identitas responden.
c. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice an inclusiveness)
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran, keterbukaan,
dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan penelitian perlu dikondisikan sehingga
memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian.
Peneliti akan menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh perlakuan dan
keuntungan yang sama, tanpa membedakan jender, agama, etnis, dan sebagainya.
d. Memeprhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms and
beefits)

i
Sebuah penelitian hedaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin bagi
masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada khususnya. Peneliti akan
berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subjek. Oleh sebab itu,
pelaksanaan penelitisn haru dapat menceggah atau paling tidak mengurangi rasa sakit,
cidera, stres, maupun kematian subjek penelitian.

H. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan unruk pengumpulan
data. Instrumen penelitian ini dapat berupa: kuesioner (daftar pertanyaan), formulir
observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan sebaginya.
Kuesioner di sini diartikan sebagai daftar daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan
baik, sudah matang, di mana responden (dalam hal angket) dan interviewee (dalam hal
wawancara) tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu
(Notoatmodjo, 2012).

I. Uji Validitas dan Rehabilitas


Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip
keandalan instrumen dalam pengumpulan datan. Instrumen harus dapat mengukur apa
yang seharusnya diukur (Nursalam, 2017).
Rehabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau
kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yanag berlainan. Alat
dan cara mengukur atau mengamati sama-sama memegang peranan yang penting dalam
waktu yang bersamaan (Nursalam, 2017).

J. Jalannya Penenlitian
Penelitian ini dilakukan melalui 3 tahap yang diuraikan sebagaiberikut :
1. Persiapan
a. Pengajuan judul kepada dosen pembimbing.
b. Peneliti melakukan penyusunan proposal dan instrument penelitian.
c. Peneliti mengurus surat ijin penelitian dari kampus Stikes Muhammadiyah Klaten
ke Pimpinan Muhammadiyah klaten untuk di ajukan kepada Kepala Desa Jaten,
Kecamatan Juwiring untuk melakukan penelitian dan menjadi lokasi penelitian.
d. Peneliti menunjuk asisten penelitian yang berjumlah 5 orang yang membantu
pada saat melakukan pengumpulan data, asisten pada penelitian ini yaitu teman
teman peneliti.

i
2. Pelaksanaan
a. Peneliti memilih responden sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi yaitu
berjumlah 59 responden.
b. Peneliti meminta ijin kepada para responden untuk melakukan penelitian dan
menandaangani informed consent yang sudah tersedia.
c. Peneliti memberikan kuesioner untuk mengukur faktor-faktor.
d. Peneliti memberikan kode pada setiap kuesioner yang sudah diisi baik kuesioner
tentang perawatan gigi.
e. Peneliti melakukan pengecekan kuesioner sudah terisi.
f. Peneliti melakukan pendokumentasian data dan melakukan analisis data
3. Tahap akhir
a. Instumen yang sudah lengkap kemudian dilanjutkan dengan mengolah data dan
analisa data menggunakan SPSS meliputi pembahasan, penyusunan laporan,
seminar hasil penelitian, perbaikan, penjilidan.
b. Peneliti mengumpulkan hasil penelitian jika penelitian sudah selesai.

K. Metode Pengolahan dan Analisis Data


1. Pengolahan Data
Teknik analsisa data merupakan cara mengolah data agar dapat disimpulkan atau
diinterprestasikan menjadi informasi (Hidayat, 2017).
Pengolahan data sebagai berikut:
a. Editing
Aditing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh
atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau
setelah data terkumpul.
b. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data
yang terdiri atas beberapa kateggori. Pemberian kode ini sangat penting bila
pengolahan dan ananlisis data menggunakan komputer.biasanya dalam
pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code
book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu
variaabel.
c. Data entry
Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam
master tabel atau data base komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi
sederhanda atau dengan membuat tabel kontigensi.

i
d. Cleaning
Apabila semua data dari setiapsumber data atau responden selasai dimasukkkan,
perlu dicek kembali untuk melihat kemumgkinan-kemungkinan adanya
kealahan-kesalahan kode, ketidak kelengkapan, dan sebagainya, kemudian
dilakukan pembetulan atau koreksi (Notoatmodjo, 2012).
2. Analisis data
a. Analislis Univariat
Analisa univariate bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariate tergantung
dari jenis datanya (Notoatmodjo, 2012).

Variabel Data Uji univariat

Umur Numerik (interrval) Mean, Min-Max, 0-7 tahun

Jenis kelamin orang tua Kategorik (ordinal) Presentase/distribusi

Perawatan gigi pada anak Kategorik (ordinal) Presentase/distribusi

Pendidikan Kategorik (ordinal) Presentase/distribusi

Pengetahuan Kategorik (ordinal) Presentase/distribusi

b. Analisa Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan dengan tujuan untuk


menjelaskan hubungan antara variable bebas dan variable terikat (Sugiyono.
2013). Langkah-langkah dalam melakukan analisa bivariate adalah:
1) Data penelitian ini merupakan data kategorik sehingga tidak dilakukan
untuk uji normalitas.
2) Uji hipotesis penelitian ini menggunakan uji non parametric test karena
membandingkan subjek yang sama sebelum dan sesudah dilakukan
penelitian:
a) Ha diterima bila p value ≤0,05
b) Ho ditolak bila p value ≥0,05

i
DAFTAR PUSTAKA

XHidayat, A. A. A. (2017). Metodologi Penelitian Keperawatan dan Kesehatan.

Notoatmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan.


Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai