dengan Nabi SAW, berupa ..... . 1. Wahai manusia yang beriman dengan iman yang sohih, janganlah kalian mendahului dan tergesa² dengan suatu ucapan, hukum, maupun ketetapan, baik dalam urusan maupun perbuatan tertentu sebelum ketetapan Allah dan Rasul-Nya dalam hal tersebut untuk kalian. Karena terkadang kalian menetapkan sesuatu secara tidak benar. Dan bertakwalah kepada Allah dalam setiap urusan, dan perhatikanlah Nabi dalam tidak melampaui batas sesuatu yang belum diizinkan Allah dan Rasul- Nya, karena Allah Maha Mendengar ucapan² kalian, serta Maha Mengetahui Perbuatan² dan niat² kalian. Tidak ada suatu apapun dari kalian yang samar bagi-Nya. Ayat ini adalah larangan yang nyata tentang pembangkangan terhadap kitabullah, dan sunnah serta ucapan rasul. Karena Rasul hanya menyampaikan syariat dan agama dari Allah. Ibnu Abbas berpendapat dalam ayat ini, bahwa janganlah kalian membangkang Al-Kitab dan As- Sunnah. Imam Ad- dhuhak berkata, janganlah kalian menetapkan sesuatu dari syariat² agama kalian sebelum Allah dan Rasul-Nya. Ayat ini juga memuat urutan sumber² ijtihad. Telah mentakhrij hadis Imam Almad, Abu Daud, Ath-Thurmudzy, Ibnu Majah, dari Muadz bin Jabal r.a., ketika Nabi bertanya kepada beliau ketika pengutusannya ke Yaman, dengan apa kamu akan mengambil hukum?, beliau menjawab, dengan kitabullah, Nabi bertanya, jika tidak kau temukan?, beliau jawab, sunnah Rasul, aku akan berijtihad dengan pemikiranku. Kemudian beliau menepuk dadanya sambil berkata, segala puji bagi Allah yang telah yang telah mencocokkan utusan dari rasulullah terhadap apa gang rasulullah ridhoi. Hal tersebut menandakan bahwa Muadz bin Jabal mengakhirkan pemikiran, gagasan serta ijtihadnya setelah Kitab dan Sunnah. Jika ia mendahulukan ijtihadnya maka ia mendahului Allah dan Rasul-Nya. Adapun kesimpulannya adalah : hal ini adalah adab yang memuat ucapan, perbuatan dan ijtihad. Kemudian Allah menuturkan adab dalam hal ucapan, . 2. Wahai orang² yang beriman terhadap Allah dan rasul-Nya, ketika kalian berbincang bersama Rasul, janganlah meninggikan suara melebihi suara Rasul, karena suara tinggi menunjukkan rendahnya etika dan tidak adanya penghormatan. Sedangkan suara rendah dan tidak meninggikan suara termasuk bentuk penghormatan dan pemuliaan. Ini adalah adab kedua yang Allah gunakan untuk mendidik orang2 beriman. Dan adab ini juga terpuji berdasama seluruh manusia. . 3. Ketika kalian berbincang dengan Nabi, maka bicaralah dengan tenang dan terhormat, berbeda dengan kebiasaan yaitu ucapan lantang yang terjadi diantara kalian. Dan jangan ucapkan, hei Mahammad, dan hei Ahmad. Namun ucapkan Wahai Nabi Allah, Wahai Rasulullah, kareba memuliakan beliau, dan menghargai karena jabatan dan risalah beliau, yang beliau sampaikan peda kalian dalam ketenangan, kedamaian tanpa adanya kegelisahan dan rasa bosan nafsuni. Ini adalah adab ketiga. . 4. Allah mencegah kalian dari bicara lantang yang tidak wajar dan meninggikan suara karena khawatir jika pahala amal2 kalian hilang, atau jika meremehkan hal tersebut menyebabkan kekufuran, sebab tidah menyadari hal tersebut. Seperti yang ada dalam hadis shohih yang ditakhrij oleh Imam Malik, Ahmad, Turmudzy, Nasai, dan lainnya dari bilal bin haris, Sesungguhnya seorang hamba berbicara satu kalimat yang diridhai Allah, ia tidak terlalu menghiraukannya, tapi disebabkan kalimat itu Allah akan mengangkat derajatnya. Dan Sesungguhnya seorang hamba berbicara satu kalimat yang dimurkai Allah, ia tidak terlalu mempedulikannya, tapi dengan kalimat itu ia akan terjun ke dalam neraka Jahanam, yaitu tempat paling jauh antara langit dan bumi. Setelah memperingatkan tentang bahaya membangkang, Allah menjanjikan dan menganjurkan lah dalam merendahkan suara dengan firmanNya : . 4. Maksudnya orang² yang merendahkan suaranya dalam tengah² perbincangan dengan Rasulullah dan di majlis² Rasul Allah akan membersihkan hatinya dengan ketakwaan, serta memurnikan, dan menjadikan hatinya .......... seperti emas yang dimurnikan dengan api. Akan terpisah kebaikannya dari keburukannya dan akan hancur keburukannya. Yang demikian adalah bagi mereka yang beretika ketika disekeliking Rasul, akan Allah bersihkan hatinya dari segala keburukan, dan bagi mereka ada ampunan terhadap dosa² mereka serta pahala yang amat besar atas etika mereka dengan merendahkan suara serta ketaatan² lain. Imam Ahmad meriwayatkan dari Mujahid. Beliau berkata, dituliskan keoada umar, wahai amirul mu'minin, bagaimana swseorang yang ingin maksiat tapi tidak melaksanakannya? Kemudian umar menulis, orang² yang ingin bermaksiat tapi tidak melakukannya adalah....... Kemudian Allah mencela orang² yang memanggil Rasul dari belakang maupun depan kamar beliau, yangmana kamar tersebut adalah rumah bagi istri² beliau، seperti yang dilakukan oleh orang² arab yang kasar. Kemudian untuk menujukkan sesuatu yang lebih baik dan lebih utama kepada mereka, Allah berfirman...... Orang2 yang memanggil nabi dari jauh, dari luar kamar istri² beliau, mereka adalah rombongan bani tamim yangmana kebanyakan dari mereka bodoh, tidak memahami tentang usul, adab, dan asya-, mereka tidak mengetahui bentuk penghormatan dan pujian yang seharusnya untuk Engkau. Dan firman..... bisa dimaksudkan sebagai semua, karena orang arab sering menyebut kebanyakan sedangkan sedangkan yang dimaksud keseluruhan، sebagai bentuk mengantisipasi kebohongan dan kehati²an dalam berbicara, atau bisa juga yang dimaksud adalah memang mayoritas dari mereka tidak paham. . Seandainya mereka sabar sampai Engkau keluar menemui mereka sebagaimana seharusnya, maka pastinya ada kebaikan dan keuntungan baik dunia maupun akhirat, karena telah menjaga adab yang baik ketika bersama Rasul, menjaga sisi Rasul yang mulia, dan melakukan penghormatas sebagaimana mestinya. Dan Allah akan mengampuni dosa² hambaNya, mengasihi mereka, serta tidak akan menghukum mereka atas adab buruk yang mereka lalaikan. Dan hal ini dapat memotivasi taubat dan inabah.