Anda di halaman 1dari 2

PSIKOLINGUISTIK PERKEMBANGAN

Oleh I Nyoman Alit Suwarbawa

I. Pendahuluan

Psikolinguistik adalah suatu studi mengenai penggunaan bahasa dan perolehan bahasa

oleh manusia. Dari definisi ini terlihat ada dua aspek yang berbeda, yaitu perolehan yang

menyangkut bagaimana seseorang, terutama anak-anak belajar bahasa dan pengunaan yang

artinya penggunaan bahasa oleh orang dewasa normal. Levelt juga membagi Psikolinguistik

ke dalam tiga bagian.

Psikolinguistik umum adalah suatu studi mengenai bagaimana pengamatan atau

persepsi orang dewasa bahasa dan bagaimana ia memproduksi bahasa. Mempelajari juga

mengenai proses kognitif yang mendasarinya pada waktu seseorang menggunakan bahasa.

Psikolinguistik perkembangan yaitu suatu studi psikologi mengenai perolehan bahasa

pada anak-anak dan orang dewasa, baik perolehan bahasa pertama maupun bahasa kedua.

Psikolinguistik perkembangan membahas persoalan-persoalan yang dialami seorang anak

yang harus belajar dua bahasa secara bersamaan atau bagaimana seorang anak belajar bahasa

pertama, dan teknik-teknik pengajaran bahasa yang bagaimana yang dapat mengurangi

terjadinya interferensi antara dua bahasa pada murid-murid.

Psikolinguistik terapan adalah aplikasi dari teori-teori pisikolinguistik dalam

kehidupan sehari-hari pada orang dewasa ataupun pada anak-anak. Psikolinguistik terapan

dibedakan menjadi Applied General Psycholinguistics dengan Applied Developmental

Psycholinguistics.

G. kempen (1976), Psikolinguistik adalah studi mengenai manusia sebagai pemakai

bahasa, yaitu studi mengenai system-sistem yang ada pada manusia yang dapat menjelaskan

bagaimana manusia dapat menangkap ide-ide orang lain dan bagaimana ia dapat

mengekpresikan ide-idenya sendiri melalui bahasa, baik secara tertulis maupun lisan.

Ada dua komponen yang menjadi objek studi psikolinguistik, yaitu manusia dan

bahasa. Psikolinguistik lahir dari perkawinan dua disiplin, yaitu psikologi yang membahas

tingkah laku manusia dan linguistik yang membahas bahasa sebagai suatu sistem pola tingkah

laku. “Perkawinan” itu terjadi sejak timbulnya pemikiran-pemikiran tentang bagaimana

kemampuan bahasa itu berkembang atau bagaimana seorang anak belajar bahasa.

Mempelajari psikolinguistik perkembangan kita harus mempunyai pengetahuan dasar


tentang linguistik yang mencangkup struktur bahasa, misalnya bagaimana tata bahasa itu

disusun, tentang makna kata (semantik), pengucapan kata (fonologi) dan lain lain. Oleh karena itu
penulis mencoba menjelaskan secara singkat bagaimana perkembangan fonologi,

perkembangan sintaksis, dan perkembangan semantik anak.

II. Pembahasan

2.1 Perkembangan Fonologi

Pada usia 3 hingga 4 bulan bayi mulai memproduksi bunyi-bunyi. Mula-mula ia

memproduksi tangisan atau bunyi cooing. Kemudian pada usia antara 5 dan 6 bulan

bayi mulai mengoceh. Pada perkembangan fonologi ada yang disebut periode bablling

(mengoceh) ia membuat bunyi-bunyi yang makin bertambah variasinya dan makin

kompleks kombinasinya. Anak-anak mengkombinasikan vokal dengan konsonan

menjadi suatu sequence silaba, umpamanya ba, ba, ba, ma, ma, ma,. Kemudian ada

yang disebut uniformitas pada anak-anak dengan berbagai bahasa, dalam hal bunyi-

bunyi pertama yang mereka produksi, yaitu konsonan p atau m, vokal belakang a

mendahului konsonan belakang k dan g serta vokal depan I dan u. Dalam

perkembangan fonologi, seorang anak harus mempelajari aturan-aturan fonologi.

Bahasa berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat bahasa dalam kehidupan. Salah satu
perubahan yang dirasakan dalam bahasa adalah perkembangan makna. Perkembangan makna dalam hal
ini harus diberi jangkauan (cakupan) perubahan, perluasan dan penyempitan, serta pergeseran makna.
Perubahan makna dapat terjadi sebagai akibat perkembangan makna oleh pemakai bahasa.
Perkembangan makna sejalan pula dengan perkembangan pikiran manusia, karena manusia yang
menggunakan bahasa. Oleh karena itu, apabila bahasa berkembang, makna turut berkembang pula. Jadi,
pernyataan “Language moves down time in a current of its own meaning” (Ullmann, 1972) merupakan
hakikat perkembangan bahasa dalam kehidupan dapat dirasakan terutama melalui kosakata dan hal ini
sama halnya dengan yang dikemukakan oleh Djajasudarma (1993). Perubahan makna ini menjadi
jangkauan semantik historis, dan  perubahan makna dapat terjadi melalui hubungan sintagmatik, rumpang
dalam kosa kata, peralihan dari pengacuan yang konkrit menjadi abstrak, timbulnya gejala sinestesia dan
penerjemahan harfiah (Palmer, 1976). Di pihak lain perubahan makna sebagai akibat kebahasaan
(linguistic causes), kesejarahan, sebab sosial, psikologis, pengaruh bahasa asing, dan karena keperluan
kata-kata baru. Sebab linguistik berhubungan dengan faktor kebahasaan, baik yang berhubungan dengan
tataran bahasa (fonologi, morfologi, sintaksis, dan wacana) maupun luar bahasa.

Anda mungkin juga menyukai