Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN

KESEIMBANGAN SUHU TUBUH


PADA ANAK Z.R DENGAN ABSES
DI PUSKESMAS PERAWATAN TUBYAL KUR

DISUSUN OLEH

LARASIDA NGABALIN

NIM.P0712022018 0090

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN TUAL
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
dengan judul “ Asuhan Keperawatan pada Anak An. Z.R dengan Gangguan Keseimbangan Suhu
Tubuh”.

Makalah ini di buat untuk memenuhi Tugas praktik Keperawatan Gawat Darurat serta untuk
melatih kemampuan mahasiswa.

Proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari dukungan dan bimbingan dari berbagai
pihak baik secara langsung maupun tidak langsung untuk itu dalam kesempatan ini kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

 Penanggung Jawab Praktik Keperawatan GADAR Prodi Keperawatan Tual


 CI Institusi & CI Lahan
 Kepala Puskesmas Perawatan Tubyal Kur dan Staf.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bahasa
maupun isi oleh Karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Langgur, Mei 2019

Page 2
DAFTAR ISI
Halaman Judul

Kata Pengantar.....................................................................................................................2

Daftar Isi..............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................................5
B. Tujuan Penulisan.....................................................................................................5
C. Metode Penulisan....................................................................................................5

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian...............................................................................................................6
B. Etiologi...................................................................................................................8
C. Manifestasi .............................................................................................................8
D. Patofisiologi ...........................................................................................................10
E. Pemeriksaan penunjang...........................................................................................11
F. Penatalaksanaan .....................................................................................................11

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian...............................................................................................................12
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................................13
C. Tujuan.....................................................................................................................13
D. Tindakan Keperawatan............................................................................................13
E. Pelaksanaan.............................................................................................................14
F. Evaluasi ................................................................................................................15
G. Standar Operasional Prosedur.................................................................................16

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................................17
B. Saran ....................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Abses (Latin : abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati)
yang terakumulasi disebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya oleh
bakteri atau parasite) atau karena adanya benda asing misalnya serpihan, luka peluru, atau
jarum suntik).
Abses juga dapat dikatakan sebagai rongga abnormal yang berada dibagian tubuh,
ketidak normalan dibagian tubuh, disebabkan karena pengumpulan nanah ditempat rongga
itu akibat proses radang yang kemudian membentuk nanah.
Dinding rongga abses biasanya terdiri atas sel yang telah cedera, tetapi masih hidup.
Isi abses yang berupa nanah tersebut terdiri atas sel darah putih dan jaringan yang nekrotik
dan mencair. Abses biasanya disebabkan oleh kuman pathogen misalnya : bisul.

B. Tujuan
 Untuk memperdalam kajian tentang gangguan keseimbangan Suhu Tubuh
 Untuk menambah informasi kepada para pembaca tentang gangguan keseimbangan
Suhu Tubuh.
 Untuk merumuskan asuhan keperawatan pada pasien gangguan keseimbangan Suhu
Tubuh

C. Metode Penulisan
 Kepustakaan yaitu membaca referensi-referensi yaitu mempunyai hubungan dengan
materi yang di bahas yaitu Gangguan Keseimbangan suhu tubuh pada anak.
 Studi kasus yaitu mempelajari kasus-kasus yang di rawat dengan membandingkan
kesenjangan menurut teori.
 Diskusikan yaitu membahas bersama pembimbing tentang Asuhan Keperawatan
pada anak dengan gangguan keseimbangan suhu tubuh

Page 4
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. DEFENISI
Abses (Latin : abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati)
yang terakumulasi disebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya oleh
bakteri atau parasite) atau karena adanya benda asing misalnya serpihan, luka peluru, atau
jarum suntik).
Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah
penyebaran/perluasan infeksi ke bagian tubuh yang lain. Abses adalah infeksi kulit dan
subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah. (siregar, 2004)
Abses juga dapat dikatakan sebagai rongga abnormal yang berada dibagian tubuh,
ketidak normalan dibagian tubuh, disebabkan karena pengumpulan nanah ditempat rongga
itu akibat proses radang yang kemudian membentuk nanah.
Dinding rongga abses biasanya terdiri atas sel yang telah cedera, tetapi masih hidup.
Isi abses yang berupa nanah tersebut terdiri atas sel darah putih dan jaringan yang nekrotik
dan mencair. Abses biasanya disebabkan oleh kuman pathogen misalnya : bisul.

JENIS-JENIS ABSES
1. Abses ginjal
Abses ginjal yaitu peradangan ginjal akibat infeksi. Ditandai dengan pembentukan
sejumlah bercak kecil bernanah atau abses yang lebih besar yang disebabkan oleh
infeksi yang menjalar ke jaringan ginjal melalui aliran darah
2. Abses perimandibular
Bila abses menyebar sampai ke bawah oto-otot pengunyahan, maka akan timbul
bengkak-bengkak yang keras , dimana nanah akan sukar menembus otot untuk keluar,
sehingga untuk mengeluarkan nanah tersebut haruss dibantu dengan oprasi pembukaan
abses.
3. Abses rahang gigi

Page 5
Radang kronis, yang membungkus dengan terbentuknya nanah pada ujung gigi atau
geraham. Menyebar ke bawah selaput tulang (sub-periostal) atau dibawah selaput lender
mulut ( submukosal) ataun kebawah kulit ( sub-cutaneus).
Nanah bisa keluar dari saluran pada permukaan gusi atau kulit mulut (fistel).
Perawatannya bisa dilakukan dengan mencabut gigi yang menjadi sumber penyakitnya
atau perawatan akar dari gigi tersebut.
4. Abses sum-sum rahang
Bila nanah menyebar ke rongga-rongga tulang, maka sum-sum tulang akan terkena
radang (osteo myelitis). Bagian-bagian dari tulang tersebut dapat mati dan kontradiksi
dengan tubuh. Dalam hal ini nanah akan keluar dari beberapa tempat (multiple fitsel)(
5. Abses dingin ( pada abses ini, karena sedikitnya radang, maka abses ini merupakan
abses menahun yang terbentuk secara perlahan-lahan. Biasanya terjadi pada penderita
tuberkulosiss tulang, persendian atau kelenjar limfa akibat perkujuan yang luas.
6. Abses hati
Abses ini akibat komplikasi disertai amubah (latin: Entamoeba histolytica),yang
sesunggunya bukan abses,karenarongga ini tidak berisi nanah, melainkan jaringan
neukrotik yang disebabkan oleh amuba,jenis abses ini dapat dikenali dengan
ditemukannya amuba pada dinding abses dengan pemeriksaan histopatologis dari
jaringan.
7. Abses (lat.abscessus)
Rongga abdomen yang berada di bagian tubuh,ketidak normalan di bagian tubuh
Disebabkan karena pengumpulnana di tempat rongga itu akibatproses radang yang
kemudian membentuk nanah.Dinding rongga abses biasanya terdiri atas sel yang telah
cedera,tetapi masi hidup. Isi abses yang merupa nanah tersebut terdiri atas sel
darah putih dan jaringan yang nekrotik dan mencair.abses biasanya disebabkan oleh
kuman petogen misaalnya :bisul.

Page 6
B. ETIOLOGI

Menurut siregar (2014) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara:

1. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak
steril
2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain
3. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup didalam tubuh manusia dan tidak
menimbulkan gangguan,kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses

Peluang terbentuknya suatu abses akan menungkat jika:


1. Terdapat kotoran/benda asing di daerah tempatterjadinya infeksi
2. Daerah yang terifeksi mendapatkan aliran darah yang kurang
3. Terdapat gangguan sisitem kekebalan
Bakteri tersering penyebab abases adalah staphylococcus aureus.

C. MANIFESTASI KLINIS
Abses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh, termasuk paru-paru,mulut,rectum,dan
otot. Abses yangsering ditemukan didalam kulit atau tepat dibawah kulit terutama jika
timbul diwajah.
Menurut smeltzer & Bare, gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan
pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalahnya bisa berupa:
1. Nyeri
2. Nyeri tekan
3. Terba hangat
4. Pembengkakan
5. Kemerahan
6. Demam suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai
benjolan. Ada pun lokasi abses antara lain ketiak,telinga,dan tungkai,bawah.

Jika abses akan pecah, maka daerah pusat bejolan akan lebih putih karena kulit
diatasnya meenipis. Suatu abses didalam tubuh,sebelum menimbulkan gejalaseringkalih

Page 7
terlebih tumbuh lebih besar. Abses dalam mungkin lebih menyebarkan infeksi keseluruh
tubuh.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan:
1. Luka terbuka atau tertutup
2. Organ / jaringan terinfeksi
3. Masa eksudat
4. Peradangan
5. Abses superficikal dengn ukuran bervariasi
6. Rasa sakit dan bila dipalpasi akan terasa fluktuaktif

Page 8
D. BAGAN PATOFISIOLOGI PENYIMPANGAN KDM
Abses

Faktor infeksi bakteri bakteri tubuh bereaksi untuk


predisposisi benda asing mengandakan perlindungan terhadap
menyebabkan multipilaksi penyebaran infeksi
luka, reaksi merusak
hipersensitif jaringan yang
agen fisik di tempati

pertahanan tubuh menurun

Kerusakan odem akumulasi cairan/ terjadi proses peradangan


integritas
jaringan exsudat di bawah kulit

pengeluaran pembengkakan daerah yang terinfeksi


Nyeri hormone prostag mendapat aliran darah kurang
dan histamin

Resiko
infeksi Penyebaran infeksi

kemungkinan
tindakan termulegulator dilepasnya zat
pada hipotalamus pirogen leuksit
Operasi pada jaringan

Kurang informasi
Terputusnya peningkatan suhu
Kontinetas jaringan tubuh
Deficit pengetahuan
Perawatan luka menurun
Hipertermi
Ansietas
Resiko perdarahan

Page 9
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hasil pemeriksaan leukosit menunjukan peningkatan jumlah sel darah putih
2. Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dilakukan pemeriksaan rontgen, USG,
CT Scan atau MRI
3. Pemeriksaan dahak untuk abses paru (dahak dari aspirasi transtrakeal, transtrolakal,
atau blsan/singkatan bronkus

F. PENATALAKSANAAN
1. Drainase abses dengan menggunakan pembedahan biasanya diindikasikan apabila abses
telah berkembang dari peradangan seosa yang keras menjadi tahp pus yang lebih lunak.
Apabila menimbulkan resiko tinggi, misalnya pada area-area yang kritis, tindakan
pembedahan dapat di tunda atau dikerjakan sebagai tindakan terakhir yang perlu
dilakukan.
2. Karena seringkali abses di sebabkan oleh bakteri staphylococcus aureus, antibiotic
antistafilakokuss seperti flucloxacilin atau dicloxacilin sering digunakan. Dengan adanya
kemunculan staphylococcus aureus resisten methicillin (MRSA) yang didapat melalui
komunitas, antibiotic biasa tersebut ,menjadi tidak efektif. Untuk menangani MRSA
yang didapat melalui komunitas, di gunakan antibiotic lain seperti clindamycin,
trimethoprim-sulfamethoxazole, dan doxycycline.

Page 10
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
 Biodata Klien
a. Nama : An. Z.R
b. Umur : 2 tahun
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Alamat : Desa Sermaf
e. Agama : Islam
f. Pekerjaan :-
g. Tanggal MPKM : Senin, 07-05-2019
h. Tanggal pengkajian : Senin, 07-05-2019
i. Diagnosa medis : Abses
j. No.Register :-

 Biodata Penanggung Jawab


a. Nama : Tn,.L.R
b. Umur : 28 tahun
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Alamat : Desa Sermaf
e. Agama : Islam
f. Hubungan dengan klien : Ayah Kandung

2. KONDISI KLIEN
a. Keluhan : Bisul dikepala dan leher, panas, mencret 3x.
b. Keadaan umum : Lemas
c. Kesadaran : Composmentis
d. Bb/TB : 11 kg
e. Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : -
- Suhu : 38oC
- Nadi : 120x/m
- Pernapasan : 30x/M
- SPO2 : 99%

f. Inspeksi : Terdapat bisul didada, wajah Nampak


pucat, bibir kering tangan kanan terpasang
Page 11
infus D5 ½ Ns
g. Palpasi : Nyeri tekan didaerah abses dan terasa
Panas.

h. Perkusi : Tidak dilakukan


i. Auskultasi : Tidak dilakukan

3. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

NILAI NORMAL
 Leukosit : 3
16,5 x 10 /Ul 5000-10.000
 Eritrosit : 2.96 x 106 /uL 4.2-6.2
 Hb : 10.5 g/dL 12.0-18.0
 Hematokrit : 28,5 % 37-51
 MCV : 95,3 % 79-97
: 35,5 % 28-31
 MCH
: 37,2 g/dL 30-31
 MCHC
: 176x103 /uL 150.000 – 450.000
 Trombosit
Hitung jenis
: 22,0% 19.3-93.1
 Limfosit
: 13,1% 4.7-12.5
 Monosil : 62,9% 34.0-71.1
 Neutrofil : 0.0-1.2
 Basofi : 0.7-7.0
 eosnofi

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Hipertermi b/d dilepasnya zat pirogen, leukosit pada jaringan
 Kerusakan integritas jaringan b/d akumulasi cairan atau adekuat dibawah kulit

C. TUJUAN
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien tidak lagi mengalami hipertermi
dan kerusakan integritas jaringan
 Dengan kH :1. Suhu tubuh kembali normal 36,5-37,5oC
 perkusi jaringan normal, tidak ada tanda-tanda infeksi

D. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Mengukur suhu tubuh
2. Kompres air hangat
3. Memonitor suhu tubuh

Page 12
E. Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam terpeutik
Selamat malam ibu, permisi
Bagaimana keadaan anak ibu ?perkenalkan nama saya juventus H. betaubun.
Saya mahasiswa prodi tual, saya praktek diruang ini selama beberapa hari
kedepan.

b. Evaluasi /validasi
Ibu klien menerima tindakan keperawatan yang akan dilakukan

c. Kontrak
Topic : Mengukur suhu tubuh
Waktu : 21.00
Tempat : Ruang anak RSHK Langgur

2. Kerja
a. Persiapan :

 Pasien : Dalam posisi tidur, jelaskan prosedur


 Lingkungan : Bersih , aman , dan nyaman
 Alat :  Thermometer bersih dalam tempatnya
 Tiga buah botol masing-masing bersi larutan,
sabun, desinfektan, air bersih
 Bengkok
 Tissue
 Sarung tangan
 Buku catatan

b. Prosedur kerja
 Jelaskan prosedur
 Cuci tangan
 Gunakan sarung tangan
 Atur posisi pasien
 Bersihkan daerah aksila dengan tissue
 Turunkan thermometer pada angka 35
 Letakkan thermometer didaerahyang sudah dibersihkan
 Setelah 3-5 menit thermometer diangkat dan dibaca hasilnya
 Catat hasil

Page 13
 Bersihkan termometer dengan tisu
 Cuci tangan dengan air sabun,disinfektan,bilas dengan air bersih dan
Keringkan.
 Letakanalat pada tempatnya
 Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

F. EVALUASI
S : ibu klien mengatakan badan anaknya masih hangat
O : suhu tubuh 37,7oc
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
 Kompres hangat
 Memonitor suhu tubuh
 Anjurkan minum air hangat yang banyak
 Gunakan pakaian yang tipis agar mudah terjadi penguapan

Page 14
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MENGUKUR SUHU TUBUH

A. PENGERTIAN
Pemeriksaan suhu tubuh merupakan indicator untuk menilai keseimbangan antara
pembentukan dan pengeluaran panas pengukuran suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui
suhu tubuh seseorang.

B. TUJUAN
Pengukuran suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui rentang suhu tubuh seseorang.

C. INDIKASI
Dilakukan pada pasien yang mengalami gangguan suhu tubuh

D. PERSIAPAN

 Pasien : Dalam posisi tidur, jelaskan prosedur


 Lingkungan : Bersih , aman , dan nyaman
 Alat :  Thermometer bersih dalam tempatnya
 Tiga buah botol masing-masing berisi larutan,
sabun, desinfektan, air bersih
 Bengkok
 Tissue
 Sarung tangan
 Buku catatan

E. PROSEDUR KERJA
1. Jelaskan prosedur
2. Cuci tangan
3. Gunakan sarung tangan
4. Atur posisi pasien
5. Bersihkan daerah aksiladengan tissue
6. Turunkan thermometer pada angka 35
7. Letakan thermometer didaerahyang sudah dibersihkan
8. Setelah 3-5 menit thermometer diangkat dan dibaca hasilnya
9. Catat hasil
10. Bersihkan termometer dengan tisu
11. Cuci tangan dengan air sabun,disinfektan,bilas dengan air bersih danKeringkan.

Page 15
12. Letakan alat pada tempatnya
13. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
KOMPRES HANGAT

A. PENGERTIAN
Kompres hangat adalah tindakan keperawatan pada pasien yang panas untuk
menurunkan suhu tubuh

B. TUJUAN
Menurunkan suhu tubuh

C. INDIKASI
Pada pasien dengan observasi febris

D. KONTRA INDIKASI
 Pada pasien dengan kecelakaan/bedah cranium
 Pada pasien yang tidak panas

E. PERSIAPAN
 Pasien : Jelakan prosedur kepada pasien dan keluarga
 Lingkungan : Meminta kerjasama keluarga dan pasien agar dapat
membantu dalam proses keperawatan
 Alat :  Tempat air hangat ( baskom)
 Handuk kecil (waslap)
 Perlak dan pengalas
 Termometer
 Buku catatan
 Air hangat

F. PROSEDUR KERJA
1. Mencuci tangan
2. Membawa alat kedekat pasien
3. Jelaskan prosedur
4. Mengukur suhu tubuh
5. Memasang perlak dan pengalas pada tempat yang akan diletakan
6. Waslap dibasahi dengan air hangat dan letakan
7. Mengobservasi respon klien
8. Mencatat hasil dan respon klien
9. Mengembalikan alat
10. Mencuci tangan

Page 16
Page 17
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Abses (Latin : abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati)
yang terakumulasi disebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya oleh
bakteri atau parasite) atau karena adanya benda asing misalnya serpihan, luka peluru, atau
jarum suntik).
Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah
penyebaran/perluasan infeksi ke bagian tubuh yang lain. Abses adalah infeksi kulit dan
subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah. (siregar, 2004)

B. Saran
Dengan adanya makalah ini, dapat membantu kita dalam belajar dan juga untuk kita
semua dapat menjaga kondisi tubuh kita dari sakit yang berbahaya, dengan cara makan
makanan yang sehat, selalu menjaga lngkungan rumah agar tidak ada debu, dan udara yang
tidak sehat.

Page 18
DAFTAR PUSTAKA

 Amin huda nurarif. F. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda Nic-Noc. Edisi refisi jlid 1. Jogjakarta : mediaction jogja.
 Corwin J. Elisabeth, 2001. Patofisiologi. EGC. Jakarta
 Ai, Zaidin. H, 2001. Dasar-dasar Keperawatan Profesional. Jakarta : widya medika.
 Matondang, S. corry, dkk. Diagnostic fisis pada anak. Edisi Kedua Jakarta : CV Sagung
Seto. 2003

Page 19

Anda mungkin juga menyukai