DISUSUN OLEH
LARASIDA NGABALIN
NIM.P0712022018 0090
Makalah ini di buat untuk memenuhi Tugas praktik Keperawatan Gawat Darurat serta untuk
melatih kemampuan mahasiswa.
Proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari dukungan dan bimbingan dari berbagai
pihak baik secara langsung maupun tidak langsung untuk itu dalam kesempatan ini kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bahasa
maupun isi oleh Karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Page 2
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar.....................................................................................................................2
Daftar Isi..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................5
B. Tujuan Penulisan.....................................................................................................5
C. Metode Penulisan....................................................................................................5
A. Pengertian...............................................................................................................6
B. Etiologi...................................................................................................................8
C. Manifestasi .............................................................................................................8
D. Patofisiologi ...........................................................................................................10
E. Pemeriksaan penunjang...........................................................................................11
F. Penatalaksanaan .....................................................................................................11
A. Pengkajian...............................................................................................................12
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................................13
C. Tujuan.....................................................................................................................13
D. Tindakan Keperawatan............................................................................................13
E. Pelaksanaan.............................................................................................................14
F. Evaluasi ................................................................................................................15
G. Standar Operasional Prosedur.................................................................................16
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................................17
B. Saran ....................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Page 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abses (Latin : abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati)
yang terakumulasi disebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya oleh
bakteri atau parasite) atau karena adanya benda asing misalnya serpihan, luka peluru, atau
jarum suntik).
Abses juga dapat dikatakan sebagai rongga abnormal yang berada dibagian tubuh,
ketidak normalan dibagian tubuh, disebabkan karena pengumpulan nanah ditempat rongga
itu akibat proses radang yang kemudian membentuk nanah.
Dinding rongga abses biasanya terdiri atas sel yang telah cedera, tetapi masih hidup.
Isi abses yang berupa nanah tersebut terdiri atas sel darah putih dan jaringan yang nekrotik
dan mencair. Abses biasanya disebabkan oleh kuman pathogen misalnya : bisul.
B. Tujuan
Untuk memperdalam kajian tentang gangguan keseimbangan Suhu Tubuh
Untuk menambah informasi kepada para pembaca tentang gangguan keseimbangan
Suhu Tubuh.
Untuk merumuskan asuhan keperawatan pada pasien gangguan keseimbangan Suhu
Tubuh
C. Metode Penulisan
Kepustakaan yaitu membaca referensi-referensi yaitu mempunyai hubungan dengan
materi yang di bahas yaitu Gangguan Keseimbangan suhu tubuh pada anak.
Studi kasus yaitu mempelajari kasus-kasus yang di rawat dengan membandingkan
kesenjangan menurut teori.
Diskusikan yaitu membahas bersama pembimbing tentang Asuhan Keperawatan
pada anak dengan gangguan keseimbangan suhu tubuh
Page 4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFENISI
Abses (Latin : abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati)
yang terakumulasi disebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya oleh
bakteri atau parasite) atau karena adanya benda asing misalnya serpihan, luka peluru, atau
jarum suntik).
Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah
penyebaran/perluasan infeksi ke bagian tubuh yang lain. Abses adalah infeksi kulit dan
subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah. (siregar, 2004)
Abses juga dapat dikatakan sebagai rongga abnormal yang berada dibagian tubuh,
ketidak normalan dibagian tubuh, disebabkan karena pengumpulan nanah ditempat rongga
itu akibat proses radang yang kemudian membentuk nanah.
Dinding rongga abses biasanya terdiri atas sel yang telah cedera, tetapi masih hidup.
Isi abses yang berupa nanah tersebut terdiri atas sel darah putih dan jaringan yang nekrotik
dan mencair. Abses biasanya disebabkan oleh kuman pathogen misalnya : bisul.
JENIS-JENIS ABSES
1. Abses ginjal
Abses ginjal yaitu peradangan ginjal akibat infeksi. Ditandai dengan pembentukan
sejumlah bercak kecil bernanah atau abses yang lebih besar yang disebabkan oleh
infeksi yang menjalar ke jaringan ginjal melalui aliran darah
2. Abses perimandibular
Bila abses menyebar sampai ke bawah oto-otot pengunyahan, maka akan timbul
bengkak-bengkak yang keras , dimana nanah akan sukar menembus otot untuk keluar,
sehingga untuk mengeluarkan nanah tersebut haruss dibantu dengan oprasi pembukaan
abses.
3. Abses rahang gigi
Page 5
Radang kronis, yang membungkus dengan terbentuknya nanah pada ujung gigi atau
geraham. Menyebar ke bawah selaput tulang (sub-periostal) atau dibawah selaput lender
mulut ( submukosal) ataun kebawah kulit ( sub-cutaneus).
Nanah bisa keluar dari saluran pada permukaan gusi atau kulit mulut (fistel).
Perawatannya bisa dilakukan dengan mencabut gigi yang menjadi sumber penyakitnya
atau perawatan akar dari gigi tersebut.
4. Abses sum-sum rahang
Bila nanah menyebar ke rongga-rongga tulang, maka sum-sum tulang akan terkena
radang (osteo myelitis). Bagian-bagian dari tulang tersebut dapat mati dan kontradiksi
dengan tubuh. Dalam hal ini nanah akan keluar dari beberapa tempat (multiple fitsel)(
5. Abses dingin ( pada abses ini, karena sedikitnya radang, maka abses ini merupakan
abses menahun yang terbentuk secara perlahan-lahan. Biasanya terjadi pada penderita
tuberkulosiss tulang, persendian atau kelenjar limfa akibat perkujuan yang luas.
6. Abses hati
Abses ini akibat komplikasi disertai amubah (latin: Entamoeba histolytica),yang
sesunggunya bukan abses,karenarongga ini tidak berisi nanah, melainkan jaringan
neukrotik yang disebabkan oleh amuba,jenis abses ini dapat dikenali dengan
ditemukannya amuba pada dinding abses dengan pemeriksaan histopatologis dari
jaringan.
7. Abses (lat.abscessus)
Rongga abdomen yang berada di bagian tubuh,ketidak normalan di bagian tubuh
Disebabkan karena pengumpulnana di tempat rongga itu akibatproses radang yang
kemudian membentuk nanah.Dinding rongga abses biasanya terdiri atas sel yang telah
cedera,tetapi masi hidup. Isi abses yang merupa nanah tersebut terdiri atas sel
darah putih dan jaringan yang nekrotik dan mencair.abses biasanya disebabkan oleh
kuman petogen misaalnya :bisul.
Page 6
B. ETIOLOGI
Menurut siregar (2014) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara:
1. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak
steril
2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain
3. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup didalam tubuh manusia dan tidak
menimbulkan gangguan,kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses
C. MANIFESTASI KLINIS
Abses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh, termasuk paru-paru,mulut,rectum,dan
otot. Abses yangsering ditemukan didalam kulit atau tepat dibawah kulit terutama jika
timbul diwajah.
Menurut smeltzer & Bare, gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan
pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalahnya bisa berupa:
1. Nyeri
2. Nyeri tekan
3. Terba hangat
4. Pembengkakan
5. Kemerahan
6. Demam suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai
benjolan. Ada pun lokasi abses antara lain ketiak,telinga,dan tungkai,bawah.
Jika abses akan pecah, maka daerah pusat bejolan akan lebih putih karena kulit
diatasnya meenipis. Suatu abses didalam tubuh,sebelum menimbulkan gejalaseringkalih
Page 7
terlebih tumbuh lebih besar. Abses dalam mungkin lebih menyebarkan infeksi keseluruh
tubuh.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan:
1. Luka terbuka atau tertutup
2. Organ / jaringan terinfeksi
3. Masa eksudat
4. Peradangan
5. Abses superficikal dengn ukuran bervariasi
6. Rasa sakit dan bila dipalpasi akan terasa fluktuaktif
Page 8
D. BAGAN PATOFISIOLOGI PENYIMPANGAN KDM
Abses
Resiko
infeksi Penyebaran infeksi
kemungkinan
tindakan termulegulator dilepasnya zat
pada hipotalamus pirogen leuksit
Operasi pada jaringan
Kurang informasi
Terputusnya peningkatan suhu
Kontinetas jaringan tubuh
Deficit pengetahuan
Perawatan luka menurun
Hipertermi
Ansietas
Resiko perdarahan
Page 9
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hasil pemeriksaan leukosit menunjukan peningkatan jumlah sel darah putih
2. Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dilakukan pemeriksaan rontgen, USG,
CT Scan atau MRI
3. Pemeriksaan dahak untuk abses paru (dahak dari aspirasi transtrakeal, transtrolakal,
atau blsan/singkatan bronkus
F. PENATALAKSANAAN
1. Drainase abses dengan menggunakan pembedahan biasanya diindikasikan apabila abses
telah berkembang dari peradangan seosa yang keras menjadi tahp pus yang lebih lunak.
Apabila menimbulkan resiko tinggi, misalnya pada area-area yang kritis, tindakan
pembedahan dapat di tunda atau dikerjakan sebagai tindakan terakhir yang perlu
dilakukan.
2. Karena seringkali abses di sebabkan oleh bakteri staphylococcus aureus, antibiotic
antistafilakokuss seperti flucloxacilin atau dicloxacilin sering digunakan. Dengan adanya
kemunculan staphylococcus aureus resisten methicillin (MRSA) yang didapat melalui
komunitas, antibiotic biasa tersebut ,menjadi tidak efektif. Untuk menangani MRSA
yang didapat melalui komunitas, di gunakan antibiotic lain seperti clindamycin,
trimethoprim-sulfamethoxazole, dan doxycycline.
Page 10
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
Biodata Klien
a. Nama : An. Z.R
b. Umur : 2 tahun
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Alamat : Desa Sermaf
e. Agama : Islam
f. Pekerjaan :-
g. Tanggal MPKM : Senin, 07-05-2019
h. Tanggal pengkajian : Senin, 07-05-2019
i. Diagnosa medis : Abses
j. No.Register :-
2. KONDISI KLIEN
a. Keluhan : Bisul dikepala dan leher, panas, mencret 3x.
b. Keadaan umum : Lemas
c. Kesadaran : Composmentis
d. Bb/TB : 11 kg
e. Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : -
- Suhu : 38oC
- Nadi : 120x/m
- Pernapasan : 30x/M
- SPO2 : 99%
3. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
NILAI NORMAL
Leukosit : 3
16,5 x 10 /Ul 5000-10.000
Eritrosit : 2.96 x 106 /uL 4.2-6.2
Hb : 10.5 g/dL 12.0-18.0
Hematokrit : 28,5 % 37-51
MCV : 95,3 % 79-97
: 35,5 % 28-31
MCH
: 37,2 g/dL 30-31
MCHC
: 176x103 /uL 150.000 – 450.000
Trombosit
Hitung jenis
: 22,0% 19.3-93.1
Limfosit
: 13,1% 4.7-12.5
Monosil : 62,9% 34.0-71.1
Neutrofil : 0.0-1.2
Basofi : 0.7-7.0
eosnofi
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Hipertermi b/d dilepasnya zat pirogen, leukosit pada jaringan
Kerusakan integritas jaringan b/d akumulasi cairan atau adekuat dibawah kulit
C. TUJUAN
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien tidak lagi mengalami hipertermi
dan kerusakan integritas jaringan
Dengan kH :1. Suhu tubuh kembali normal 36,5-37,5oC
perkusi jaringan normal, tidak ada tanda-tanda infeksi
D. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Mengukur suhu tubuh
2. Kompres air hangat
3. Memonitor suhu tubuh
Page 12
E. Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam terpeutik
Selamat malam ibu, permisi
Bagaimana keadaan anak ibu ?perkenalkan nama saya juventus H. betaubun.
Saya mahasiswa prodi tual, saya praktek diruang ini selama beberapa hari
kedepan.
b. Evaluasi /validasi
Ibu klien menerima tindakan keperawatan yang akan dilakukan
c. Kontrak
Topic : Mengukur suhu tubuh
Waktu : 21.00
Tempat : Ruang anak RSHK Langgur
2. Kerja
a. Persiapan :
b. Prosedur kerja
Jelaskan prosedur
Cuci tangan
Gunakan sarung tangan
Atur posisi pasien
Bersihkan daerah aksila dengan tissue
Turunkan thermometer pada angka 35
Letakkan thermometer didaerahyang sudah dibersihkan
Setelah 3-5 menit thermometer diangkat dan dibaca hasilnya
Catat hasil
Page 13
Bersihkan termometer dengan tisu
Cuci tangan dengan air sabun,disinfektan,bilas dengan air bersih dan
Keringkan.
Letakanalat pada tempatnya
Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
F. EVALUASI
S : ibu klien mengatakan badan anaknya masih hangat
O : suhu tubuh 37,7oc
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Kompres hangat
Memonitor suhu tubuh
Anjurkan minum air hangat yang banyak
Gunakan pakaian yang tipis agar mudah terjadi penguapan
Page 14
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MENGUKUR SUHU TUBUH
A. PENGERTIAN
Pemeriksaan suhu tubuh merupakan indicator untuk menilai keseimbangan antara
pembentukan dan pengeluaran panas pengukuran suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui
suhu tubuh seseorang.
B. TUJUAN
Pengukuran suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui rentang suhu tubuh seseorang.
C. INDIKASI
Dilakukan pada pasien yang mengalami gangguan suhu tubuh
D. PERSIAPAN
E. PROSEDUR KERJA
1. Jelaskan prosedur
2. Cuci tangan
3. Gunakan sarung tangan
4. Atur posisi pasien
5. Bersihkan daerah aksiladengan tissue
6. Turunkan thermometer pada angka 35
7. Letakan thermometer didaerahyang sudah dibersihkan
8. Setelah 3-5 menit thermometer diangkat dan dibaca hasilnya
9. Catat hasil
10. Bersihkan termometer dengan tisu
11. Cuci tangan dengan air sabun,disinfektan,bilas dengan air bersih danKeringkan.
Page 15
12. Letakan alat pada tempatnya
13. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
KOMPRES HANGAT
A. PENGERTIAN
Kompres hangat adalah tindakan keperawatan pada pasien yang panas untuk
menurunkan suhu tubuh
B. TUJUAN
Menurunkan suhu tubuh
C. INDIKASI
Pada pasien dengan observasi febris
D. KONTRA INDIKASI
Pada pasien dengan kecelakaan/bedah cranium
Pada pasien yang tidak panas
E. PERSIAPAN
Pasien : Jelakan prosedur kepada pasien dan keluarga
Lingkungan : Meminta kerjasama keluarga dan pasien agar dapat
membantu dalam proses keperawatan
Alat : Tempat air hangat ( baskom)
Handuk kecil (waslap)
Perlak dan pengalas
Termometer
Buku catatan
Air hangat
F. PROSEDUR KERJA
1. Mencuci tangan
2. Membawa alat kedekat pasien
3. Jelaskan prosedur
4. Mengukur suhu tubuh
5. Memasang perlak dan pengalas pada tempat yang akan diletakan
6. Waslap dibasahi dengan air hangat dan letakan
7. Mengobservasi respon klien
8. Mencatat hasil dan respon klien
9. Mengembalikan alat
10. Mencuci tangan
Page 16
Page 17
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Abses (Latin : abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati)
yang terakumulasi disebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya oleh
bakteri atau parasite) atau karena adanya benda asing misalnya serpihan, luka peluru, atau
jarum suntik).
Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah
penyebaran/perluasan infeksi ke bagian tubuh yang lain. Abses adalah infeksi kulit dan
subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah. (siregar, 2004)
B. Saran
Dengan adanya makalah ini, dapat membantu kita dalam belajar dan juga untuk kita
semua dapat menjaga kondisi tubuh kita dari sakit yang berbahaya, dengan cara makan
makanan yang sehat, selalu menjaga lngkungan rumah agar tidak ada debu, dan udara yang
tidak sehat.
Page 18
DAFTAR PUSTAKA
Amin huda nurarif. F. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda Nic-Noc. Edisi refisi jlid 1. Jogjakarta : mediaction jogja.
Corwin J. Elisabeth, 2001. Patofisiologi. EGC. Jakarta
Ai, Zaidin. H, 2001. Dasar-dasar Keperawatan Profesional. Jakarta : widya medika.
Matondang, S. corry, dkk. Diagnostic fisis pada anak. Edisi Kedua Jakarta : CV Sagung
Seto. 2003
Page 19