Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HIPERTENSI

DISUSUN OLEH :

LARASIDA NGABALIN

NIM.P0712022018 0090

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN TUAL

TAHUN AKADEMIK 2018/2019


LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

1. LAPORAN PENDAHULUAN

A. Defenisi
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko
tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit
saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar
resikonya.

B. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi di bagi menjadi dua golongan.
1) Hipertensi Primer (Esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. faktor
yang mempengaruhinya yaitu : genetik, lingkungan, hiperaktivitas saraf
simpatis sistem renin. angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-
faktor yang meningkatkan resiko: obesitas, merokok, alkohol dan polisitemia.

2) Hipertensi Sekunder
Penyebab yaitu : Penggunaan estrogn, penyakit ginjal, sindrom Cushing dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

Hipertensi pada usia lanjut di bedakan atas :

1) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan
atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2) Hipertensi Sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg
dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada :

1) Elastisitas dinding aorta menurun


2) Katup jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah hal ini terjadi karena kurangnya
efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Secara klinis derajat hipertensi dapat di kelompokan yaitu :

No Kategori Sistolik Diastolik


(mmHg) (mmHg)
1 Optimal <120 <80
2 Normal 120-129 80-84
3 High Normal 130-139 85-89
4 Hipertensi
Grade I (Ringan) 140-159 90-99
Grade II (Sedang) 160-179 100-109
Grade III (Berat) 180-209 100-119
Grade IV (Sangat Berat) >210 >120

C. Prognosis
Penyakit hipertensi lebih banyak menyerang wanita dari pada pria, sekitar 20
% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90 % diantara mereka menderita
hipertensi esensial (primer), dimana tidak dapat ditentukan penyebab medisnya.
Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu (hipertensi
sekunder), seperti penyempitan renalis atau penyakit parenkim ginjal, berbagai obat,
disfungsi ogan, tumor dan kehamilan. (Brunner & suddarth, 2001 : 897)

D. Pathofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan
steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.
Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer,
2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel
jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila
diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan
dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II
berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi
kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang
menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan
darah. Dengan peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada
organ-organ seperti jantung. ( Suyono, Slamet. 1996 ).

E. Manifestasi Klinik (Tanda dan Gejala)


Tanda dan gejala pada hipertensi di bedakan menjadi:
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejalah yang spesifik dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini
berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak
terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dkatakan bahwa gejlah terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. dalam kenyataan ini gejalah yang terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu:

a. Mengelu sakit kepala,pusing e. Mual


b. Lemas dan kelelahan f. Muntah
c. Sesak nafas g. Epistaksis
d. Gelisa h. Kesadaran menurun

F. Pemeriksaan Laboratorium

1. Hb/Ht : Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap folume


cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor
rsiko seperti hipokoagulabilitas, anemia.
2. BUN/ kreatinin : Memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi ginjal
3. Glukosa : Hiperglikemia ( DM adalah pencetus hipertensi) dapat di
akibatkan oleh pengeluaran kadar katekolamin.
4. Urinalisa : Darah, proten glikosa, mengisaratkan disfungsi ginjal
dan ada DM.

G. Pemeriksaan EKG

1. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas


penimggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi.

H. Pemeriksaan X-RAY

1. CT scan : Mengkaji adanya tumor selebral, encelopati.


2. IVP : Mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti batu
ginjal, perbaikan jantung.
3. Foto dada : Menunjukan destruksi klasifikasi pada area katub,
pembesaran jantung.

I. Penatalaksanaan
1) Perawatan
- Istirahat yang banyak
- Diet rendah garam
- Mengurangi konsumsi lemak
- Mengurangi asupan alkohol
- Berhenti merokok
- Mengurangi obesitas
- Periksa tekanan darah secara teratur
- Belajar untuk rileks dan mengendalikan stres

2) Pengobatan
- Obat anti hipertensi seperti nifedipin untuk menghgambat masukan kalium ke
dalam sel melelui membran, menurunkan kerja jantung dan konsumsi energi.
Meningkatkan pengeriman o2 ke jantung.
- Obat anti diuretik seperti furosemide untuk menghambat reabsorbsi natrium
dan air dalam ginjal.
- Obat penenang seperti diasepam dan obat analgetik seperti antalgin
- Jika sudah menggunakan obat hipertensi teruskan penggunaannya secra rutin

J. Patofisiologi Berdasarkan Penyimpangan KDM


K. Pengkajian Askep Berdasarkan Teori Penyakit
 Pengkajian
1) Anamnesa (Wawancara)
a. Identitas Pasien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, pekerjaan,
agama, pendidikan terakhir, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
pengkajian, ruangan, no register, diagnosa medis.

b. Keluhan Utama
Keluhan yang disampaikan secara verbal oleh klien atau keluarga pada
saat pengkajian.

c. Riwayat penyakit sekarang


Kronologi klien mengalami sakit.

d. Riwayat kesehatan keluarga


Apakah keluarga pernah mengalami penyakit yang sama atau tidak.

e. Riwayat penyakit masa lalu


Apakah klien pernah dirawat di RS dengan penyakit yang sama atau
tidak.

f. Pola aktivitas sehari-hari


Informasi tentang pola makan, minum, elimnasi, istirahat dan tidur,
kebersihan diri, yang di kaji sebelum dan saat sakit.

g. Riwayat psikososial
Gambaran mental klien

2) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Diamati mulai dari pertama kali bertemu dengan klien

b. Tanda-tanda Vital
Meliputi tekanan darah, nadi, suhu, dan pernapasan

c. Pemeriksaan kepala dan leher

Inspeksi : Apakah ada benjolan, kebersihan kepala, dan warna


rambut serta penyebaran.
Palpasi : Apakah ada nyeri tekan atau tidak

d. Pemeriksaan mata

Inspeksi : Fungsi penglihatan baik atau tidak.


e. Pemeriksaan hidung

Inspeksi : Fungsi penciuman baik atau tidak.


Palpasi : Apakah ada nyeri tekan atau tidak

f. Pemeriksaan mulut

Inspeksi : Keadaan mukosa bibir, jumlah gizi dan keadaan gusi.

g. Pemeriksaan telinga

Inspeksi : Fungsi pendengaran baik atau tidak.

h. Pemeriksaan leher

Inspeksi : Apakah ada pembesaran tiroid


Palpasi : Apakah ada nyeri tekan

i. Pemeriksaan Integumen

Inspeksi : Warna kulit, apakah ada odema, turgor kulit baik atau
tidak.
Palpasi : Apakah ada nyeri tekan

j. Pemeriksaan dada dan thoraks

Inspeksi : Keadaan rongga toraks normal atau tidak..


Palpasi : Apakah ada nyeri tekan atau tidak
Auskultasi : Apakah ada suara tambahan atau tidak

k. Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi : Apakah perut kembung atau tidak.


Palpasi : Apakah ada nyeri tekan atau tidak
Auskultasi : Peristaltis usus
Perkusi : Apakah ada kelainan

l. Pemeriksaan ekstremitas

Inspeksi : Apakah ada kelainan bengkak dan pembengkakan.


Palpasi : Apakah ada nyeri tekan atau tidak

m. Pemeriksaan Nerologis
Meliputi kemampuan gerak sendi, perubahan kulit dan kekuatan otot
 Masalah keperawatan
a) Nyeri
b) Peningkatan curah jantung
c) Kecemasan
d) Gangguan perfusi jaringan
e) Gangguan istrahat dan tidur
f) Intoleran Aktivitas
g) Gangguan pemenuhan personal hygiene
h) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

 Diagnosa keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan darah
2) Gangguan pemenuhan personal hygiene berhubungan dengan intoleran
aktivtas
3) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat.
4) Gangguan pola istirahat dan tidur berhubungan dengan nyeri
5) Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA TN.A.R. DENGAN SISTEM KARDIOVASKULER (HIPERTENSI)
DI PUSKESMAS PERAWATAN TUBYAL KUR

A. PENGKAJIAN
a) Biodata pasien

Nama : TN.A.R.
Umur : 62 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMP
Alamat : Tayando Ohoiel
Tanggal MPKM : 17 Juni 2019 Jam 11.20 Wit
Tanggal pengkajian : 17 Juni 2019 Jam 08.15 Wit
Ruangan : Pria
No Register : 104888
Diagnosa Medis : Hipertensi

b) Biodata penanggung jawab

Nama : TN.S.R.
Umur : 39 Tahun
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Desa Sermaf
Hubungan dengan pasien : Anak

c) Keluhan Utama
Pasien mengatakan sering sakit kepala / Pusing

P :
Q :
R :
S :
T :

- Keluhan Yang Menyertai


Pasien mengatakan badannya terasa lemas dan sakit pinggang

d) Riwayat penyakit sekarang


Pada tanggal 16 Juni 2019 jam 09.00 Wit klien sedang beraktivitas seperti
biasa, beberapa saat kemudian klien merasakan sakit kepala, pada saat yang
bersamaan klien sedang flu. Kemudian sakit kepala yang dirasakan semakin berat
setelah klien mandi dengan mengguanakan air dingin. Kemudian pada tanggal 17
Juni jam 11.00 Wit oleh keluarga klien dibawa ke Puskesmas Perawatan Tubyal
Kur jam 11.20 Wit, pada saat dikaji jam 11.25 Wit keluarga klien mengatakan
pada malam harinya klien tidak bisa tidur karena sakit kepala yang dirasakannya,
ditambah juga klien merasa sakit perut. Selama dirawat klien agak terbatas
memenuhi ADL sehingga untuk memenuhinya dibantu sebagian oleh keluarga.

e) Riwayat penyakit yang lalu


Keluarga klien mengatakan klien mempunyai riwayat hiperteni 5 tahun yang
lalu sejak usia klien 55 tahun, klien rutin mengontrol tekanan darahnya karena
klien mempumyai alat pengukur tekanan darah sendiri dirumahnya, terakhir
sebelum dibawa ke rumah sakit tekanan darahnya 170/100 mmHg. Klien juga
mempunyai penyakit maag karena pola makan yang tidak teratur.

f) Riwayat penyakit keluarga


Keluarga klien mengatakan di keluarga hanya klien yang mempunyai riwayat
hipertensi, dan di keluarga juga tidak mempunyai riwayat penyakit kronis lainnya,
seperti TBC, DM, asma dan lain-lain

g) Pola aktivitas sehari-hari

No Pola Aktivitas Sebelum Sakit Saat Sakit


1  Pola Nutrisi
Makanan
 Jenis Makanan  Nasi, embal, ikan,  Bubur, Telur, Tahu
sayur
 Frekuensi  3 x sehari  3 x sehari
 Napsu Makan  Baik  Kurang baik
 Porsi Makan  Di habiskan  Tidak di habiskan
minuman
 Jenis Minuman  Teh, Air, Putih  Susu, Air Putih
 Frekuensi  6-7 gelas/hari  3-4 gelas/hari
2  Pola Eliminasi
BAB
 Frekuensi  1-2 x / hari  4-5 X/hari
 Warna  Kuning  Kuning
 Konsistensi  Padat  Encer
 Bau  Khas
BAK
 Frekuensi  4-7 x/ hari  6-7 x/ hari
 Warna  Bening  Kuning
 Bau  Pesing  Pesing
3  Pola Istirahat dan
Tidur  ± 2-3 jam/ hari  ± 1-2 jam/hari
Tidur siang  ± 6-7 jam/hari  ± 4-5 jam/hari
Tidur malam
4  Personal Hygiene
Mandi  2 x / hari -
Keramas  2 x/ seminggu -
Sikat gigi  2 x/ hari -

h) Riwayat Psikososial
 Data psikologi
Keluarga klien mengatakan klien mudah panic dan gelisah jika
mendengar sesuatu yang mengejutkan dan setelah itu tekanan darahnya akan
naik.

 Data sosial
 Hubungan klien dengan keluarga baik
 Hubungan klien dengan perawat dan tim medis baik
 Klien tampak koperaktif dengan pengobatan yang di berikan.

i) Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Lemas
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital
TD : 180/100 MmHg
S : 370C
N : 85 X/Menit
P : 25 X/Menit

4. Pemeriksaan kepala dan leher


 Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bulat, penyebaran rambut merata, kulit
kepala kotor, rambut beruban.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, Tidak teraba adanya
massa/benjolan di kepala, rambut tidak mudah \
tercabut.
 Wajah
Inspeksi : Bentuk wajah bulat, Wajah tampak pucat
 Mata
Inspeksi : Fungsi penglihatan baik, konjungtiva anemis, sklera
putih.
 Hidung
Inspeksi : Tidak ada sekret, fungsi penciuman baik.
 Telinga
Inspeksi : Tidak ada serumen, Fungsi pendengaran baik.
 Mulut dan Gigi
Inspeksi : Tidak ada gigi palsu, mukosa gigi kering, dan dapat
berbicara baik.
 Leher
Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
5. Pemeriksaan dada dan thorakx
Inspeksi : Bentuk simetris kiri dan kanan, pernapasan baik,
menggunakan pernapasan dada.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Normal
Auskultasi : Tidak terdengar suara tambahan
6. Pemeriksaan Payudara
Inspeksi : Bentuk simetris kiri dan kanan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
7. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Tidak ada pembesaran Abdomen
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : Terdengar bising usus
8. Pemeriksaan Genitalia
Tidak Terkaji
9. Pemeriksaan Ekstremitas
 Ekstremitas Atas : Bentuk Normal, Tidak ada edema, Fungsi pergerakan
terbatas, Tangan kanan terpasang infus NaCl 20
Tetes/Menit.
 Ekstremitas Bawah: Bentuk normal, Tidak ada Edema
10. Pemeriksaan integument
Inspeksi : Warna kulit sawo matang, Kulit tampak kotor
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, Turgor kulit kurang baik.

j) Pemeriksaan Neurologis
k) Terapi pengobatan
B. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
C. IMPLEMENTASI
D. EVALUASI SOAP

Anda mungkin juga menyukai