Anda di halaman 1dari 31

Pembuatan Preparat

Lambung Ikan Yang Tercemar


Dengan Menggunakan
Metode Parafin

Mikroteknik Hewan
PEMBUATAN PREPARAT LAMBUNG IKAN YANG TERCEMAR DENGAN
METODE PARAFIN

DISUSUN OLEH:

Nama : Fadia Salsabil Arsy


Nim : 19032063
Kelas : Biologi C
Dosen Pengampu : Yusni Atifah, S.Si, M.Si

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui proses pembuatan preparat lambung ikan yang
tercemar dengan metode paraffin agar dapat diamati dengan
mikroskop.

Metode Parafin
Metode parafin termasuk metode sayatan yang banyak digunakan, karena hampir semua jaringan
dapat dipotong dengan metode ini. Pengamatan secara mikroskopis dari suatu jaringan dalam
berbagai kondisi dan berbagai elemen jaringan dapat diamati atau diteliti melalui preparat
permanen yang dibuat dengan metode parafin. Pembuatan preparat dengan metode parafin
adalah metode yang paling umum digunakan untuk pembuatan preparat permanen, baik pada
tumbuhan ataupun pada hewan (Sugiharto, 1989).
Kelebihan dan Kekurangan
Metode Paraffin
(Imron, 2008)

Kelebihan Kekurangan

· Irisan yang dihasilkan jauh lebih tipis · Jaringan tumbuhan menjadi keras,

· Dapat dikerjakan dengan mudah mengerut, dan mudah patah.

· Prosedurnya jauh lebih cepat bila di · Jaringan-jaringan yang besar tidak

bandingkan dengan metode lainnya. dapat dikerjakaan, bila menggunakan

metode ini.
Pengambilan jaringan dan Fiksasi

Dehidrasi dan Clearing

Tahapan Pembuatan Infiltrasi, Embedding, dan Blocking


Preparat Dengan Metode
Paraffin
Dasar Teori Pemotongan

Pewarnaan
Fiksasi
Dasar Teori

Fiksasi jaringan adalah suatu usaha untuk mempertahankan komponen-komponen sel


atau jaringan agar tidak mengalami perubahan dan tidak mudah rusak. Proses fiksasi
ini diharapkan setiap molekul pada jaringan yang hidup tetap berada pada tempatnya
dan tidak ada molekul baru yang timbul. Pada prosesnya ini tentu tidak akan berjalan
dengan sempurna, apabila timbul molekul asing baru pada jaringannya disebut artefak.
Tujuan fiksasi ini agar jaringan tersebut tetap utuh. Fiksasi harus dilakukan sesegera
mungkin setelah pengangkatan jaringan atau setelah kematian agar tidak terjadi
autolisis (Anil & Rejendran, 2017).
Fiksasi
Alat Bahan

Alat
Bahan
1.Pisau
2.Papan bedah
1.Larutan NaCl 0,9%
3.Dissecting set
2.Lambung ikan yang
4.Wadah
tercemar
5.Penggaris
3.Larutan fiksasi
6.Isolasi plastik
7.Label
Fiksasi
Cara Kerja 3. Setelah hewan terbius
1. Sebelum jaringan tubuh sempurna, proses
hewan diambil persiapkan selanjutnya adalah
alat dan bahan atau cairan. 2. Melakukan pembiusan melakukan operasi dan
terhadap hewan yang akan pengambilan jaringan tubuh
diambil organ/jaringannya. yang diinginkan.

4. Organ jaringan tubuh 6. Wadah berisi cairan


hewan kemudian dipotong fiksasi dan jaringan
sepanjang 1 cm kemudian kemudian disimpan
dicuci bersih menggunakan ditempat yang sesuai
larutan NaCl 0,9%. 5. Potongan jaringan hingga saat pemerosesan
Hal ini perlu dilakukan agar kemudian dimasukkan jaringan selanjutnya.
cairan fiksasi dapat masuk kedalam wadah-wadah
kedalam jaringan dengan kecil yang telah diberikan
mudah dan baik. label/keterangan.
Dehidrasi memiliki fungsi menghilangkan air dalam jaringan. Bahan yang digunakan untuk
dehidrasi harus mampu menggantikan fungsi air.

Dehidrasi yang baik dilakukan secara bertahap yaitu mulai dari konsentrasi 70% sesuai
dengan pelarut Bouin formol kemudian berturut-turut ke dalam alkohol 80%, 90%, 96% dan
alkohol absolut. Pada setiap konsentrasi dilakukan pengulangan 3 kali (Muntiha, 2001).

Dehidrasi dan Clearing


Dasar Teori

Clearing bertujuan untuk menarik dehidrasi dalam jaringan yang nantinya dapat digantikan oleh
molekul parafin. Lamanya jaringan ini berada dalam medium tersebut bergantung pada
ketebalan serta kepadatan jaringan serta bahan kimia yang digunakan.
Clearing bertujuan untuk membersihkan organ hewan yang akan digunakan dari alkohol yang
telah digunakan dalam proses dehidrasi (Khairul, 2001).
Dehidrasi dan Clearing
Alat Bahan

Bahan
Alat
1.Lambung ikan tercemar
1.Pinset 2.Laurtan alkohol 70 %, 80%,
2.Wadah 90%, 95%, dan 100%
3.Larutan xylol I dan xylol II
4.Cairan parafin
Dehidrasi
Cara Kerja
1. Organ lambung ikan
tercemar yang telah di
fiksasi di masukkan kedalam
larutan alkohol secara
bertahap.

2. Dimulai dari laurtan akohol


70%, lautan akohol 80%,
larutan 90 %, larutan 95%
(2 kali) dan larutan 100 % (2 kali).

3. Dimana memasukkan
organ ke dalam tiap
lautan berjeda selama 1 hari.
Clearing
Cara Kerja

1. Setelah organ lambung


dikeluarkan dari cairan dehidrasi
(alkohol) jaringan dimasukkan
kedalam cairan xylol I selama 1 jam.

2. Kemudian organ dipindahkan ke


cairan xylol II berkisar antara
½ - 1 jam tergantung pada besarnya
jaringan.

3. Selanjutnya organ kemudian


direndam di dalam parafin cair.
Embedding dan Blocking
Dasar Teori

Pembuatan blocking merupakan proses pembuatan preparat agar


dapat dipotong menggunakan mikrotom.

Prosesnya yaitu dengan menyiapkan tempat blocking dan


menuangkan parafin, dilanjutkan dengan memasukan organ ke
dalam parafin yang sudah disediakan. Selanjutnya setelah blok
parafin kering dan sudah beku dapat dikeluarkan dari tempat
blocking dan dapat dilanjutkan ke proses selanjutnya


(Muhammad Azharan Alwi, 2016).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam


penanaman:
-Parafin harus bersih dan murni.
-Peralatan seperti pinset & jarum bersih dari kotoran.
-Penanaman dilakukan dekat oven dan lampu
bunsen/spirtus.
-Pemberian label untuk material yang ditanam
(Al-farizi, 2011).
Embedding dan Blocking
Alat Bahan

Alat
Bahan
1.Paraffin (lilin)
2.Korek api
1.Lambung ikan tercemar
3.Wadah pemanggang
2.Larutan parafin I
4.Pinset
3.Larutan Parafin II
5.Kalender
4.Larutan Parafin III
6.Gunting
5.Parafin padat (lilin)
7.Klep
Embedding
Cara Kerja

2. Lalu memindahkan organ dari wadah


yang berisi hard parafin I ke wadah yang
berisi hard parafin II selama 1 jam.

1. Memindahkan organ dari wadah yang


berisi cairan parafin ke wadah yang berisi 3. Selanjutnya memindahkan organ dari
hard parafin I selama 2 jam. wadah yang berisi hard parafin II ke wadah
yang berisi hard parafin III selama 2 jam.
Blocking
Cara Kerja

1. Membuat blok preparat dari kalender 2. Lalu melelehkan lilin dan 3. Setelah itu memasukkan organ yang
dengan bantuan gunting dan lem memasukkannya ke dalam blok preparat. telah diparafin ke dalam blok preparat.
kertas.

6. Setelah mengeras preparat yang sudah


4. Menuangkan sisa lelehan lilin hingga
5. Lalu tunggu hingga mengeras. terbentuk block tersebut akan dilanjutkan
organ terbenam dalam blok preparat.
untuk tahap selanjutnya.
Pemotongan
Dasar Teori

Pengirisan jaringan adalah proses pemotongan blok jaringan dengan menggunakan


mikrotom .Mikrotom merupakan alat yang digunakan untuk memotong tipis atau irisan
suatu jaringan.

Sampel jaringan berparaffin bergerak maju secara manual menuju pisau sesuai dengan
ketebalan irisan yang diinginkan. Hasil dari pengirisan jaringan ini berupa pita tipis yang
sangat penting karena irisan-irisan tipis ini akan membantu ketepatan diagnosa
(Kurniasih, 2008).
Pemotongan
Alat Bahan

Alat Bahan

1.Mikrotom 1.Preparat lambung ikan yang


2.Pisau mikrotom tercemar
3.Kaca objek 2.Zat perekat seperti albumin
4.Waterbath (putih telur), gelatin, atau
5.Sangkelit tespa.
Pemotongan
Cara Kerja

1. Rekatkan blok parafin yang mengandung 3. Letak pisau mikrotom pada tempatnya dan
preparat pada tempat duduknya di mikrotom. atur sudut kemiringannya.

2. Tempat duduk blok paraffin beserta blok


parafinnya diletakkan pada holder mikrotom dan
dikunci dengan kuat.

4. Atur ketebalan potongan, biasanya antara 5- 7


6. Setelah pita parafin terkembang, tempelkan pita parafin
mikrometer. Gerakkan blok preparat ke arah pisau dan
pada kaca objek yang telah dicoated dengan
potong blok preparat secara teratur. Buang pita-pita
memasukkan kaca objek kedalam waterbath dan
parafin yang awal tanpa jaringan hingga mendapatkan
menggerakkannya ke arah pita parafin.
potongan yang mengandung preparat jaringan. 5.Pita parafin yang mengandung jaringan lalu
dipindahkan menggunakan kuas kedalam
waterbath yang temperaturnya 37- 4°C dan
biarkan hingga pita parafin mengembang.

7.Letakkan kaca objek yang berisi pita parafin di atas 8. Setelah air kering dan pita parafin telah melekat dengan
hotplate dengan temperatur 40-45°C selama beberapa kuat, simpan kaca objek berisi potongan parafin dan jaringan
jam. Atau dengan melewatkan kaca objek di atas api sampai saatnya untuk diwarnai.
sehingga pita parafin melekat erat di atas kaca objek.
Pewarnaan
Dasar Teori

Pewarnaan adalah proses pemberian warna pada jaringan yang telah dipotong
sehingga jaringan dapat dikenali dan memudahkan dalam pengamatan jaringan
dengan mikroskop.

Proses pewarnaan dilakukan dengan melakukan perendaman preparat dengan


Hematoksilin dan Eosin.
Pewarnaan
Alat Bahan

Bahan

Alat 1.Zat warna


2.Larutan zat warna
1.Peralatan gelas 3.Etanol
4.Xylol
5.Aquades
Pewarnaan
Cara Kerja
3.Preparat potongan jaringan dicelupkan Kembali
1. Preparat potongan jaringan dicelupkan secara berturut-turut pada larutan etanol
kedalam pewarna hematoksilin selama 5-10 70%, 80%, 95%, 100% selama 3-5 menit
menit kemudian dibilas dengan air mengalir. dilanjutkan dengan akohol absolut selama 3
menit.

2. Preparat potongan jaringan kemudian dicelupkan


kedalam eosin selama 5-10 menit lalu dibilas
dengan air mengalir .

4.Preparat potongan jaringan selajutnya dicelupkan dalam


xylol selama 5 menit. Preparat direkatkan dengan 6. Indikator pewarnaan hematoksilin dan eosin adalah inti
menggunakan DPX mounting medium atau entelan, sel berwarna ungu tua sedangkan sitoplasma berwarna
kemudian ditutup dengan kaca penutup, dan dijaga merah.
jangan sampai terjadi gelembung.

5. Preparat dibiarkan dalam suhu ruang sampai


perekat mengering kemudian diamati dengan
mikroskop compound dengan perbesaran 40-
1000 kali.
Dasar Teori
………………………………..

Kondisi Histopatologi Usus dan Lambung Ikan Gabus


(Channa striata) yang Terinfeksi Endoparasit

Parasit merupakan inang karena mengambil nutrien dari inang yang dapat menyebabkan
kematian. Parasit ikan akan memilih lokasi penempelan sebaik mungkin di tubuh ikan. Berdasarkan lokasi
penempelannya, parasit dapat dibedakan menjadi ektoparasit, mesoparasit dan endoparasit (Ali, 2013).

Parasit dapat menyebabkan penyakit dengan cara melukai inang, mengambil nutria dari inang
dan memfasilitasi masuknya mikroorganisme patogen kedalam tubuh inang (Suwandi et al, 2014).
Hasil Pengamatan
Permukaan Histologi Lambung Ikan Gabus Terserang Endoparasit
Ditemukan Haemoragi

bagian sel (SG)

Tunika Submukosa
(SM)

Lamina Propria
(LP).
PEMBAHASAN

Infeksi parasit dapat disebabkan oleh menurunnya kualitas pada perairan. Tingkat kualitas perairan yang mengalami
penurunan bisa mengakibatkan terjadinya stres pada ikan sehingga akan sering terinfeksi oleh parasit. Penyakit yang terjadi pada ikan
bisa digolongkan dalam dua bagian yaitu penyakit infeksius dan non infeksius (Fidyandini, 2012).

Faktor yang sangat bepengaruh bagi pertumbuhan ikan ialah faktor dari kualitas air. Kualitas air yang tidak mempunyai
pengaruh terhadap pertumbuhan ikan dan perkembangbiakan ikan. Faktor yang sangat berhubungan dengan kualitas air yang perlu
diperhatikan yaitu antara lain suhu, Ph, dan DO (Syarifudin, 2016).
PEMBAHASAN
Pengaruh langsung dari suhu biasanya dapat mengakibatkan terjadinya kematian pada ikan. Sedangkan pengaruh yang tidak
langsung yaitu suhu dapat menjadi pemicu atau penurunan kualitas air yang lain seperti oksigen, karbondioksida dan pH (Hardi, 2016).

Terjadinya perubahan pada derajat keasaman terjadi dengan cara terus menerus akan terganggunya proses pertumbuhan
ikan sehingga mengakibatakn mudahnya terserang penyakit, stres dan menghambat pertumbuhan yang terjadi pada ikan
(Dahril et al., 2017).

DO atau oksigen terlarut. Penurunan kadar oksigen terlarut pada suatu perairan akan sangat berbahaya atau fatal terutama
pada kehidupan akuatik. Umumnya ikan yang berada pada beberapa perairan yang tercemar mengalami kematian bukan karena racun
bahan buangan secara langsung akan tetapi karena kekurangan oksigen terlarut dalam perairan akibat digunakan untuk proses degradasi
bahan organik oleh setiap mikroorganisme (Sugianti et al., 2018).
PEMBAHASAN

Endoparasit yang berada pada sistem saluran pencernaan disebabkan karena di dalam saluran pencernaan seperti usus dan
lambung terdapat bahan organik yang merupakan sumber makanan diperoleh oleh parasit. Endoparasit yang menyerang ikan akan
mempengaruhi pertumbuhan kelangsungan hidup seperti terjadinya laju penghambatan terhadap pertumbuhan ikan.

Adanya pengaruh yang timbul dapat diawali dengan terjadinya gangguan pada sistem metabolisme tubuh inang hingga dapat
merusak seperti organ usus dan lambung sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan, bahkan dapat menyebabkan kematian
kematian pada ikan (Nofyan et al., 2014). Menurut Winaruddin (2014), endoparasit yang sering menyerang organ lambung ikan adalah
Anisakis simplex.
PEMBAHASAN
Menurut Ersa (2008) , parasit yang menginfeksi organ lambung lebih sedikit apabila dibandingkan dengan organ usus. Hal ini
terjadi disebabkan karena usus berfungsi dalam penyerapan sari-sari makanan yang masuk kedalam usus yang menuju ke aliran darah
dan di dalam usus terdapat bakteri pembusuk yang membantu proses pembusukan terhadap sisa-sisa makanan yang tidak
terserap/dimanfaatkan oleh tubuh ikan dan mengandung bahan organik yang merupakan makanan bagi mikroorganisme yang termasuk
parasit. Berbeda dengan lambung yang berfungsi sebagai penampung makanan dan mencerna makanan.

Lambung berfungsi sebagai penampung makanan dan mencerna makanan yang masuk ke dalam lambung. Ia memiliki lapisan
mukus yang berfungsi sebagai pelindung lambung. Usus merupakan bagian organ saluran pencernaan yang sering terkontaminasi oleh
mikroorganisme dan termasuk organ penting yang selalu berhubungan dengan penyakit sehingga usus sangat rentang terhadap sumber
penyakit seperti penyakit yang diakibatkan oleh infeksi serangan parasit. Hal inilah yang membuat endoparasit yang menyerang organ
lambung lebih sedikit daripada dengan organ usus ikan.
Kesimpulan
1. Metode parafin termasuk metode sayatan yang banyak digunakan dan terdiri dari tahap fiksasi, dehidrasi&clearig,
infiltrasi, embedding, blocking, pemotongan, serta pewarnaan.

2. Parasit ikan akan memilih lokasi penempelan sebaik mungkin di tubuh ikan. Berdasarkan lokasi penempelannya, parasit
dapat dibedakan menjadi ektoparasit, mesoparasit, dan endoparasit.

3. Tingkat kualitas perairan yang mengalami penurunan bisa mengakibatkan terjadinya stres pada ikan sehingga akan
sangat sering terinfeksi oleh parasit. Faktor yang sangat berhubungan dengan kualitas air yang sangat perlu diperhatikan
yaitu antara lain suhu, Ph, dan DO.

4. Penyakit yang terjadi pada ikan bisa digolongkan dalam dua bagian yaitu penyakit infeksius dan non infeksius.

5. Endoparasit yang sering menyerang organ lambung ikan adalah Anisakis simplex

6. Parasit yang menginfeksi organ lambung lebih sedikit apabila dibandingkan dengan organ usus. Hal ini terjadi disebabkan
karena lambung berfungsi sebagai penampung makanan dan mencerna makanan yang masuk ke dalam lambung. Ia
memiliki lapisan mukus yang berfungsi sebagai pelindung lambung.
Daftar Pustaka
Al-Farizi. 2011. Diktat Praktikum Mikroteknik. Jakarta: Prodi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah.

Ali, Sufriyanto. 2013. Identifikasi Ektoparasit pada Ikan Nila (Oreochromis nilotica) di Danau Limboto Provinsi Gorontalo.
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 1 (3): 114-125.

Anil S, Rajendran R. 2008. Routine Histotechniques, Staining and Notes on Immunohistochemistry. In: Rajendran and
Sivapadasundaram (Eds). Shafers Oral Patalogy (Publisher: Elsevier India P Ltd).

Imron, Tamyis, A. 2008. Pembuatan Preparat Jaringan Tumbuhan dengan Metode Parafin. Lap.prak Mikroteknik Universitas
Brawijaya. http://cyber-biology.blogspot.com. Diakses pada tanggal 7 Maret 2015, pukul 17.00 WITA.

Khairul, M.D. 2001. Mikroteknik. Jakarta: UI Press.

Kurniasih. 2008. Histopatologi Ikan. Jakarta: Apresiasi Balai Uji Standard Karantina Ikan. Pusat Karantina Ikan.

Muntiha, M. 2001. Teknik Pembuatan Preparat Histopatologi. Jakarta: Karya Aksara.

Rizki, N. Mawardi, A. 2021. Kondisi Histopatologi Usus dan Lambung Ikan Gabus (Channa striata) yang Terinfeksi
Endoparasit. Jurnal Kelautan dan Perikanan Indonesia, 1(2): 60-74.

Sugiharto. 1989. Mikroteknik. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Ilmu Hayat Institut Pertanian Bogor.

Suwandi, R., Nurjanah., dan Winem M. 2014. Proporsi Bagian Tubuh dan Kadar Proksimat ikan Gabus Pada Berbagai
Ukuran. Proporsi Bagian Ikan Gabus.
THANK YOU!
SEE YOU SOON

Anda mungkin juga menyukai